DISUSUN OLEH:
SURAKARTA
2015
PEMBERIAN POSISI KEPALA FLAT(0º) DAN ELEVASI(30º)
TERHADAP TEKANAN INTRAKRANIAL PADA ASUHAN
KEPERAWATAN TN. K DENGAN STROKE NON
HEMORAGIK DI INSTALASI GAWAT
DARURAT (IGD) RS. Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
DISUSUN OLEH:
SURAKARTA
2015
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
MOEWARDI SURAKARTA”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis
ilmu serta telah bertanggung jawab dalam proses penyusunan karya tulis
Studi D III Keperawatan yang telah membantu Ketua Program Studi D III
v
dengan cermat dan perasaan yang nyaman dalam bimbingan, sehingga
ini.
6. Seluruh dosen dan staf Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. Terima kasih atas
vi
9. Kedua orangtuaku, yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan
kuliahku.
10. Adikku, yang selalu menjadi penyemangat dalam menyelsaikan karya tulis
Kusuma Husada Surakarta yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
Wa’alaikumsalam. Wr. Wb
Penulis,
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................... 3
C. Manfaat Penelitian ................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................ 5
1. Stroke Non Hemoragik (SNH) .......................................... 5
2. Tekanan Intra Kranial ........................................................ 16
3. Perubahan Posisi Kepala Flat (0º) dan Elevasi (30º) ......... 20
B. Kerangka Teori ....................................................................... 22
C. Kerangka Konsep ................................................................... 23
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset .............................................................. 24
B. Tempat dan Waktu ................................................................... 24
C. Media dan Alat yang digunakan .............................................. 24
D. Prosedur Tindakan ................................................................... 24
E. Alat Ukur .................................................................................. 26
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien ........................................................................ 28
B. Pengkajian ................................................................................ 28
viii
C. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................... 33
D. Perencanaan Keperawatan ........................................................ 34
E. Implementasi Keperawatan ..................................................... 36
F. Evaluasi Keperawatan .............................................................. 41
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................... 43
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................ 48
C. Intervensi ................................................................................. 51
D. Implementasi ............................................................................ 54
E. Evaluasi ................................................................................... 57
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 59
B. Saran ........................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 8 Pendelegasian
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
prevalensi stroke ada 7,1 juta pada tahun 2000 dan akan terus meningkat.
lebih tinggi hingga mencapai 85%. Berdasarkan data yang diperoleh dari
RSDM Surakarta jumlah pasien stroke yang datang ke RS. Dr. Moewardi
1
2
yaitu suatu bentuk tindakan keperawatan yang rutin dilakukan pada pasien
elevasi kepala ini adalah peninggian anggota tubuh di atas jantung dengan
pemberian posisi kepala flat (0º) dan elevasi kepala (30º) pada pasien
tingkat kesadaran, denyut nadi, frekuensi nafas, tekanan darah, dan suhu
tubuh).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
posisi elevasi kepala (30º) terhadap TIK pada Tn. K dengan SNH.
2. Tujuan Khusus
dengan SNH.
K dengan SNH.
SNH.
(0°) dan posisi elevasi kepala (30º) terhadap TIK pada Tn. K
dengan SNH.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
2. Bagi Pendidikan
dengan gangguan sistem persarafan dimasa yang akan datang dan acuan
elevasi(30º).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
a. Pengertian
b. Klasifikasi
gumpalan.
5
6
c. Manifestasi Klinis
pada waktu istirahat atau bangun pagi, Menurut (Rendy, 2012) stroke
mendadak)
hemaparasik)
d. Etiologi
leher
2014)
Faktor resiko :
e. Penatalaksanaan
1) Breathing
2) Blood
3) Brain
b) Pengontrolan TIK
8
c) Cegah hipertermi
4) Blader
5) Bowel
Jaga jumlah kalori dan berikan cairan yang cukup dan hindari
f. Patofisiologi
darah arteri yang lama ke bagian otak. SNH dapat terjadi akibat trombus
berjalanke otak dari tempat lain di tubuh). Stroke trombotik terjadi akibat
fungsi otak singkat yang reversibel akibat hipoksia serebral. TIA mungkin
setelah oklusi arteri oleh embolus yang terbetuk di luar otak. Sumber
miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arteri karotis
g. Pathway
Trombus Embolus
Ganguan ekstermitas
Hambatan
Hambatan mobilitas Nyeri
komunikasi verbal
fisik
Gambar 2.1. Pathway
10
h. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Membuka spontan :4
Tidak bersuara :1
Menanggapi perintah :6
penciuman
visual spasiel (mendapat hubungan dua atau lebih objek dalam area
eksternus.
persepsi.
membuka mulut.
Saraf XII : Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
daya ingat.
eliminasi.
(2) Pola aktifitas dan latihan: pada pasien stroke mengalami atau
menurun.
oliguri.
(5) Pola kognitif dan perceptual: kerusakan telah terjadi pada lobus
2) Prioritas Diagnosa
3) Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil:
Intervensi:
Kriteria hasil
Intervensi:
ke pasien
16
Kriteria hasil:
Intervensi:
a. Pengertian
intracranial, jaringan otak, cairan otak yang bersifat tetap, karena berada
b. Manifestasi Klinis
tampak gelisah (tanpa penyebab yang nyata). Pada peningkatan TIK yang
sangat tinggi pasien hanya bereaksi pada suara keras dan stimulus nyeri.
2) Nyeri kepala
Pada awal tekanan darah dan denyut nadi relatif stabil, pada tahap
pompa jantung.
mana TIK, bila terjadi peningkatan TIK akut akan sering terjadi
5) Disfungsi pupil
bentuk dan reaksi terhadap cahaya. Pada tahap awal ukuran pupil
lamban.
6) Muntah
7) Perubahan MAP
c. Penatalaksanaan
Pada saat terjadi peningkatan TIK, jaringan otak akan tertekan dan terjadi
1) Menurunkan TIK.
Beberapa hal yang berperan besar dalam menjaga agar TIK tidak
yang benar, kecuali tubuh dalam posisi horizonta (Poter & Perry,
2005).
kepala dari tempat tidur sekitar 30º dan posisi tubuh dalam keadaan
B. Kerangka Teori
Peningkatan TIK
1. Pemburukan derajat kesadaran
2. Nyeri kepala
3. Perubahan tekanan darah
4. Perubahan pola pernafasan
5. Perubahan suhu badan
Penatalaksanaan
1. Mengatur posisi kepala flat (0º) dan elevasi
(30º)
2. Mengusahakan tekanan darah yang optimal
3. Menghilangkan rasa cemas dan nyeri
Gambar 4. Kerangka teori
4. Menjaga suhu tubuh
C. Kerangka Konsep
BAB III
Subjek aplikasi riset ini adalah Tn. K dengan SNH yang dirawat di IGD
Aplikasi riset ini telah dilakukan di IGD pada tanggal 09 Maret 2015,
Dalam aplikasi riset ini yang digunakan adalah skala GCS untuk defisit
D. Prosedur Tindakan
24
25
Setiap 30 menit pasien diubah posisi kepala dan diobservasi untuk skala
No Timdakam
1 Orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan prosedur tindakan
e. Menanyakan kesiapan pasien
2 Fase kerja
a. Mencuci tangan
b. Observasi keadaan pasien
c. Pasang pengaman pada tempat tidur pasien
d. Memeriksa tanda-tanda vital awal pasien
e. Memberikan posisi kepala elevasi(30º) dengan cara
memberikan satu bantal dibawah kepala pasien dengan sudut
30ºselama 30 menit
f. Memeriksa tanda-tanda vital pasien
g. Memberikan posisi kepala flat(0º) dengan cara membaringkan
pasien sejajar dengan tempat tidur kepala pada posisi sejajar
dengan badan selama 30 menit
h. Memeriksa tanda-tanda vital
i. Lakukan tindakan peberian posisi kepala secara bergantian dan
berulang
j. Mencatat hasil pemeriksaan kelembar observasi
k. Merapikan pasien
l. Mencuci tangan
Fase terminasi
3
a. Mengevaluasi tindakan
b. Menjelaskan rencana tindak lanjut
c. Mengucapkan salam
26
E. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah lembar TTV, skala GCS dan Skala
Nyeri.
GCS SCORE
Membuka mata
Ø Spontan 4
Ø Terhadap rangsang suara 3
Ø Terhadap rangsang nyeri 2
Ø Tidak ada 1
Verbal
Ø Orientasi baik 5
Ø Orientasi terganggu 4
Ø Kta-kata tidak jelas 3
Ø Suara tidak jelas 2
Ø Tidak ada respon 1
Motorik
Ø Mampu bergerak 6
Ø Melokalisasi nyeri 5
Ø Fleksi menari 4
Ø Fleksi abnormal 3
Ø Ekstensi 2
Ø Tidak ada respon 1
TOTAL 15
2. Skala Nyeri
3. Tanda-tanda Vital
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
pasien masuk ke rumah sakit pada tanggal 9 Maret 2015, selama dirumah
sakit yang bertanggung jawab atas nama Tn. K adalah Tn. E berusaha 32
B. Pengkajian
tampak paten, pola nafas tidak teratur dan tidak menggunakan otot bantu
dan respon verbal 3 didapatkan nilai Glaslow Coma Scale (GCS) adalah
13, pasien di IGD mengalami kejang dan tempat tidur pasien sudah
Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri pada bagian leher
28
29
lemas selama 3 minggu, pasien berbicara kurang jelas dan menjadi pelupa,
Hipertensi.
respirasi 24 kali permenit, suhu 35,5º Celsius, MAP 130 mmHg. Bentuk
kepala mesochepal, kulit kepala bersih bersih dan tidak ada ketombe
dengan rambut beruban. Hasil pemeriksaan muka dari mata palpebra tida
diameter kanan dan kiriri simetris, reflek cahaya positif dan tidak
tidak ada polip dan tampak bersih. Pemeriksaan mulut membran mukosa
kering dan bibir sedikit perot. Hasil dari pemeriksaan gigi didapatkan tidak
30
terpasang gigi palsu dan gigi tampak bersih, pemeriksaan telinga didapat
kan hasil bentuk simetris dan tidak ada serumen yang keluar dari telinga.
simetris, palpasi vocal premitus kanan dan kiri sama, perkusi vesikuler di
seluruh lapang paru dan auskultasi tidak ada suara nafas tambahan dan
diseluruh lapang dada, auskultasi bunyi jantung I-II murni, reguler dan
lup-dup.
gravitasi, kekuatan otot penuh, capilary refile kurang dari 2 detik dan pada
bersaudara dimana ayah dan dan keluarga lain tidak ada yang memiliki
genogram:
Tn. K
66 th
Gambar. 4. 1. genogram
Keterangan:
: laki-laki : pasien
normal( <35), SGPT 11 u/L normal (< 45), creatin 1,0 mg/dl normal (0,8-
1,3), ureum 33 mg/dl normal (<50), natrium darah 140 mmcl/L normal
32
(132-145), kalium darah 3,9 normal (3,7-5,4), clorida darah 107 mmcl/L
normal (98-106).
batas tegas tepi licin di intradural extraaxial entratentorial regio CPA kiri
disekitarnya, dural tail (+), exostosis (-), area necrotic central (+), ice
cream cone sign (-), yang pada T1W1 dan T2W1 tampak isoentense, pada
tampak restricted difusion area pada lesi. Lesi tampak menekan nervus VI
dilatasi ventrikel III dan ventrikel lateralis kanan kiri sistem sangat baik.
midlin ke kanan sejauh 1,5 cm,Mastoid dan sinus paranasalis kanan kiri
diluar lesi tampak baik, DWI: tampak water restricted disfusion area di
2. Hidrocephalur obstruktif
Terapi yang di dapat pasien selama di IGD pada tanggal 5 maret 2015
antara lain cairan Ringer lactat 20 tetes per menit, Aspilet 80 mg per 12
jam, Feniroin 150 mg per 12 jam, Ranitidine 250 mg per 12 jam, Vit B1
subjektif antara lain pasien mengatakan nyeri pada leher bagian belakang,
nyeri terasa saat pasien duduk, nyeri terasa seperti tertindih dan tertusuk-
tusuk, skala nyeri 4 dari 10, dan nyeri terasa terus-menerus. Data obyektif
pernafasan 24 kali per menit, suhu tubuh 35,5º celcius, MAP 130 mmHg.
1,5 cm. Berdasarkan analisa data menunjukkan data bahwa nyeri akut
tekanan darah.
jelas, pasien menjadi pelupa. Data obyektif diperoleh pasien tampak pelo
saat diajak bicara, nilai GCS verbal 3, pembicaraan pasien tidak terarah
dan bibir pasien tampak sedikit perot. Dari pemeriksaan EEG didapatkan
hasil adanya epileptogenic zones pada regio fronbocentral kiri dan adanya
verbal menurut NANDA tahun 2012-2014 yaitu sulit untuk bicara, tampak
pusat.
D. Perencanaan Keperawatan
nyeri berkurang menjadi 3 dari 10, ekspresi wajah rileks, tekanan darah
(TTV) dan peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK), kaji skala nyeri untuk
mengetahui tingkat nyeri pasien, beri posisi kepala 0º dan 30º untuk
1x6 jam pasien dapat menunjukkan berkomunikasi yang baik, pasien dapat
menerima atau mengerti apa yang dikatakan orang lain, pasien dapat
komunikasi dekat dengan pasien untuk hadir secara dekat dan terikat
secara bermakna dengan pasien dengan komunikasi verbal dan non verbal,
E. Implementasi
periksa tekanan dara 190/100 mmHg, frekuensi nadi 90 kali per menit,
frekuensi pernafasan 24 kali per menit, suhu 35,5º C, MAP 130 mmHg.
37
kesakitan. Pada jam 12.15 memberikan posisi kepela 30º pasien bersedia
104 kali per menit, frekuensi pernafasan 24 kali per menit, MAP 143
mmHg. Mengkaji skala nyeri pasien mengatakan nyeri terasa saat duduk,
nyeri seperti tertindih dan terasa di leher bagian belakang, skala nyeri 6
dari 10, nyeri terasa terus menerus dan pasien tampak meringis kesakitan.
merubah posisi kepala menjadi 0º dan pasien tampak sedikit rileks. Pada
tekanan darah 190/120 mmHg, frekuensi nadi 90 kali per menit, frekuensi
pernafasan 22 kali per menit, MAP 143 mmHg. Mengkaji skala nyeri
tertindih, skala nyeri 4 dari 10, nyeri terasa terus menerus dan pasien
pemberian terapi obat aspilet 80 mg/12 jam, fenitoin 150 mg/12 jam,
ranitidine 250 mg/12 jam, vit B1 250 mg/12 jam, pasien mengatakan
bersedia untuk di berikan obat oral dan injeksi obat masuk melalui vena
dan oral.
menjadi 30º pasien bersedia untuk merubah posisi kepalanya dan pasien
kali per menit, frekuensi pernafasan 22 kali per menit, MAP 136 mmHg.
belakang seperti tertindih sekala nyeri 4 dari 10, nyeri terasa saat duduk
kepala 0º pasien bersedia untuk merubah posisi dan pasien tampak nyaman
tekanan darah 180/110 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, frekuensi
39
pernafasan 20 kali per menit, MAP 133 mmHg. Mengkaji skala nyeri
sekala nyeri 3 dari 10, nyeri terasa saat duduk dan terus menerus, pasien
tekanan darah 180/120 mmHg, frekuensi nadi 86 kali per menit, frekuensi
pernafasan 20 kali per menit, MAP 140 mmHg. Mengkaji skala nyeri
sekala nyeri 3 dari 10, nyeri terasa saat duduk dan terus-menerus, pasien
tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, frekuensi
pernafasan 20 kali per menit, MAP 126 mmHg. Mengkaji skala nyeri
sekala nyeri 3 dari 10, nyeri terasa saat duduk dan terus-menerus, pasien
tampak nyaman pada posisi 0º.Merubah posisi kepala menjadi 30º pasien
tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 86 kali per menit, frekuensi
pernafasan 22 kali per menit, MAP 126 mmHg. Mengkaji skala nyeri
sekala nyeri 4 dari 10, nyeri terasa saat duduk dan terus-menerus, pasien
untuk merubah posisi dan pasien tampak rileks. Pada jam 16.00
kali per menit, frekuensi pernafasan 20 kali per menit, MAP 123 mmHg.
belakang seperti tertindih sekala nyeri 3 dari 10, nyeri terasa saat duduk
F. Evaluasi
mengatakan nyeri leher bagian belakang terasa saat duduk dan hilang
timbul nyeri seperti tertindih dengan skala nyeri 3 dari 10. Dengan data
mmHg, frekuensi nadi 86 kali per menit, frekuensi pernafasan 86 kali per
menit, maka dapat disimpulkan masalah nyeri akut teratasi sebagian yaitu
skala nyeri berkurang menjadi 3 dari 10, pasien tampak rileks, tekanan
dilanjutkan ke bangsal.
BAB V
PEMBAHASAN
intrakranial, jaringan otak, cairan otak yang bersifat tetap, karena berada dalam
ruang tengkorak yang bersifat kaku, tekanan tersebut menjalar ke setiap sisi
darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.
Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu penumpukan kolesterol pada dinding
pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pem buluh darah
pembahasan perbandingan maupun persamaan posisi kepala flat (0º) dan elevasi
dengan jurnal dan teori yang mendasari dengan kasus yang terjadi di lapangan.
BAB V ini dibagi dalam lima pokok bahasan yaitu pengkajian, diagnosa
A. Pengkajian
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
43
44
(emosi labil, depresi, menarik diri, kehilangan kontrol diri, dan rasa takut)
didapatkan data pasien mengatakan nyeri pada bagian leher belakang dan
pasien merasa lemas, sehingga Tn. K merasa tidak nyaman dan merasa
pasien, pada saat di IGD pasien mengalami kejang selama kurang lebih 15
menit. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tiga minggu terakhir daya
ingat melemah atau menjadi pelupa dan saat berbicara kata-kata pasien
45
kurang begitu jelas, hal ini menandakan bahwa Tn. K mengalami defisit
dapat berpengaruh pada kepatenan jalan nafas akibat lidah jatuh gangguan
sirkulasi.
Skala Koma Glasgow, yaitu respon membuka mata, bicara dan motorik.
Gelisah, sakit kepala, gerakan tidak tertuju dan mental menurun merupakan
indikasi klinis dini dari peningkatan TIK. Indikator pertama TIK adalah
Perubahan tanda vital, perubahan tanda vital mungkin tanda akhir dari
menurun dan tekanan darah beserta suhu tubuh mengalami penigkatan. Tanda
permenit, suhu 35,5º C, MAP 130 mmHg. Menurut JNC dalam jurnal Dinata
yang dapat mengakibatkan kematian sel-sel otak. Tekanan darah yang bisa
dikatakan hipertensi yaitu dengan sistolik 140 dan diastolik lebih dari 90
(Dinata, 2012).
didapatkan hasil lesi solid intradural extraaxial infratentorial regio CPA kiri
infratentorial kekanan sejauh 1,5 cm. Lesi tampak menekan nervus VI kiri
ventrikel III, hal ini sesuai dengan teori Muttaqin (2008) yang menyebutkan
saraf III, IV, VI apabila akibat stroke mengakibatkan paralisis sesisi otot
okularis yang dapat menurunkan konjugat unilateral disisi yang sakit. Pada
ditandai oleh adanya bangkitan (seizure) yang terjadi secara berulang sebagai
akibat dari adanya gangguan otak secara intermiten, saraf yang terganggu
adalah saraf VII yaitu persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, otot wajah tertarik kebagian sisi yang sehat. Pemeriksaan EEG
dilakukan untuk mengevaluasi pasien dengan serangan kejang yang jelas atau
pada regio frontocentral kiri, yang berarti dari pemeriksaan EEG pasien
kejang, dan penurunan kesadaran. Namun pada Tn. K hanya muncul beberapa
komunikasi verbal dan mulut sedikit perot. Stroke adalah penyebab afasia
paling umum (Smeltzer dan Bare, 2002). Disfungsi bahasa dan komunikasi
48
dengan bicara yang sulit dimengerti disebabkan oleh paralysis otot yang
Secara teori salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke adalah
seperti mual, muntah, pada nadi tidak mengalami peningkatan, pada frekuensi
penurunan kesadaran.
B. Diagnosa Keperawatan
paling utama.
mengatakan nyeri pada leher bagian belakang, dan data obyektif yang
50
24 kali per menit, suhu tubuh 35,5º celcius, MAP 130 mmHg. Pada Tn.
pada diagnosa ini adalah sulit untuk bicara, tampak perot, ketidaktepatan
menjadi pelupa dan data obyektif diperoleh pasien tampak pelo saat
diajak bicara, nilai GCS verbal 3, pembicaraan pasien tidak terarah dan
dengan SNH.
C. Intervensi Keperawatan
yang merupakan suatu keputusan awal tentang suatu apa yang akan
kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat
Timing(Dermawan, 2012).
tingkat nyeri pasien, beri posisi kepala 0º dan 30º untuk memberi
TIK dan memberikan kenyamann pada pasien (Poter & Perry, 2005).
elevasi kepala tidak boleh lebih dari 30º, dengan rasional mencegah
53
D. Implementasi Keperawatan
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih
2012)
dan dapat mengakibatkan kematian sel otak (Rosjidi, 2014). Menurut Jun-
flat (0°) dan posisi elevasi kepala elevasi (30°) adalah pada posisi kepala
flat (0°) diberikan dengan posisi kepala sejajar dengan anggota tubuh dan
peninggian kepala diatas anggota tubuh dan jantung dengan vertical axis,
(Sunardi, 2011).
kepala (30°) pada Tn. K dilakukan dalam 6 jam tiap 30 menit mengganti
posisi. Selama pemberian posisi kepala flat (0°) dan posisi elevasi kepala
(30°) peningkatan TIK pada Tn. K dapat terkontrol, hal ini dibuktikan
proyektil, nyeri kepala berkurang. Hasil ini dapat dilihat pada lembar
kerusakan atau kematian sel otak. Pada asuhan keperawatan Tn. K ini
dampak pemberian posisi kepala flat (0°) dan posisi elevasi kepala (30°)
dengan stroke non hemoragik, pemberian posisi kepala flat (0°) dan posisi
elevasi kepala (30°) pada pasien dengan stroke non hemoragik dilakukan
56
volume CSS yang konstan. Ketika ada perubahan tekanan darah dan
fluktuasi kadar gas darah arteri. Keadaan patologis seperti cedera kepala,
elevasi 30º untuk meningkatkan venous drainage dari kepala dan elevasi
2008).
komunikasi dekat dengan pasien untuk hadir secara dekat dan terikat
hasil. Pasien masih berbicara kurang jelas dan pasien hanya menjawab
E. Evaluasi Keperawatan
(Demawan, 2012).
Pada hari senin, tanggal 5 Maret 2015 pada jam 16.30 WIB pada
duduk dan hilang timbul nyeri seperti tertindih dengan skala nyeri 3 dari
10. Dengan data objektif pasien tampak sedikit rileks dengan tekanan
masalah nyeri akut teratasi sebagian yaitu skala nyeri berkurang menjadi
3 dari 10, pasien tampak rileks, tekanan darah 170/100 mmHg, frekuensi
flat (0°) dan posisi elevasi kepala (30°) secara bergantian dapat
darah, MAP menurun, keluhan nyeri berkurang, tidak ada mual dan
muntah proyektil, hasil ini dapat dilihat pada lembar observasi (Lampiran
ke. 4)
59
BAB VI
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di susun dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengkajian
2. Rumusan Masalah
5957
60
3. Intervensi Keperawatan
dengan SNH adalah pemberian posisi kepala flat (0°) dan posisi elevasi
4. Implementasi Keperawatan
pemberian posisi kepala flat (0°) dan posisi elevasi kepala (30°)
5. Evaluasi Keperawatan
tempat tidur.
proyektil.
B. Saran
1. Bagi Penulis
dengan pemberian posisi kepala flat (0°) dan posisi elevasi kepala (30°)
2. Bagi Institusi
keperawatan.
Brunner & suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 3.
Terjemah; Agung Wahyu. Buku kedokteran. Edisi. 8. EGC. Jakarta.
Corwin E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa Egi Komaria Yudha. Edisi
Revisi. Jilid 3. EGC. Jakarta.
Dinata, C. A. 2013. Gambaran Faktor Resiko Dan Tipe Stroke Pada Pasien Rawat
Inap di Bangian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan. Jurnal
Kesehatan Andalas : 2(2). 57-61. di akses pada tanggal 20 maret 2015.
Muhibbi. S. 2006. Dr. Sholihul Muhibbi, Sp. S, M.Msi.Med Letkol CKM NRP. 32554
Kabag Yanmed Dep Saraf RSPAD Gatot Soebroto. Penugasan Yonif741/SBW
Singaraja.
Muttaqin, A 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System
Persarafan Edisi Pertama. Salemba Medika. Jakarta
Nugroho.T. 2011 Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, & Penyakit Dalam.
Cetakan Pertama. Nuha Medika. Yogyakarta.
Potter & Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Vol I Edisi 4. EGC.
Jakarta.
Rendi. C,M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Dalam, Catatan
Pertama. Nuha Medika. Yogyakarta.
Sunardi. Nelly. 2011. Pengaruh Pemberian Posisi Kepala Terhadap Tekanan Intra
Kranial Pasien Stroke Iskemik di RSCM Jakarta, Jurnal Publikasi dan
Komunikasi Karya Ilmiah Bidang Kesehatan.0216. 7042 : 1-5. di akses pada
tanggal 5 maret 2015.