Pembuatan Larutan Standar Fosfat

Abisha Joses Amarda Siahaan* (230210180056)

Kelompok 3
abisha18001@mail.unpad.ac.id

Abstrak
Larutan standar merupakan larutan dengan konsentrasi yang diketahui secara pasti.
Larutan ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui larutan baku yang terlarut dalam
larutan lain. Sebagai titran, larutan ini harus dibuat dengan benar agar tidak terjadi
kesalahan dalam perhitungan volume larutan baku. Pada praktikum ini diketahui
cara membuat larutan standar fosfat dengan baik. Hasil praktikum ini didukung
dengan pengujian menggunakan spektrofotometer.
Kata kunci : Larutan standar fosfat, oseanografi kimia.
*Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran.

PENDAHULUAN kandungan zat sangat mempengaruhi

Larutan standar merupakan suatu
larutan dengan konsentrasi yang
unsur dan zatnya diketahui secara
pasti (Padmaningrum, 2008). Larutan
standar memegang peran penting
dalam proses titrasi karena
konsentrasinya yang sudah diketahui.
Larutan standar berfungsi sebagai
titran bagi larutan baku. Titran
tersebut bertujuan untuk mengetahui
volume dari larutan baku yang terlarut
dalam suatu larutan yang lain.
Menurut Ihsan, Mulyani, & Faisal
(2019) suatu larutan standar diperoleh
melalui pelarutan unsur tunggal
dalam pelarut yang akan bereaksi
dengannya.
Pembuatan larutan ini sangat
berperan penting dalam proses
analisis volumetrik (Asip & Okta,
2013). Hal ini dikarenakan proses
tersebut termasuk kedalam analisis
kuantitatif. Suatu zat yang belum
diketahui volumenya harus dianalisis
menggunakan suatu zat yang
volumenya sudah diketahui secara
teliti. Dalam bidang kelautan,
kualitas air laut di suatu wilayah.
Menurut Giyanto, Mumby, Dhewani,
Abrar, & Iswari (2017) kualitas air di
suatu wilayah sangat berpengaruh
bagi biota-biota yang tinggal di
dalamnya. Karena itu, maka untuk
mengetahui zat yang ada di dalamnya
diperlukan larutan standarnya terlebih
dahulu.
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Selasa, tanggal 8 Oktober 2019.
Pelaksanaan praktikum kali ini
berlangsung pada pukul 13.00-14.30.
praktikum ini bertempat di
laboratorium Biokimia Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran.
Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini, praktikan
menyiapkan alat dan bahan yang
sekiranya berhubungan dengan tujuan
praktikum. Praktikan memastikan
ketersediaan dari spektrofotometer,
neraca analitik, labu ukur 50ml,
tabung reaksi, dan pipet ukur. Selain
alat, praktikan juga memastikan
ketersediaan dari bahan yang
dibutuhkan yaitu KH2PO4(s),
akuades, reagen SnCl2 0,25ml, dan
NH4 Molibdat.
Prosedur
Setelah semua alat dan bahan sudah
tersedia, maka praktikum dapat
dimulai. Praktikum kali ini
menargetkan larutan standar fosfat
dengan konsentrasi 0,6. Pertama,
KH2PO4(s) ditimbang seberat
0,10975gr menggunakan neraca
analitik. Kemudian, KH2PO4(s) yang
sudah ditimbang dimasukkan ke
dalam labu ukur 50ml dan dilarutkan
dengan akuades sampai volumenya
mencapai 50ml. Setelah campuran
tersebut dihomogenkan, 1ml dari
dalamnya dipindahkan ke labu ukur
50ml yang lain. Jika sudah
dipindahkan, maka konsentrasi
10ppm sudah didapatkan.
Konsentrasi 10ppm tersebut
diencerkan kembali menggunakan
akuades hingga mencapai volume
50ml. Jika sudah homogen, ambil
kembali sebanyak 1ml untuk
dipindahkan ke dalam labu ukur
25ml. Kedalamnya ditambahkan
0,25ml reagen SnCl2 dan 1ml NH4
Molibdat. Setelah didiamkan selama
30 menit, larutan tersebut diuji
menggunakan spektrofotometer pada
absorbansi 650nm. Hasil pengujian
spektrofotometer tersebut dapat
menunjukkan ketepatan pembuatan
larutan standar tersebut.
PEMBAHASAN
Dari praktikum yang sudah
dilakukan, maka didapatkan beberapa
hasil. Yang pertama adalah
penambahan larutan dapat
dimodifikasi sesuai konsentrasi yang
akan didapatkan. Semakin banyak
larutan yang diteteskan kedalamnya,
maka konsentrasinya semakin tinggi
pula. Perubahan yang terjadi hasil
dari reaksi senyawa-senyawa yang
berkaitan adalah larutan yang
berwarna biru muda. Warna biru
muda ini didapatkan dari warna yang
dimiliki oleh fosfat pada
KH2PO4(s)Lalu, untuk mendapatkan
angka yang lebih pasti, maka
pengujian menggunakan
spektrofotometer lebih baik dilakukan
lebih dari 1 kali. Hasil pengujian
spektrofotometer terdapat pada tabel
berikut.
Tabel 1. Hasil pengujian absorbansi larutan
standar pada spektrofotometer
Percobaan Hasil
1 0,5191
2 0,5249
3 0,5262
Rata-rata 0,5234
Dari hasil pengujian
spektrofotometer, didapatkan tingkat
absorbansi larutan standar fosfat yang
sudah dibuat adalah 0,5234nm. Hasil
ini berbeda dengan konsentrasi yang
ditargetkan. Hal ini dapat dikarenakan
jumlah larutan pereaksi yang terlalu
sedikit.
KESIMPULAN
Untuk membuat larutan standar yang
baik, maka dibutuhkan alat dan bahan
yang menunjang. Selain itu, bahan-
bahan yang diberikan sebagai
perlakuan harus diberikan secara teliti
agar hasil yang didapat tidak berbeda
dengan apa yang dibutuhkan. Lalu,
untuk menghitung konsentrasi dari
larutan standar yang sudah dibuat,
disarankan untuk memakai alat
spektrofotometer. Pengujian
menggunakan spektrofotometer
sebaiknya dilakukan lebih dari 1 kali.

DAFTAR PUSTAKA
Asip, F., & Okta, T. (2013). Adsorbsi
H 2 S Pada Gas Alam
Menggunakan Membran
Keramik Dengan Metode Titrasi
Iodometri. Jurnal Teknik Kimia,
19(4), 22–28.
Giyanto, Mumby, P., Dhewani, N.,
Abrar, M., & Iswari, M. Y.
(2017). Indeks Kesehatan
Terumbu Karang Indonesia
(Suharsono, ed.). Jakarta Utara:
PT. Media Sains Nasional.
Ihsan, Y. N., Mulyani, Y., & Faisal, I.
(2019). Panduan Praktikum
Oseanografi Kimia. Jatinangor,
Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas
Padjadjaran.
Padmaningrum, R. T. (2008). Titras
Iodometri. Universitas Negeri
Yogyakarta, 1–6.
LAMPIRAN

Gambar 1. Labu ukur Gambar 4. NH4 Molibdat

Gambar 2. Spektrofotometer Gambar 5. Pemasukan

Gambar 3. Pipet ukur dan labu ukur Gambar 6. Pengenceran

menggunakan akuades
Gambar 7. Pengambilan NH4 Gambar 9. Larutan standar fosfat
Molibdat

Gambar 10. Pengujian

menggunakan spektrofotometer

Gambar 8. Penambahan NH4

Molibdat

Gambar 11. Hasil absorbansi

spektrofotometer pada 450nm