Anda di halaman 1dari 20

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......

Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 131

MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN
YANG EFEKTIF

Oleh:
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, MA
Abstract

Learning is an effort which is intended, aimed to control.


So that we teach relative things to remain others. This
effort can be done] by someone or a team owning interest
and ability in designing and developing source learn which
is needed. In execution of study has to be labored so that
effective in creating study. Affectivity has some indicators
for example, organization of better study, effective
communications, and domination of enthusiasm in study,
positive attitude to result appropriate student.

Keywords: Learning and Effective


132 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

A. Pendahuluan
Pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, dalam
rangka mencapai tujuan ini para pakar pendidikan telah berusaha
merumuskan, mempelajari, memperbaiki sistem pembelajaran, salah satu
diantaranya menyusun langkah-langkah untuk menciptakan pembelajaran yang
efektif.
Pembelajaran yang efektif ini merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Hal ini harus menjadi perhatian
dosen dan guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, maka dalam
tulisan ini akan menguraikan indikator-indikator yang harus dilaksanakan
dalam menciptakan pembelajaran yang efektif.

B. Pembelajaran yang Efektif


1. Pengertian
Pembelajaran merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Pembelajaran terdiri dari dua kata:1
a. Belajar menunjukkan apa yang dilakukan seseorang sebagai subjek yang
menerima pelajaran.
b. Mengajar menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh pengajar.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti berhasil atau kurang berhasilnya suatu pencapaian
tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa
baik ketika siswa berada dilingkungan sekolah maupun dilingkungan rumah
atau keluarga sendiri.2
Belajar adalah membawa perubahan (dalam arti Behavior changers,
aktual maupun potensial).3
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah) belajar adalah kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-
banyaknya, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi

1
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta: Quantum Teaching,
2010), hlm. 31*
2
Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2010), hlm. 87.
3
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.
230-232.
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 133

yang dikuasai siswa. Secara institusional (ditinjau kelembagaan), belajar


dipandang sebagai proses pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas
materi-materi yang telah dipelajari, dimana semakin bagus mutu pengajaran
seorang guru maka semakin baik pula hasil belajar siswa. Secara kuantitatif
(tinjauan mutu) proses memperoleh arti pahaman serta cara penafsiran
dunia disekeliling siswa. Belajar dalam hal ini difokuskan pada tercapainya
daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-
masalah yang kini dan nanti akan dihadapi siswa.4
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan
pelatihan, dimana kegiatan pembelajaran adalah perubahan tingkah laku,
baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap dan segenap
aspek pribadi. 5
Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengar, meniru dan sebagainya.6
Pembelajaran berasal dari kata “ajar”, yang artinya petunjuk yang
diberikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata “ajar” ini lahirlah kata
kerja “belajar” yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu dan kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar” yang
mendapat awalan “pem” dan akhiran “an” yang merupakan konflik
nominal (bertalian dengan prefiks verbal meng-) yang mempunyai arti
proses.7
Pembelajaran secara umum merupakan proses perubahan yakni
perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi seseorang dengan
lingkungannya. Secara lengkap pembelajaran merupakan suatu proses
yang dilakukan individu untuk sebuah perubahan baru secara keseluruhan
sebagai pengalaman diri sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ada
pengertian lain mengenai pembelajaran diantaranya pembelajaran dan
latihan. Keduanya memiliki keterkaitan yang erat meskipun tidak identik.
Keduanya menjadikan perubahan perilaku aspek perilaku yang berubah

4
Muhibbin Syah.Op.Cit, hlm. 90
5
Ahmad Sabri. Op.Cit, hlm. 20
6
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rajawali Pres), hlm 20-
21.
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), hlm. 664.
134 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

karena latihan, adalah perubahan dalam bentuk skill atau keterampilan.


Pembelajaran akan lebih berhasil ketika disertai dengan latihan.8
Pembelajaran menurut Sudjana, merupakan setiap upaya yang
dilakukan oleh pendidik dan memberikan dampak bagi peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution mendefenisikan
pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik
sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam hal ini meliputi guru, alat
peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan
kegiatan belajar anak.9
Pembelajaran sendiri sangat erat kaitannya dengan belajar. Dimana
kata pembelajaran merupakan dari terjemahan dari kata-kata instruction.
Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-Nalistik, yang
menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.10
Sehubungan dengan istilah pembelajaran prinsip utama dalam proses
pembelajaan adalah proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi
diri siswa (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dari
kehidupannya saat ini dan dimasa yang akan dating (life skill).11
Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif
menetap pada diri orang lain. Usaha ini dapat dilakukan oleh seseorang
atau sesuatu tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam
merancang dan atau mengembangkan sumber berlajar yang diperlukan.12
Pembelajaran yang efektif adalah yang menghasilkan belajar yang
bermanfaat dan bertujuan kepada para mahasiswa melalui pemakaian
prosedur yang tepat. Defenisi ini mengandung dua indikator yang penting,
yaitu terjadinya belajar pada mahasiswa dan apa yang dilakukan dosen.
Oleh sebab itu, prosedur pembelajaran yang dipakai oleh dosen dan bukti

8
Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bany
Quraisy, 2004), hlm. 7-11.
9
Tim Penyusun Buku Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan UNY, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hlm. 80-81.
10
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi ,
(Jakarta: Pranada Media, 2005), hlm. 78
11
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 287.
12
Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007),
hlm. 545.
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 135

mahasiswa belajar akan dijadikan fokus dalam usaha pembinaan efektivitas


pembelajaran.13

2. Komponen-komponen Pembelajaran
Secara rinci komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:14
a. Tujuan, merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem
pembelajaran. Mau dibawa kemana siswa? Apa yang harus dimiliki oleh
siswa? Itu semua tergantung pada proses pembelajaran.
Secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis.15
1) Untuk mendapatkan pengetahuan
2) Penanaman konsep dalam keterampilan
3) Pembentukan sikap
b. Isi atau meteri pelajaran, merupakan komponen kedua dalam sistem
pembelajaran. Materi pelajaran merupakan inti dalam proses
pembelajaran. Dalam komponen ini maka penguasaan materi pelajaran
oleh guru mutlak diperlakukan. Guru perlu memahami betul isi materi
pelajaran yang akan disampaikan, sebab peran dan tugas guru adalah
sebagai sumber belajar. Materi pelajaran tersebut biasanya
tergambarkan dalam buku teks, sehingga sering terjadi proses
pembelajaran adalah menyampaikan materi yang ada dalam buku.
c. Strategi atau metode adalah komponen yang juga mempunyai fungsi
yang sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat
ditentukan oleh komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya
komponen lain, tanpa dapat di implementasikan melalui strategi yang
tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna
dalam proses pencapaian tujuan.
d. Alat dan sumber, meskipun sebagai alat bantu, akan tetapi memiliki
peran yang tidak kalah pentingnya. Dalam kemajuan teknologi seperti
sekarang ini kemungkinan siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan
saja dengan memanfaatkan hasil-hasil teknologi. Maka, peran dan tugas

13
Ibid, hlm. 546
14
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Pranada Media Group, 2010),
hlm. 204-206.
15
Sardiman, Op.cit, hlm. 26-27.
136 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

guru bergeser dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai
pengelola sumber belajar.
e. Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses
pembelajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan
siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan
balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran.
Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan
berbagai komponen sistem pembelajaran.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Dalam pembelajaran ada beberapa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kegiatan sistem pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:16
a. Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan
idenya suatu strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Guru dalam
proses pembelajaran memegang peran penting. Tetapi dalam proses
pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan
bagi siswa yang diajarnya.
Peran guru sebagai mediator (penghubung/perantara) antara
pengetahuan dan keterampilan dengan siswa yang membutuhkannya,
sangat berpengaruh pada hasil pembelajaran. Karakteristik guru yang
erat kaitannya dengan pembelajaran mencakup:17
1) Karakteristik intelektual guru yang meliputi: potential ability
(kapasitas ranah cipta bawaan) dan actual ability (kemampuan ranah
cipta yang nyata).
2) Kecakapan ranah karsa guru, seperti: tingkat kepasihan berbicara,
tingkat kecermatan menulis dan menerangkan keterampilan-
keterampilan lainnya.
3) Karakteristik ranah rasa guru yang meliputi: tingkat minat, keadaan
emosi dan sikap terhadap siswa dan mata pelajaran sendiri, dan
sebagainya.
4) Usia guru yang berhubungan dengan bidang tugas yang diemban,
misalnya: pengajaran yang berorientasi pada penanaman budi

16
Ibid, hlm. 52
17
Ibid.
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 137

pekerti akan lebih cocok bila dilakukan oleh guru yang berusia relatif
lebih tua dari guru-guru lainnya.
5) Jenis kelamin guru yang berhubungan dengan bidang tugas yang
diemban, umpamanya: pengajaran bahasa dan kesenian akan lebih
pas jika dilakukan oleh wanita, walaupun sebenarnya tidak mutlak.
6) Kelas sosial guru yang berhubungan dengan minat dan sikap guru
terutama terhadap profesinya. Guru yang berasal dari strata sosial
menegah kebawah relative lebih positif dan bangga menjadi guru
dibandingkan dengan guru yang berasal dari strata sosial yang tinggi.
b. Faktor siswa
Siswa adalah organisme unik yang berkembang sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh
aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan
masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak
sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
c. Faktor sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media
pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain
sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara
tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran,
misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan
lain sebagainya.
d. Faktor lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1) Faktor organisasi kelas yang didalam meliputi jumlah siswa dalam
satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses
pembelajaran.
2) Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologis.
Maksudnya, keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat
dalam proses pembelajaran.
138 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

C. Indikator Pembelajaran yang Efektif


Keefektipan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian
sibelajar. Ada empat aspek yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan
keefektipan pembelajaran yaitu:
1. Kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan
tingkat kesalahan
2. Kecepatan untuk kerja
3. Tingkat alih belajar
4. Tingkat retensi dari apa yang dipelajari.18
Yusuf Hadi Miarso mengutip pendapat wotruba and wright, bahwa
berdasarkan pengkajiannya atas sejumlah penelitian, mengidentifikasikan tujuh
indikator yang menunjukkan pembelajaran yang efektif. Indikator itu adalah:
1. Pengorganisasian kuliah dengan baik
2. Komunikasi secara efektif
3. Penguasaan dan antusiasme dalam mata kuliah
4. Sikap positif terhadap mahasiswa
5. Pemberian ujian dan nilai yang adil
6. Keluwesan dalam pendekatan pengajaran, dan
7. Hasil belajar mahasiswa yang baik.19
Ad. I pengorganisasian kuliah dengan baik. Indikator pengorganisasian kuliah
dengan baik tercermin dalam:
a. Perumusan tujuan
b. Pemilihan bahan/topik kuliah
c. Kegiatan kelas
d. Penugasan
e. Penilaian
f. Kesiapan dosen untuk mengajar
g. Penugasan waktu kuliah dengan baik.
Pelaksanaan kuliah dengan baik tentunya tidak dilakukan dengan
banyak penyimpangan dari Rencana yang telah ditetapkan semula.
Pengorganisasian kuliah merupakan wewenang dosen. Oleh karena itu yang
dapat menilai apakah kuliah telah diorganisasikan dengan baik adalah para
sejawat dalam bidang studi yang bersangkutan, ketua jurusan program studi,
dan mahasiswa. Mahasiswa sering kali mempunyai posisi yang terbaik dalam

18
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 21
19
Yusuf Hadi Miarso, Opcit, hlm. 546
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 139

melakukan penilaian, karena mereka dapat membandingkan secara langsung


dosen yang satu dengan lainnya. Sedangkan sejawat dan pimpinan mungkin
hanya menilai berdasarkan data sekunder. Mahasiswa di dalam suatu kelas
dapat menilai dengan cukup tepat: (1) apakah dosen menyajikan bahan di
dalam secara teratur; (2) apakah dosen telah mempersiapkan diri untuk
kelasnya; (3) apakah dosen menjelaskan apakah yang perlu dipelajari; dan (4)
apakah kuliah itu memungkinkan untuk dapat diikuti dengan baik.20
Pengorganisasian kuliah dengan baik termasuk kemampuan mengelola
pembelajaran. Dalam mengelola pembelajaran ada tiga hal yang penting
dilaksanakan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.21
Strategi pembelajaran merupakan hal yang penting diperhatikan guru
dalam proses pembelajaran, ada tiga jenis trategi yaitu:
a. Strategi pengorganisasian pembelajaran
b. Strategi penyampaian
c. Strategi pengelolaan.22
Berkaitan dengan pengorganisasian pembelajaran, Hamzah B. Uno
membagi tiga (3) strategi, yaitu:
Organizational Strategy adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang
studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. “mengorganisasi” mengacu pada
suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format
dan lainnya yang setingkat dengan itu.
Delivery strategy adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran
kepada siswa dan/atau untuk menerima serta merespon masukan yang berasal
dari siswa. Media pembelajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi
ini.
Management strategi adalah metode untuk menata interaksi antara
sibelajar dan variabel metode pembelajaran lainnya, variabel strategi
pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
Strategi pengorganisasian , lebih lanjut dapat dibedakan menjadi 2
(dua) jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Strategi mikro mengacu
kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada
satu konsep, atau prosedur, atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada

20
Ibid, hlm. 547.
21
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007), hlm. 77
22
Hamzah. B. Uno, Perencanaan, Opcit, hlm.45
140 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu
konsep, atau prosedur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urutan,
membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran (apakah itu konsep,
prosedur atau prinsip) yang saling berkaitan. Pemilihan isi, berdasarkan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu kepada penetapan konsep, atau
prosedur atau prinsip apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu .
penataan urutan isi mengacu kepada keputusan untuk menata dengan urutan
tertentu konsep atau prosedur atau prinsip yang akan diajarkan. Pembuatan
sistesis mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara menunjukkan
keterkaitan diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembuatan rangkuman
mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang
konsep, prosedur atau prinsip, serta kaitan yang sudah diajarkan.
Menurut Gakne ada pengorganisasian secara makro dan mikro. Secara
makro yang diacukan untuk menata keseluruhan isi bidang studi, secara mikro
yang diacukan untuk menata sajian suatu konsep.
Ad. 2. Komunikasi secara efektif
Kegitan belajar mengajar dikelas merupakan suatu dunia komunikasi
tersendiri, dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide
dan pikiran, sehingga mengandung muatan “komunikasi edukatif” artinya
tujuan akhir dilakukan proses komunikasi adalah mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap anak didik. Komunikasi sering
menimbulkan penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan hambatan
bagi anak didik.23
Komunikasi adalah berasal dari bahasa latin “communis” artinya
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan dua orang atau
lebih.24 Menurut Weaver, komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang
saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya sengaja atau tidak sengaja,
tidak terbatas pada bahasa verbal, termasuk ekspresi muka, lukisan, dan seni
dan teknologi. Everet M. Rogest mengemukakan bahwa komunikasi adalah
proses dimana satu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih,
dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka, sedangkan pendapat
Lawrence Kincaid, komunikasi adalah suatau proses dimana dua orang atau

23
http:/id.shyoong.com/social-sciences/education/2250900-peran-dan-fungsi-media-
vcd/#ixzz2ngdegopq
24
H. Haviet Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali, 2009), hlm. 17
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 141

lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi denga satu sama


lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam, fungsi komunikasi ini adalah menyampaikan informasi, mendidik,
menghibur dan mempengaruhi.25
Komunikasi secara efektif tersebut adalah keahlian dalam mentransfer
ilmu pengetahuan dalam mengajar, ini sangat dituntut dalam pembelajaran,
agar isi pembelajaran dapat dipahami dengan baik.
Kebanyakan pembelajaran diperguruan tinggi diberikan dalam bentuk
kuliah. Oleh sebab itu kecapakan memberi kuliah, termasuk pemakaian media
dan alat audiovisual atau teknik lain untuk menarik perhatian siswa merupakan
suatu karakteristik pembelajaran baik.
Kemampuan komunikasi mencakup:
a. Penyajian yang jelas
b. Kelancaran berbicara
c. Interprestasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh
d. Kemampuan wicara yang baik (nada, intonasi, ekspresi dan lain-lain)
e. Kemampuan untuk mendengar.26
Kemampuan berkomunikasi tidak hanya di wujudkan dengan melalui
penjelasan verbal, tetapi dapat juga berupa makalah yang ditulis secara silabus
dan Rencana kuliah yang jelas dan mudah dimengerti. Komunikasi yang efektif
itu penting di dalam kelas yang besar, seminar, diskusi kelompok, bahkan
dalam percakapan perorangan. Tentu saja dalam berbagai situasi itu
diperhatikan keterampilan yang berbeda. Sebagai mana halnya dengan
pengorganisasian kuliah, penilain atas kemampuan berkomunikasi ini juga
dapat dilakukan dengan baik oleh para mahasiswa, (1). apakah suara dosen
cukup jelas di dengar; (2) apakah dosen berkomunikasi dengan penuh percaya
diri atau ragu-ragu dan gugup; (3) apakah dosen mampu menjelaskan sesuatu
yang abstrak dengan baik dan menggunakan contoh konkret, dan (4) apakah
isi kuliah dipahami dengan baik.27
Keahlian komunikasi sangat dibutuhkan dalam menciptakan
pembelajaran yang efektif, yaitu keahlian berbicara, mendengar, mengatasi
hambatan komunikasi verbal , memahami komunikasi non verbal dari murid

25
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2003), hlm. 11
26
Yusuf Hadi Miarso, Opcit, hlm.547
27
Ibid.
142 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

dan mampu memecahkan konflik, saat berbicara dengan murid bahkan


dengan orang tua administrator dan yang lainnya.28 Guru harus memiliki
keterampilan komunikasi yang efektif, agar mampu menerima semua perasaan
dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.29
Ad. 3. Penguasaan dan antusiasme dalam mata kuliah
Seorang dosen dituntut untuk mengetahui materi kuliahnya dengan
baik agar dapat diorganisasikan secara sistematis dan logis, yang menjadi
indikator penguasaan atas bahan kuliah adalah:
a. Harus mampu menghubungkan isi kuliahnya dengan apa yang telah
diketahui mahasiswa.
b. Mampu mengaitkan isi kuliahnya dengan perkembangan yang baru dalam
disiplin keilmuannya.
c. Mampu mengambil manfaat dari hasil penelitian yang berkaitan
d. Pemilihan buku wajib dan bacaan
e. Penentuan topik pembahasan
f. Pembuatan ikhtisar
g. Pembuatan bahan sajian.30
Penguasaan atas bahan kuliah saja tidak cukup, penguasaan itu harus
diiringi dengan kemauan dan semangat untuk memberikan penguasaan itu
kepada para mahasiswa. Tidak jarang seorang dosen yang ahli dalam suatu
bidang kajian, ingin memiliki keahlian itu sendiri, karena khawatir mendapat
persaingan. Inilah yang dimaksudkan dengan antusiasme yang tinggi.
Penguasaan atas bahan kuliah ini dapat diketahui dengan baik melalui
penilaian sejawat dalam bidang disiplin yang sama. Kadang-kadang untuk
sesuatu pokok bahasan tertentu perlu diundang narasumber dari luar; nara
sumber itu dapat pula memberikan penilaian apakah materi kuliah yang
dipilih dan disajikan dalam kelas merupakan materi yang tepat, dan apakah
dosen yang bersangkutan mempunyai kemampuan yang cukup dalam materi
tersebut. Mahasiswa sulit untuk mengetahui kedalaman pengetahuan dosen,
meskipun mahasiswa dapat “menguji” dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat menyulitkan dosen. Mahasiswa juga dapat mengetahui
apabila ada pandangan yang berbeda antar dosen. Antusiasme dosen dalam

John W. Santroch, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 7


28

29
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 171
30
Yusuf Hadi Miarso, Opcit, hlm. 548
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 143

memberikan kuliah, dapat diketahui dengan baik oleh para mahasiswa,


meskipun sering kali ukuran mengenai hal ini sifatnya kabur dan berubah-ubah
sesuai dengan suasana hati para mahasiswa sendiri.31
Ad. 4. Sikap positif terhadap mahasiswa
Sikap positif terhadap mahasiswa dicerminkan dengan berbagai cara,
antara lain:
1. Seorang dosen memberi bantuan kala mahasiswa mendapat kesulitan
dengan bahan kuliah.
2. Dosen mendorong mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan atau
memberi pendapat.
3. Dosen dapat dihubungi oleh mahasiswa diluar kelas
4. Dosen menyadari dan peduli dengan apa yang dipelajari oleh mahasiswa.32
Sikap positif ini dapat ditunjukkan baik pada kelas kecil maupun kelas
besar, tentu saja dengan cara yang berbeda. Dalam kelas yang kecil, sikap ini
dapat dilanjutan dengan memberikan perhatian pada orang perorang,
sedangkan pada kelas besar dapat diberikan kepada kelompok yang
menghadapi masalah yang sama. Beberapa dosen berpendapat bahwa
bersikap positif terhadap mahasiswa sama artinya dengan memanjakan
mereka. Dosen seperti ini berpendapat bahwa mahasiswa harus berusaha
sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, para mahasiswa
memang sebaiknya diberikan setelah usaha mereka sendiri kurang berhasil.
Bantuan itu tidak berarti memecahkan masalah yang dihadapi mahasiswa,
melainkan memberikan saran jalan keluar, memberikan dorongan,
membangkitkan motivasi, dan lain sebagainya. Meskipun mahasiswa
mempunyai kesempatan paling besar untuk menilai sikap dan tindakan dosen,
tetapi perlu diperhatikan bahwa mahasiswa dapat mengharap terlalu banyak
dari dosen. Kalau harapannya itu tidak dipenuhi dia dapat menilai dosennya
tidak berikap positif.33 Maka kejujuran merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan dalam mendidik anak. 34
Sikap positif yang diperlihatkan pengajar terhadap mata ajar yang
disajikan pada siswa dan terhadap metode yang digunakan, dapat

31
Ibid.
32
Ibid, hlm. 549
33
Ibid.
34
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Repormasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), hlm. 73
144 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

mempengaruhi motivasi sikap siswa. Sudah merupakan keharusan bahwa


setiap orang yang terlibat dalam penerapan dan pelaksanaan suatu program
pengajaran memperlihatkan kegairahan, kerja sama, kesediaan menolong dan
minat terhadap bahan ajar. Apabila siswa merasakan atau benar-benar melihat
ungkapan atau sikap positif, siswa akan cenderung bertingkah laku positif,
hasilnya dapat mendukung keberhasilan pembelejaran.35

Ad. 5. Pemberian ujian dan nilai yang adil


Adil di dalam ujian dan penilaian. Sejak dari permulaan kuliah,
mahasiswa harus diberi tahu, beberapa macam penilaian kuliah yang akan
dilakukan, seperti misalnya tes pormatif, makalah, proyek, ujian dan
pertanyaan-pertanyaan lain yang semuanya akan dihitung untuk menentukan
nilai akhir.
Tolak ukur keadilan dalam ujian dapat dilihat hal:
1. Kesesuaian soal ujian dengan bahan kuliah.
2. Sikap yang konsisten terhadap pencapaian tujuan kuliah
3. Usaha mahasiswa yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
4. Kejujuran mahasiswa
5. Pemberian umpan balik terhadap pekerjaan mahasiswa.36
Keadilan penilaian ini tidak berarti memberi mahasiswa nilai A kalau
mereka seharusnya tidak mendapatkan nilai itu. Sesuai tidaknya ujian dan
penilaian dengan tujuan dan materi kuliah dapat diketahui oleh teman sejawat
atau pinpinan langsung. Demikian pula penilaian yang diberikan terhadap
perestasi mahasiswa; adakalanya nilai yang diberikan oleh seseorang dosen
dipengaruhi pula oleh rasa senang, tidak senang dengan mahasiswa tertentu.
Mahasiswa dapat pula diminta pendapatnya tentang tingkat keadilan dosen.
Tetapi kita juga harus berhati-hati karena mahasiswa juga tidak selalu dapat
bersikap objektif.37
Seringkali dalam proses belajar mengajar aspek evaluasi hasil belajar di
abaikan, artinya dosen, guru terlalu memperhatikan saat yang bersangkutan
memberikan pelajaran saja. Perkuliahan berjalan, saat membuat soal ujian

35
Ibid, hlm. 47
36
Yusuf Hadi Miarso, Opcit, hlm. 549
37
Ibid.
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 145

tidak lagi melihat sasaran belajar termasuk aspek kognitif afektif dan
psikomotorik. Dalam membuat soal ujian perlu diperhatikan.38
1. Memberi ukuran yang di pakai
2. Menetapkan fungsi penilaian
3. Melaksanakan standar penilaian ujian
4. Merancang soal-soal ujian tetap relevan dengan pencapaian sasaran
belajar.
5. Membuat bobot soal
6. Pengukuran dan penilaian hasil ujian
7. Pengambilan keputusan atas hasil evaluasi ujian.39
Ujian mempunyai tiga fungsi yaitu mengukur, menilai dan
mengevaluasi. Suatu ujian dikatakan bermutu baik apabila:
1. Menguji apa yang hendak di uji
2. Terdiri atas serangkaian soal ujian yang baik.40
Tujuan utama dalam menyelenggaran ujian itu adalah mengukur dan
menilai seberapa jauh mahasiswa mencapai sasaran belajar yang telah
ditetapkan.41
Langkah-langkah diatas sangat penting dilaksanakan setiap dosen, guru
untuk mendukung tercapainya pemberian nilai yang adil. Evaluasi hasil belajar
itu merupakan proses mulai dan menentukan objek yang diukur,
mengukurnya, mencapai hasil pengukuran, mentransformasikan kedalam nilai
dan mengambil keputusan lulus tidaknya mahasiswa, efektif tidaknya dosen
mengajar ataupun baik buruknya interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam
proses belajar mengajar.42
Ad. 6. Keluesan dalam pendekatan pengajaran
Keluaesan dalam pendekatan pengajaran. Pendekatan pembelajaran
yang dilakukan oleh dosen dengan bervariasi, seringkali merupakan petunjuk
adanya gairah dalam mengajar. Berbagai pendekatan mungkin dapat
bermanfaat dalam mencapai berbagai tujuan, atau dalam menanggapi latar
belakang dan kemampuan mahasiswa. Umpamanya, simulasi dan teknik
permainan dapat bermanfaat didalam mengajar analisa, sintesa, dan

38
Hamzah B.Uno, Perencanaan Pembelajaran, Opcit, hlm. 92
39
Ibid, hlm. 93
40
Ibid, hln. 95
41
Ibid, hln. 98
42
Ibid, hln. 94
146 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

kemampuan pemikiran kritis. Media dapat dipakai untuk menambah daya


cerna kuliah, jadi memberikan keuntungan kepada para mahasiswa. Dengan
memberikan kesempatan waktu yang berbeda kepada para mahasiswa yang
kemampuannya berbeda, sudah berarti adanya pendekatan yang luwes.
Kegiatan pengajaran seharusnya ditentukan berdasarkan karakteristik
mahasiswa, karakteristik mata pelajaran, dan hambatan. Karakteristik yang
berbeda, dan kendala yang berbeda menghendaki pendekatan yang berbeda
pula. Usaha pertama untuk pendekatan yang luwes, mungkin belum dapat
menunjukkan hasil yang baik. Kesediaan untuk melakukan eksperimen atau
memberikan umpan balik, akan merupakan usaha yang baik untuk
menghasilkan pendekatan kuliah yang baik. Keluesan dalam pendekatan
mengajar mungkin hanya dapat diketahui oleh dosen yang bersangkutan dan
mahasiswa yang mengikuti kuliahnya. Adakalanya pendekatan yang
digunakan dosen ditentukan secara situsional, yaitu disesuaikan dengan
suasana dan peristiwa yang ada pada waktu kuliah diberikan. Dalam keadaan
seperti ini sebaiknya dosen mencatat suasana dan pendekatan yang
digunakan, karakteristik dari perubahan serta hasil yang diperolehnya.43
Ad. 7. Hasil belajar mahasiswa yang baik
Hasil belajar mahasiswa yang sesuai. Seberapa banyak dan apa yang
dipelajari oleh mahasiswa di dalam suatu kuliah adalah hasil dari berbagai
faktor, yang tidak kesemuanya berhubungan dengan dosen. Kemampuan
dalam memotivasi mahasiswa, umpamanya, sangat berhubungan dengan apa
yang dicapai mahasiswa. Beberapa mahasiswa dapat belajar sendiri, tanpa
harus mendapat pelajaran terlebih dahulu. Oleh sebab itu memisahkan hasil
dari pembelajaran dan proses belajar merupakan suatu yang sangat sukar.
Meskipun ada kesukaran, adalah penting untuk mempertimbangkan usaha
belajar mahasiswa pada waktu menilai efektivitas pembelajaran. Hasil belajar
dapat dibedakan dalam tiga ranah/kawasan, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Proses untuk menentukan jenis dan jenjang tujuan merupakan
tugas yang tidak mudah. Pedoman yang perlu dipegang adalah bahwa hasil
belajar mahasiswa itu harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Belajar
adalah suatu proses yang kompleks dan terjadi pada semua orang serta
berlangsung seumur hidup. Karena kompleksnya masalah belajar, banyak
sekali teori yang berusaha menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi.
Para penganut aliran behavioristik (keprilakuan) berpendapat bahwa belajar itu

43
Yusuf Hadi Miarso, Opcit, hlm.. 549
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 147

terjadi sebagai akibat adanya pengondisian lingkungan yang diikuti dengan


adanya penguatan (reinforcement). Sedang penganut aliran Gastalt
berpendapat bahwa belajar terjadi karena adanya usaha yang bertujuan,
eksploratif, imajinatif, dan kreatif. Teori belajar keprilakuan berpendapat
bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, sedang teori
belajar Gastalt menganggap belajar adalah perubahan insigh yaitu wawasan
atau pengertian tentang adanya hubungan atau pemecahan situasi
problematic. Menurut teori Gastalt adanya perubahan itu tidak harus terlibat
dari luar.44
Meskipun banyak teori belajar, namun tidak ada kesamaan umum
dalam mendefenisikan belajar. Empat rujukan yang terkandung dalam defenisi
belajar ialah:
1. Adanya perbuhan atau kemampuan baru
2. Perubahan atau kemampuan baru itu tidak berlangsung sesaat, melainkan
menetap dan dapat disimpan.
3. Perubahan atau kemampuan baru itu terjadi karena adanya usaha
4. Perubahan atau kemampuan baru itu tidak hanya timbul karena faktor
pertumbuhan. 45
Gagne (1985) mengkaji hal belajar yang kompleks dan menyimpulkan
bahwa informasi dasar atau keterampilan sederhana yang dipelajari
mempengaruhi terjadinya belajar yang lebih rumit. Menurut Gagne ada lima
kategori kemampuan belajar, yaitu:
1. Keterampilan intelektual: kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan
lingkungan dengan menggunakan lambang. Keterampilan ini meliputi:
a. Asosiasi dan mata rantai: menghubungakan suatu lambang dengan
suatu fakata atau kejadian.
b. Diskriminasi: membedakan suatu lambang dengan lambang lain
c. Konsep: mendefenisikan suatu pengertian atau prosedur
d. Kaidah: mengombinasikan beberapa konsep dengan suatu cara
e. Kaidah lebih tinggi: menggunakan berbagai kaidah dalam memecahkan
masalah.
2. Siasat kognitif: keterampilan sibelajar untuk mengatur proses internal
perhatian, belajar, ingatan, dan pikiran.

44
Ibid, hln. 550
45
Ibid.
148 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

3. Informasi verbal: keterampilan untuk mengenal dan menyimpan nama atau


istilah, fakta dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan
pengetahuan.
4. Keterampilan motorik: keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga
terbentuk keutuhan gerakan yang mulus, teratur, dan tepat waktu.
5. Sikap: keadaan dalam diri sibelajar yang mempengaruhi (bertindak sebagai
moderator atas) pilihan untuk bertindak. Sikap ini meliputi komponen
afektif (emosional), aspek kognitif, dan unjuk perbuatan.
Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu:
a. Keefektifan (effectiveness)
b. Efesien(efficiency)
c. Daya tarik (appeal)
Keafektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si
belajar. Ada 4 (empat) aspek penting yang dapat dipakai untuk
mempreskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu (1) kecermatan penguasaan
perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2)
kecepatan untuk kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi dari apa yang
dipelajari.
Efisien pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan
dan jumlah waktu yang di pakai sibelajar atau jumlah biaya pembelajaran
yang digunakan.
Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mangamati
kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali
kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran
biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran
kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan
dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.46

D. Penutup
Uraian diatas tentang pembelajaran yang efektif sebagai suatu usaha
guru dan dosen dalam melaksanakan tugasnya, yang diharapkan menghasilkan
belajar yang bermanfaat dan bertujuan, maka harus melalui pemakaian
prosedur yang tepat.

46
Hamzah B. Uno,Perencanaan, Opcit, hlm. 21
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 149

Daftar Pustaka

B. Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

__________, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Repormasi Pendidikan di


Indonesia, Jakarta:Bumi Aksara, 2008.

Cangara, H. Haviet, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali, 2009.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2003.

http:/id.shyoong.com/social-sciences/education/2250900-peran-dan-fungsi-media-
vcd/#ixzz2ngdegopq

Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Miarso, Yusuf Hadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana,


2007.

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007.

Sabri, Ahmad, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta: Quantum


Teaching, 2010.

Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Pranada Media Group,


2010.
150 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

__________, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,


Jakarta: Pranada Media, 2005.

Santroch, John W., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007.

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rajawali Pres.

Surya, Mohammad, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Pustaka


Bany Quraisy, 2004.

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Syah, Muhibbin, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.


Remaja Rosda Karya, 2010.

Tim Penyusun Buku Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan Fakultas Ilmu


Pendidikan UNY, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hlm. 80-81.

Anda mungkin juga menyukai