Kata Pengantar
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami selaku penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas mengenai Asuhan Keperawatan Postpartum . Makalah ini dibuat
dengan tujuan agar kita dapat memperoleh suatu ilmu yang berguna dalam bidang
studi keperawatan dan dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu
dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
PENDAHULUAN
Post partum atau masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki
pengetahuan dan kesiapan untuk hamil, melahirkan dan menyusui anak. Breast
caremerupakan salah satu bagian penting yang harus diperhatikan sebagai
persiapan untuk menyusui nantinya, hal ini dikarenakan payudara merupakan
organ esensial penghasil ASI yaitu makanan pokok bayi baru lahir sehingga
perawatannya harus dilakukan sedini mungkin. Dalam meningkatkan pemberian
ASI pada bayi, masalah utama dan prinsip yaitu bahwa ibu-ibu membutuhkan
bantuan dan informasi serta dukungan agar merawat payudara pada saat
menyusui bayinya. Pada saat melahirkan sehingga menambah keyakinan bahwa
mereka dapat menyusui bayinya dengan baik dan mengetahui fungsi dan manfaat
breast care pada saat menyusui (Anwar, 2005 dalam Nur, 2012).
Berdasarkan penelitian di Surabaya pada tahun 2004 menunjukkan 46% ibu yang
memberikan ASI eksklusif pada anaknya dan yang melakukan perawatan
payudara sekitar 34% dan yang sisanya tidak melakukan perawatan payudara
dikarenakan pengetahuannya kurang mengenai fungsi dan manfaat breast care
(Varney, H., Kriebs, J & Gegor, Cdalam Nur,2012). Menurut Pramudhita, 2013
hasil penelitiannyatentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan
payudara di Polindes desa Girikerto Kecamatan Sine Kabupaten Ngawi
menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan ibu nifas di Polindes Desa Girikerto
Kecamatan Sine Kabupaten Ngawi mempunyai pengetahuan cukup tentang
perawatan payudara sebesar 18% (60 orang), sebanyak 5 responden (17%)
mempunyai pengetahuan baik dan sebanyak 7 responden (23%) mempunyai
pengetahuan kurang. Dan berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti saat
praktek di RSUD. Dr. Hardjono Ponorogo banyak ibu postpartum belum tau cara
breast care pada saat nifas. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa
ketidaklancaran ASI banyak dipengaruhi oleh breast care yang kurang. Oleh
karena itu, breast care sangat penting dilakukan bagi ibu yang telah melahirkan
utuk mencegah masalah-masalah yang timbul selama laktasi, seperti:
pembengkakan payudara, penyumbatan saluran ASI, radang payudara dan
sebagainya. Untuk mengatasi permasalahan diatas, lakukan breast care selama
menyusui. Untuk mengurangi sakit pada payudara maka lakukan pengurutan
payudara secara perlahan, kompres air hangat sebelum bayi menyusui karena
panas dapat merangsang aliran ASI kemudian kompres air dingin setelah
menyusui untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Sehingga dengan
pengurutan payudara secara perlahan, mengompres air hangat dan air dingin
pada payudara, serta membersihkan puting secara benar dan teratur diharapkan
ASI dapat keluar lancar dan proses laktasi pun berjalan lancar. Ibu yang menyusui
tidak akan mengalami kesulitan dalam pemberian ASI bila sejak awal telah
mengetahui bagaimana perawatan payudara(breast care) yang tepat dan benar.
Apabila selama menyusui ibu tidak melakukan perawatan payudara dan perawatan
tersebut hanya dilakukan sewaktu di rumah sakit, maka akan menimbulkan
beberapa permasalahan, seperti ASI tidak keluar atau ASI keluar setelah beberapa
hari kemudian, puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap, produksi
ASI sedikit, dan tidak cukup dikonsumsi bayi, infeksi pada payudara, payudara
bengkak, bernanah, dan muncul benjolan di payudara. Dan akibatnya bayi pun
tidak mau menyusu atau minum ASI ibunya, padahal pemberian ASI merupakan
metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari
6 bulan, selain itu juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan
cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama
kehidupannya. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan
utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi
semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI). Jika bayi tidak mau minum ASI, maka kebutuhan gizi bayi tidak akan
terpenuhi secara baik dan bayi akan mudah terkena penyakit (Saryono dan
Pramitasari, 2009 dalam Nur, 2012).
Upaya ini dapat meningkatkan kemampuan ibu dalam breast care secara baik dan
benar sebagai upaya preventif terhadap masalah menyusui sehingga proses
menyusui dapat berjalan dengan lancar dan merupakan upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. (Saryono dan Pramitasari, 2009).
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
1.4 Manfaat
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
a. Puerperium dini : Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
c. Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi
(Suherni, 2009).
2.3 Kebutuhan Dasar Perawatan Postpartum
Nutrisi dan cairan pada masa postpartum masalah diet perlu mendapat perhatian
yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan
ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung
cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi seperti
mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup, dan minum sedikitnya 3
liter air setiap hari. Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya
dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi
menahan ibu postpartum telentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah
melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam
24-48 jam postpartum. Eliminasi Dalam 6 jam ibu post partum harus sudah bisa
BAK spontan. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih tau sekali
berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau
ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu 8 jam untuk kateterisasi. Ibu
postpartum diharapkan dapat buang air besar setelah hari kedua postpartum. Bila
lebih dari tiga hari belum BAB bisaa diberikan obat laksantia. Ambulasi secara dini
dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB. Asupan cairan yang adekuat dan
diit tinggi serat sangat dianjurkan.
Personal higiene sangat penting dilakukan Pada masa post partum, seorang ibu
sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting
untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009). Ibu postpartum
sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali
keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu
untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk menyusui bayinya nanti
(Jannah, 2011).
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa
rasa nyeri. Banyaknya budaya dan agama yang melarang untuk melakukan
hubungan seksual sampai masa waktu 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan tersebut tergantung pada pasangan yang bersangkutan (Jannah,
2011). Senam nifas dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai
hari kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk
mempercepat pemulihan keadaan ibu. Senam nifas membantu memperbaiki
sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan,
memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca
melahirkan (Suherni, 2009).
Perubahan Uterus Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar.
Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasental site)
sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami
nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca
persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4
minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). Perubahan vagina dan perineum
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau
kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan perineum pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Bila ada
laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi
kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan
perawatan dengan baik (Suherni, 2009).
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya karena
makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang wanita dapat
merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan.
Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada
masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya
kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses
pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi (Saleha, 2009).
3. Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada :
Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak
menunjukkan adanya edema dan hyperemia diding kandung kemih, akan tetapi
sering terjadi exstravasasi yaitu keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di
dalam badan) kemukosa. (Suherni, 2009).
4. Perubahan dalam Sistem Endokrin
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai akibat
meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi
peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka
perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post
partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium),
pembengkakan payudara, dan lain-lain. Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah
melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya
80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan.
Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan
kehilangan darah dan proses persalinan yang lama. Selama beberapa jam setelah
melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang
ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga
46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah
melahirkan. Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15
mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa
menandakan ibu mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut.
Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke
enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).
Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu, masa nifas
juga merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan
antara ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin
mendorong wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat
gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa
kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui,
mengganti popok saja tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium,
menimang sehingga kasih sayang ibu dapat terus terjaga. Dalam menjalani
adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang
berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan
proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
b. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnyadalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga
komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan
kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan
kesehatan yang diperlukan ibu nifas.
c. Fase letting goyaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya sudah meningkat bpada fase ini. Ibu akan percaya diri
dalam menjalani peran barunya.
a. Infolusi uterus
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh
darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan.
Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama
1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak eratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu
yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan.
Oleh karena itu, penting bagi bidan/perawat untuk memberikan informasi dan
bimbingan pada ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas
yang harus diperhatikan. Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa
nifas ini adalah :
b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih
dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali
dalam setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau
busuk.
c. Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta
nyeri ulu hati.
(1). Perdarahan dini, yaitu perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dan dalam 24
jam pertama persalinan. Disebabkan oleh : atonia uteri, traumdan laserasi,
hematoma.
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir
tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya
dilakukan penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada robekan perineum :
b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan
menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka delapan.
e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah karena
robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-3 jahitan catgut
kromik sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis
seperti menjahit robekan perineum tingkat I.
1) Monitor TTV
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan cairan
infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan post partum.
4) Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik dan
antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/
umum (Hamilton, 1995).
Postpartum Normal
Perubahan fisiologi Perubahan psikologi
(ketergantungan
(kemandirian)
Kontraksi uterus
Nyeri
Nyeri akut
Kurangnya pengetahuan
Hipovelemik payudara
Pembentukan ASI
ASI keluar penyempitan pd duktus intiverus
A.
Marlinn E. Doenges,2001
1. Pengkajian
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :
4) Pola eliminasi
5) Neuro sensori
a. Keadaan Umum
a) Pemeriksaan TTV
d) Pemeriksaan reflek
b. Payudara
8) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca partum. Nilai
hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada
partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
2. Diagnosa Keperawatan
b) Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman
c) c. Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-37 derajat celcius , N 60-
100 x/menit, RR 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg
Intervensi :
3. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang
4. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian klien
pada hal lain
Kriteria hasil :
2. Asi keluar
3. Payudara bersih
Intervensi :
Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat ASI bagi bayi
Kriteria hasil :
1. Pasien mengatakan sudah BAB
Intervensi :
Kriteria hasil :
1. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang perlu untuk
memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum air putih dan pemberian cairan
lewat IV.
Intervensi :
Rasional : agar segera dilakukan rehidrasi maksimal jika terdapat tanda- tanda
syok
Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami difisit
volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan IV langsung
masuk ke pembuluh darah.
Kriteria hasil :
1. Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang
diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru. Melaporkan
peningkatan rasa sejahtera istirahat
Intervensi :
1. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan
dan jenis kelahiran
Rasional : Persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit khususnya bila terjadi malam
meningkatkan tingkat kelelahan.
Rasional : rencana kreatif yang memperoleh untuk tidur dengan bayi lebih awal
serta tidur lebih siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta
menyadari kelelahan berlebih, kelelahan dapat mempengaruhi penilaian
psikologis, suplai ASI dan penurunan reflek secara psikologis.
Kriteria hasil :
Intervensi :
1. Pastikan persepsi klien tentang persalian dan kelahiran, lama persalinan dan
tingkat kelelahan klien
2. Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar, bantu klien dan pasangan dalam
mengidentifikasi hubungan
4. Implementasi Postpartum
5. Evaluasi
S : - Pasien mengatakan luka jahitan pada kemaluan sudah tidak terasa sakit.
- Pasien mengatakan sakit juga tidak terasa apabila sedang cebok setelah
berkemih dan buang air besar.
- Pasien mengatakan nyeri payudaranya sudah berkurang dan air ASI nya sudah
lancar.
A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan
(Suherni,2009). Adapun tahapan-tahapan masa postpartum yaitu postpartum dini,
intermedial dan puerperium. Sedangkan perubahan pada postpartum terjadi pada
reproduksinya, dll. Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur
perineum adalah apabila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak
lahir, segera memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau
plasenta lahir tidak lengkap.
Diagnosa Keperawatan dalam postpartum yaitu Nyeri berhubungan dengan
involusi uterus, nyeri setelah melahirkan. (Doenges, 2001), Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan. (Doenges, 2001), Resiko
menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara perawatan
payudara bagi ibu menyusui. (Bobak, 2004), Gangguan pola eliminasi bowel
berhubungan dengan adanya konstipasi. (Bobak, 2004) , Resiko tinggi kekurangan
volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan darah dan intake ke
oral. (Doenges, 2001), Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon
hormonal psikologis, proses persalinan dan proses melelahkan. (Doenges, 2001)
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, Dr Lyndon, 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Fisiologis dan Ptologis.
Tangerang Selatan : Binarupa Aksara Publisher,
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=8251
MAKALAH
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat – alat kandungan kembali seperti pra – hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemantauan Involusi Uteri................................................................... 3
B. Perawatan Vulva Masa Nifas............................................................... 5
C. Perawatan Luka Perineum.................................................................... 7
D. Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas ( Breast Care )............................ 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra – hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8
minggu. (Askeb Ibu Masa Nifas, 2011)
Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir
persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi. (Bennet dan Brown,
1999, P : 590)
Pada masa nifas, ibu akan mengalami perubahan perasaan, dimana keadaan ini
disebut Post Partum Blues. Post Partum Blues termasuk depresi ringan yang terjadi pada
ibu-ibu setelah melahirkan. Sekitar 70% dari semua ibu yang melahirkan pernah mengalami
Post Partum Blues (The NFC Foundation, 2000).
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan,
dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2006 : 122).
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita
yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di
tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus
dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari
dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat.
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara
paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada
masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI
(Prawirohardjo, 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pemantauan involusi uteri
2. Bagaimana konsep perawatan vulva masa nifas
3. Bagaimana konsep perawatan luka perineum
4. Bagaimana konsep perawatan payudara pada ibu nifas (breast care)
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pemantauan involusi uteri
2. Untuk mengetahui perawatan vulva masa nifas
3. Untuk mengetahui perawatan luka perineum
4. Untuk mengetahui perawatan payudara pada ibu nifas (breast care)
BAB II
PEMBAHASAN
4. Lokia
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Menurut Rustam Mochtar (1998) pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan
jumlah dan warna sebagai berikut :
a. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa. Lanugo dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
c. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
d. Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu
e. Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lokia astastis lokia tidak lancar keluarnya.
2. Tujuan
a. Untuk mencegah infeksi
b. Untuk penyembuhan luka jahitan perineum.
c. Untuk kebersihan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman bagi klien.
3. Persiapan Alat
a. Kapas sumblimat
b. Alas pantat
c. Botol cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan
d. Betadin dan kain kasa
e. Bengkok
5. Penatalaksanaan
Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat memberikan penjelasan
terlebih dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada klien.
Pelaksanaan
1) Pintu dan jendela ditutup dan jika perlu pasanglah sampiran
2) Alat-alat didekatkan pada pasien dan pasien diberitahu tentang hal yang akan dilakukan
3) Perawat mencuci tangan
4) Pakaian pasien bagian bawah dikeataskan atau dibuka.
5) Pengalas dan dipasang dibawah bokong pasien, sikap pasien dorsal recumbent
6) Perawat memakai sarung tangan (tangan kiri)
7) Siram vulva dengan air cebok yang berisi larutan desinfektan
8) Kemudian ambil kapas sublimat untuk membuka labia minora. vulva dibersihkan mulai
dari labia minora kiri, labia minora kanan, labia mayora kiri, labia mayora kanan,
vestibulum, perineum.
9) Cara mengusap dari atas ke bawah bila masih kotor diusap lagi dengan kapas sublimat
yang baru hingga bersih.
10) Keadaan perineum diperhatikan jahitannya, bagaimana jahitannya apakah masih basah,
apakah ada pembengkakan, iritasi dan sebagainya
11) Jahitan perineum dikompres dengan betadin
12) Setelah selesai pasien dirapihkan dan posisinya diatur kembali
13) Peralatan dibereskan, dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula.
6. Penatalaksanaan
Langkah-langkah pejahitan robekan perineum
a. Persiapan Alat
1) Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
- Wadah berisi : Sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril,
pincet
- Kapas DTT
- Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
- Patahkan ampul lidokain
2) Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur
3) Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4) Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum ibu
5) Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir
6) Pakaian satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
7) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan
letakkan kembali ke dalam wadah DTT
8) Lengkapi pemakaian sarunga tangan pada tangan kiri
9) Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan satu arah dari vulva ke
perineum
10) Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya
merupakan derajat satu atau dua.
b. Anestesi Lokal
1) Beritahu ibu tentang apa yang akan dilakukan
2) Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu bagian sudut bahwa vulva.
3) Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap
4) Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
5) Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik sepanjang luka pada
mukosa vagina
6) Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
7) Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan
c. Penjahitan Laserasi pada Perineum
1) Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina. Setelah itu
buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1
cm.
2) Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin hymen
3) Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke belakang
cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka
perineum
4) Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk mengetahui
letak ototnya.
5) Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah menjahit kearah vagina
dengan menggunakan jahitan subkutikuler
6) Pidahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang cincin hymen
untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong benangnya
7) Masukkan jari ke dalam rectum
8) Periksa ulang kembali pasa luka
9) Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang
diinginkan
10) Nasehati ibu untuk :
a) Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b) Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
c) Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 x per hari
d) Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan,
dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita
yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di
tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus
dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari
dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat.
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara
paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada
masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI
(Prawirohardjo, 2006).
B. Saran
Pengetahuan akan perawatan masa nifas sangat penting untuk dikuasai. Karena
dalam periode masa nifas banyak sekali perubahan yang terjadi pada pasien sehingga perlu
perawatan yang benar agar tubuh kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.