Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DHF (DENGUE HEMORAGIK VEFER)

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Pengertian
Dengue Haemorrhagik Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. (Susilaningrum dkk,
2013). DHF (Dengue Haemorrhagik Fever) adalah penyakit demam akut
yang dapat menyebabkan kematian dan disebabkan oleh empat serotipe virus
dari genusfalvivirus, virus RNA dari keluarga falviviridae. (Soedarto, 2012).
Demam dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diathesis
hemoragik. (Sudoyo, 2010).

2. Etiologi
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN) yang termasuk genus
falvivirus. Virus yang ditularkan oleh nyamuk ini tergolong RNA positive-
strand virus dari keluarga falviviridae. Terdapat empat serotip virus DEN
yang sifat antigennya berbeda, yaitu virus dengue-1 (DEN 1), virus dengue-2
(DEN 2), virus dengue-3 (DEN 3), dan virus dengue-4 (DEN 4). Spesifikasi
virus dengue yang dilakukan oleh Albert Sabin pada tahun 1994
menunjukkan bahwa masing-masing serotipe virus dengan memiliki genotipe
yang berbeda antara serotipe-serotipe tersebut. (Soedarto, 2012).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang, telurnya
dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-42oC. Bila kelembaban terlalu
rendah telur ini akan menetas dalam 4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk
dewasa ini memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa yang sudah menghisap
darah 3 hari dapat bertelur 100 butir. (Murwani, 2011).

3. Klasifikasi
Menurut Sodikin (2012), demam berdarah dapat diklasifikasikan menjadi
4 derajat yaitu :
a. Derajat I
Ditandai dengan demam disertai dengan gejala tidak khas dan satu -
satunya manifestasi perdarahan ialah uji bendung (Uji torniquet).
b. Derajat II
Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
c. Derajat III
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan
nadi menurun (20 mmHg atau kurang), atau hipotensi, sianosis disekitar
mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV
Syok berat (profound syok), nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah
tidak teratur.

4. Manifestasi Klinik
Gejala klinis utama yaitu demam tinggi mendadak dan terus menerus
selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak dapat
dipengaruhi oleh antipiretika, manifestasi perdarahan : manipulasi (uji
torniquet positive), spontan (petekie, etomose, perdarahan gusi, hemetemesis
atau melena), pembesaran hati dan syok. Sedangkan kriteria laboratoriknya
adalah trombositopenia : trombosit ≤ 100.000/mm3 dan hemokonsentrasi :
meningginya nilai hematokrit atau Hb ≥ 20% dibandingkan dengan nilai pada
masa kovalesense. (Rampengan, 2007). Menurut Soedarto (2012), demam
dengue menunjukkan gejala gejala klinis sebagai berikut :
a. Demam tinggi yang timbul mendadak
b. Sakit kepala yang berat, terutama di kepala bagian depan
c. Nyeri dibelakan mata
d. Sakit seluruh badan
e. Mual dan muntah
5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin,
trombin, histamin) terjadinya peningkatan suhu. Selain itu viremia
meyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Tombositopenia dapat terjadi akibat dari
penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus
(Murwani, 2011).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti petekia atau perdaraha mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan
adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme
hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan
jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue
inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. (Soegijanto, 2006).
Menurut Ngastiyah (2005), virus akan masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia
yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bitik-bintik merah pada kulit,
hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5adua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamin dan merupakanmediator kuat sebagai faktor
meningkatnya permeabilitas dinding kapilerpembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma keruang ekstraseluler.
Pembesaran plasma ke ruang eksta selulermengakibatkan kekurangan volume
plasma, terjadi hipotensi,hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi
dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%)
menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga
nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
(Noersalam, 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikandengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaiturongga
peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyatamelebihi
cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairanintravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasmatelah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangikecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagaljantung, sebaliknya
jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akanmengalami kekurangan
cairan yang akan mengakibatkan kondisi yangburuk bahkan bisa mengalami
renjatan. Jika renjatan atau hipovolemikberlangsung lam akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dankematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik (Murwani, 2011).
Pelepasanzat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari
sistem kalikreinmenyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
kapiler/vaskuler sehinggacairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler
atau terjadinyaperembesaran plasma akibat pembesaran plasama terjadi
pengurangan volumeplasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan
tekanan darah,hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain
itu sistemreikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi
antigen anti bodiyang akhirnya bisa menyebabkan anaphylaxia (Price dan
Wilson, 2000).
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknyasaat
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapatberkurang
sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadiakibat
kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadianoksia
jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan inibiasanya
pada hari ke-3 dan ke-7 (Sudoyo, 2000).
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akanmenyebabkan
depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia,yang berlanjut
akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dankelainan
koagulasi dan akhirnya sampai pada perdarahan. Reaksi perdarahanpada
pasien DHF diakibatkan adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup
perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit< 100.000/mm3),
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrombin,faktor V, IX, X dan fibrinogen). Perdarahan yang terjadi seperti
peteke,ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan
hebat padatraktus gastrointestinal Pembekuan yang meluas pada
intravaskuler (DIC) jugabisa menyebabkan terjadi saat renjatan (Price dan
Wilson, 2000).

6. Pemeriksaan Diagnostik
Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan menurut(Murwani,
2011):
a. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%,
normal:pria 40-50%; wanita 35-47%
b. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem
antaratekanan systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan
3- 5menit untuk anak-anak. Positif ada butir-butir merah (petechie)
kurang20 pada diameter 2,5 inchi.
c. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali denganmemakai
kertas saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktupasien
masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan pulang danketiga
diambil 1-3 mg setelah pengambilan yang kedua. Kertas inidisimpan
pada suhu kamar sampai menunggu saat pengiriman.
d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringan-
jaringanuntuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang
untukpenderita yang meninggal melalui autopay. Hal ini jarang
dikerjakan.
7. Pengobatan
Pengobatan DHF pada dasarnya masih bersifat superaktif atau
simtomatis berdasarkan kelainan utama yang terjadi yaitu berupa perembesan
plasma akibat dari peningkatan permeabilitas vaskuler. Sampai saat ini belum
ada pengobatan kuratif untuk mengatasi kebocoran plasma. Pengobatan
sportif terdiri dari pengobatan farmakologi dan non farmakologi.

8. Komplikasi
Menurut Widagdo (2012), komplikasi DBD adalah sebagai berikut :
a. Gagal ginjal
b. Epusi pleura
c. Hepatomegali
d. Gagal jantung

9. Penatalaksanaan
Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar yang
bebas nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran. Perawatan kita
berikan sesuai dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan
beratnya penyakit.
a. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan
elektrolit karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman
karena demam, nyeri epigastrium, dan perputaran bola mata.
Perawat: istirahat baring, makanan lunak (bila belum ada nafsu makan
dianjurkan minum yang banyak 1500-2000cc/hari), diberi kompres
dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan
perdarahan,diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-obat
antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder.
b. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan
hemaesis.
Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon
sementara, bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak
tetapi bila terjadi hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi
kepala dimiringkan agar tidak terjadi aspirasi, bila perut kembung besar
dipasang maag slang, sedapat mungkin membatasi terjadi
pendarahan,jangan sering ditusuk, pengobatan diberikan sesuai dengan
intruksidokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan infus, jangan
menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu, nadi,
tensi danpendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan
keperawatan, bila keadaan memburuk segera lapor dokter.
c. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung`
menurun, penderita mengalami pre shock/ shock.
Perawatan: mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan posisiter
lentang denan kepala extensi, membuka jalan nafas dengan cara
pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari mulut
dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-meneris dan jangan ditinggal
pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin berikan transfuse
atas izin dokter, bila penderita tidak sadar diatur selang seling perhatian
kebersihan kulit juga pakaian bersih dan kering.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1. Menggunakan insektisida
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam
berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk
dewasa dantemephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida).
Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau
pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir
abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1
gram abate SG 1 % per 10 liter air.
2. Tanpa insektisida
Caranya adalah: Menguras bak mandi, tempayan dan tempat
penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk
lamanya 7 – 10 hari); Menutup tempat penampungan air rapat-rapat;
Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah danbenda
lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

Terapi pemberian transfuse berdasarkan nilai trombosit :

Kategori Kriteria

Resiko tinggi Nilai trombosit awal <20.000/mm3 dan merupakan

pasien dengan resiko tinggi perdarahan. Pasien kategori


ini dengan nilai trombosit <10.000/mm3 mempunyai
resiko lebih besar dan perlu menjadi prioritas dalam
pelaksanaan saat epidemic atau sumber daya yang
terbatas

Resiko sedang Nilai trombosit awal 21.000-40.000/mm3 dikelompok

ini perlu di transfuse hanya jika terdapat manifestasi


perdarahan

Resiko rendah Nilai trombosit awal >40.000/mm3 tetapi <100.000


mm3. Kelompok ini perlu di observasi dan dipantau
hati-hati, tetapi tidak memerlukan transfuse trombosit

Tanap resiko Nilai trombosit awal >100.000/mm3 kelompok ini tidak


perlu –mendapatkan transfursi trombosit dan harus
ditangani dengan cairan intravena yang adekuat dan
terapi suportif lainnya.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Terdri nama, umur (pada DBD tersering menyerang anak dengan usia
kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil.
Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak anak semakin
lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan,
mual, muntah anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri oto dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakkan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematemesis.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat beberapa
faktor predisposisinya. Anak yang menderita DBD sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan nafsumakan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka akan dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
c. Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju kamar)
d. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme
Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.
2) Eliminasi alvi (buang air besar)
Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DBD grade
IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urin (bang air kecil)
Pada anak DBD akan mengalami urine output sedikit. Pada DBD
grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam
10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya
sering tidur pada siang hari dan pada sore hari ,tidak memakai
kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk.
5) Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk memebersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti, dan tidak adanya keluarga melakukan 3m
plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan menebar bubuk
abate.
e. Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum :
1) Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan grade
IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah mengental dan
oksigen ke otak berkurang.
2) Keadaan umum Lemah
3) Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade
IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg
atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)
4) Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
5) Mata
Konjungtiva anemis
6) Hidung
Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III,
7) Telinga
Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)
8) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan
mengalami hyperemia pharing
9) Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
10) Dada/thorak
Inspeksi : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Perkusi : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang
tertimbun pada paru
Asukultasi : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada
grade III, dan IV
11) Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Palpasi : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati
(hepatomegali)
Perkusi : Terdengar redup
Asukultasi : Adanya penurunan bising usus
12) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji
tourniket. Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih
dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan
tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang
pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan
timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah (Soedarmo, 2008
dalam Fauzia 2017).
13) Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
14) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tidak

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju
metabolisme.
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, kegagalan mekanisme regulasi.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera.
e. Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah
f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kurangnya suplai oksigen ke jaringan
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis (mual, muntah dan anoreksia)
h. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan adanya cairan di
rongga pleura. (Nanda, 2015)
4. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa SLKI SIKI


1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manejemen Hipertermi
keperawatan 1x24 jam Observasi
diharapkan termoregulasi 1. Identifikasi penyebab
membaik dengan kriteria hipertermi ( mis.
hasil: Dehidrasi, terpapar
1. Menggigil menurun lingkungan panas,
2. Suhu tubuh membaik penggunaan inkubator)
3. Suhu kulit membaik 2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi
akibat hipertermi
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
( keringat berlebih)
6. Lalukan pendinginan
eksternal ( mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila.
7. Hindari antipiretik atau
aspirin
8. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasikan
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu.

2. Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegaha Perdarahan


perdarah keperawatan selama 1x24 Observasi
an jam maka tingkat perdaran 1. Monitor tanda dan gejala
menurun dengan kriteria perdarahan
hasil : 2. Monitor nilai
1. Kelembapan membran hematokrit/hemoglobin
mukosa sebelum dan sesudah
2. Kelembaban kulit kehilangan darah
3. Hemoglobin 3. Monitor tanda-tanda
4. Hematokrit vital ortostatik
4. Monitor koagulasi (mis.
Prothrombin time),
partial tromboplastin
time, fibrinogen ,
dekradasi fibrin dan
platelet.
Terapeutik
1. Pertahankan betrest
selama perdarahan
2. Batasi tindakan infasi,
jika perlu
3. Gunakan kasur pencegah
dekubitus
4. Hindari pengukuran suhu
rektal
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
2. Anjurkan menggunakan
kaus kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
4. Anjurkan menghindari
aspirin atau anti
koagulan
5. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin K
6. Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu

3. Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan


ketidak keperawatan selama 1x24 Observasi
seimban jam maka keseimbangan 1. Monitor status dehidrasi (
gan cairan meningkat dengan mis. Frekuensi nadi,
cairan kriteri hasil: kekuatan nadi, akral,
1. Asupan cairan pengisian kapiler,
meningkat kelebapan mukosa, turgor
2. Haluaran urin menigkat kulit, tekadan darah)
3. Kelembapan membran 2. Monitor berat badan
mukosa meningkat harian
4. Edema menurun 3. Monitor berat badan
5. Dehidrasi menurun sebelum dan sesudah
6. Tekanan darah dialisis
membaik 4. Monitor hasil
a.) denyut nadi radial pemeriksaan laboratorium
membaik (mis. Hematokrit, na, k,
b.) tekanan arteri rata-rata cl, berat jenis urine, bun)
membaik 5. Monitor status
c.) membran mukosa hemodinamik ( mis. Map,
membaik cvp, pap, pcwp jika
d.) mata cekung membaik tersedia)
e.) turgor kulit membaik Terapeutik
1. Catac intake-output dan
hitung balance cairan 24
jan
2. Berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena,
jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu

4 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam maka 1. Identifikasi
tingkat nyeri menurun lokasi,karakteristik,
dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi,
1. Keluhan nyeri kualitas, intensitas
menurun nyeri
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif 3. Identifikasi respond
menurun nyeri non verbal
4. Gelisan menurun 4. Identifikasi faktor
5. Kesulitan tidur yang memperberat
menurun dan memperingan
6. Frekuensi nadi nyeri
membaik 5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyainan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respond nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah di berikan
9. Monitor efek samoing
penggunaan analgtik
Terapeutik
1. Berikan teknik
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresus, terapi
musik,
biofeeidblock,terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain).
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri ( mis, suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Eduksi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

5 Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemi


hipovolemia keperawatan selama 1x24 Observasi
jam maka status cairan 1. Periksa tanda dan gejala
membaik dengan kriteria hipovolemia ( mis.
hasil: Frekuensi nadi
1. Kekuatan nadi meningkat, nadi teraba
meningkat lemah, tekanan darah
2. Turgor kulit membaik menurun, tekanan nadi
3. Output urine membaik menyempit, turgor kulit
4. Ortopnea menurun menurun, membran
5. Dispnea menurun mukosa kering, volume
6. Paroxysmal nocturnal urine menurun,
dyspnea (PDN) menurun hematokrit meningkat,
7. Edema anasarka haus, lemah)
menurun 2. Monitor intake dan
8. Edema perifer menurun output cairan
9. Berat badan menurun Terapeuutik
10. Frekuensi nadi membaik 1. Hitung kebutuhan cairan
11. Tekanan darah membaik 2. Berikan posisi modified
12. Tekanan nadi membaik trendelenbung
13. Membran mukosa 3. Berikan asupan cairan
membaik oral
14. Jugular venous pressure Edukasi
( JPN) membaik 1. Anjurkan memperbanyak
15. Kadar HB membaik asupan cairan oral
16. Kadar Ht mebaik 2. Anjurkan menghindari
perubhan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis ( mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (
mis, glikosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis,
alnumin, plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian
produk darah
6. Resiko Setelah dilakukan Menejemen Gangguan
Defisit tindakan keperawatan Makan
nutrisi 1x24 jam diharapkan Observasi
status nutrisi membaik 1. Monitor asupan dan
dengan kriteria hasil: keluarnya makanan dan
1. Porsi makan yang di cairan serta kebutuhan
habiskan meningkat kalori
2. Berat badan membaik Terapeutik
3. Indeks masa tubuh ( 1. Timbang berat badan
IMT) membaik secara rutin
2. Diskusikan perilaku
makan dan jumlah
aktivitas fisik ( termasuk
olahraga ) yang sesuai
3. Lakukan kontrak
perilaku ( mis. Target
berat badan, tanggung
jawab perilku)
4. Dampingi ke kamar
mandi untuk pengamatan
perilaku memuntahkan
kembali makanan
5. Berikan penguatan
positif terhadap
keberhasilan target dan
perubahan perilaku
6. Berikan konsekuensi jika
tidak mencapai target
sesuai kontrak
7. Rencanakan program
pengobatan untuk
perawatan di rumah (
mis. Medis, konseling)
Edukasi
1. Anjurkan membuat
catatan harian tentang
perasaan dan situasi
pemicu pengeluaran
makanan ( mis.
Pengeluaran yang di
sengaja, muntah,
aktivitas berlebih)
2. Anjurkan pengaturan
diet yang tepat
3. Ajarkan keterampilan
koping untuk
menyelesaikan masalah
perilaku makan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target berat
badan kebutuhan kalori
dan pilihan makanan
7 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas
tindakan keperawatan Observasi
1x24 jam tingkat ansietas 1. Identifikasi saat
menurun dengan kriteria tingkat ansietas
hasil: berubah ( mis.
1. Verbalisasi Kondisi, waktu,
kebingungan stresor)
menurun 2. Identifikasi
2. Verbalisasi kemampuan
kekhawatiran akibat mengambil
kondisi yang di keputusan
hadapi menurun 3. Monitor tanda –
3. Perilaku gelisah tanda ansietas (
menurun verbal dan non verbal
4. Perilaku tegang )
menurun Terapeutik
5. Konsentrasi membaik 1. Ciptakan suasana
6. Pola tidur membaik terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
3. Pahami situasi yang
membut ansietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
6. Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
7. Motifasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
8. Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin di
alami
2. Infirmasukan secara
faktual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
proknosis.
3. Anjurkan keluarga
untuk tetep bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melalukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan presepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat anti
ansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Fauziah. 2017, Asuhan Keperawatan Pada An. H Dan An. N Dengan Demam
Berdarah Dengue (Dbd) Di Rsi Ibnu Sina Padang. Poltekkes Kemenkes Padang
Mulyo, 2015. Transfusi Trombosit Profi laksis pada Demam Berdarah Dengue:
Bermanfaat atau Merugikan?, (42)(12) 1-5

Anda mungkin juga menyukai