Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
2. Etiologi
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN) yang termasuk genus
falvivirus. Virus yang ditularkan oleh nyamuk ini tergolong RNA positive-
strand virus dari keluarga falviviridae. Terdapat empat serotip virus DEN
yang sifat antigennya berbeda, yaitu virus dengue-1 (DEN 1), virus dengue-2
(DEN 2), virus dengue-3 (DEN 3), dan virus dengue-4 (DEN 4). Spesifikasi
virus dengue yang dilakukan oleh Albert Sabin pada tahun 1994
menunjukkan bahwa masing-masing serotipe virus dengan memiliki genotipe
yang berbeda antara serotipe-serotipe tersebut. (Soedarto, 2012).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang, telurnya
dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-42oC. Bila kelembaban terlalu
rendah telur ini akan menetas dalam 4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk
dewasa ini memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa yang sudah menghisap
darah 3 hari dapat bertelur 100 butir. (Murwani, 2011).
3. Klasifikasi
Menurut Sodikin (2012), demam berdarah dapat diklasifikasikan menjadi
4 derajat yaitu :
a. Derajat I
Ditandai dengan demam disertai dengan gejala tidak khas dan satu -
satunya manifestasi perdarahan ialah uji bendung (Uji torniquet).
b. Derajat II
Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
c. Derajat III
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan
nadi menurun (20 mmHg atau kurang), atau hipotensi, sianosis disekitar
mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV
Syok berat (profound syok), nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah
tidak teratur.
4. Manifestasi Klinik
Gejala klinis utama yaitu demam tinggi mendadak dan terus menerus
selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak dapat
dipengaruhi oleh antipiretika, manifestasi perdarahan : manipulasi (uji
torniquet positive), spontan (petekie, etomose, perdarahan gusi, hemetemesis
atau melena), pembesaran hati dan syok. Sedangkan kriteria laboratoriknya
adalah trombositopenia : trombosit ≤ 100.000/mm3 dan hemokonsentrasi :
meningginya nilai hematokrit atau Hb ≥ 20% dibandingkan dengan nilai pada
masa kovalesense. (Rampengan, 2007). Menurut Soedarto (2012), demam
dengue menunjukkan gejala gejala klinis sebagai berikut :
a. Demam tinggi yang timbul mendadak
b. Sakit kepala yang berat, terutama di kepala bagian depan
c. Nyeri dibelakan mata
d. Sakit seluruh badan
e. Mual dan muntah
5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin,
trombin, histamin) terjadinya peningkatan suhu. Selain itu viremia
meyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Tombositopenia dapat terjadi akibat dari
penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus
(Murwani, 2011).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti petekia atau perdaraha mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan
adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme
hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan
jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue
inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. (Soegijanto, 2006).
Menurut Ngastiyah (2005), virus akan masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia
yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bitik-bintik merah pada kulit,
hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5adua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamin dan merupakanmediator kuat sebagai faktor
meningkatnya permeabilitas dinding kapilerpembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma keruang ekstraseluler.
Pembesaran plasma ke ruang eksta selulermengakibatkan kekurangan volume
plasma, terjadi hipotensi,hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi
dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%)
menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga
nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
(Noersalam, 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikandengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaiturongga
peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyatamelebihi
cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairanintravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasmatelah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangikecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagaljantung, sebaliknya
jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akanmengalami kekurangan
cairan yang akan mengakibatkan kondisi yangburuk bahkan bisa mengalami
renjatan. Jika renjatan atau hipovolemikberlangsung lam akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dankematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik (Murwani, 2011).
Pelepasanzat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari
sistem kalikreinmenyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
kapiler/vaskuler sehinggacairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler
atau terjadinyaperembesaran plasma akibat pembesaran plasama terjadi
pengurangan volumeplasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan
tekanan darah,hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain
itu sistemreikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi
antigen anti bodiyang akhirnya bisa menyebabkan anaphylaxia (Price dan
Wilson, 2000).
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknyasaat
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapatberkurang
sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadiakibat
kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadianoksia
jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan inibiasanya
pada hari ke-3 dan ke-7 (Sudoyo, 2000).
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akanmenyebabkan
depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia,yang berlanjut
akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dankelainan
koagulasi dan akhirnya sampai pada perdarahan. Reaksi perdarahanpada
pasien DHF diakibatkan adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup
perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit< 100.000/mm3),
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrombin,faktor V, IX, X dan fibrinogen). Perdarahan yang terjadi seperti
peteke,ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan
hebat padatraktus gastrointestinal Pembekuan yang meluas pada
intravaskuler (DIC) jugabisa menyebabkan terjadi saat renjatan (Price dan
Wilson, 2000).
6. Pemeriksaan Diagnostik
Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan menurut(Murwani,
2011):
a. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%,
normal:pria 40-50%; wanita 35-47%
b. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem
antaratekanan systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan
3- 5menit untuk anak-anak. Positif ada butir-butir merah (petechie)
kurang20 pada diameter 2,5 inchi.
c. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali denganmemakai
kertas saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktupasien
masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan pulang danketiga
diambil 1-3 mg setelah pengambilan yang kedua. Kertas inidisimpan
pada suhu kamar sampai menunggu saat pengiriman.
d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringan-
jaringanuntuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang
untukpenderita yang meninggal melalui autopay. Hal ini jarang
dikerjakan.
7. Pengobatan
Pengobatan DHF pada dasarnya masih bersifat superaktif atau
simtomatis berdasarkan kelainan utama yang terjadi yaitu berupa perembesan
plasma akibat dari peningkatan permeabilitas vaskuler. Sampai saat ini belum
ada pengobatan kuratif untuk mengatasi kebocoran plasma. Pengobatan
sportif terdiri dari pengobatan farmakologi dan non farmakologi.
8. Komplikasi
Menurut Widagdo (2012), komplikasi DBD adalah sebagai berikut :
a. Gagal ginjal
b. Epusi pleura
c. Hepatomegali
d. Gagal jantung
9. Penatalaksanaan
Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar yang
bebas nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran. Perawatan kita
berikan sesuai dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan
beratnya penyakit.
a. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan
elektrolit karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman
karena demam, nyeri epigastrium, dan perputaran bola mata.
Perawat: istirahat baring, makanan lunak (bila belum ada nafsu makan
dianjurkan minum yang banyak 1500-2000cc/hari), diberi kompres
dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan
perdarahan,diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-obat
antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder.
b. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan
hemaesis.
Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon
sementara, bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak
tetapi bila terjadi hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi
kepala dimiringkan agar tidak terjadi aspirasi, bila perut kembung besar
dipasang maag slang, sedapat mungkin membatasi terjadi
pendarahan,jangan sering ditusuk, pengobatan diberikan sesuai dengan
intruksidokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan infus, jangan
menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu, nadi,
tensi danpendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan
keperawatan, bila keadaan memburuk segera lapor dokter.
c. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung`
menurun, penderita mengalami pre shock/ shock.
Perawatan: mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan posisiter
lentang denan kepala extensi, membuka jalan nafas dengan cara
pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari mulut
dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-meneris dan jangan ditinggal
pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin berikan transfuse
atas izin dokter, bila penderita tidak sadar diatur selang seling perhatian
kebersihan kulit juga pakaian bersih dan kering.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1. Menggunakan insektisida
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam
berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk
dewasa dantemephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida).
Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau
pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir
abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1
gram abate SG 1 % per 10 liter air.
2. Tanpa insektisida
Caranya adalah: Menguras bak mandi, tempayan dan tempat
penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk
lamanya 7 – 10 hari); Menutup tempat penampungan air rapat-rapat;
Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah danbenda
lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
Kategori Kriteria
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju
metabolisme.
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, kegagalan mekanisme regulasi.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera.
e. Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah
f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kurangnya suplai oksigen ke jaringan
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis (mual, muntah dan anoreksia)
h. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan adanya cairan di
rongga pleura. (Nanda, 2015)
4. Rencana Keperawatan
Fauziah. 2017, Asuhan Keperawatan Pada An. H Dan An. N Dengan Demam
Berdarah Dengue (Dbd) Di Rsi Ibnu Sina Padang. Poltekkes Kemenkes Padang
Mulyo, 2015. Transfusi Trombosit Profi laksis pada Demam Berdarah Dengue:
Bermanfaat atau Merugikan?, (42)(12) 1-5