Anda di halaman 1dari 32

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan semakin banyaknya susu pengganti ASI, semakin banyak ibu

enggan menyusui bayinya. Namun dengan mengetahui betapa berharganya

menyusui itu jumlah mereka nampaknya semakin berkurang dan bahkan

menjadi sebaliknya. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi

(Welford H, 2001 : 6). Di dalam denyut kehidupan kota besar kita lebih sering

melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui oleh ibunya. Sementara di

pedesaan kita melihat bayi yang berusia 1 bulan sudah di beri pisang atau nasi

lembut sebagai tambahan ASI (Roesli U, 2000 : 2).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF menyebut di Asia

timur dan Pasifik kini tinggal 61% ibu mau menyusui bayinya selama 4 bulan

dan merosot keangka 35% untuk menyusui selama 6 bulan (Sabangan MD, 21

Juni 2007 : 1). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

2002 hanya 3,7% bayi memperoleh ASI pada hari pertama, sedangkan

pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64% antara 2-3

bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9% dan antara 6-7 bulan 7,8% (Elia S,

2003). Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Bojonegoro tahun 2005 target

ASI eksklusif adalah 80%. Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Bojonegoro

pada tahun 2006 dengan target 80% adalah 56,4%, di Kecamatan Padangan

tahun 2006 adalah 53,62% dan di Desa Kebonagung tahun 2006 yang

memberikan ASI Eksklusif adalah 31,81%. Pada bulan Mei 2007 berdasarkan

1
2

laporan bulanan KIA didapatkan jumlah ibu bayi adalah 39 orang, yang

memberikan ASI Eksklusif 11 orang (28,20%) dan yang tidak memberikan

ASI Eksklusif 28 orang (71,79%).

Lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan dan kesediaan ibu untuk

menyusui bayinya. Tatanan budaya cukup berpengaruh dalam pengambilan

keputusan ibu untuk menyusui atau tidak menyusui. Pengalaman dalam

keluarga ibu tentang menyusui, pengalaman ibu, pengetahuan ibu dan

keluarganya tentang manfaat ASI dan sikap ibu terhadap kehamilannya, sikap

suami dan keluarga lainnya terhadap menyusui, sikap tenaga kesehatan yang

membantu ibu bisa berpengaruh besar terhadap pengambilan keputusan

untuk menyusui atau tidak (Suradi R, dkk, 2004 : 6). Selain itu pengaruh

iklan susu formula dan opini masyarakat lainnya serta kegiatan ibu ikut

menentukan keputusan ibu untuk menyusui (Suradi R, dkk, 2004 : 1). Dengan

menyusui bayi terlindungi terhadap penyakit diare (Suradi R dkk, 2004 : 4).

Penyuluhan masyarakat secara luas melalui berbagai media (televisi,

radio, majalah, tabloid, surat kabar) maupun penjelasan ditempat-tempat

pelayanan kesehatan dan pusat kegiatan masyarakat lainnya diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya ASI (Suradi R,

dkk, 2004 : 2).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Sikap Ibu Bayi Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Desa

Kebonagung Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro tahun 2007,

dengan mengabaikan faktor penyebab lain. Penulis ingin melakukan

2
3

penelitian tentang sikap ibu bayi yaitu sikap positif (Favorable) dan sikap

negatif (Unfavorable) terhadap pemberian ASI Eksklusif.

B. Identifikasi Masalah

Pada tahun 2007 target ASI eksklusif sebesar 80% (Berdasarkan

Indikator Indonesia Sehat, 2010). Berdasarkan laporan bulanan KIA Polindes

Kebonagung pada bulan Januari sampai Mei 2007 terdapat 11 orang (28,20%)

dari 39 ibu bayi yang memberikan ASI eksklusif.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana sikap ibu bayi terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa

Kebonagung Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro tahun 2007 ?

D. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Mengetahui sikap ibu bayi terhadap Pemberian ASI Eksklusif

di Desa Kebonagung Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro

tahun 2007.

2) Tujuan Khusus

a. Mengindentifikasi sikap positif ibu bayi (favorable) dan negatif

(unfavorable) terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa

Kebonagung Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro tahun

2007.

b. Mengindentifikasi sikap ibu bayi terhadap pemberian ASI Eksklusif

berdasarkan karakteristik responden yaitu : umur, pendidikan,

pekerjaan, agama dan jumlah Anak di Desa Kebonagung Kecamatan

Padangan Kabupaten Bojonegoro tahun 2007.

3
4

1. Manfaat Penelitian

1) Bagi Peneliti

Untuk menambah keterampilan dan pengalaman dalam

melaksanakan penelitian terutama yang berkaitan dengan masalah

kesehatan yang nantinya sangat diperlukan bila terjun di masyarakat

dikemudian hari sebagai tambahan ilmu dan peneliti dapat

mengkombinasikan teori yang telah didapat dipraktek lapangan.

2) Bagi Institusi

Dapat memberikan masukan kepada mahasiswa dan untuk

meningkatkan pengetahuan.

3) Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat memberi manfaat dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

dan masukan bagi upaya promotif dan preventif terutama bidang

kesehatan.

4) Bagi Masyarakat

Dengan adanya tenaga kesehatan yang aktif memberikan informasi

tentang pemberian ASI Eksklusif sehingga masyarakat akan

berpartisipasi dalam mensukseskan program ASI Eksklusif.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas tentang landasan teori dan kerangka konseptual dari

penelitian sikap ibu bayi terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Kebonagung

Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro.

A. Konsep Sikap

4
5

1) Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau obyek (Notoatmodjo S, 2003 : 124).

2) Macam Sikap

a. Sikap positif adalah sikap yang menunjukkan positif terhadap suatu

obyek psikologi,apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang

favorable (Ahmadi A, 2002 : 163).

Dalam sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu (Purwanto H, 1998 : 64).

b. Sikap negatif adalah sikap yang menunjukkan negatif terhadap suatu

obyek psikologi, apabila ia tidak suka (dislike) atau memiliki sikap

yang unfavorable (Ahmadi A, 2002 : 163).

Dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu

(Purwanto H, 1998 : 64).

5
6

3) Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan :

a. Menerima (receiving )

Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan.

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

(Notoatmodjo S, 2003 : 126).

4) Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok :

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

(Notoatmodjo S, 2003 : 125).

6
7

5) Ciri-ciri Sikap

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan

objeknya.

b. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan

dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek.

d. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan.

(Purwanto H, 1998 : 63).

6) Pembentukan Sikap

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah :

a. Pengalaman pribadi

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuk sikap.

Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang

harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek

psikologis. Sehubungan dengan hal ini Middle Brook (1974)

mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan

suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif

terhadap obyek tersebut (Azwar S, 2002 : 30).

1. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

7
8

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang

yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan

persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita,

seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang

berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak

mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

Diantaranya orang yang biasanya dianggap penting bagi individu

adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman

sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan lain-lain

(Azwar S, 2002 : 32).

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari

kebudayaaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap

berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak

pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok

masyarakat asuhannya (Azwar S, 2002 : 33).

d. Media masa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai

8
9

pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-

pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut apabila cukup

kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga

terbentuklah arah sikap tertentu (Azwar S, 2002 : 34).

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah

suatu cita-cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi bentuk sikap yang berperan serta dalam pembangunan

kesehatan. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Makin rendah pendidikan seseorang maka akan

menghambat perkembangan sikap terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan (Nursalam dan Pariani, 2001 : 133). Dengan demikian

lembaga pendidikan memiliki tugas untuk membina dan

mengembangkan sikap anak didik menuju kepada sikap yang kita

harapkan (Ahmadi A, 2002 : 173).

e. Pengaruh faktor emosional

Kadang-kadang bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran

9
10

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap

demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu

begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap

yang lebih persisten dan bertahan lama (Azwar S, 2002 : 36).

g. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan

pada umumnya adalah kegiatan yang menyita waktu dan mempunyai

pengaruh terhadap keluarga (Nursalam dan Pariani, 2001 : 134).

h. Umur

Semakin cukup umur, seseorang akan lebih matang dalam

bersikap. Makin tua umur seseorang maka makin konstruktif dalam

menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Makin muda

umur seseorang maka akan sangat mempengaruhi konsep diri klien.

(Nursalam dan Pariani, 2001 : 134).

i. Agama

Agama menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah

mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut

berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

Agama mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Pemahaman dalam baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu

10
11

yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pusat

keagamaan serta ajaran-ajarannya (Azwar S, 2002 : 36).

7) Perubahan Sikap

Faktor-faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sikap

a. Faktor Intern

Yaitu faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan.

b. Faktor Ekstern

Yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia :

(1) Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.

(2) Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap

tersebut.

(3) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.

(4) Situasi pada saat sikap dibentuk.

(Purwanto H, 1998 : 66).

B. Konsep Ibu

Ibu adalah seorang perempuan yang telah melahirkan anak

(Poerwodarminto, 1994 : 365).

C. Konsep Bayi

Bayi adalah anak usia 0-1 tahun (Soetjiningsih, 1995 : 17).

Jadi dapat disimpulkan bahwa ibu bayi adalah seorang perempuan yang

telah melahirkan anak usia 0-1 tahun.

D. Konsep ASI Eksklusif

11
12

1) Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan

sampai sekitar usia 6 bulan, selama itu bayi tidak diharapkan

mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh,

madu, air putih (Suradi R, dkk, 2004 : 3).

2) Manfaat Utama ASI Eksklusif Bagi Bayi

Manfaat utama ASI Eksklusif bagi bayi antara lain:

a. ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan

komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna,

baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui

yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi

kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6

bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat

diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin

(zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun kadar zat

ini akan dapat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi

sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga

mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12

bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan

12
13

yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi

kesenjangan zat kekebalan pada bayi.

Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi

ASI, karena ASI cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang

akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,

parasit dan jamur.

c. ASI meningkatkan kecerdasan

Terdapat 2 faktor penentu kecerdasan anak yaitu :

(1) Faktor genetik

Faktor genetik atau faktor bawaan menentukan potensi

genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orang tua.

(2) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan apakah

faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal. Secara garis

besar terdapat tiga jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan

yaitu :

a) Kebutuhan untuk pertumbuhan fisik otak (ASUH)

b) Kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual

(ASIH).

c) Kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi

(ASAH).

Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi

yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi antara

lain :

a) Taurin

13
14

Yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat di ASI.

b) Laktosa

Merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit

sekali terdapat pada susu sapi.

c) Asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, Omega 3, Omega 6)

Merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat

sedikit dalam susu sapi.

d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu

akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan

tenteram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung

ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan ibunya.

(Roesli U, 2000 : 12).

1. Manfaat Menyusui Bagi Ibu

Manfaat menyusui bagi ibu , yaitu :

a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

Pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang

berguna untuk konstriksi atau penutupan pembuluh darah sehingga

perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan

Angka Kematian Ibu (AKI) yang melahirkan (Roesli U, 2000 : 13).

b. Mengurangi terjadinya anemia.

Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan

mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.

(Suradi R dkk, 2004 : 9).

c. Menjarangkan kehamilan.

14
15

Hal ini terjadi karena selama menyusui akan memiliki kadar

hormon prolaktin lebih tinggi. Hormon ini memiliki 2 fungsi utama.

(1) Hormon ini mencegah indung telur memberikan respons

terhadap hormon yang merangsang pengeluaran estrogen. Hal

ini menyebabkan tidak menebalnya lapisan dalam uterus (rahim)

dan dengan demikian mencegah terjadinya menstruasi.

(2) Prolaktin menekan hormon yang merangsang pematangan dan

pelepasan telur oleh indung telur. Sebagai hasilnya, indung telur

tidak menghasilkan telur (Ramaiah S, 2006 : 8).

d. Mengecilkan rahim.

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat

membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses

pengecilan ini akan lebih cepat dibanding pada ibu tidak menyusui

(Roesli U, 2000 : 14).

e. Lebih cepat langsing kembali.

Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan

mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan

demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali

ke berat badan sebelum hamil (Roesli U, 2000 : 14).

f. Lebih ekonomis atau murah.

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya

digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk

15
16

keperluan lain. selain itu pemberian ASI juga menghemat

pengeluaran untuk berobat bayi (Suradi R dkk, 2004 : 9).

g. Tidak merepotkan dan hemat waktu.

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan

atau memasak air juga tanpa harus mencuci botol dan tanpa

menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu botol akan

lebih merepotkan terutama pada malam hari. Apalagi kalau

persediaan susu habis pada malam hari maka kita harus repot

mencarinya (Roesli U, 2000 : 14).

h. Portabel dan praktis.

Mudah dibawa ke mana-mana (portable) sehingga saat

bepergian tidak perlu menyiapkan air masak, botol dot yang harus

selalu dibersihkan dan tidak perlu minta pertolongan orang lain

(Suradi R, 2004 : 10).

i. Memberi kepuasan bagi ibu.

Ibu yang berhasil memberikan ASI Eksklusif akan merasakan

kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam.

(Roesli U, 2000 : 14).

4) Manfaat Lain Pemberian ASI

Manfaat lain pemberian ASI :

a. Tidak mudah tercemar.

16
17

ASI steril dan tidak mudah tercemar sedangkan susu formula

mudah dan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang

mengetahui cara pembuatan susu formula yang benar dan baik. Bila

botol tidak bersih maka bakteri akan cepat tumbuh.

(Roesli U, 2001 : 34).

b. Menghindarkan bayi dari alergi.

Bayi yang diberi susu formula terlalu dini menderita lebih

banyak masalah alergi. Pada bayi baru lahir sistem Imunoglobulin

(IgE) belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang

aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi.

(Suradi R, dkk, 2004 : 6).

c. Mencegah anemia akibat kekurang zat besi.

Zat besi dari susu sapi tidak diserap secara sempurna, sehingga

bayi susu formula sering menderita anemia karena kekurangan zat

besi. Penelitian membuktikan bahwa tingkat kecerdasan pada bayi

atau anak yang kekurangan zat besi akan menurun.

(Roesli U, 2001 : 35).

1. Alasan Pemberian ASI Eksklusif sampai 6 bulan

Alasan ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan yaitu :

17
18

a. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin

tumbuh kembang sampai umur 6 bulan. Zat gizi dalam ASI terdiri

dari :

(1) Lemak

Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Kadar lemak ASI

antara 3,5-4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi

mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih

dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase

yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol ASI lebih tinggi

daripada susu sapi, sehingga bayi yang mendapat ASI kadar

kolesterol darah lebih tinggi untuk merangsang pembentukan

enzim proktetif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi

efektif pada usia dewasa. ASI juga mengandung asam lemak

esensial yaitu asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat

(Omega 3) yang berfungsi untuk otak anak.

(Suradi R, dkk, 2004 : 3).

(2) Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Laktosa mudah

diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim

laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak

lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain yaitu mempertinggi

absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasilus

bifidus (Suradi R, dkk, 2004 : 3).

18
19

(3) Protein

Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Whey mudah

dicerna dibanding kasein (protein yang terutama ada di susu

sapi), kecuali mudah dicerna dalam ASI terdapat 2 macam asam

amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan

taurin. Sistin untuk pertumbuhan somatik dan taurin untuk

pertumbuhan otak (Soetjiningsih, 1997 : 23).

b. Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita penyakit karena

adanya zat protektif dalam ASI. Zat protektif dalam ASI yaitu :

(1) Laktobasilus bifidus

Mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua

asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga

menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri

Eschericia coli yang sering menyebabkan diare pada bayi

(Suradi R, dkk, 2004 : 4).

(2) Laktoferin

Merupakan suatu iron binding protein yang bersifat bakterio

statik kuat terhadap Eschericia coli dan menghambat

pertumbuhan candida albican (Suradi R, dkk, 2004 : 5).

(3) Lisozim

Enzim yang dapat memecah dinding bakteri dan anti

inflamatori. Keunikan lisozim adalah bila faktor protektif lain

19
20

menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI, maka lisozim justru

meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini

merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai

mendapatkan makanan padat dan lisozim merupakan faktor

protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri patogen dan

penyakit diare pada periode ini (Suradi R, dkk, 2004 : 5).

6) Jenis ASI

a. Kolostrum (susu jolong)

Cairan pertama yang keluar dari kelenjar payudara dan keluar

pada hari ke 1 sampai hari 4. Lebih banyak mengandung protein

dibandingkan dengan ASI yang matang dan mengandung zat anti

infeksi 10-17 kali lebih banyak di banding ASI yang matang.

Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan ASI

yang matang. Volume berkisar antara 150-300 ml/24 jam (Roesli

U, 2000 : 25). Merupakan cairan kental dengan warna kekuning-

kuningan, lebih kuning dibandingkan susu matur (Soetjiningsih,

1997 : 21). Cairan ini juga mengandung zat-zat laksatif dan

membantu bayi mengeluarkan kotoran (Welford H, 2001 : 25).

Kolostrum juga kaya akan vitamin A yang mencegah infeksi dan

vitamin K yang mencegah perdarahan pada bayi baru lahir (Ramaiah

S, 2005 : 10).

1. ASI transisi atau peralihan

20
21

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI

yang matang (Soetjiningsih, 1997 : 22). ASI yang keluar sejak hari

ke 4-7 sampai hari ke 10-14. Kadar protein makin rendah, sedangkan

kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi dan volume semakin

meningkat (Roesli U, 2000 : 5).

c. ASI matang (Mature)

Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar ke 14 dan

seterusnya, komposisi relatif konstan (Roesli U, 2000 : 26). Susu ini

lebih cair dan lebih encer daripada susu transisi tetapi dikeluarkan

dalam kuantitas yang meningkat (Ramaiah S, 2005 : 29). Pada ibu

yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan

satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6

bulan (Soetjiningsih, 1997: 22).

7) Lama Dan Frekuensi Menyusui

Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi

akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila

bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing dsb) atau sudah merasa

perlu menyusui bayinya. Bayinya yang sehat dapat mengosongkan satu

payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong

dalam waktu 2 jam.

Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang teratur

dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.

21
22

Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena

isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI

selanjutnya. Dengan menyusui tanpa dijadwal sesuai kebutuhan bayi

akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul. Menyusui pada

malam hari sangat berguna bagi ibu yang bekerja, karena dengan sering

disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI dan juga dapat

mendukung keberhasilan menunda kehamilan.

Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, maka

sebaiknya setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan

diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik.

Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan

(Soetjiningsih, 1997 : 88).

Faktor-faktor yang mempengaruhi


pembentukan sikap :
1. Kerangka Konseptual
1. Pengalaman pribadi.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap
penting.
3. Pengaruh kebudayaan.
4. Media masa.
5. Pendidikan.
6. Pengaruh faktor emosional.
7. Pekerjaan 22
8. Umur.
9. Agama.
23

Sikap Ibu bayi


terhadap
pemberian

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

: Variabel yang diteliti.

: Variabel yang tidak diteliti.

Sikap Ibu bayi terhadap pemberian ASI eksklusif dapat dipengaruhi oleh

pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh

kebudayaan, media masa, pendidikan, pengaruh faktor emosional, pekerjaan,

umur, agama.

23
24

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang metodologi dari penelitian yang meliputi.

Desain penelitian, populasi dan sampel, variabel, definisi operasional, lokasi dan

waktu penelitian, prosedur pengumpulan data, instrumen penelitian, tehnik

pengolahan data dan etika penelitian.

A. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif

yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa urgen yang terjadi pada

masa kini (Nursalam, 2003 : 83). Penelitian ini menggambarkan atau

mendeskripsikan sikap ibu bayi terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa

Kebonagung Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro.

B. Populasi dan sampel

1) Populasi

Populasi adalah setiap subyek (misalnya : manusia, pasien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003 : 93).

Pada penelitian ini populasinya adalah ibu bayi yang bertempat

tinggal di Desa Kebonagung Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro

Tahun 2007 sebanyak 41 orang.

2) Sampel

24
25

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo S, 2005 : 79).

Apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga

penelitian merupakan penelitian populasi (Arikunto S, 2002 : 112). Pada

penelitian ini sampelnya adalah seluruh ibu bayi di Desa Kebonagung

Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro tahun 2007 sebanyak 41

orang.

C. Kriteria Responden

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti

(Nursalam, 2003 : 96).

a. Ibu bayi di Desa Kebonagung Kecamatan Padangan Kabupaten

Bojonegoro.

b. Ibu bayi yang bersedia untuk diteliti.

c. Ibu bayi yang bisa membaca dan menulis.

d. Ibu bayi baru pada saat penelitian dilakukan.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain

(Notoatmodjo S, 2005 : 70).

25
26

Variabel dalam penelitian ini adalah “Sikap ibu bayi terhadap pemberian

ASI eksklusif”.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003 : 106).

Tabel 3.1 Definisi operasional sikap ibu bayi terhadap pemberian ASI
Eksklusif di Desa Kebonagung Kecamatan Padangan
Kabupaten Bojonegoro tahun 2007.

Definisi
Variabel Alat ukur Skala Kategori
operasional
Sikap ibu bayi Sikap ibu bayi Kuesioner Nominal Favorable
terhadap terhadap (Wawancara Bila mean T < T.
pemberian ASI pemberian ASI terstruktur )
eksklusif. eksklusif yang
didapat dari - Pernyataan Unfavorable
penelitian di Desa No. 1-13 Bila mean T >T
Kebonagung Favorable.
Kecamatan
Padangan - Pernyataan
Kabupaten No. 14-20
Bojonegoro. unfavorable

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Padangan

Kabupaten Bojonegoro.

2) Waktu Penelitian

26
27

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 s/d 16 Agustus 2007.

1 Juli 20
G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2003 : 115).

Data yang diperlukan oleh peneliti adalah data primer dan sekunder,

data primernya diperoleh dari kuesioner, dilakukan dengan cara mengunjungi

semua rumah responden sesuai kriteria inklusi yang sebelumnya telah

mendapat persetujuan dari Kepala Desa dan Bidan Desa Kebonagung.

Kemudian peneliti melakukan pendekatan pada responden untuk

mendapatkan persetujuan dengan menggunakan lembar persetujuan

(Informed Consent). Setelah itu peneliti baru melakukan wawancara

berdasarkan kuesioner dan memberi tanda centang () sesuai jawaban dari

responden, sedangkan data sekundernya adalah data tentang jumlah ibu bayi

yang ada di Desa Kebonagung Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro

yang diperoleh dari laporan bulanan KIA Polindes Kebonagung.

1. Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah (Arikunto Suharsini, 2002 : 136).

27
28

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah

matang, dimana responden (dalam hal angket) dan interviewer (dalam hal

wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-

tanda tertentu (Notoatmodjo S, 2005 : 116).

Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan pada data umum berupa

open ended questions sedangkan data khusus berupa closed ended questions

berbentuk multiple choice. Lembar kuesioner dalam penelitian ini untuk

mendapatkan data tentang sikap ibu bayi terhadap pemberian ASI Eksklusif

dan data umum yang diperlukan.

2. Teknik Pengolahan dan Analisa Data.

Setelah data terkumpul dari kuesioner yang telah diisi selanjutnya

dikelompokkan dan dilakukan tabulasi. Jumlah skor responden (x) yang

didapat dari jawaban kuesioner diubah menjadi skor T (T) kemudian

dibandingkan dengan Mean sebesar T (Mean T) = 50.

Pernyataan responden diberi skor berdasarkan skala Likert :

Favorable Unfavorable

28
29

STS = 0 STS = 4
TS = 1 TS = 3
TT = 2 TT = 2
S = 3 S = 1
SS = 4 SS = 0

Untuk sikap dihitung dengan skor, dengan menggunakan skala Likert,

yaitu :

 

 X X
T  50  10
 s 
 

Keterangan :

X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T.

X = Mean skor kelompok
Mean skor kelompok yang dihitung dengan rumus :

X 
 f ( x)
n

Keterangan : f = Frekuensi

x = Skor responden

n = Banyaknya responden dalam kelompok

s = Deviasi standart skor kelompok

Deviasi standart skor kelompok dihitung dengan rumus :

  fx  2

 fx 2

n
S
n 1

Keterangan : f = Frekuensi

29
30

x = Skor responden

n = Banyaknya responden dalam kelompok

Untuk mengetahui sikap positif (favorable) atau negatif (unfavorable)

dilakukan dengan membandingkan skor T dengan mean T.

Bila nilai mean T > T maka termasuk unfavorable.

Bila nilai mean T < T maka termasuk favorable.

(Azwar S, 2002 : 156).

3. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin

kepada kepala Puskesmas Padangan dan Polindes Kebonagung Kecamatan

Padangan. Setelah mendapat persetujuan baru melaksanakan penelitian

dengan menuliskan masalah etika yang meliputi :

1) Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan kepada subyek.

b. Bebas dari eksploitasi

Subyek harus diyakinkan bahwa partisipasinya tidak akan

dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan subyek dalam

bentuk apapun.

c. Resiko

30
31

Peneliti harus secara hati-hati mempertimbangkan resiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada subyek pada setiap

tindakan.

2) Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden

Subyek mempunyai hak memutuskan apakah bersedia menjadi

subyek ataupun tidak, tanpa adanya sanksi.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan.

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci

serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada subyek.

c. Informed consent

Subyek harus mendapat informasi secara lengkap tentang

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3) Prinsip Keadilan

a. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil

Subyek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama

dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya

Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anonymity

(tanpa nama) dan confidentiality (rahasia).

(Nursalam, 2003 : 118-119).

4. Jadwal Kegiatan Penelitian

31
32

Tabel 3.2 Tabel Gant’s Chart

Juni Juli Agustus


No. Jenis Kegiatan
I II III IV V I II III IV V I II III IV V
1 Pengajuan judul X X
2 Penyusunan proposal X X X
3 Ujian Proposal X X
4 Pengambilan Data / Penyusunan KTI X
5 Penyusunan KTI X X
6 Ujian Sidang * * * X X

32

Anda mungkin juga menyukai