Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Antara Derajat Hipertensi dan Proteinuria Persisten pada Anak Penderita

Glomerulonefritis
Akut Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
SYAHRU AGUNG S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab

morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

berkembang meskipun frekuensinya lebih rendah di

negara-negara maju (Shiva et al., 1994). Glomerulo-

nefritis saat ini merupakan penyebab ketiga gagal

ginjal di seluruh populasi dan menduduki peringkat

ketiga setelah diabetes dan hipertensi (Hricik et al.,

1998). Begitu juga pada pasien anak, glomerulonefritis

menjadi penyebab ketiga dari terjadinya gagal ginjal

tahap akhir atau end stage renal disease (ESRD),

setelah kasus refluks, obstruksi dan displasia ginjal

(Collins et al., 2008).

Glomerulonefritis merupakan suatu penyakit ginjal

yang disebabkan oleh proses inflamasi pada struktur

glomerular sehingga sel darah merah dan protein keluar

ke dalam urin. Glomerulonefritis dapat dibagi

berdasarkan penyebabnya yakni primer, bila tidak

ditemukan penyebab lain yang menimbulkan

glomerulonefritis, atau sekunder bila terdapat penyakit

1
Hubungan Antara Derajat Hipertensi dan Proteinuria Persisten pada Anak Penderita
Glomerulonefritis 2
Akut Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
SYAHRU AGUNG S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

lain yang menimbulkan glomerulonefritis (Ehrlich dan

Schroeder, 2009).

Salah satu penyebab glomerulonefritis akut (GNA)

primer tersering adalah glomerulonefritis akut pasca-

infeksi (Alpers, 2013). Glomerulonefritis akut pasca-

infeksi dapat disebabkan oleh agen bakteri, virus,

jamur, parasit dan berbagai proses imunologis lainnya,

namun pada anak-anak penyebab paling sering dari

glomerulonefritis akut yakni GNA pasca infeksi

streptococcus β haemolyticus grup A tipe nefritogenik

(GNAPS) (Lumbanbatu, 2003; Vinen dan Oliveira, 2003;

Pardede et al., 2005). Selain pascainfeksi, GNA dapat

terjadi karena suatu penyakit imunologis maupun

vaskular (Vehaskari dan Aviles, 2007).

Perubahan akibat inflamasi pada glomerulus seperti

infiltrasi leukosit, hiperplasia sel glomerular, bahkan

nekrosis dapat mengubah fisiologi normal glomerulus

sehingga membuat protein dan sel darah keluar bersama

dengan urin. Perubahan tersebut juga mengganggu

filtrasi glomerular yang menyebabkan insufisiensi

renal, retensi cairan, dan hipertensi (Jennete, 2012).

Fase akut pada GNA akan muncul gejala seperti

edema, hematuria, hipertensi dan oliguria yang umumnya


Hubungan Antara Derajat Hipertensi dan Proteinuria Persisten pada Anak Penderita
Glomerulonefritis 3
Akut Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
SYAHRU AGUNG S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

berlangsung selama 1—2 minggu. Gejala laboratorium,

seperti proteinuria dan hematuria mikroskopis, akan

hilang dalam waktu 1—12 bulan. Adanya proteinuria yang

menetap dapat menimbulkan kecurigaan telah terjadi

penyakit ginjal kronik pada anak (Unit Kerja Koordinasi

Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2012).

Hipertensi merupakan salah satu masalah dalam

manajemen fase akut GNA, selain juga masalah ketidak-

seimbangan elektrolit dan gagal ginjal akut (Shiva et

al., 1994). National High Blood Pressure Education

Program Working Group on High Blood Pressure

Educationin Children and Adolescent (2005) menerangkan

bahwa pada kelompok anak, hipertensi sekunder lebih

sering terjadi dibandingkan hipertensi esensial.

Menurut Arar et al. (1994), penyakit parenkim ginjal,

termasuk glomerulonefritis, merupakan penyebab

tersering terjadinya hipertensi sekunder pada anak-

anak. Glomerulonefritis akut merupakan penyakit

parenkim ginjal yang paling sering menyebabkan

hipertensi akut atau tiba-tiba (Joesoef dan Setianto,

1996).

Hipertensi dapat menimbulkan gagal ginjal melalui

mekanisme peningkatan tekanan perfusi di glomerulus


Hubungan Antara Derajat Hipertensi dan Proteinuria Persisten pada Anak Penderita
Glomerulonefritis 4
Akut Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
SYAHRU AGUNG S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

yang menyebabkan vasokonstriksi signifikan.

Vasokonstriksi tersebut menimbulkan kerusakan

terlokalisasi di glomeruli. Hal ini menyebabkan

nekrosis glomeruli dan menimbulkan mikroalbuminuria.

Bila tidak ditangani lebih dini, kerusakan tersebut

menimbulkan proteinuria signifikan (Nadar et al.,

2006).

Proteinuria terjadi akibat hipertensi kapiler

glomerular dan bervariasi bergantung derajat tekanan

intraglomerular. Semakin tinggi tekanan intra-

glomerular, semakin besar kejadian hipertrofi serta

hiperfiltrasi kompensatorik di glomerulus.

Hiperfiltrasi kompensatorik juga menyebabkan kerusakan

glomerular serta gangguan fungsi glomerular termasuk

menyeleksi protein. Rusaknya sawar pengatur

permeabilitas di glomerulus dan kerja angiotensin II

menyebabkan protein keluar berlebihan mengisi lumen

tubulus proksimal. Banyaknya protein yang lolos hingga

mencapai tubulus proksimal akan diambil secara

endositosis oleh sel tubular dan menstimulasi produksi

abnormal sitokin-sitokin sehingga menyebabkan migrasi

makrofag dan limfosit T, proliferasi fibroblast, serta

peningkatan produksi matriks ekstrasel. Mekanisme


Hubungan Antara Derajat Hipertensi dan Proteinuria Persisten pada Anak Penderita
Glomerulonefritis 5
Akut Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
SYAHRU AGUNG S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tersebut mirip dengan terjadinya glomerulosklerosis dan

fibrosis interstitial yang keduanya merupakan bentuk

patologi abnormal pada progresi penyakit ginjal kronik

(Metcalfe, 2007).

Baik proteinuria maupun hipertensi, keduanya

berkontribusi terhadap hilangnya fungsi ginjal secara

progresif (Peterson et al., 1995). Menurut Wong dan

Furth (2007), proteinuria persisten merupakan faktor

risiko hilangnya fungsi ginjal secara progresif baik

pada dewasa atau anak-anak. Pasien yang telah

terdiagnosis penyakit ginjal kronik menunjukkan sedang

terjadi kerusakan ginjal seiring semakin turunnya

fungsi ginjal, akan berisiko memerlukan dialisis di

kemudian hari, kemudian mengalami percepatan munculnya

penyakit kardiovaskular, dan cenderung meninggal

prematur akibat penyakit kardiovaskular serta

serebrovaskular (Wong dan Furth, 2007; Pardede dan

Chunaedy, 2009; Eddy, 2009).

Dalam usaha mengurangi morbiditas jangka panjang

dan mortalitas pasien anak glomerulonefritis akut,

perlu diketahui kemungkinan hubungan antara derajat

hipertensi yang terjadi saat fase akut berkembang

menjadi penyakit ginjal kronik. Hal ini penting sebagai


Hubungan Antara Derajat Hipertensi dan Proteinuria Persisten pada Anak Penderita
Glomerulonefritis 6
Akut Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
SYAHRU AGUNG S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dasar pembuatan keputusan pemberian terapi kepada

pasien glomerulonefritis akut. Studi mengenai hal

tersebut di dunia sedikit jumlahnya, termasuk di

Indonesia. Selain itu, karena glomerulonefritis

memiliki kemungkinan menyebabkan penyakit ginjal

kronik, penting dilakukan studi terkait hubungan

derajat hipertensi dengan proteinuria persisten pada

pasien anak penderita glomerulonefritis akut untuk

membantu pembuatan keputusan serta dapat mencegah

progresi atau komplikasi jangka lama pada ginjal.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang,

permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini

adalah: “Apakah terdapat hubungan antara derajat

hipertensi dan proteinuria persisten pada anak

penderita glomerulonefritis akut di RSUP dr. Sardjito?”


Hubungan Antara Derajat Hipertensi dan Proteinuria Persisten pada Anak Penderita
Glomerulonefritis 7
Akut Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
SYAHRU AGUNG S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara derajat hipertensi

dengan kejadian proteinuria persisten pasien anak

penderita glomerulonefritis akut.

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui kekuatan hubungan berbagai derajat

hipertensi sebagai faktor risiko terhadap

kejadian proteinuria persisten pada anak

penderita glomerulonefritis akut di RSUP dr.

Sardjito.

2. Mengetahui hubungan variabel perancu terhadap

derajat hipertensi dan kejadian proteinuria

persisten pada anak penderita glomerulonefritis

akut di RSUP dr. Sardjito.

I.4 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian tentang glomerulonefritis akut

pada anak telah dilakukan. Salah satunya adalah

penelitian Albar dan Rauf (2005) di Indonesia yang

berjudul “The Profile of Acute Glomerulonephritis among

Indonesian Children”. Penelitian tersebut merupakan

penelitian deskriptif, potong-lintang, menggunakan

rekam medis bertujuan untuk melihat gambaran atau


Hubungan Antara Derajat Hipertensi dan Proteinuria Persisten pada Anak Penderita
Glomerulonefritis 8
Akut Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
SYAHRU AGUNG S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

profil klinis pasien GNA anak di Indonesia. Subyek

penelitan sebanyak 509 anak penderita GNA di sebelas

pusat studi. Penelitian tersebut melaporkan tanda

klinis yang sering muncul pada GNA adalah hipertensi

(61,8%), edema periorbital (76,3%), dan hematuria

(53,6%). Komplikasi berupa edema paru akut,

ensefalopati hipertensif, dan gagal ginjal akut

berturut-turut terjadi sebanyak 11,5%, 9,2%, dan 10,5%.

Sementara itu, insidensi ensefalopati hipertensi

sebesar 6%.

Selain itu, terdapat pula penelitian yang memiliki

tujuan serupa namun pada populasi lebih sempit,

berjudul “Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada

Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo, Jakarta”. Penelitian tersebut

menggunakan metoda penelitian deskriptif retrospektif

dan melibatkan 45 anak dengan umur yang dirawat di

antara 4 tahun sampai 16 tahun. Penelitan tersebut

melaporkan umur pasien paling sering yakni 6-11 tahun.

Hipertensi terjadi pada 87% kasus, dengan hipertensi

krisis sebanyak 48,7% kasus.

Studi-studi tersebut merupakan studi deskriptif

mengenai profil klinis pasien anak penderita


Hubungan Antara Derajat Hipertensi dan Proteinuria Persisten pada Anak Penderita
Glomerulonefritis 9
Akut Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
SYAHRU AGUNG S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

glomerulonefritis akut di beberapa tempat. Tidak

dijelaskan hubungan antara berbagai derajat hipertensi

yang terjadi dengan kejadian proteinuria persisten pada

pasien anak yang menderita glomerulonefritis akut.

Penelitian ini mencoba mengetahui hubungan kedua

variabel tersebut melalui suatu studi analitik.

I.5 Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat dari penelitian ini,

diantaranya:

1. Bagi penulis

Manfaat bagi penulis adalah dapat menambah

ilmu dan pengetahuan mengenai hubungan antara

derajat hipertensi dan luaran proteinuria

persisten pada anak penderita GNA.

2. Bagi dunia akademis

Manfaat bagi dunia akademis adalah sebagai

bukti tambahan mengenai hubungan antara derajat

hipertensi dan proteinuria persisten pada anak

penderita GNA serta membuka peluang penelitian

lebih lanjut mengenai hubungan tersebut.


Hubungan Antara Derajat Hipertensi dan Proteinuria Persisten pada Anak Penderita
Glomerulonefritis 10
Akut Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
SYAHRU AGUNG S
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3. Bagi tenaga medis

Manfaat bagi tenaga medis adalah dapat

menjadi dasar penatalaksanaan hipertensi dan

mengetahui prognosis anak penderita GNA.

4. Bagi masyarakat luas

Manfaat bagi masyarakat luas adalah sebagai

bahan edukasi bahwa kejadian hipertensi pada

anak penderita GNA merupakan hal yang harus

diperhatikan dan kemungkinan dapat mempengaruhi

progresi penyakit ginjal kronik melalui

kejadian proteinuria persisten.

Anda mungkin juga menyukai