Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KABUPATEN BUTON UTARA

DINAS KESEHATAN
UPT DINKES PUSKESMAS LAMBALE
Jl. Poros Ereke-Baubau Km 26, Desa Kasulatombi, Kode Pos 93670
Email: puskesmaslambale@gmail.com, Telp. 082273264256

PEDOMAN PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


DI PUSKESMAS LAMBALE

A. PENGERTIAN
Bahan berbahaya dan beracun adalah bahan atau zat yang mempunyai karakteristik
mudah terbakar, mudah meledak, beracun bersifat reaktif koroksif atau menyebabkan
infeksi.
Bahan Mudah Terbakar :Bahan yang apabila berdekatan dengan api, percikan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan, mudah menyala / terbakar dan apabila telah nya
akan terus terbakar dalam waktu lama.
Bahan Mudah Meledak :Bahan yang melalui reaksi kimia dapat meghasilakan gas
dengan suhu dan tekanan yang tinggi yang dengan cepat merusak lingkungan sekitar
Bahan Bersifat Reaktif :Bahan yang mudah menyebabkan kebakaran atau ledakan
karena sifat kimia yang tidak stabil pada suhu tinggi karena mengalami oksidasi.
Bahan Korosif : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja.
Bahan Infeksious : Bahan yang berbahaya bagi lingkungan karena mengandung
kuman penyakit yang dapat menular.
Bahan Beracun :Adalah bahan yang mengandung racun berbahaya bagi manusia dan
lingkungan karena dapat menyebabkan kematian atau sakit serius
Bahan Iritan : Adalah bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit dan
selaput lendir
Material Safety Sheet ( MSDS ) : Lembar data pengaman Bahan adalah lembar
petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisik, kimia dari bahan berbahaya dan
beracun, cara pengamanan dan tindakkan khusus yang dapat dilakukan dalam keadaan
darurat apabila terpapar bahan berbahaya dan beracun.

B. KETENTUAN
1. Pemesanan
a. Pemesanan Bahan berbahaya dan beracun dapat dilakukan apabila disertai
permintaan tertulis yang ditandatangani oleh kepala bagian logistik farmasi
b. Pemesanan bahan berbahaya dan beracun menggunakan nota pemesanan yang
terpisah dengan bahan yang tidak termasuk bahan berbahaya dan beracun
c. Pemesanan harus disertai dengan notifikasi bahwa bahan yang dipesan
merupakan B3
d. Pemesanan dilakukan melalui Distributor resmi yang terdaftar pada balai POM
atau Departemen perindustrian dan perdagangan
e. Setiap pemesanan harus mencantumkan dengan jelas nama bahan, nama
dagang, nama kimia, jumlah yang dipesan nama dan alamat distributor.
f. Setiap pemesanan harus mencantumkan pernyatan bahwa pihak distributor
akan melampirkan MSDS pada saat penyerahan B3
g. Tidak diperkenankan memesan B3 yang terlarang berdasarkan peraturan
pemerintah RI No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun
h. Pemesanan B3 yang termasuk golongan bahan dengan penggunaan terbatas
sesuai dengan peraturan pemerintah RI No. 74 Tahun 2001 tentang pengelolan
bahan berbahaya dan beracun harus mendapat persetujuan PK3RS dengan
masa berlaku 1 tahun

2. Penyerahkan Barang
a. Pada saat penyerahan B3, nota penyerahan harus mencatumkan dengan jelas
nama, bahan, nama dagang, nama kimia jumlah bahan nama distributor, dan
nama pengimpor / produsen.
b. Setiap B3 yang diserahkan harus disertai dengan lembar data pengaman bahan
( material Safety data sheet ) yang berisi merek dagang, rumus kimia jenis B3,
klasifikasi, teknik penyimpanan, dan tatacara penanganan bila kecelakaan
c. Pada saat diserahkan, B3 harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Diserahkan dalam bentuk kemasan yang kompak
2) Wadah kemasan tidak bocor
3) Tidak berkarat
4) Tidak rusak
5) Disertai dengan penandaan nama dangan, nama bahan, berat yang sesuai
dengan yang tertera pada nota penyerahan bahan
d. Setiap B3 yang diserahkan harus telah memiliki tanda peringatan sesuai
dengan jenis dan bahayanya. Simbol bahaya dan petunjuk P3K yang mudah
dilihat, dibaca, dimengerti dan tidak luntur
e. Bahan berbahaya dan beracun tidak dapat diterima apabila :
1) Dokumen tidak lengkap
2) Sudah kadaluarsa
3) Label yang tertera pada bahan dan dokumen tidak cocok
f. Penyerahan B3 harus dilakukan secara langsung kepala petugas bagian logistik
sedangkan bahan langsung ditempatkan pada ruang Penyimpanan B3

3. Penanganan Bahan Kimia


a. Penandaan
1) Setiap bahan berbahaya dan beracun harus diberikan penandaan agar dapat
dikenali oleh setiap orang
2) Penandaan meliput nama bahan, nama kimia dan simbol bahan
berbahayaan beracun ( B3 )
3) Penandaan harus diberikan pada setiap kemasan luar/ pembungkus bahan,
dengan tulisan dan simbol yangs jelas, mudah terbaca, tidak mudah terlepas
dan bertahan lama
4) Simbol yang dipergunakan untuk penandaan bahan B3 mengacu pada
ketentuan yang berlaku yaitu sebagai berikut

BAHAN IRITASI BAHAN TOKSIK

BAHANKOROSIF BAHAN MUDAH MELEDAK

BAHAN OKSIDATOR BAHAN MUDAH TERBAKAR

Tata Cara pengunaan Bahan Berbahaya dan Beracun


1) Dalam menangani bahan kimia berbahaya dan beracun setiap karyawan harus
menghindari terjadinya inhalasi bahan, penyerapkan melalui kulit, tertelan
melalui mulut, atau kontak langsung dengan peralatan/ bahan yang
terkontaminasi.
2) Pengambilan bahan kimia cair dengan mempergunakan pipet yang disedot
dengan mulut tidak diperkenankan karena dapat menyebabkan tertelanya
bahan kimia tersebut.
3) Dalam menuangkan bahan kimia cair, tidak boleh dilakukan dengan terburu-
buru yang sampai mengotori label
4) Sebelum menuangkan bahan kimia, pekerja harus membaca dengan teliti label
kimia. Apabila label sudah tidak jelas atau tidak ada maka tidak diperkenankan
mengambil bahan kimia dari kontener
5) Apabila menuang bahan kimia cair dari kontener yang besar kedalam gelas
ukur yang kecil maka gelas ukur harus ditahan agar cairan tidak tumpah
6) Setiap pekerja yang menangani bahan kimia berbahaya dan beracun harus
mempergunakan sarung tangan gown. Sepatu tertutup dan celana pendek, baju
lengan diperkenankan dan sepatu yang terbuka apabila bekerja dengan bahan
kimia yang berbahaya dan beracun
7) Makan, minum atau merokok tidak diperkenankan apabila sedang bekerja
dengan bahan kimia bebahaya dan beracun
8) Tidak diperkenankan mengembalikan bahan kimia yang berlebih setelah
ditungkan kedalam wadah semula karena hal ini akan dapat menimbulkan
suatu reaksi kimia yang berbahaya. Harus diupayakan pengambilan bahan
secara tepat tanpa berlebihan
9) Apabila sedang mengerjakan pencampuran bahan kimia, tidak diperkenankan
meninggalkan tempat sehingga proses pencampuran/reaksi tidak diawasi
10) 8Tidak diperkenankan mencicipi/meras bahan kimia jenis apapun. Apabila
harus mencium bahan kimia maka lakukan sehingga hanya sebagai kecil uap
yang masuk kehidung
11) Tidak diperkenankan menyimpan mantel, baju lais, atau buku dalam ruang
berisi bahan kimia karena bisa terkontaminasi oleh bahan kimia

b. Tatacara Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun


1) Untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat bahan kimia berbahaya maka
bahan kimia berbahaya dan beracun harus disimpan. Dipergunkan dan
dibuang dengan cara yang sesuai tertentu
2) Setiap bagian dan setiap personal di rumah sakit harus melakukan secara benar
seluruh ketentuan penyimpanan, penggunaan pembuangan bahan kimia
berbahaya dan beracun
3) Setiap bagian yang menyimpan bahan kimia berbahaya dan beracun dalam
jumlah besar dan jenis bahan kimia yang banyak, harus mempunyai ruangan
penyimpanan khusus
4) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diberikan label yang benar
agar tidak terjadi pencampuran bahan yang tidak sesuai
5) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diperiksa secara teratur
untuk mendeteksi kebocoran atau kerusakan wadah
6) Bahan kimia yang menjadi basah akibat kelembaban yang tinggi harus
dikeringkan sebelum dipergunakan
7) Sampah yang berasal dari bahan kimia harus dibuang pada kontener yang telah
disiapkan khusus untuk bahan tersebut, tidak boleh dibuang pada sampah
untuk bahan kimia lain.
8) Tidak diperkenankan mempergunakan lampu spirtus dalam ruang berisi bahan
kimia apabila tidak diinstruksikan
9) Setiap wadah dari gelas harus diperiksa apakah ada keretakan atau tidak karena
akan menyebabkan cedera serius apabila terjadi kebocoran bahan kimia.
10) Untuk menghindari terjadinya peledakan bahan kimia maka setiap bahan kimia
dengan konsentrasi yang tinggi harus disimpan dalam rungan suhu yang lebih
rendah dari titik nyala bahan kimia tersebut
11) Setiap bahan kimia yang mudah meledak atau terbakar harus diidentifikasi titik
nyala dari bahan tersebut
12) Setiap karyawan harus memperhatikan bahwa beberapa bahan kimia padat
tidak boleh terkena air, terkena pemanasan. Terjadi gesekan atau terkena
cahaya/sinar matahari karena akan mudah terbakar.
13) Setiap karyawan harus mengetahui dari alat pemadam. Api ringan ( APAR),
tempat pembilasan, dan mengetahui cara mempergunakan peralatan tersebut
14) Setelah kejadian pemaparan, kecelakan peledakan atau adanya tumpuhan
bahan, karyawan harus segera memberitahukan kepala bagiannya atau atasan
langsung

c. Penanganan Bahan Gas


1) Penggunalan Gas yang tidak benar dapat menimbulkan peledakan, kebakam,
keracunan intoksidasi akibat inhalasi gas tau dapat mencederai kulit. Karena di
rumah sakit terdapat banyak jenis gas yang berbahaya dengan efek yang
bermacam-macam maka dibuat beberapa ketentuan umum yang berlaku untuk
semua tindakan yang mempergunakan gas.
2) Pemakaian lampu spiritus ( Bunsen ) pada daerah yang mengndung gas harus
dilakukan dengan sangat hati – hati dan hanya dapat dilakukan apabila tidak
terdapat kebocoran gas. Lampu spiritus harus segeraa dimatikan apabila tidak
dipegunakan. Apabila sedang ada nyata api maka tidak diperkenankan
menggunakan oksigen
3) Merokok dilarang diseluruh bagian, seluruh tempat tindakan di rumah sakit
apabila ditempatkan gas dan penganan yang mempergunakan gas
4) Penyimpanan gas apabila memungkinkan tempat yang berjauhan dengan pusat
kegiatan pelayanan dan dilindungi dari pemaparan suhu tinggi
5) Seluruh tabung gas harus diberi label yang jelas. Tabung yang tidak berlabel
tidak boleh dipergunakan karena sangat membahayakan.
6) Seluruh staf harus mengetahui tatacara mengidentifikasi gas berdasarkan kode
warna yang disepakati
7) Pengangkutam tabung gas dan pengisian gas harus mempergunakan troli yang
menahan tanng gas tidak jatuh
8) Dalam menuang gas bentuk cair maka tidak boleh terjadi tumpahan gas pada
pakaian dan lantai
9) Setiap pekerjaan harus mempergunakan pakaian pelindungan masker, sarung
tangan dan baju lengan panjang.
d. Penyimpanan Bahan Berbahaya Dan Beracun
1) Persyaratan Umum Ruang Penyimpanan
a) Ruangan penyimpanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Kedap air, tidak bocor, ada ventillasi untuk mencegah akumulasi gas,
lubang angin harus dilengkapi dengan kasa penutup agas burung dan
binatang tidak masuk dan dilengkapi penerangan yang mencukupi
 Instansi penerangan harus tidak menimbulkan ledakan, dengan
memsang lampu penerangan minimal 1 meter diatas kemasan dan
semua saklar untuk ruang bahan mudah tebakar tepasang dari sisi luar
 Tersedia sarana pencucian yang dekat lokasi dan memada misalnya
wastafel untuk terpapar bahan berbahaya dan beracun
 Tesedia sistim pemadam kesadaran dan deteksi kebakaran yang sesuai
dengan luas ruang dan jenis bahan yang disimpan
 Tersedia pembangkit listrik cadanngan yang berfungsi secara otomatik
apabila terjadi gangguan aliran listrik
 Tersedia fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan dalam jumlah
dan jenis yang memadai
 Peralatan komunikasi dalam ruang penyimpanan harus tersedia agar
memudahkan komunikasi dengan bagian lain.
 Setiap ruang penyimpanan harus mempunyai pompa penyedot
tumpahan B3 yang juga berfungsi menyedot tumpahan cair
 Tersedia pengontrol suhu dan kelembaban disetiap ruang penyimpanan
bahan berbahaya dan beracun
 Ruangan penyimpanan tidak boleh terkena cahaya matahari secara
langsung karena dapat menyebabkan terjadi reaksi kimia pada bahan
kimia yang tidak stabil
 Ruangan penyimpanan bahan berbahaya dan beracun dinyatakan
sebagai “restrieted area” sehingga setiap orang yang tidak
berkepentingan tidak diperkenan masuk
 Semua sistim pengamanan ruangan penyimpanan bahan kimia harus
diperiksa sekurang kurangnya setiap bulan
 Setiap hasil pemeriksaan harus didokumentasikan dilaporkan ke
PK3RS

b) Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus mengikuti ketentuan


sebagai berikut ;
 Dilakukan dengan sistem blok, terdiri dari 2 x 2 kemasan sehingga
dapat dilakukan pemriksaan menyeluruh terhdap setiap kemasan
 Jarak antar blok minimum 60 cm agar masih tersisa runagn untuk
melakukan pengawasan rutin
 Maksimal tumpukan 3 lapis, apabila lebih maka harus dengan memakai
rak, kecuali untuk bahan kimia yang disimpan dalam wadah botol tidak
diperkenankan untuk disimpan bersusun
 Jarak kemasan tertular tidak boleh kurang 1 meter dari atap
 Kemasan B3 yang tidak saling cocok harus disimpan terpisah, tidak
dalam 1 blok untuk menghindari terjadinya reaksi kimia yang
membahayakan
 Penempatan kemasan harus dengan syarat tidak ada kemungkinan
tumpah ke kemasan lain.

4. Persyaratan Berdasarkan Jenis B3


4.1 Bahan Beracun
 Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
 Jauhkan dari bahan lain yang dapat beraksi
 Tersedia alat perlindungan diri
4.2 Bahan Korosif
 Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
 Bahan disimpan dalam wadah tertutup berlabel
 Tersedia alat pelindung diri
4.3 Bahan Mudah Terbakar
 Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
 Ruangan / bahan harus jauh dari sumber aoi / panas
 Hindari terjadinya loncatan api listrik atau bara rokok
 Tersedia alat pemadam kebakaran
 Penyimpanan harus dijauhkan dari bahan kimia oksidator
 Tesedia alat pelindung diri
4.4 Bahan Mudah Meledak
 Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
 Ruangan / bahan harus jauh dari sumber aoi / panas
 Tersedia alat pemadam kebakaran
 Tempat penyimpanan tidak menimbulkan gesekan atau benturan mekanis
 Tesedia alat pelindung diri
4.5 Bahan Oksidator
 Rungan penyimpanan harus dingin, kering dan berventilasi
 Ruangan / bahan harus jauh dari sumber api / panas
 Ruangan harus kedap air
 Tersedia alat pemadam kebakaran
 Tersedia alat pelindung diri

C. PROSEDUR PENANGGULANGAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


1. ALKOHOL

a. Nama Kimia : Ethyl Alkohol


b. Nama Lain : Alkohol Ethanol
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi tertelan atau kontak denga kulit / mata
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata
2) Kulit : Iritasi Kulit
3) Inhalasi : Sakit kepala, lemas, batuk – batuk, pusing, tidak sadar,
kerusakan hati, anmia
e. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air
3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernafasan
4) Bila tertelan, segera lakukan lavase lambung, berikan charcoal untuk
menyerap sisa bahan yang masih berada dalam lambung
f. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit
2) Pakai baju pelindung
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/ kulit
2) Pakai masker bila kansentrasi > 2000ppm

2. ELPIJI

a. Nama Kimia : C3H8/C3H6/C4H10/C4H8


b. Nama Lain : LPG (Liquified Petroleum Gas, Liquified Hidrocarbon Gas)
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, frostbite.
2) Kulit : Frostbite.
3) Inhalasi : Pusing, kesadaran menurun, asfiksia.
e. Target Organ
Saluran napas, CNS.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

3. FORMALIN

a. Nama Kimia : HCHO


b. Nama Lain : Formaldehyda, Methanal, Methyl Aldehida, Methylene Oxide.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, hiperlakrimasi.
2) Kulit : Iritasi kulit.
3) Inhalasi :Iritasi hidung, tenggorokan, batuk, wheezing, sesak napas,
Bronkhitis, Pneumonitis, dan edema paru.
e. Target Organ
Mata, saluran napas.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
Hindari kontak dengan mata/kulit.

4. HIDROGEN PEROKSIDA

a. Nama Kimia : H2O2


b. Nama Lain : Peroxide, Hydrogen Diooxyde.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, ulkus cornea.
2) Kulit : Iritasi kulit, vesikel, eritema.
3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema paru.
4) Sistemik : Rambut menjadi putih.
e. Target Organ
Kulit, mata, saluran napas.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi.
3) Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.

5. KARBON DIOKSIDA

a. Nama Kimia : CO2


b. Nama Lain : Gas CO2, Dry Ice.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Penglihatan kabur, iritasi mata, myosis.
2) Kulit : Melepuh, luka bakar (frosbite).
3) Inhalasi : Sakit kepala, berkeringat, hypersalivasi, asfiksia, kram perut,
diare, mual, muntah, lemas, twiching otot, inkoordinasi, kejang.
e. Target Organ
Saraf pusat, saraf perifer, cholinesterase darah.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit
2) Pakai pelindung badan.

6. NITROGEN DIOKSIDA

a. Nama Kimia : N2O


b. Nama Lain : Nitrogen peroksida, Dinitrogen tetraoksida-gas anestesi
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, penglihatan kabur, frostbite.
2) Kulit : Iritasi kulit, melepuh, frostbite.
3) Inhalasi: Iritasi hidung/tenggorokan, anastesi, batuk, frothy sputum, penurunan
fungsi paru, bronkitis, sesak napas, edema paru, sianosis, takipnea, takikardia.
e. Target Organ
Mata, saluran napas, kardiovaskular.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker bila konsentrasi lebih besar 20 ppm.

Anda mungkin juga menyukai