183
Abstract : Correlation Between Career Development With Work Motivation And Desire To Early
Retirement. Intention to leave refers to the results of the individual intention to stay continued with in
the organization, but has not been manifested in concrete actions to leave the organization. This study
aimed to determine the correlation among career development with work motivation and intention to
leave the organization. Using a sample of 120 employees, the data were collected using questionnaires.
Furthermore, this research using Structural Equation Modelling to analyzed the data.The results of the
research showed that the career development significant positive effect on job motivation and a significant
negative effect on intention to leave the organization. Further, work motivation significantly negative
effect on intention to leave. The findings uncovered that for those who dominated by needs for satisfying
basic necessities their intention to leave is lower than those who dominated by needs for satisfying self
development. The recommend of this research, the organization must be control potencial employees
intention and more transparent employee career development.
Abstrak : Korelasi Antara Pengembangan Karir Dengan Motivasi Kerja Dan Keinginan Untuk
Pensiun Dini. Keinginan pensiun dini mengacu pada hasil evaluasi individu tentang kelanjutan
hubungannya dengan organisasi, namun belum diwujudkan dalam tindakan nyata meninggalkan
organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara pengembangan karir dengan motivasi
kerja dan minat pensiun dini. Menggunakan 120 sampel karyawan, data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner. Selanjutnya, data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan Structural
Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan karir berpengaruh
positif signifikan terhadap motivasi kerja dan berpengaruh negatif signifikan terhadap minat pensiun
dini. Selanjutnya motivasi kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap minat pensiun dini. Implikasi
penelitian ini adalah, organisasi melaksanakan sistem pengembangan karir yang lebih transparan dengan
memberikan hak yang sama kepada karyawan dalam pengembangan karir.
PENDAHULUAN
Secara konseptual, sumber daya manusia
Pada era kompetisi yang semakin ketat, setiap merupakan aset sekaligus revenue centerkomponen
organisasi dituntut untuk meningkatkan kinerjanya kritis organisasi (Mondy, 2008). Untuk itu, dalam
agar dapat memenangkan persaingan. Kunci utama pengelolaannya membutuhkan perhatian terhadap
kinerja adalah bagaimana organisasi mampu aspek-aspek psikososial karyawan seperti, suasana
mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). kerja, pendapatan, kesejahteraan karyawan dan
Kegiatan pengembangan sumber daya manusia keluarganya, penempatan karyawan, penilaian
untuk dapat diandalkan dalam meningkatkan fungsi kinerja, serta pendidikan yang berkelanjutan.
organisasi bukanlah pekerjaan yang mudah. Salah Menurut Mondy (2008) peran penting dalam
satu faktor gagalnya sistem mengembangkan sumber pengelolaan sumber daya manusia adalah sistem
daya manusia adalah tingginya intention turnover pengembangan karir yang bertujuan untuk menarik,
karyawan yang nantinya berkembang menuju mempertahankan, dan sekaligus memotivasi karyawan
keluarnya karyawan dari organisasi (Hartono, 2002). agar memiliki semangat kerja yang lebih baik.
184 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18, No. 2, Agustus 2013
Karyawan yang memiliki semangat kerja rendah aktivitas dan produktivitas organisasi (Nahusona,
akan sulit mencapai hasil maksimal dan sangat tidak Rahardjo, dan Rahardjo, 2004 dalam Riyanto, 2008).
menguntungkan organisasi, apalagi ketika terjadi Terdapat beberapa hal yang ber pengaruh terhadap
masalah di dalam organisasi (Adnyani, 2008). keinginan pensiun dini karyawan seperti: kepuasan
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kerja, kondisi pasar kerja, tersedianya kesempatan
tinggi rendahnya semangat kerja karyawan di mana kerja alternatif, dan lama masa kerja dalam organisasi
salah satunya adalah pemberian kompensasi (Robbins, 2003).
(Wiryanto, 2004:11). Menurut Handoko (2001: 155) Semenjak diberlakukannya pengembangan karir
kompensasi merupakan bentuk motivasi kerja terbatas dan tidak terbatas bagi satuan-satuan kerja
karyawan untuk meningkatkan semangat kerja tertentu di Bank Indonesia, dimana satuan kerja tidak
karyawan. Kompensasi seharusnya dapat memenuhi terbatas dapat mengembangkan karir hingga ke
kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan jenjang yang paling tinggi di Bank Indonesia, dan
karyawan. Pemberian kompensasi sangat penting yang terbatas ditentukan batas karirnya. Sementara
karena balas jasa yang diberikan terkait erat dengan beban dan tugas pekerjaan yang dilaksanakan sama,
semangat kerja karyawan (Adnyani, 2008). maka ketika Bank Indonesia mengeluarkan
Nurtjahjani (2008) menyatakan bahwa kebijaksanaan pensiun dini bagi karyawan maka
keinginan karyawan untuk mengajukan pensiun dini banyak karyawan yang berpengalaman, potensial di
dipengaruhi oleh motivasi kerja dan sistem pengembangan bidangnya mengajukan pensiun dini. Kantor
karir. Pengembangan karir meliputi pr oses Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III (Bali dan
mengidentifikasi potensi karir karyawan dan Nusra) memiliki strategi tidak memenuhi semua
menerapkan model yang tepat untuk mengembangkannya. yang menginginkan keluar. Dengan adanya
Secara umum, proses pengembangan karir dimulai kebijaksanaan tersebut karyawan yang tidak lolos
dengan mengevaluasi kinerja pegawai (performance akhirnya tidak memiliki motivasi kerja untuk
appraisal). Dari hasil penilaian kinerja tersebut akan mengembangkan diri, tidak adanya kepuasan kerja
mendapatkan masukan yang menggambarkan profil dan mulai sering mengeluh, absensi meningkat
kemampuan pegawai, baik potensi maupun kinerja dengan alasan sakit, cuti dan mengerjakan pekerjaan
aktualnya. tidak sepenuh hati.
Menurut Carrel, et. al.,(1995 dalam Mranani, Berdasarkan fenomena diatas maka permasalahan
2008) salah satu penyebab perputaran karyawan yang akan dikaji apakah pengembangan karir
karena persepsi keamanan kerja (job security) rendah berpengaruh terhadap motivasi kerja dan keinginan
sehingga termotivasi untuk mencari pekerjaan lain. karyawan untuk melakukan pensiun dini pada Bank
Sementara itu, penelitian Arnol dan Fieldman (1982, Indonesia Wilayah III Denpasar yang dijabarkan
dalam Mranani 2008) menemukan, masa kerja, menjadi: 1). Bagaimana pengaruh potensi pengembangan
kepuasan kerja, persepsi keamanan kerja, dan karir dengan motivasi kerja karyawan?, 2).
keinginan mencari posisi baru memiliki hubungan Bagaimana pengaruh motivasi kerja karyawan
signifikan dengan minat karyawan melakukan dengan keinginan mengajukan pensiun dini? dan 3).
pensiun dini. Bagaimana pengaruh potensi pengembangan karir
Minat pensiun dini dianggap penting untuk dengan keinginan mengajukan pensiun dini?
diperhatikan bagi organisasi karena berpotensi Penelitian ini bertujuan untuk menjawab
menimbulkan biaya, terutama jika tingkat minat permasalahan penelitian dengan menganalisis
pensiun dini relatif tinggi. Minat pensiun dini yang pengaruh antar variabel berikut: 1). Pengaruh potensi
terjadi pada karywan inti (functional) yang pengembangan karir dengan motivasi kerja
mempunyai kinerja tinggi dapat menimbulkan karyawan, 2). Pengaruh motivasi kerja karyawan
potensi biaya seperti biaya pelatihan yang telah dengan keinginan mengajukan pensiun dini dan 3).
terinvestasikan, biaya rekuitmen, dan biaya pelatihan Pengaruh potensi pengembangan karir dengan
kembali. Disamping menimbulkan potensi biaya, keinginan pensiun dini.
minat pensiun dini yang tinggi dapat mengganggu
Putu Yeni Haryani, Korelasi antara Pengembangan,... 185
Tabel 1.
Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik Responden Jumlah
(Orang) %
Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki 82 68.33
Perempuan 38 31.67
Lama Bekerja
1 - 5 tahun 43 35.83
6 - 10 tahun 19 15.83
16 - 20 tahun 18 15.00
21 - 25 tahun 21 17.50
26 - 30 tahun 16 13.33
> 30 tahun 3 2.50
Berdasarkan Umur
25 tahun 4 3.33
26 - 30 tahun 24 20.00
31 - 35 tahun 22 18.33
36 - 40 tahun 6 5.00
41 - 45 tahun 19 15.83
46 - 50 tahun 29 24.17
51 - 55 tahun 16 13.33
Berdasarkan Pendidikan
Sekolah Menengah Atas 52 47
Diploma III 6 5
Perguruan Tinggi (S1) 33 30
Pascasarjana (S2) 2 2
Doktor (S3) 1 1
Tabel. 2
Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel .3
Persepsi Responden terhadap Indikator Variabel Penelitian
Variabel Indikator LoadingFactor
Pengembangan Karyawan memiliki kesempatan yang sama dalam 0,69
Karir (X) mengembangkan karir
Karyawan yang memiliki prestasi tinggi memiliki 0,94
kesempatan mengembangkan karir yang lebih besar.
Karyawan yang berpendidikan tinggi memiliki kesempatan 0,76
untuk mengembangkan karir yang lebih besar
Segala bentuk pelatihan yang diberikan dapat menunjang 0,88
pengembangan karir karyawan
Karyawan bekerja hanya untuk dapat melanjutkan hidupnya 0,80
Karyawan bekerja hanya untuk memperoleh posisi tertentu 0,79
Motivasi Karyawan bekerja hanya untuk dapat menjadi seorang 0,78
Kerja(Y1) pemimpin
Karyawan bekerja hanya untuk mendapat kehormatan. 0,37
Ingin pindah (pensiun)karena ditempat baru memiliki 0,59
kesempatan yang lebih besar dalam mengembangkan karir.
Ingin pindah (pensiun) karena menganggap tempat sekarang 0,79
Minat tidak memberikan kesempatan yang sama dalam
Pensiun Dini (Y2) mengembangkan karir.
Ingin pindah (pensiun) karena di tempat lain menjanjikan 0,81
upah dan pensiun yang lebih besar daripada tempat sekarang
Ingin pensiun karena ketatnya persaingan ditempat sekarang. 0,86
Sumber : Hasil analisis diolah
kemampuannya dalam mencapai prestasi kerja yang pendidikan dan pelatihan dengan pengembangan
lebih baik. karir. Dukungan dari hasil Hipotesis 2, yang
Sesuai dengan nilai loading factor responden menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung
menilai bahwa Prestasi Kerja berkorelasi dengan secara negatif dan signifikan antara motivasi kerja
peluang Pengembangan Karir dengan demikian (Y1) terhadap minat pensiun dini (Y 2 ) adalah
untuk mengendalikan minat pensiun dini manajemen diterima dengan koefisien sebesar - 0,6169 dan p-
perlu memper tahankan penerapan kebijakan value sebesar 0,000. Hal ini berarti pemberian
promosi adalah faktor yang paling peka dan kuat motivasi sangat ber peran penting dalam
mempengaruhi persepsi Pengembangan Karir, mempengaruhi karyawan untuk melakukan pensiun
dilihat dari loading factor 0,94 Pengembangan Karir dini. Semakin baik motivasi kerja yang diberikan,
berkorelasi positif dengan prestasi kerja dan 0,88 maka minat pensiun dini akan semakin berkurang,
menilai pendidikan dan pelatihan yang dilaksankan sesuai nilai loading factor dapat dijelaskan bahwa
organisasi untuk meningkatkan pengembangan karir, karyawan termotivasi bekerja hanya untuk dapat
namun bila dilihat dari nilai loading persepsi melanjutkan hidupnya. Dengan demikian karyawan
terhadap keadilan peluang Pengembangan Karir 71,6 termotivasi untuk bekerja karena mereka
karyawan yang menjadi responden menilai bahwa menginginkan kehidupannya dapat lebih terjamin
kesempatan Pengembangan Karir telah mencerminkan selama bergabung di Bank Indonesia. Kondisi ini
keadilan karena dihubungkan dengan prestasi kerja, mencerminkan bahwa tingkat motivasi karyawan
dilihat dari nilai loading factor. ditentukan oleh seberapa besar Bank Indonesia
Kebijakan, Keadilan dalam pengembangan mampu memberikan jaminan terhadap para karyawan
Karir memiliki kepekaan yang paling rendah 0,69 untuk tetap dapat mengabdi di institusi tersebut.
dibandingkan hubungan Prestasi dengan Pada Hipotesis 3, menyatakan bahwa terdapat
Pengembangan Karir, hubungan pendidikan dengan pengaruh langsung secara positif dan signifikan
Pengembangan Karir dan hubungan dukungan antara pengembangan karir (X1) terhadap motivasi
Putu Yeni Haryani, Korelasi antara Pengembangan,... 189
kerja (Y1) adalah diterima dengan koefisien sebesar yang lebih baik terbukti mampu menurunkan minat
0,6701 dan p-value sebesar 0,000. Hal ini berarti karyawan untuk melakukan pensiun dini. Hal ini
bahwa pengembangan karir yang dilakukan dengan berarti bahwa dengan memberikan karyawan
baik mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan kesempatan yang lebih besar untuk berkarya, akan
pada Bank Indonesia, dikaji dari nilai loading factor mampu menur unkan minat kar yawan untuk
0,80 dapat dilihat bahwa motivasi kerja karyawan melakukan pensiun dini, dan 3). Pengembangan karir
yang menjadi responden adalah untuk memperoleh yang lebih terarah terbukti mampu meningkatkan
penghasilan guna membiayai kebutuhan hidupnya motivasi kerja karyawan. Semakin baik arah
motif ini paling kuat dibandingkan dengan motif program pengembangan karir, maka motivasi kerja
untuk memperoleh posisi/status (0,79) ; menjadi karyawan akan semakin meningkat.
seorang pemimpin (0,78) dan untuk mendapatkan
kehormatan (0,37). Bila dilihat hubungan struktural Saran
minat pensiun dini, motivasi kerja yang lebih kuat Memperhatikan pengembangan karir khususnya
dibandingkan potensi pengembangan karir maka dalam pemberian hak yang sama kepada para
untuk mengendalikan minat pensiun dini , indikator karyawan pada bidang yang digeluti dapat disarankan.
prestasi kerja terukur dalam dimensi keluaran yang 1). Manajemen lebih banyak menekankan pada
jelas sehingga kemungkinan mereka menilai motivasi yang dapat lebih mengapresiasi karyawan,
kebijakan pengembangan karir relatif memuaskan hal ini karena kecilnya motivasi kerja karyawan
dan mencerminkan keadilan. untuk mendapatkan posisi tertentu. Dan 2). Jenjang
Berdasarkan loading factor diatas dapat karir perlu dievaluasi kembali sehingga dapat
diartikan bahwa keinginan karyawan Bank Indonesia menurunkan minat karyawan untuk melakukan
untuk melakukan pensiun dini lebih banyak pensiun dini.
diakibatkan karena tingkat persaingan yang ada di
institusi tersebut sangat ketat. Hal tersebut sangat REFERENSI
beralasan karena institusi Bank Indonesia saat ini
selalu fokus pada kebijakan yang lebih menekankan Adnyani, I Gusti AD.2008. Membina Semangat
pada membangun dan mengembangkan kompetensi Kerja untuk Meningkatkan Produktivitas
SDM agar mampu bekerja secara optimal. Kerja Karyawan. Jurnal Buletin Studi
Dikaji dari nilai faktor loading 0,86 Ekonomi.Vol.13, No.2. Halaman 203-209
mengungkapkan bahwa minat pensiun dini paling As’ad, M. 2003. Psikologi Industri. Yogyakarta:
kuat dipengaruhi oleh persepsi ketat persaingan di Liberty.
tempat kerja. Hal ini mungkin terjadi karena individu Bambang Wahyudi.2010.Manajemen Sumber Daya
yang bersangkutan memiliki motivasi kerja yang Manusia.Bandung: Sulita.
didominasi oleh kebutuhan pengembangan diri Bernardin JH. And Russel.2008. Human Resources
sehingga tingkat kompensasi tidak mampu menahan Management an Experiental Approach.
minat pensiun dini. Singapore: Mc.Graw-Hill,Inc.
Caroline J. M. . 2012. The Impact Of Public Service
SIMPULAN DAN SARAN Motivation On The Turnover Intentions Of
Simpulan Federal Employees. Desertation, University
Berdasarkan rumusan permasalahan, dengan of Alabama
menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) Chan, Syafruddin. 2003. Relationship marketing.
sebagai alat analisis, dapat dikemukakan simpulan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
sebagai berikut: 1). Pengembangan karir yang baik Davis, G.2001. Job satisfaction survey among
terbukti mampu menurunkan minat karyawan untuk employees in small businesses. Journal of
melakukan pensiun dini. Hal ini menunjukkan small business and enterprise development,
bahwa pemberian kesempatan yang sama kepada Vol.11,No.4, pp. 495–50
karyawan dalam pengembangan karir, memberikan Dessler, G (2002) Manajemen Sumber Daya
Manusia. PT. Prenhallindo : Jakarta.
pelatihan, pengembangan karir berdasarkan tingkat
Ferdinand, A.2002. Structural Equation Modeling
pendidikan, mampu mengurangi minat karyawan
dalam Penelitian Manajemen, Edisi ke 2,
untuk melakukan pensiun dini, 2). Motivasi kerja Semarang : BP UNDI.
190 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18, No. 2, Agustus 2013
Forehand, G. A., Gilmer, B. V. H. 2004. Semarang. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.6,
Environmental variation in studies of Edisi 1.Halaman 51-65
organizational behavior. Psychological Nasution, Wendi Amsuri.2009. Pengaruh Kepuasan
Bulletin. Vol. 62, No. 6, pp. 361-382. Kerja Karyawan Terhadap Intensi Turnover
Gouzaly, S. 2000. Manajemen Sumber Daya pada call center Telkomsel di Medan. Jurnal
Manusia. Jakarta : Gunung Agung. Aplikasi Manajemen.Vol.8, No.2 Halaman 307-
Griffin, R.W. 2008. Fundamentals of Management. 317
Boston, MA : Houghton Mifflin Company. Rivai, Veithzaldan Sagala, Jauvani, 2009. Manajemen
Handoko, T. Hani. (2001) Manjemen Personalia dan Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: dari
Sumber Daya Manusia. BPFE : Jogjakarta. Teori ke Praktek. Jakarta: Rajawali Press
Hasibuan, Malayu S.P. 2003. Manajemen Dasar, Riyanto, Makmu. 2008. Faktor-faktor yang
Pengertian dan Masalah. Jakarta : PT.Toko mempengaruhi Keinginan Karyawab Ber
Gunung Agung. pindah Kerja. Jurnal Ragam Vol.8, No.3.
Hartono.2002.Statistik Untuk Penelitian. Halaman 26-36
Yogyakarta : LSFK2 dan Pustaka Pelajar Robinson & Aprilia, Nila 2005.Pengaruh Komitmen
Ivancevich, dkk, 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Kepuasan Kerja, dan Keperilakuan
Organisasi, Jilid 1, Edisi Ketujuh. Jakarta: Etis terhadap Keinginan Ber pindah pada
Erlangga Profesional Bidang Teknologi Informasi. Jurnal
Jung. BS. 2008. The impact of career motivation Bisnis & Manajemen. Vol.5, No.1 Hal. 23-24.
and polychronicity on job satisfaction and Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar
turnover intention among hotel industry Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
employees, Master Thesis, Universitas North Sekaran, U. 2006. Research Methods For Business,
Texas. Edisi 4, Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.
Keith, D., and John. W. N. 2001. Organizational Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya
Behavior : Human Behavior at Work. NY : Manusia. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE
McGraw-Hill Higher Education. YKPN.
Kuncoro, Mudrajat. 2009. Metode Kuantitatif: Teori Spencer, L.M. Jr., and Spencer, S.M. 2003.
dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Competence at Work: Models for Superior
Yogyakarta : UPP-AMP YKPN. Performance. New York: John Wiley & Sons
Luthans, F. 2002. Organizational Behavior. New Stoner, dkk.1996. Manajemen. Diterjemahkan oleh
York: Mc Graw Hill. Sindoro. Jakarta: Prenhallindo
Mangkunegar a, A.A.Anwar Prabu. 2004. Shin, Y. 2012. CEO Ethical Leadership, Ethical
Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Climate, Climate Strenght, and Collective
Bandung : Remaja Rosdakarya Organizational Citizenship Behavior. J Bus
Mathis Robert L. dan Jackson John H.2006, Human Ethics, Vol.108, No.10, pp.299-312.
Resource Management, Alih bahasa,Salemba Tjoeiyanto, Fredy.2010. Pengaruh Kepuasan Kerja
Empat. dan Komitmen Afektif terhadap Keinginan
Meyer, J., Becker, T., Vandenberghe. C. 2004. Berpindah pada Staf Kantor Akuntan Publik di
Employee commitment and motivation: A Makassar. Jurnal Adiwidia. No.1 Halaman 13-
conceptual analysis and integrative model. 20
Journal Appl. Psy. Vol.89, pp. 991-1007. Toulson, P., and Smith, M. 2004. The Relationship
Ming. Fung. 2008. Linking Career Development Between Organizational-Climate and Employee
Practices to Turnover Intention: The Mediator Perceptions of Personnel-Management Practice.
of Perceived Organizational Support. Jurnal Public Pers. Vol.23, No.3, pp. 453-468.
Business and Public Affair.Volume 2, Issue 1, Winardi, J. 2001.Motivasi dan Pemotivasian dalam
2008 Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Mranani, Mudji.2008.Studi Empiris Kepuasan Wexley, K.N., and Yulk, G.A. Organizational
Kerja, Job Insecurity, Komitmen Organisasi, dan Behavior; Personnel Management. US :
Keinginan Berpindah Akuntan Publik di Mountain.