Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengetahuan Tentang Perilaku Seksual Pranikah

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

(Notoatmojo, 2012). Pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

pranikah adalah segala yang diketahui oleh remaja tentang

perilaku seksual pranikah.

Penelitian mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yaitu :

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahiu terlebih dahulu terhadap stimulus

(objek).

2) Internst (merasa tertarik) terhadap stimulus/objek tertentu di

sini sikap subjek sudah mulai timbul.

9
10

3) Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap

responden sudah tidak baik lagi.

4) Trial, dimana subjek sudah mulai melakukan sesuatu dengan

apa yang dikehendaki.

5) Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denagn

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2012), pengetahuan yang dicakup

dalam daerah kognitif mempunyai 6 tingkatan.

1) Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Untuk mengukur orang tahu tentang

apa yang dipelajari antara lain dengan menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan.

2) Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk

memehami secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang

sebenarnya.

4) Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan

materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih


11

di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lainnya.

5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation) adalah kemempuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan & Dewi (2015), beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan, yaitu :

1. Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-

cita tertentu yang menetukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagian. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup

terutama dalam memotifasi untuk sikap berperan serta

dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,

misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga


12

meningkatkan kualitas hidup khususnya bagi remaja

dalam memperoleh informasi tentang menstruasi. Oleh

sebab itu, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

maka makin mudah menerima informasi dalam

memperoleh informasi mengenai menstruasi sehingga

makin banyak pengetahuan yang dimiliki dan semakin

mudah remaja menerima informasi.

b) Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas aktifitas utama yang dilakukan

manusia dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan

untuk suatu kerja menghasilkan uang bagi seseorang

dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap

sinonim dengan profesi.jadi dapat diartikan sebagai

sesuatu yang dikelurkan oleh seseorang sebagai profesi

sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan.

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu. Seorang remaja yang dalam masa pendidikannya

juga harus bekerja untuk dapat membiayai studinya

sehingga para remaja mempunyai kesempatan yang lebih

kecil untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi

derajat kesehatannya khususnya tentang menstruasi. Hal

ini dikarenakan waktu luang yang ada dimanfaatkan untuk

bekerja dan beristirahat.


13

c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Menurut Hucklock

(2014) semakin cukup umur, tingkat kemantangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan

bekerja jadi semakin matangnya umur seorang remaja

semakin matang pula pemikirannya soal kesehatan

reproduksinya khususnya tentang menstruasi (Nursalam,

2013).

2. Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar, manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok. Lingkungan bisa membuat pola pikir remaja

tentang menstruasi menjadi sesuatu yang menakutkan,

tergantung bagaimana lingkungan memperlakukan remaja

tersebut.

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima kelompok.

Begitu pula tentang menstruasi masih banyak masyarakat

yang menganggap bawah menstruasi itu sesuatu yang


14

tabuh untuk di bicarakan khususnya pada masyarakat

yang adat istiadatnya masih kental sehingga banyak

mitos-mitos yang bermunculan sehingga remaja merasa

cemas.

d. Perkembangan Pengetahuan

Ilmu pengetahuan manusia mengalami beberapa periode

perkembangan dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan

manusia di permukaan bumi ini. Proses yang terjadi mengikuti

kemajuan peradaban manusia dari zaman batu sampai zaman

modern dan sering disebut sebagai “The Ways Of Thinking”.

Proses tahapan yaitu :

1) Periode trial and error. Manusia melihat dan mendengar

sesuatu, lalu mulai berfikir dan timbul keinginan untuk

mencoba, tetapi gagal, kemudian mencoba lagi berkali-kali

dan akhirnya berhasil.

2) Periode authority and tradition. Semua pemikiran dan

pendapat dijadikan norma-norma dan tradisi yang harus

dilaksanakan oleh setiap orang. Bila seseorang

melanggarnya, akan dikenakan sanksi hukuman, baik moral

maupun fisik.

3) Periode speculation and argumentation. Setiap pemikiran

dan pendapat mulai dibahas kebenarannya melalui spekulasi

dan adu argumentasi.


15

4) Periode hyphothesis and experimentation. Semua pemikiran

dan pendapat harus dianalisis, diteliti, serta diuji

kebenarannya secara ilmiah (Chandra, 2012).

e. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas

(Nursalam, 2013):

Tingkat pengetahuan baik bila skor >75%-100%

Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%-75%

Tingkat pengetahuan kurang bila skor <56%

f. Seksual Pranikah

Menurut Sarwono (2016) perilaku seksual adalah segala

tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan

lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk

tingkah laku ini bisa bermacam macam mulai dari perasaan

tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan

bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang

dalam khayalan atau diri sendiri. Menurut Teruna, 2016 perilaku

seksual adalah semua jenis aktifitas fisik yang menggunakan

tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau afeksi


16

sebelum adanya ikatan secara resmi. Perilaku seksual

remaja adalah tindakan yang dilakukan oleh remaja berhubungan

dengan dorongan seksual yang datang baik dalam diri

maupun dari luar dirinya. Perilaku seksual adalah perilaku yang

didasar oleh dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan

kesenangan seksual melalui berbagai perilaku, termasuk

hubungan intim (intercourse) (Notoatmodjo, 2014).

Sarwono (2016) menyatakan sebagian dari tingkah laku itu

memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada

akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Tetapi,

pada sebagian perilaku seksual yang lain, dampaknya bisa

cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah,

misalnya pada para-para gadis yang terpaksa menggugurkan

kandungannya. Menurut Sarwono (2016) ada empat jenis-jenis

perilaku seksual, yaitu:

1. Perasaan tertarik

Yaitu minat dan keinginan remaja untuk melakukan

perilaku seksual berupa perasaan suka, perasaan sayang dan

perasaan cinta.

2. Berkencan

Yaitu aktivitas remaja ketika berpacaran berupa

berkunjung kerumah pacar, saling mengunjungi dan

berduaan.
17

3. Bercumbu

Yaitu aktivitas seksualitas disaat pacaran yang

dilakukan remaja berupa berpegangan tangan, mencium

pipi, mencium bibir, memegang buah dada, memegang

alat kelamin di atas baju dan memegang alat kelamin

dibalik baju.

d. Bersenggama

Yaitu kesediaan remaja untuk melakukan

hubungan seksual dengan pacarnya atau lawan jenis.

Perilaku seksual adalah suatu bentuk aktifitas fisik antara laki-

laki dan perempuan atau lawan jenis yang dilakukan karena adanya

dorongan-dorongan seksual untuk mengekspresikan perasaan atau

emosi dan kesenangan seksual melalui berbagai perilaku. Menurut

Simanjuntak (2015) perilaku seksual pranikah adalah segala macam

tindakan, seperti bergandengan tangan, berciuman, bercumbu

sampai dengan bersenggama yang dilakukan dengan adanya

dorongan hasrat seksual, yang dilakukan sebelum ada ikatan

pernikahan. Sementara itu, Soetjiningsih (2014) mendefenisikan

perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku seksual yang

didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya yang dilakukan

sebelum menikah.

Berdasarkan penjelasan di atas, perilaku seksual pranikah

adalah tingkah laku yang berhubungan dengan dorongan seksual


18

yang dilakukan dengan lawan jenis maupun sesama jenis dengan

segala macam tindakan seksual sampai dengan berhubungan

badan yang dilakukan sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah

secara hukum maupun agama.

e. Kategori Seksual Pranikah

Menurut Sarwono (2016) terdapat beberapa kategori perilaku

seksual pranikah, antara lain:

1) Berpelukan dan berpegangan tangan

Berpelukan dan berpegangan tangan adalah saling memeluk atau

meraih seseorang kedalam dekapan kedua tangan yang

dilingkarkan. Perilaku berpegangan tangan hanya terbatas

dilakukan pada saat pergi berdua, saling berpegangan tangan,

sebelum sampai pada tingkat yang lebih dari

berpegangan tangan seperti berciuman dan seterusnya,

berpegangan tangan termasuk dalam perilaku seksual pranikah

karena adanya kontak fisik secara langsung antara dua orang

lawan jenis yang didasari oleh rasa suka atau cinta.

2) Berciuman

Ciuman adalah suatu tindakan saling menempelkan bibir

kepipi, leher, atau bibir kebibir, sampai menempelkan lidah

sehingga dapat saling menimbulkan rangsangan seksual.


19

3) Meraba payudara

Meraba payudara adalah memegang dengan telapak tangan

pada bagian payudara karena hendak merasai sesuatu.

4) Meraba alat kelamin

Meraba alat kelamin adalah menyentuh dengan telapak tangan

pada daerah kelamin karena hendak merasai sesuatu.

5) Berhubungan badan

Berhubungan badan adalah terjadi kontak seksual atau

melakukan hubungan seksual yang artinya sudah ada aktivitas

memasukkan alat kelamin laki-laki kedalam alat kelamin perempuan.

f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah

Menurut Sarwono (2016) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku seksual pranikah, antara lain:

1) Meningkatnya libido seksualitas

Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat

seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini

membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual

tertentu.

2) Penundaan usia perkawinan

Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya

penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya

undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia

menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk


20

pria), maupun karena norma sosial yang makin lama makin

menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan

(pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain).

3) Tabu larangan

Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap

berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan

seks sebelum menikah. Bahkan, larangannya berkembang lebih

jauh kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan

masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan

terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan

tersebut.

4) Kurangnya informasi tentang seks

Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena

adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui

media massa yang dengan adanya teknologi canggih (video

cassette, fotokopi, satelit, vcd, telepon genggam, internet dan

lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang

dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa

yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya

karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah

seksual secara lengkap dari orangtuanya.


21

5) Ketidakterbukaan orangtua terhadap anak mengenai seks

Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun

karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai

seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak, malah cenderung

membuat jarak dengan anak dalam masalah yang satu ini.

6) Pergaulan yang makin bebas

Perkembangan peran dan pendidikan wanita membuat

kedudukan wanita makin sejajar dengan pria. Hal ini

mengakibatkan adanya kecenderungan pergaulan yang makin

bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat.

2. Sikap Remaja tentang Seksual Pranikah

a) Pengertian Sikap

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang

atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang

terhadap sesuatu. Sikap mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi

sikap tidak sama dengan perilaku. Sikap adalah predisposisi

emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten

terhadap suatu objek (Ali, 2015). Sikap adalah keteraturan

tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan

predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di

lingkungan sekitarnya” (Azwar, 2014).

Sikap merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat

manusia terhadap dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi


22

atau respon terhadap stimulus (objek) yang menimbulkan

perasaan yang disertai dengan tindakan yang sesuai dengan

objeknya. Orang yang memiliki sikap positif terhadap suatu objek

psikologi apabila suka (like) atau memiliki sikap yang favorable,

sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap negative terhadap

objek psikologi bila tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable

terhadap objek psikologi (Azwar, 2014).

Sikap yang menjadi suatu pernyataan evaluatif, penilaian

terhadap suatu objek selanjutnya yang menentukan tindakan

individu terhadap sesuatu. Struktur sikap dibedakan atas 3

komponen yang saling menunjang, yaitu:

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa

yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif

berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai

sesuatu dapat disamarkan penanganan (opini) terutama

apabila menyangkut masalah isu atau problem yang

kontroversal.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut

aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya

berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan

merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-

pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang


23

komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki

seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh

seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk

bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara

tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya

adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang

adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku (Azwar,

2014).

b) Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Rina (2013) adalah:

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan

dengan objeknya. Sifat ini yang membedakannya dengan sifat

motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan

istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari

dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang

mempermudah sikap orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain


24

sikap itu terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa

berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat

juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi

perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan

kecakapan- kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang

dimiliki orang.

3) Fungsi Sikap

Fungsi sikap dalam 4 kategori sebagai berikut:

1) Fungsi utilitarian

Melalui instrumen suka dan tidak suka, sikap

positif atau kepuasan dan menolak yang memberikan hasil

positif atau kepuasan.

2) Fungsi ego defensive

Orang cenderung mengembangkan sikap tertentu

untuk melindungi egonya dari abrasi psikologi. Abrasi

psikologi bisa timbul dari lingkungan yang kecanduan kerja.

Untuk melarikan diri dari lingkungan yang tidak

menyenangkan ini, orang tersebut membuat rasionalisasi

dengan mengembangkan sikap positif terhadap gaya hidup

yang santai.
25

3) Fungsi value expensive

Mengekspresikan nilai-nilai yang dianut fungsi itu

memungkinkan untuk mengkspresikan secara jelas citra

dirinya dan juga nilai-nilai inti yang dianutnaya.

4) Fungsi knowledge-organization

Karena terbatasnya kapasitas otak manusia dalam

memproses informasi, maka orang cendrung untuk

bergantung pada pengetahuan yang didapat dari pengalaman

dan informasi dari lingkungan. Sikap merupakan suatu

kebiasaan atau tingkah laku dari seseorang untuk dapat

mengekspresikan sesuatu hal atau perasaan melalui

perbuatan baik yang sesuai dengan norma yang berlaku,

sikap juga merupakan cerminan jiwa seseorang (Rina, 2013).

c) Pembentukkan sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang

dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih

daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar

individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial,

terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang

satu dengan yang lainnya.

d) Perubahan Sikap

Tiga proses yang berperan dalam proses perubahan sikap

yaitu :
26

1) Kesedihan (Compliance)

Terjadinya proses yang disebut kesedihan adalah

ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain

atau kelompok lain dikarenakan ia berharap untuk

memperoleh reaksi positif, seperti pujian, dukungan, simpati,

dan semacamnya sambil menghindari hal–hal yang

dianggap negatif.

2) Identifikasi (Identification)

Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru

perilaku tau sikap seseorang atau sikap sekelompok orang

dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang

dianggapnya sebagai bentuk hubungan menyenangkan antara

lain dengan pihak yang dimaksud.

3) Internalisasi (Internalization)

Internalisai terjadi apabila individu menerima pengaruh

dan bersedia menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap

tersebut sesuai dengan apa yang dipercaya dan sesuai

dengan system nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, maka isi

dan hakekat sikap yang diterima itu sendiri dianggap

memuaskan oleh individu (Azwar, 2014).

e) Faktor Yang mempengaruhi Sikap

Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam

interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap


27

berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai

faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.

Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional.

Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan

pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

2) Kebudayaan.

Menekankan pengaruh lingkungan (termasuk

kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang.

Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten

yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan,

ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat

untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan

perilaku yang lain.

3) Orang lain yang dianggap penting.

Pada umumnya, individu bersikap konformis atau

searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting tersebut.


28

4) Media massa.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa

seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi

baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif

baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-

pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup

kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan

menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5) Institusi Pendidikan dan Agama.

Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama

mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan

konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan

buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak

boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat

keagamaan serta ajaran-ajarannya.

6) Faktor emosi dalam diri.

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-

kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme


29

pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan

segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat

pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan

lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor

emosional adalah prasangka (Azwar, 2014).

f) Cara Pengukuran Sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami

sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan

(assessment) dan pengukuran (measurement) sikap (Azwar,

2014). Menurut Azwar (2014) Ada berbagai cara untuk

melakukan pengukuran sikap yaitu :

1) Thrustone

Metode penskalaan Thrustone sering disebut

sebagai metode interval tampak setara. Metode

penskalaan pernyataan sikap ini dengan pendekatan

stimulus yang artinya penskalaan dalam pendekatan

ini ditujukan untuk meletakkan stimulus atau pernyataan

sikap pada suatu kontinum psikologis yang akan

menunjukkan derajat favourable atau tak favourable

pernyataan yang bersangkutan.

Tugasnya adalah menilai satu penyataan per satu

dan kemudian menilai atau memperkirakan derajat

favourable atau tak favourablenya menurut suatu


30

kontinum yang bergerak dari 1 sampai dengan 11 titik.

Anggota panel tidak boleh dipengaruhi oleh oleh rasa

setuju atau tidak setujunya pada isi pernyataan

melainkan semata-mata berdasarkan penilaiannya pada

sifat favourablenya.

Dalam menentukan penilaian derajat favourable

atau tak favourable setiap pernyataan sikap, kepada

kelompok penilai disajikan suatu kontinum psikologis

dalam bentuk deretan kotak-kotak yang diberi huruf A

sampai dengan K.

Kotak berhuruf A yang berasa paling kiri merupakan

tempat untuk meletakkan pernyataan sikap yang berisi

afek paling tidak favourable. Sebaliknya kotak berhuruf K

adalah tempat meletakkan pernyataan yang paling tidak

favourable serta kotak F merupakan tempat meletakkan

sikap yang dianggap netral. Sebelum itu, apabila terdapat

penilai yang meletakkan lebih dari 30 pernyataan ke

dalam satu kotak yang sama, maka penilai dianggap

tidak melakukan penilaian dengan cara yang


31

semestinya dan hasil penilaiannya harus tidak

ikut dianalisis.

Huruf f berarti frekuensi, yaitu banyaknya anggota

kelompok penilai yang menempatkan pernyataan nomor

1 ke dalam kotak tertentu. Selanjutnya kotak p berarti

proporsi yang merupakan perbandingan antara frekuensi

pada setiap huruf dan banyaknya subyek kelompok

penilai seluruhnya. Jadi p= f/N. Huruf pk berarti proporsi

kumulatif, yaitu jumlah proporsi pada interval atau angka

tertentu ditambah semua proporsi di bawahnya.

Guna menentukan skor sikap responden,

pemeriksa hanya memperhatikan pernyataan-pernyataan

yang disetujui oleh responden saja. Nilai skala seluruh

pernyataan yang disetujui oleh responden kemudian

dijadikan dasar pemberian skor, melalui perhitungan

median atau mean nilai-nilai skala tersebut.

Skor responden yang telah dihitung lewat cara

komputasi mean atau komputasi median merupakan

representasi sikap responden yang angkanya dapat

dikembalikan letaknya pada kontinum yang terdiri atas

11 tingkatan. Jadi, suatu skor sikap responden yang

mendekati angka 11 menunjukkan adanya

kecenderungan bersikap positif, sedangkan skor yang


32

mendekati angka 1 mengindikasikan adanya sikap

yang negatif dan skor yang berada di sekitar angka 6

menunjukkan adanya sikap yang netral.

2) Likert

Menurut Likert dalam buku Azwar (2014), sikap

dapat diukur dengan metode rating yang dijumlahkan

(Method of Summated Ratings). Metode ini merupakan

metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan

distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya.

Nilai skala setiap pernyataan tidak ditentukan oleh derajat

favourable nya masing-masing akan tetapi ditentukan

oleh distribusi respons setuju dan tidak setuju dari

sekelompok responden yang bertindak sebagai kelompok

uji coba (pilot study).

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang

dijumlahkan didasari oleh 2 asumsi (Azwar, 2014) yaitu:

a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat

disepakati sebagai pernyataan yang favorable atau

pernyataan yang tidak favourable.

b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang

mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai

yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan

oleh responden yang mempunyai pernyataan negatif.


33

Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap

skor individual dalam skala rating yang dijumlahkan

adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan

harga rata-rata atau mean skor kelompok di mana

responden itu termasuk (Azwar, 2014).

Skor sikap yaitu skor X perlu diubah ke dalam skor

T agar dapat diinterpretasikan. Skor T tidak tergantung

pada banyaknya pernyataan, akan tetapi tergantung

pada mean dan deviasi standar pada skor kelompok.

Jika skor T yang didapat lebih besar dari nilai mean maka

mempunyai sikap cenderung lebih favourable atau positif.

Sebaliknya jika skor T yang didapat lebih kecil dari nilai

mean maka mempunyai sikap cenderung tidak

favourable atau negatif (Azwar, 2014).

3. Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja

(PIK-KRR)

a. Pengertian

Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi

Remaja (PIK-KRR) adalah suatu wadah kegiatan program KRR

yang dikelola dari,oleh, dan untuk remaja guna memberikan

pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan

reproduksi remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya

(BKKBN, 2016). PIK-KRR adalah nama generik. Untuk menampung


34

kebutuhan program KRR dan menarik minat remaja datang ke PIK-

KRR, nama generik ini dapat dikembangkan dengan nama-nama

yang sesuai dengan kebutuhan program dan selera remaja

setempat.

b. Ruang lingkup

Ruang lingkup PIK-KRR meliput i aspek-aspek kegiatan

pemberian informasi KRR, keterampilan kecakapan hidup (life

skills), pelayanan konseling, rujukan, pengembangan jaringan dan

dukungan, dan kegiatan-kegiatan pendukung lainnya sesuai

dengan ciri dan minat remaja.

c. Tahapan PIK-KRR

Dalam upaya mencapai tujuan pengembangan dan

pengelolaannya PIK-KRR, maka PIK-KRR dikembangkan melalui 3

tahapan yaitu :

1) Tahap tumbuh

2) Tahap tegak

3) Tahap tegar

Masing-masing tahapan proses pengembangan dan

pengelolaan tersebut didasarkan pada:

a. Materi dan isi pesan (assets) yang diberikan

b. Ciri-ciri kegiatan yang dilakukan

c. Dukungan dan jaringan (resources) yang dimiliki.


35

d. Sasaran (Audience)

Sasaran yang terkait dengan pembentukan pengembangan,

pengelolaan, pelayanan dan pembinaan PIK-KRR, sebagai berikut:

1) Pembina

Pembina PIK-KRR adalah seseorang yang mempunyai

kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja,

memberi dukungan dan aktif membina PIK-KRR, baik yang

berasal dari Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

atau organisasi pemuda/remaja lainnya, seperti :

a) Kepala Desa/Lurah

b) Camat

c) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana

(SKPDKB)

d) Bupati/Walikota

e) Kepala BKKBN Propinsi

f) PLKB/PKB

g) Guru

h) Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama

i) Bidan

j) Pengelola KB Kecamatan

k) Rektor/Kepala Sekolah/Pimpinan Pondok Pesantren

l) Pimpinan lembaga/institusi lain yang terkait (Pramuka,

Organisasi keagamaan, dan lain lain)


36

m) Dan lain-lain.

2) Pengelola PIK-KRR

Pengelola PIK-KRR adalah pemuda/remaja yang punya

komitmen dan mengelola langsung PIK-KRR serta telah

mengikuti pelatihan dengan mempergunakan Modul dan

kurikulum standard yang telah disusun oleh BKKBN. Pengelola

PIK-KRR terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi, Bidang

Program dan kegiatan, Pendidik sebaya dan konselor sebaya.

e. Tujuan PIK-KRR

Pembentukan PIK-KRR dilingkungan remaja (desa,

sekolah,pesantren,tempat kerja, dan lain-lain) bertujuan untuk

memberikan informasi KRR, keterampilan kecakapan hidup (Life

Skills), pelayanan konseling dan rujukan KRR untuk mewujudkan

tegar remaja dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia

sejahtera (Muadz, 2015).

f. Sasaran (Audience)

Dalam rangka pembentukan PIK-KRR, pihak-pihak terkait

(stakeholders) yang menjadi sasaran antara lain :

1) Sasaran Utama : Kelompok-kelompok remaja

2) Sasaran Pengaruh: Aktivis Remaja/ Institusi Pemuda/

Pendidik Sebaya/Konselor Sebaya


37

3) Sasaran Penentu : Kepala Desa, Camat, Bupati/Walikota,

Rektor, Tokoh masyarakat, Tokoh agama, Pimpinan Sekolah,

Pimpinan Pondok Pesantren, Pimpinan Instansi / Perusahaan.

g. Indikator Keberhasilan

Terwujudnya PIK-KRR tahap TUMBUH di desa, kecamatan

sekolah/pesantren, Perguruan Tinggi, masjid, gereja, mall, tempat

kerja dan lain lain.

h. Langkah-langkah kegiatan :

Langkah-langkah pembentukan PIK-KRR meliput i :

1) Sarasehan anggota kelompok remaja dalam rangka

pembentukan PIK-KRR dan Pengelola PIK-KRR.

2) Konsultasi dan koordinasi untuk memperoleh dukungan/

persetujuan dengan Pimpinan setempat (Kepala Desa, Camat,

Bupati/Walikota, Rektor, Tokoh masyarakat, Tokoh agama,

sekolah, pesantren, Perguruan Tinggi dan tempat kerja).

3) Menyusun program kegiatan.

4) Meresmikan pembentukkan PIK-KRR (launching).

i. Evaluasi Keberhasilan

Tahapan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan

pembentukan PIK-KRR sudah/belum tercapai, masalah-

masalahyang dihadapi baik yang berhubungan dengan pihak-pihak

terkait (sasaran) maupun berhubungan dengan proses yang telah

dilalui. Kegiatan evaluasi ini akan lebih efektif untuk ditindak lanjuti
38

apabila dilakukan secara bersama-sama dengan sasaran-sasaran

yang terkait.

3. Remaja

a. Pengertian

Masa remaja merupakan salah satu periode dari

perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan

atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang

meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

sosial. Disebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja

pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada

usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2014).

Menurut Soetjiningsih (2016) Masa remaja merupakan masa

peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya

kematangan seksual yaitu antara usia 11-12 tahun sampai dengan

20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Berdasarkan umur

kronologis dan berbagi keentingan, terdapat definisi tentang remaja

yaitu:

1) Pada buku pediatric, pada umumnya mendefinisikan remaja

adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun

dan umur 12-20 tahun anak laki-laki.

2) Menurut undang-undang No.1 tahun 1979 mengenai

kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21

tahun dan belum menikah


39

3) Menurut undang-undan perburuhan, anak dianggap remaja

apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah

dan mempunyai tempat tinggal.

4) Menurut undang-undan perkawinan No.1 tahun 1979, anak

dianggap sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16

tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.

5) Menurut Dinas Kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila

anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus

sekolah menengah.

6) Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18

tahun (Soetjiningsih, 2016).

b. Tahap–Tahap Perkembangan Remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap

perkembangan remaja:

1) Remaja Awal (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran

akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya

sendiri dan darongan-dorongan yang menyertai perubaha-

perubahan itu. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran

baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang

secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan

jenis ia sudah berfantasi erotic. Kepekaan yang berlebih-

lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap


40

ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan

dimengerti orang dewasa.

2) Remaja Madya (Middle Adolescent)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-

kawan dan senang kalau banyak teman yang mengakuinya.

Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri,

dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya.

Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak

tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai

atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis

dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari

oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada

masa kanak-kanak) dngan mempererat hubungan dengan

kawan-kawan .

3) Remaja Akhir (late adolescent)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu:

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman

baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah

lagi.
41

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan keseimbangan antara

kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya

(private self) dan masyarakat umum.

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat

perlu untuk mengenal perkembanganya, masa (rentang waktu)

remaja ada tiga tahap yaitu :

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan

teman sebaya.

2) Tampak dan merasa ingin bebas.

3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan

keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal

(abstrak)

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

1) Tampak dan ingin mencari identitas diri

2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada

lawan jenis

3) Timbul perasaan cinta yang mendalam

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri

2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif


42

3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap

dirinya.

4) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak

(Widyastuti dkk, 2015)

c. Tugas–tugas Perkembangan Remaja

Terdapat perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya

meninggalkan sikap dan prilaku kekanak-kanakan untuk mencapai

kemampuan bersikap dan berprilaku dewasa. Adapun tugas-tugas

perkembangan masa remaja adalah sebagai berikut:

1) Mampu menerima keadaan fisiknya.

2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok

yang berlawanan jenis.

4) Mencapai kemandirian emosional.

5) Mencapai kemandirian ekonomi.

6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang

sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota

masyarakat.

7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang-orang

dewasa dan orang tua.

8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang

diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.


43

9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab

kehidupan keluarga.

Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan

dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal.

Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu

kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan itu

dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanankan tugas-

tugas perkembangan, diperlukan kemampun kreatif remaja.

Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan

kognitifnya (Ali dan Asrori, 2014).


44

B. Landasan Teori

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2014). Pengetahuan remaja

tentang perilaku seksual pranikah adalah segala yang diketahui oleh

remaja tentang perilaku seksual pranikah. Pengetahuan atau kognitif

adalah faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkatan yang berbeda (Notoadmodjo, 2012).

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu pendidikan, pekerjaan,

umur, pengalaman, kebudayaan dan informasi.

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau

peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.

Sikap mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan

perilaku. Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk

merespons secara konsisten terhadap suatu objek. Sikap adalah

keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif),

dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di

lingkungan sekitarnya”. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap

penting, media massa, institusi pendidikan dan agama, faktor emosi dalam

diri (Azwar, 2014).


45

Tingginya pengetahuan remaja tentang perilaku seksual pranikah

yang kurang dan sikap yang negatif pada remaja dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah paparan sumber informasi yang

kurang tepat, seperti situs porno (Nuryani & Pratami, 2016). Sumber

informasi tentang kesehatan reproduksi sudah banyak beredar di

masyarakat tetapi belum jelas kebenarannya. Remaja membutuhkan

sumber informasi yang benar dan tepat untuk meminimalkan risiko

terjadinya permasalahan kesehatan reproduksi.

Menurut Bappenas (2016) pemerintah melalui BKKBN telah

melaksanakan suatu program bernama Pusat Informasi Dan Konseling

Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Program ini termuat pertama

kali dalam RPJMN tahun 2004 dan bertujuan untuk meningkatkan

pemahaman, sikap, dan perilaku positif remaja tentang kesehatan

reproduksinya (BKKBN, 2016).

PIK-KRR telah dilaksanakan di Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) atau organisasi kepemudaan dan sekolah umum atau agama. PIK-

KRR yang sudah diterapkan mempunyai tahap kemajuan yang bervariasi.

BKKBN akan melakukan monitor dan evaluasi PIK-KRR sebanyak 4 kali

dalam setahun untuk menentukan tingkat kemajuannya (BKKBN, 2016).


46

C. Kerangka Teori

Faktor internal 1. Pengalaman


1. Pendidikan 2. Kebudayaan
2. Pekerjaan 3. Orang lain yang
3. Umur dianggap penting
Faktor eksternal 3. Media massa
1. Lingkungan 4. Institusi pendidikan dan
2. Sosial budaya agama
5. Faktor emosi dalam diri

Pengetahuan Tentang Sikap Tentang Seksual


Seksual Pranikah Pranikah Remaja
Remaja

Seksual Pranikah Remaja

Gambar 1. Kerangka teori dimodifikasi dari teori Green dalam Notoatmojo (2014);
Azwar (2014); BKKBN (2016)
47

D. Kerangka Konsep

Pengetahuan
Tentang Seksual
Pranikah Remaja

PIK-KRR
Sikap Tentang
Seksual Pranikah
Remaja

Keterangan

Variabel bebas: PIK-KRR

Variabel terikat: pengetahuan dan sikap tentang seksual pranikah

remaja

E. Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan pengetahuan tentang seksual pranikah pada

remaja yang mengikuti dan tidak mengikuti PIK-KRR di SMAN 1

Kendari.

2. Ada perbedaan sikap tentang seksual pranikah pada remaja yang

mengikuti dan tidak mengikuti PIK-KRR di SMAN 1 Kendari.

Anda mungkin juga menyukai