KAJIAN PUSTAKA
dari agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil, batu pecah, atau split) dengan
Mulyono (2003:3) yang dimaksud dengan “Beton adalah campuran antara semen
portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air,
Bahan-bahan pilihan itu adalah semen, air, dan agregat. Agreat yang dimaksud
dapat berupa kerikil, batu pecah, sisa bahan mentah tambang, pasir atau sejenis
menjadi homogen dan bersifat plastis sehingga mudah untuk dikerjakan. Karena
hidrasi semen oleh air, adukan tersebut akan mengeras atau membatu, dan
memiliki kekerasan dan kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan.
6
2.1.2 Jenis-Jenis Beton
suatu bangunan. Dalam teknik sipil, beton digunakan untuk bangunan pondasi,
kolom, balok, dan pelat. Berdasarkan Pedoman Beton 1989 Draft Konsesus dan
kelompok, yaitu :
7
Selain dilihat berdasarkan jenis dan beratnya, beton juga dapat
diklasifikasikan berdasatkan kelas mutu beton. Menurut PBI tahun 1971 (Candra
dan Samekto, Tanpa Tahun : 54) beton dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
Dalam pengerjaan beton segar, ada tiga sifat yang penting dan harus selalu
diperhatikan, yaitu :
nilai slump. Nilai slump identik dengan nilai keplastisan beton. Berikut ini
8
(b) Kandungan semen
dikerjakan.
yang pada akhirnya akan menyebabkan keropos pada beton. Secara umum,
9
(4) Ukuran agregat sesuai dengan syarat.
Bleeding adalah air yang naik ke permukaan beton yang baru dipadatkan.
Air yang naik ini membawa semen dan butir-butir halus pasir, yang pada
kecil.
terjadinya bleeding.
terjadinya bleeding.
bleeding.
a) Keunggulan Beton
Dari pemakaiannya yang begitu luas maka dapat diduga bahwa struktur
10
Menurut Antonio dan Nugraha (2007 : 4-6) beberapa keunggulan dari beton
b) Kelemahan Beton
11
4) Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan di lapangan. Beton
yang baik maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan
a) Semen
Semen adalah bahan yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat. Jika
dicampur dengan air, semen akan berubah menjadi pasta. Dengan proses waktu
dan panas, reaksi terjadi dengan air yang menghasilkan sifat perkerasan pada
pasta semen.
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis
(1) Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras bila bereaksi dengan
(2) Semen non hidraulis adalah semen yang dapat mengeras tetapi tidak stabil
dalam air.
(a) Trikalsium silikat (C3S) adalah senyawa yang memiliki sifat perekat.
(b) Dikalsium silikat (C2S) adalah senyawa yang memiliki sifat perekat.
12
(c) Trikalsium aluminat (C3A) adalah senyawa yang paling reaktif.
Berikut ini merupakan beberapa tipe semen portland yang ditetapkan oleh
(1) Tipe I adalah semen portland untuk tujuan tertentu. Jenis ini paling
konstruksi.
(3) Tipe III adalah semen portland dengan kekuatan awal tinggi.
(4) Tipe IV adalah semen portland dengan panas hidrasi rendah, yang
13
(5) Tipe V adalah semen portland tahan sulfat, yang dipakai untuk
b) Agregat
cukup besar, maka agregat ini pun menjadi penting. Secara umum, agregat dapat
(1) Agregat halus, ialah agregat yang semua butirnya menembus ayakan
(2) Agregat kasar, ialah agregat yang semua butirnya tertinggal diatas
14
a) Agregat Halus
(1) Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dank eras,
dengan indeks kekerasan ≤ 2,2
(2) Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah
atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari
dan hujan.
(3) Sifat kekal.
(4) Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5%
(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan
lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,060
mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat halus
harus dicuci.
(5) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis
terlalu banyak.
(6) Susunan besar butir agregat halus mempunyai modulus
kahalusan antara 1,5 – 3,8 dan harus terdiri dari butir-butir yang
beraneka ragam besarnya. Apabila diayak dengan susunan
ayakan tertentu, harus masuk dalam salah satu dalam daerah
susunan menurut zona I,II,III atau IV.
15
Grafik 2.2 Zona II Daerah Gradasi Pasir Agak Kasar
16
(SKBI/BS :882) dan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
(a) Sisa di atas ayakan 4,8 mm, harus maksimum 2% berat
(b) Sisa di atas ayakan 1,2 mm, harus minimum 10% berat
(c) Sisa di atas ayakan 0,3 mm, harus minimum 15% berat
(7) Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi, reaksi pasir
terhadap alkali harus negatif.
(8) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga
Pengujian bahan-bahan yang diakui.
(9) Agregat halus yang digunakan untuk maksud spesi plesteran dan
spesi terapan harus memenuhi persyaratan diatas (pasir pasang).
b) Agregat Kasar
(1) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori. Kadar bagian yang lemah bila diuji dengan goresan
batang tembaga maksimum 5%. Kekerasan dari butir-butir
agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff
dengan beban penguji 20 ton, dengan mana harus dipenuhi
syarat-syarat berikut :
Beton kelas II 14 – 22 16 – 24 27 – 40
dan mutu
K.125, K.175,
dan K.225
17
(2) Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih dan panjang
hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih dan panjang
tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
(3) Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah
atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari
dan hujan.
(4) Sifat kekal.
(5) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali.
(6) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
(ditentukan terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur
melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.
(7) Agregat kasar harus teriri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang
ditentukan, susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan
antara 6 - 7,1 dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :
(a) Sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0% berat
(b) Sisa di atas ayakan 4,8 mm, harus berkisar antara 90% dan
98% berat.
(c) Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas 2 ayakan yang
berurutan adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat.
alamiah berupa batuan. Secara geologi, batuan terbagi menjadi tiga kelompok,
yaitu :
1) Batuan sedimen
oleh media air, angin, atau es, diendapkan dan kemudian mengalami
proses pembatuan. Ciri khas dari struktur batuan sedimen ini adalah
berlapis.
2) Batuan beku
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu batuan beku ekstrusif dan batuan
18
pembekuan magma akibat erupsi gunung api. Sedangkan batuan beku
3) Batuan metamorf
Berikut ini merupakan daftar agregat yang biasa digunakan sebagai bahan
19
Tabel.2.3 Klasifikasi Umum Batuan Metamorf
c) Air
Pada pembuatan beton, semen tidak bisa menjadi pasta tanpa air. Untuk itu
air diperlukan untuk memicu proses kimiawi semen (hidrasi semen), membasahi
semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air, maka bukan
perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, tetapi justru
perbandingan antara air dengan semen atau disebut faktor air semen (fas). Untuk
itu, takaran air yang digunakan dalam campuran beton harus benar-benar
diperhitungkan, karena ini akan berpengaruh terhadap kekuatan beton. ”Air yang
digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak,
asam alkali, zat organik atau bahan lainnya yang dapat merusak beton atau
tulangan” (Mulyono,2003:53).
20
Menurut SK SNI S-04-1989-F persyaratan air sebagai bahan bangunan,
Bahan tambahan adalah suatu bahan berupa bubukan atau cairan, yang
untuk mengubah beberapa sifatnya. Bahan tambahan yang dimaksud bisa berupa
bahan kimia (chemical admixtures) atau bahan lainnya. Jumlahnya yang relatif
sedikit tetapi pengaruhnya cukup besar pada beton mengakibatkan bahan ini
tidak lebih dari 5% dari berat semen dari beton untuk mengubah sifat campuran
21
Berdasarkan SK SNI S-18-1990-03 terdapat beberapa macam bahan kimia
Marmer disebut pula sebagai marble atau batu pualam merupakan batuan
hasil proses metamorfose atau malihan dari batu gamping. Pengaruh suhu dan
pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi maupun non foliasi. Akibat
rekristalisasi asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir, yang
dikenal dengan nama batu pualam. Proses geologi ini terbentuk diantara 30 – 60
juta tahun yang lalu atau dalam bahasa geologi disebut berumur kwarter sampai
tertier.
22
Adapun komposisi kimia yang terkandung di dalam marmer berupa CaO,
AL2O3, Fe2O3,Na2O dan P2O5. Warna asli marmer adalah putih, tetapi terdapat
mineral pengotor yang justru membuat marmer menjadi menarik, sehingga warna
marmer ada yang berwarna merah, kuning, coklat, abu-abu, biru dan hitam.
didapatkan juga mineral lain, walaupun jumlahnya sedikit. Mineral lain yang
Marmer mempunyai berat jenis 2,9 kerapatan ± 2,8 gr/cm3. Berikut ini
merupakan klasifikasi marmer berdasarkan daya aus dan kekuatan tekan marmer :
Tabel 2.4 Klasifikasi Marmer Berdasarkan Daya Aus dan Kekuatan Tekan
Marmer
(2) Tipe staturio, sering dipakai untuk seni pahat dan patung.
23
Berdasarkan teksturnya marmer dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
(1) Batu pualam statuari (statuary marble), cirinya berbutir halus dan
(4) Batu pualam onix (onix marble), cirinya mengandung dolomit atau
(5) Batu pualam cipdin (cipdin marble), cirinya mengandung mika dan
talk,
(6) Batu pualam ruin (ruin marble), cirinya mempunyai tekstur halus
(7) Batu pualam breksia (breccia marble), cirinya tekstur besar-besar atau
karena terbentuk dari hasil sedimentasi yang dipengaruhi oleh suhu dan tekanan
yang tinggi, sehingga terbentuklah batuan metamorf. Ciri khas dari batuan
disusun oleh mineral-mineral yang merupakan bahan dasar dari jenis batuan ini
yang lemah sehingga batuan ini mudah dibelah melalui bidang-bidang itu, akan
24
tetapi sukar dibelah melalui bidang-bidang (arah) lain. Namun, sebagian dari
batuan metamorf terutama yang memiliki struktur pejal seperti marmer dan
Lokasi Daerah
Aceh Lho Nga.
Sumatera Utara Pulau Nias.
Sumatera Barat Sijunjung dan Solok.
Sumatera Selatan Lahat.
Lampung Tanjung Kemala, Padang Cermin dan daerah
Lampung Selatan.
Jawa Barat Palimanan di Gunung Kudo, Gunung Kromomh
dekat Cirebon, Citatah dan Sukabumi.
Jawa Tengah Purwokerto, Banjarnegara di Gunung Kebutuh,
Bernal, Bukit Jiwo, Gunung Djokotuo Bayat
Klaten.
Jawa Timur Panggul (Madura), Besole (Tulungagung),
Campurdarat.
Sulawesi Sekitar Tonasa
Timor Sekitar Kupang
Sumber : Riyanto,1994:3
campuran (mix design), yaitu untuk mengetahui komposisi atau proporsi bahan-
25
rancangan. Dalam menentukan proporsi campuran dapat digunakan beberapa
antara lain :
(a) Jenis agregat hanya ditetapkan dari batu pecah dan alami saja
26
bentuk permukaan tidak bulat atau halus. Hal ini akan
dilakukan koreksi.
dipenuhi.
Setelah menentukan metode mana yang akan digunakan pada mix design,
penyusun beton sesuai dengan data-data yang diperlukan dalam mix design.
Berikut ini merupakan beberapa pengujian material penyusun beton yang sering
dilakukan :
kadar air yang dikandung oleh agregat. Berdasarkan SK SNI M 11-1989-F yang
dimaksud dengan kadar air adalah besarnya perbandingan antara berat air yang
persen. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi takaran air untuk adukan beton
Secara umum, kadar air dalam agregat dapat dibedakan menjadi 4 jenis,
yaitu :
(1) Kadar kering tungku, yaitu keadaan agregat yang benar-benar tidak
mengandung air.
27
(2) Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering, tetapi sedikit mengandung air dalam porinya dan masih dapat
menyerap air.
(3) Keadaan Jenuh Kering Permukaan (JKP) atau Saturated Surface Dry
tetapi agregat tersebut masih mampu menyerap air. Pada kondisi ini,
air dalam agregat tidak akan menambah atau mengurangi air pada
campuran beton.
campuran beton.
yang kemudian data hasil pengujian tersebut dimasukkan ke dalam rumus berikut
ini :
Wଵ − Wଶ
Kadar Air = x 100% … … … … … … … … … … … … … … . . persamaan(1)
Wଶ
volume agregat dalam adukan beton. Untuk menghitung berat jenis material,
28
Wଵ
ρୠ = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … persamaan(2)
Vଵ − Vଶ
V2 = Volume air
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan berat isi agregat halus,
agregat kasar atau campuran yang didefinisikan sebagai perbandingan antara berat
material dengan volumenya. Menurut Antoni dan Nugraha (2007 : 56) disebutkan
bahwa “ Berat volume agregat kering sekitar 1200 kg/m3 – 1750 kg/m3”. Artinya
berat volume agregat kering yang dimaksud adalah 1200 kg/m3 – 1750 kg/m3 atau
Untuk mengetahui berat satuan atau berat volume material yang dimaksud,
Bଷ
Berat Satuan = … … … … … … … … … … … . … … … … … … … . . … . persamaan(3)
V
B3 = Berat agregat
29
Tabel 2.6 Spesifikasi Wadah Baja yang Digunakan dalam Praktikum
Tebal Wadah
Kapasitas Diameter Tinggi Minimum Ukuran
(liter) (mm) (mm) (mm) Maks.Agregat
Dasar Sisi (mm)
2,832 152,4 ± 2,5 154,9 ± 2,5 5,08 2,54 12,70
9,345 203,2 ± 2,5 292,1 ± 2,5 5,08 2,54 25,40
14,158 254,0 ± 2,5 279,4 ± 2,5 5,08 3,00 38,10
28,316 355,6 ± 2,5 284,4 ± 2,5 5,08 3,00 101,60
Sumber : Hoedajanto dkk. 2003 : 3-9
baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat
ditunjukan dalam tabel atau grafik. Adapun alat yang dipakai untuk melakukan
tertentu.
30
Keterangan :
Dari analisis gradasi, dapat diketahui Modulus Halus Butir (MHB). MHB
atau fineness modulus adalah suatu angka yang secara kasar menggambarkan
40 mm 20 mm 12.5 mm
40 95 – 100 100 100
20 30 – 70 90 – 100 100
12.5 - - 90 – 100
10 10 – 35 25 – 55 40 – 85
4.8 0–5 0 - 10 0 – 10
Sumber : Mulyono,2003:94
1989-F yaitu 3” (76,2 mm); 2 ½ “ (63,5 mm); 2” (50,8 mm); ¾ “(19,1 mm); No. 4
(4,75 mm); No. 8 (2.36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300
31
2.3.5 Pengujian Butir-Butir yang Lewat Ayakan Nomor 200
agregat yang lolos saringan nomor 200 ( 0,075 mm) dengan cara pencucian
agregat.
B1 − B2
Kandungan lumpur = x 100% … … … … … … … … … . . … persamaan(6)
B1
Wଵ − Wଶ
Pembubukan = … … … … … … … … … … … … … … … … … persamaan(7)
ܹଵ
Suatu hal yang penting dalam beton adalah pelaksanaan pembuatan beton
atau pengolahan beton. Pengolahan beton ini terdiri dari beberapa langkah,
32
diantaranya penakaran (menimbang) bahan-bahan, pengadukan, pegangkutan dari
untuk beton menurut takaran yang ditentukan. Takaran bahan dapat ditentukan
ukuran berat maupun dengan volume, penakaran harus dilakukan dengan cermat.
Takaran yang tidak tepat dapat mengakibatkan kualitas beton yang dihasilkan
antara bahan-bahan dasar beton, yaitu semen, agregat halus, agregat kasar dan air
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara manual menggunakan tangan
bantuan sekop atau cangkul. Adapun tata cara pelaksanaannya yaitu dengan
mencampur semen dengan bubuk bahan tambahan (apa bila menggunakan bahan
tambahan yang berupa bubuk) dan pasir tanpa air terlebih dahulu hingga didapat
campuran yang rata. Kemudian tambahkan agregat kasar dan diaduk tanpa air
terlebih dahulu sampai distribusi kerikil terlihat rata betul dan sempurna.
33
Selanjutnya air adukan yang telah dicampur dengan bahan tambahan (bila
didapat adukan beton yang homogen dan kekentalan yang sesuai dengan beton
yang diinginkan.
Tabel 2.9 Waktu Campur Minimum Pencampuran Beton dengan Mesin Pengaduk
beton segar untuk dikerjakan dan dipadatkan. Untuk mengukur derajat kelecakan
adukan, dapat dilakukan dengan beberapa cara. Berikut ini merupakan cara yang
34
dapat dilakukan untuk menguji kelecekan beton segar, antara lain slump test, uji
meja alir (flow table), remolding test, Kelly ball penetration test, dan compacting
faktor test.
populer adalah dengan alat slump (kerucut terpancung Abrams). Slump test adalah
pengujian kelecakan beton yang paling sederhana yang sering digunakan. Tujuan
segar dengan cara mengukur berapa penurunan yang terjadi. Namun, kelemahan
slump test ini adalah tidak dapat mengukur kelecakan campuran beton yang kaku.
h = h − hଵ … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … persamaan (8)
dapat dihindari dan beton dapat dipadatkan secara penuh. Setelah beton segar
Pemadatan perlu dilakukan karena sebenarnya dalam beton segar yang telah
Pemadatan adalah suatu cara untuk mengeluarkan udara dalam beton segar
35
yang betul-betul padat, tanpa sarang kerikil, tetap homogen dan semua ruangan
terisi. Adapun cara pemadatan dapat dilakukan secara manual ataupun dengan
Pemadatan secara manual dilakukan dengan alat berupa tongkat baja atau
tongkat kayu. Adukan yang baru saja dituang ke dalam cetakan harus segera
dipadatkan dengan cara ditusuk-tusuk dengan tongkat baja atau kayu. Sebaiknya
tebal beton yang ditusuk tidak lebih dari 15 cm. Untuk itu, pemadatan cara manual
ini biasanya hanya dilakukan untuk pekerjaan beton dengan kapasitas yang kecil.
getar (vibrator). Alat getar itu mengakibatkan getaran pada beton segar yang baru
saja dituang, sehingga aduk beton mengalir dan menjadi padat. Penggetaran yang
bawah dan hanya mortar di bagian atas beton. Pemadatan dengan menggunakan
mesin biasanya dilakukan untuk pekerjaan beton dengan kapasitas yang besar.
1) Beton yang akan dicor harus pada posisi sedekat mungkin dengan
acuan untuk mencegah terjadinya segregasi yang disebabkan
pemuatan kembali atau dapat mengisi dengan mudah keseluruh acuan.
2) Tingkat kecepatan pengecoran beton harus diatur agar beton selalu
dalam keadaan plastis dan dapat mengisi dengan mudah ka dalam
sela-sela diantara tulangan.
3) Beton yang telah mengeras sebagian atau yang seluruhnya tidak boleh
dipergunakan untuk pengecoran.
4) Beton yang telah terkotori dengan bahan lain tidak boleh dituangkan
ke dalam struktur.
5) Pengecoran beton harus dilaksanakan secara terus menerus tanpa
berhenti hingga selesainya pengecoran suatu panel atau penampang
yang dibentuk oleh batas-batas elemennya atau batas penghentian
pengecoran yang ditentukan untuk siar pelaksanaan.
36
6) Beton yang dicor harus dipadatkan secara sempurna dengan alat yang
tepat agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan, alat
konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam dalam beton dan
daerah sudut acuan.
7) Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan alat penggetar :
(1) Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-
kurangnya 5 detik, maksimal 15 detik.
(2) Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian
beton yang sudah mengeras dan tidak boleh dipasang lebih dekat
100 mm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras serta
diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh batang penggetar.
(3) Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang
penggetar dan tidak boleh lebih dari 500 mm. untuk bagian
konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis.
8) Dalam hal pengecoran yang menggunakan sistem cetakan atau acuan
yang digeser ke atas besi acuan harus terisi rata.
9) Bila diperlukan adanya siar pelaksanaan, siar tersebut harus dibuat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tujuan pembuatan benda uji adalah untuk mendapatkan sampel yang dapat
Adapun ukuran cetakan benda uji yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
37
kekuatannya secara wajar dan sempurna mungkin. Pada dasarnya perawatan beton
bertujuan agar beton dapat memaksimalkan kekuatan yang dihasilkan. Jika tidak
dilakukan perawatan, maka akan berpengaruh pada kekuatan beton dan secara
kurus (lean), sebaliknya perawatan hanya perlu dilakukan untuk beberapa hari
saja untuk beton yang kaya (rich). Karena perawatan memperbaiki mutu beton
maka perawatan semakin lama semakin baik, selama hal itu praktis dilakukan.
Untuk beton yang terletak di tanah dan beton struktural dibutuhkan minimum 7
hari perawatan.
2.4.7 Kaping
Kaping adalah pelapis perata permukaan bidang tekan benda uji beton.
Maksud penggunaan kaping ini adalah agar pada saat uji tekan bidang permukaan
tekan beton dalam keadaan rata, sehingga beban yang ditekankan pada permukaan
bidang tersebut dapat tersebar secara merata. Kaping dilakukan pada saat akan
Dalam proses pengujian benda uji, secara tidak langsung ini artinya
menguji seluruh kekuatan beton yang dibuat. Dalam pengujian benda uji ini dapat
dilakukan beberapa kekuatan benda uji, seperti kuat tekan, kuat tarik dan lain
38
tekan beton yang berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dan dirawat. Ada
benda uji terlebih dahulu bagian ujung silindernya diberi kaping agar
permukaannya rata.
Rasio panjang (ℓ) terhadap diameter (d) benda uji yang baku adalah 2.
Walaupun begitu, penggunaan benda uji dengan rasio lebih kecil dari
kecil rasio ℓ/d, maka semakin tinggi nilai kuat tekan yang didapat.
39
Hal ini dikarenakan pada benda uji dengan rasio ℓ/d < 2, kondisi
benda uji.
Untuk mengetahui besarnya kuat tekan benda uji, dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
2) Berapakah besar kuat tekan yang dicapai pada usia beton 28 hari, jika
marmer?
40