Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM

KELOMPOK 2
Jakarta

SERTIFIKASI PELATIHAN AHLI K3 UMUM


KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PKL CALON AHLI K3 UMUM


KELOMPOK 2
Fajar Septianto
Johan Ramananta Hutajulu
Hasan Pangaribuan
Bonty Wilman Silaen
Widian Azka
Muhammad Ichsan
Narko Kurniawan
Effi Sitanggang
Edo Riduansyah

GRAHA WISATA RAGUNAN


2019
1
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................2


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................................3
1.2. Tujuan.........................................................................................................................4
1.3. Ruang Lingkup..........................................................................................................4
1.4. Dasar Hukum..............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. K3 Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya & Beracun...........................................7
2.2. K3 Kesehatan Kerja....................................................................................................8
2.3. K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan............................................................................9
BAB III KONDISI PERUSAHAAN
3.1. Gambaran Umum Perusahaan..................................................................................13
3.2. Peran dan Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja..............................................15
3.3. Pelayanan Kesehatan Kerja......................................................................................15
3.4 Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya dan Beracun...........................................17
3.5 Temuan Observasi Lapangan....................................................................................19
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA
4.1. Temuan dan Analisa Positif.......................................................................................20
4.2. Temuan dan Analisa Negatif.....................................................................................25

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan...............................................................................................................29
5.2. Saran.........................................................................................................................29
SUMBER INFORMASI

2
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan undang undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja bahwa setiap tenaga kerja harus dijamin keselamatannya pada saat bekerja di tempat
kerja. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta nila-nilai agama, untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. (Kepmenaker UU NO. 13 TAHUN 2003 Pasal 86). Hal ini bukan hanya
dijamin oleh pemerintah Indonesia saja, melainkan International Labour Organization sebagai
wadah organisasi pekerja seluruh dunia juga mewajibkan kepada setiap negara yang
merupakan anggotanya agar menjamin keselamatan para tenaga kerja.
Pada saat bekerja, tentunya pekerja maupun perusahaan tidak ada yang menghendaki
terjadinya kecelakaan, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Suatu kemungkinan
bahaya besar berupa kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan, dan penyakit
akibat kerja dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam penggunaan peralatan, pemahaman, dan
kemampuan serta keterampilan tenaga kerja yang kurang memadai.
Upaya perlindungan tenaga kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan sehat, selamat,
aman, dan sejahtera, sehingga pada akhirnya untuk mencapai suatu tingkat produktivitas yang
tinggi dimana aspek pentingnya adalah upaya keselamatan dan kesehatan kerja termasuk
penegakkan kelembagaan K3, upaya kesehatan kerja, dan pengelolaan lingkungan kerja.
Semua pelaku usaha diwajibkan untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang
terlibat tetap berada dalam kondisi aman dan selamat dari awal kerja hingga selesai.
PT. Astra Otoparts Tbk Divisi Adiwira Plastik adalah perusahaan swasta yang bergerak
dalam bidang manufaktur spare part otomotif khususnya pada pembuatan komponen berbahan
plastik. Dewasa ini kita tahu bahwa dalam dunia industri tidak lepas dari penggunaan bahan
dan mesin yang dapat berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu PT. Astra
Otoparts Tbk Divisi Adiwira Plastik melaksanakan K3 sebagai komitmen untuk keselamatan

3
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

kerja. Dibuktikan dengan kebijakan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
perusahaan mulai dari dijalankannya fungsi SMK3 gunameningkatkan produktifitas industri
tanpa mengesampingkan keselamatan di tempat kerja.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan laporan kunjungan/makalah ini adalah untuk :
1. Media pembelajaran serta pemenuhan persyaratan Pelatihan AK3U tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dunia industri manufaktur Khususnya di
PT. Astra Otoparta Tbk Divisi Adiwira Plastik
2. Menganalisa, mengamati penyelenggaraan Kesehatan kerja bagi tenaga kerja yang
sudah dibentuk oleh suatu perusahaan, sebagai perlindungan terhadap tenaga kerja
agar selalu meningkatkan produkivitas dan selalu dalam keadaan selamat
3. Mengamati K3 Lingkungan Kerja dan Berbahaya, K3 Kesehatan Kerja, K3 Pesawat
Uap dan Bejana Tekan di lokasi PT. Astra Otoparts Tbk Divisi Adiwira Plastik
4. Sebagai sarana pendukung dalam pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
terhadap perusahaan masing–masing.

1.3 Ruang Lingkup

a. Lokasi dan Waktu


PKL diadakan di PT. Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik Jl. Raya Jakarta-Bogor, KM
47 Nanggewer Mekar Cibinong-Bogor, Jawa Barat-16912, Indonesia. Dilaksanakan
pada tanggal 25 September 2019 Pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai. Titik
koordinat S:06◦30’16,1” ; E:106◦50’19”

b. Bidang Inspeksi
Bidang Inspeksi yang dilakukan meliputi :
1. K3 Lingkungan Kerja, Bahan Berbahaya dan Beracun
2. K3 Kesehatan Kerja
3. K3 Pesawat Uap dan Bejana tekan

4
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

1.4 Dasar Hukum


Dasar Hukum pengawasan Kelembagaan dan Keahlian Keselamatan dan Kesehatan
Kerja berdasarkan Peraturan Undang-Undang adalah sebagai berikut :
1. UU Uap tahun 1930 ( StoomOrdonnantie )
2. Peraturan Uap tahun 1930 ( StoomVerordening )
3. Undang – Undang No. 1 tahun 1970 tentang KeselamatanKerja.
4. Undang-undang No. 3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor pasal 7.
5. Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
6. Keputusan Presiden RI nomor 7 tahun 2019 tentang Penyakit yang Timbul Karena
Hubungan Kerja dan mendapat kompensasi dari Jamsostek.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Per-01/Men/1976
tentang Kewajiban Latihan Hyper kes Bagi Dokter Perusahaan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Per-01/Men/1979
tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bagi Tenaga Para Medis Perusahaan.
9. Permenaker No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
10. Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja.
11. Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
12. Permenakertrans No. Per.15/Men/2008 tentang P3K di Tempat Kerja.
13. Permenaker No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja.
14. Permenaker No.37 Tahun 2016 Tentang K3 Bejana Tekanan dan Tangki Timbun.
15. Permenaker RI No. Per-01/MEN/1988 tentang kwalifikasi dan syarat – syarat Operator
Pesawat Uap.
16. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 08/Men/VII/2010 tentang
Alat Pelindung Diri.

5
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

17. Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di
Tempat Kerja.
18. Kepmenaker No. 333 tahun 1989 tentang Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat
Kerja.
19. Surat Edaran Menaker No. SE. 01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang
Makan.
20. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.: SE.01/Men/1979 Tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang Tempat Makan.
21. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawasan
Norma Kerja No. : SE.86/BW/1989 Tentang Perusahaan Catering Yang Mengelola
Makanan bagi Tenaga Kerja.
22. Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997 tentang Pengujian Hepatitis B
Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
23. Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang Perusahaan Catering Yang
Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja.
24. Keputusan Dirjen 113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis
Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas
25. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 05 Tahun 1996 Bab III Pasal 3 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

26. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 05 thn 2018 pasal 3 huruf C tentang Syarat-syarat
K3 Lingkungan Kerja : Penyediaan Fasilitas Kebersihan dan Sarana Higiene di Tempat Kerja
yang Bersih dan Sehat.

27. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) 1910.22 mengatur standar tentang
housekeeping.

6
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 K3 Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya & Beracun


Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga, dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai
kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan
kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila
ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah.
Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah. Karakteristik limbah dipengaruhi oleh ukuran partikel (mikro), sifatnya
dinamis, penyebarannya luas, dan berdampak panjang atau lama. Sedangkan kualitas limbah
dipengaruhi oleh volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan
limbah.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 yaitu limbah
cair, limbah padat, limbah gas, dan partikel serta limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Untuk mengatasi limbah diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya
pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi pengolahan menurut tingkatan perlakuan
pengolahan menurut karakteristik limbah.

7
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

Peraturan perundangan yang ditetapkan oleh Pemerintah mengatur hak dan kewajiban
masing-masing pihak baik yang sifatnya prefensif maupun represif. Dengan demikian upaya
perlindungan terhadap tenaga kerja, pengamanan barang dan mesin-mesin.
1. Ruang lingkup pengawasan K3 lingkungan kerja meliputi;
a. Penanganan bahan kimia berbahaya
b. Lingkungan kerja
c. Penggunaan pestisida
d. Limbah industri di tempa tkerja
e. Hygiene perusahaan
f. Alat Pelindung Diri (APD)
2. Faktor-faktor bahaya lingkungan kerja, antara lain;
a. Faktor Fisika
b. Faktor Kimia
c. Faktor Biologi
d. Faktor Psikologi
e. Faktor Fisiologi
f. faktor Ergonomi

2.2 K3 Kesehatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan kerja merupakan sebuah situasi dalam pekerjaan yang sehat
dan aman itu pekerjaan yang di jalani perusahaan dan juga bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Keselamatan dan kesehatan kerja juga adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kecelakaan kerja.
Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :

 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamata Kerja


 Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan
pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
 Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

8
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

Undang-Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban


memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun
yang akan dipindahkan ketempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan
kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga
berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua
syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.  Undang-undang nomor 23 tahun 1992,
pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja
meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan
kerja. Menurut UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, kewajiban dan
hak tenaga kerja.

2.3 K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan


Sejak dikembangkan mesin uap oleh James Watt tahun 1760-an, maka penggunaan
pesawat uap termasuk bejana tekan semakin meningkat dalam industri maupun manufaktur yang
meningkatkan tingkat produksi industri. Menunjukkan mesin uap sebagai penggerak mesin di
industri pada masa revolusi industri. Namun dengan adanya peralatan atau sistem yang baru,
juga menimbulkan potensi bahaya baru juga akibat penggunaan pesawat uap dan bejana tekan
yang tidak terkendali.
Pesawat uap dan bejana tekan merupakan sumber bahaya termasuk operator pesawat uap
yang mana potensi bahaya ditimbulkan akibat penggunaan atau pengoperasian pesawat uap dan
bejana tekan meliputi semburan api, air panas, gas, fluida, uap panas, debu, panas/suhu tinggi,
bahaya kejut listrik, dan peningkatan tekanan atau peledakan. Agar kecelakaan tidak timbul
dalam kerja yang menggunakan pesawat uap maupun bejana tekan, maka pemahaman tentang
pesawat uap dan bejana tekan serta syarat-syarat K3 adalah sangat penting supaya dapat
melakukan pengawasan K3 pada pesawat uap dan bejana tekan. Hal ini juga ditetapkan dalam
UU No.1 Tahun 1970 pasal 3. Pengawasan tidak hanya pada produk namun diawali dari proses
produksi atau pembuatan pesawat uap dan bejana tekan yang banyak dilakukan proses
pengelasan, pengujian produk hingga penerbitan ijin pemakaian pesawat uap dan bejana tekan.
9
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

Pengertian Pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan


Pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan merupakan serangkaian kegiatan
pengawasan dan semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenaga kerjaan atas
pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan terhadap obyek pengawasan K3 pesawat
uap dan bejana tekan di tempat kerja atau perusahaan.

Pengetahuan Bejana Uap/Pemanas Air/Ketel Uap


Sebagai alat pembantu kerja manusia, sistem tenaga uap dikembangkan oleh James Watt
pada tahun sekitar 1760 yang mana terdiri atas sebuah ketel uap dan mesin uap. Ketel uap jenis
ini terdiri atas dua sisi yang rata, pada sisi atas nya merupakan puncak ketel berbentuk setengah
silinder dan dasarnya sisi pelatnya dilengkungkan ke dalam. “Ketel uap adalah suatu pesawat
yang dibuat untuk mengubah air ada di dalamnya menjadi sebagian uap dengan jalan
pemanasan”.
Pemanasan dilakukan dari proses pembakaran sehingga dalam sistem tenaga uap selalu
terdapat tempat pembakaran. Dengan semakin tingginya tekanan uap maka setiap ketel harus
mampu menahan tekanan uap ini. Dengan memanfaatkan tekanan uap ini maka dapat digunakan
untuk menggerakan mesin atau generator untuk menghasilkan energi listrik.

PengetahuanTeknis Praktis BejanaTekan


Bejana tekan adalah sesuatu untuk menampung fluida yang bertekanan atau bejana selain
pesawat uap yang di dalamnya terdapat tekanan yang melebihi udara luar dan dipakai untuk
menampung gas atau gas campuran termasuk udara baik terkempa menjadi cair atau dalam
keadaan larut atau beku.
Yang termasuk bejana tekan adalah: bejana penampung (storage tank), bejana pengangkut,
botol baja atau tabung gas, instalasi pendingin, instalasi pipa gas atau udara, reaktor atau suatu
tempat berlangsungnya reaksi kimia dengan jalan pencampuran, pemanasan dan pendinginan
pada berbagai bahan-bahan yang Dalam proses pembuatannya perlu dilakukan pemilihan
material yang tahan korosi bila terlalu mahal atau tidak ada di pasaran maka dapat dipilih

10
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

material dengan laju korosi yang paling lambat namun perlu dilakukan inspeksi secara berkala
untuk menghindari terjadinya kebocoran atau ledakan.

Dasar Hukum Pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan


1. Undang-Undang Uap 1930
2. Pesawat Uap Tahun 1930
3. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4. Permen No. 01/Men/1982 tentang Bejana Tekan
5. Permen No. 01/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las
6. Permen No. 01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator Pesawat Uap.
7. Permen No. 37/Men/2016 tentang K3 Bejana Tekan dan Tangki Timbun.
Ruang lingkup pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan meliputi perencanaan,
pembuatan, pemasangan/perakitan, modifikasi atau reparasi dan pemeliharaan pesawat uap dan
bejana tekan.

Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat Uap dan Bejana Tekan


Persiapan – persiapan :
1. Penyediaan dokumen terkait
2. Penyiapan pesawat uap/bejana/instalasi
3. Penyiapan peralatan/tenaga kerja
4. Pemasangan rambu
5. Penyiapan sarana lain yang diperlukan
Pelaksanaan :
1. Riksa sifat tampak dan dimensi
2. Pengujian tidak merusak yang sesuai
3. Hydrostatik test
4. Steam test

11
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan dan Pengujian Serta Penerbitan Ijin Pesawat Uap
Bagian ini membahas tentang pedoman pelaksanaan pemeriksan dan pengujian serta
penerbitan pesawat uap. Pemeriksaaan dan pengujian dilakukan mulai tahap pabrikasi
(pembuatan), pada tahap perakitan atau pemasangan, tahap pemakaian, tahap reparasi atau
modifikasi serta pemasangan kembali karena pemindahan pesawat uap. Penerbitan ijin pesawat
uap dikeluarkan untuk pemakaian baru dan saat mutasi ijin pemakaian karena penjualan atau
pemindahan pesawat uap jenis berpindah. Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh pegawai
pengawas atau ahli K3 pesawat uap dan bejana tekan.

Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan dan Pengujian Serta Penerbitan Pengesahan


Pemakaian Bejana Tekan
Pedoman ini diperuntukan untuk bejana tekan dan harus diketahui oleh semua pihak
terkait terutama pemerintah daerah kabupaten dan kota yang menangani langsung pelaksanaan
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan menurut UU No.22 tahun 1999.
Pemeriksaan atau pengujian dilakukan oleh Ahli K3 Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan.
Sedangkan pengesahan pemakaian baru harus ditangani oleh kepala dinas setelah di paraf oleh
pegawai pengawas dan atasan langsung pegawai pengawas. Dalam pelaksanaan pemeriksaan dan
pengujian pada pesawat uap dan bejana tekan digunakan formulir-formulir yang telah ditetapkan
oleh departemen tenaga kerja daerah.

12
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

3.1 Gambaran Umum Perusahaan

Di perusahaan PT. Astra Otoparts divisi Adiwira plastic ini berdiri pada tanggal 10

September 1991 dengan luas area 16.305 dan jumlah pekerja kurang lebih sebanyak 800

orang yang terbagi dalam 3 ship.

3.1.1 Visi dan Misi


Visi:
Awali Kerja Dengan Semangat Akhiri Kerja Dengan Selamat
Misi:
1. Produksi barang yang aman sehat dan selamat
2. Berinovasi, berimprovisasi, efisiensi
3. Membangun budaya kerja dan karakter SDM agar memberikan pelayanan terbaik, handal,
dan beretika dalam menjalankan kompetensinya.
4. Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dalam upaya memperkuat ekonomi demi
kemajuan bangsa

3.1.2 Penerapan K3
Saat ini PT Astra Otoparts Adiwira Plastik sudah memiliki P2K3 yang ditunjuk oleh
kementerian tenaga kerja telah menerapkan sistem K3 dalam pengelolaannya. Dalam hal ini
PT. Astra Otoparts telah memiliki Komite K3 yang dalam pelaksanaannya telah melakukan
program-program K3 baik itu ,sebagai berikut:

a. Syarat Pembentukan
Setiap tempat kerja (dimana memiliki usaha, tenaga kerja, dan sumber bahaya) menurut
Undang-Undang wajib membentuk P2K3. Berdasarkan Undang-undang No.4 tahun
1987, P2K3 ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

13
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

Kondisi Di Lapangan :
Awal:
Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ada di PT. Astra Otoparts
berbentuk Komite, dalamarti Komite/Panitia ini anggotanya merupakan pejabat
struktural yang ada di PT. Astra Otorparts merangkap menjadi Komite Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3), dengan satu orang sekretaris yang merupakan Ahli K3.
Saat Ini :
Tujuan dibentuknya Sub Bagian K3 di perusahaan adalah agar pelaksanaan
perlindungan hak-hak tenaga kerja dapat terlaksana dengan baik dan maksimal, tanpa
mengganggu tugas utama dari masing-masing anggota, dengan direkrut secara khusus
karyawan memiliki jabatan fungsional mengatur dan merealisasikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di area kerja.

b. Syarat Keanggotaan
1. Keanggotaan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri atas unsur
pengusaha dan tenaga kerja yang susunannya terdiri dari atas ketua, sekretaris dan
anggota.
2. Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di perusahaan.
3. Ketua P2K3 ialah Pimpinan Perusahaan atau salah satu Pimpinan Perusahaan yang
ditunjuk (khusus untuk kelompok perusahaan/sentral industri).
4. Jumlah dan susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih, jumlah
anggota sekurang-kurangnya 12 (duabelas) orang terdiri dari 6 (enam) orang
mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 6 (enam) orang mewakili tenaga
kerja.

c. Bentuk Organisasi dan Kepengurusan


Suatu organisasi P2K3 dapat mempunyai banyak variasi tergantung pada besarnya, jenis
bidangnya, bentuknya kegiatan dari perusahaan dan sebagainya. Kepengurusan daripada

14
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

organisasi P2K3 terdiri dari seorang Ketua, Wakil Ketua, seorang atau lebih Sekretaris
dan beberapa anggota yang terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja.
1. Ketua dijabat oleh salah seorang Pimpinan Perusahaan yang mempunyai
kewenangan dalam menetapkan kebijaksanaan di perusahaan.
2. Sekretaris dapat dijabat oleh ahli K3/ Petugas K3 (Safety Officer) atau calon yang
dipersiapkan untuk menjadi Petugas K3.
3. Para anggota terdiri dari wakil unit-unit kerja yang ada dalam perusahaan dan telah
memahami permasalahan K3, yaitu 10 orang anggota dari masing-masing unit
yang ada di area kerja.

3.2 Peran dan Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Sebagai lembaga yang melindungi terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar
selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatkan
produksi dan produktivitas kerja.
2. Memberikan perlindungan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu
dalam keadaan selamat dan sehat.
3. Memberikan perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan
digunakan secara aman dan efisien.
4. Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan, dan penyakit akibat
kerja.
5. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku, dan bahan hasil
produksi.
6. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat, dan penyesuaian
antara pekerja dengan manusia atau manusia dengan pekerjaan.

3.3 Pelayanan Kesehatan Kerja


3.3.1 Penerapan di Lapangan Berdasarkan Program Kerja
1. Imunisasi Karyawan Beresiko
Penerapan :
Karena sebagian besar kecelakaan yang terjadi adalah terkait biologis, jika terjadi
kecelakaan karyawan langsung dibawa ke IGD untuk ditangani, untuk mencegah

15
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

tertularnya penyakit dari pasien. Mengurus administrasi pasien kecelakaan kerja sesuai
dengan peraturan perundangan.
2. Pengobatan Tenaga Kerja Yang Sakit Akibat Kerja
Semua tenaga kerja sudah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan.
3. Medical Check Up (MCU)
Medical Check Up untuk karyawan diperlukan untuk mendeteksi dini suatu penyakit,
terutama penyakit akibat setelah kerja, sebagai reimbursment sistem atau premi asuransi.
Perencanaan pembiayaan yang rasional dan efektif untuk anggaran kesehatan pada
perusahaan dan yang paling penting adalah menjaga dan meningkatkan produktivitas kerja.
Medical Check Up untuk karyawan harus tepat sasaran (sesuai dengan resiko ditempat
kerja), penanganan secara keseluruhan (mulai dari screening karyawan sampai dengan
pemeriksaan follow up hasil medical check up, jasa pelayanan Medical Check Up yang
memberikan komunikasi dua arah, baik itu untuk karyawan maupun kepada manajemen
perusahaan.
3.3.2 Penerapan di lokasi kerja PT. Astra Otoparts :
 Konsep Hygiene perusahaan terdiri dari 3 tahapan, yaitu;
Pengenalan lingkungan
Dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif tentang faktor bahaya lingkungan
1. Penilaian lingkungan
Dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif tingkat bahaya dari suatu faktor bahaya
lingkungan yang timbul. Hasil penilaian kemudian dibandingkan dengan Nilai Ambang
Batas (NAB)
2. Pengendalian lingkungan
Dimaksudkan sebagai penerapan metode teknik tertentu untuk menurunkan tingkat faktor
bahaya lingkungan sampai batas yang masih diterima oleh manusia dan lingkungannya.
Pengendalian tersebut dapat berupa: Substitusi, Ventilasi, perubahan proses, pengeluaran
setempat, dan pengendalian proses.
 Pemeriksaan kesehatan awal diterima sebagai karyawan dengan mengikuti aturan
perundang-undangan.
 Medical Check Up secara periodek minimal 1 tahun sekali.

16
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

 Penempatan karyawan pada pekerjaan sesuai dengan kondisi kesehatan

3.4 Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya


a. Identifikasi Bahaya
1. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.
2. Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja termasuk kontraktor, pemasok,
pengunjung, dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia, dan faktor manusia lainnya.
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.
5. Infrastruktur, perlengkapan, dan bahan (material) di tempat kerja baik yang
disediakan perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan prusahaan.
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun
bahan/material yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan
dampaknya terhadap operasi, proses, dan aktivitas kerja.
8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, struktur
organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.
b. PenilaianResiko
1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).
Di Project :
Interaksi dengan pasien yang terkena virus, penyakit, dll.
2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/ terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif, oksidator,
penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan, dan sebagainya).
Di Project :
Bahan-bahan yang digunakan untuk uji lab, operasi, sterilisasi, dan lain-lain.

17
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,


ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).
Di project :
Berupa alat-alat yang digunakan sebagai pendukung pekerjaan karyawan.
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta
ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
Ini di atur dari kesehatan kerja seperti penempatan pekerjaan sesuai dengan kondisi
kesehatan untuk mengurangi tekanan mental.
5. Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi, sumber daya
alam, flora dan fauna).

c. PengendalianResiko
1. Eliminasi (menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).
2. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih
aman).
3. Perancangan (modifikasi/instalasi sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area
supaya menjadi aman).
4. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual di
tempat kerja).
5. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan paparan
bahaya/resiko tinggi).
Penerapan di Lokasi Kerja PT. Astra Otoparts sebagaian besar sudah dilakukan
berdasarkan Undang-undang yang berlaku, termasuk cara pengendalian resiko. Selain
AFC atau CSR, Perseroan juga menggunakan kerangka kerja Astra Green Company (AGC).
AGC memberi panduan dalam pengelolaan lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja (LK3),
sehingga ada standarisasi dalam praktik pengelolaan LK3 di lingkungan perusahaan grup
Perseroan. Kinerja LK3 setiap anak perusahaan selalu di evaluasi setiap tahun menggunakan
panduan Kriteria Asesmen AGC. Penilaian kinerja bersifat komprehensif meliputi tingkat
pencapaian Sistem Manajemen (ACP), Critical Point Safety, Critical Point Proper dan Legal
Compliance. Peringkat penilaian AGC diberikan dengan simbol warna dengan urutan dari yang
18
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

tertinggi hingga terendah adalah Emas, Hijau, Biru, Merah dan Hitam. Pelaksanaan peninjauan
dan penilaian Kinerja LK3 menggunakan Kriteria AGC Revisi 2014, yang telah mengacu pada
Kriteria Audit PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yaitu penilaian
kinerja pengelolaan lingkungan suatu perusahaan yang memerlukan indikator yang terukur,
sehingga pencapaian AGC Hijau mulai 2014 sampai 2018 lebih sulit dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya, karena menggunakan kriteria yang lebih ketat tersebut. Berikut perbandingan hasil
asesmen AGC tahun 2014-2018 yang sudah dilakukan.

3.5 Temuan Observasi Lapangan


Temuan saat observasi lapangan dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
a. Temuan Positif
1. Penataan ruangan yang tersusun rapi dan kebersihan yang selalu dijaga (termasuk
kebersihan toilet) untuk di area front office.
2. Penempatan dan informasi tentang bahan kimia yang ada dilokasi tesebut dilakukan
dengan baik.
3. Sistem limbah cair yang ada di lokasi pabrik menggunakan sistem daur ulang, jadi air
limbah sisa produksi dapat digunakan kembali.
4. Area Ruang Genset beresiko kebisingan. Dilengkapi Safety Sign tentang wajib
menggunakan Ear Muff, ruangan genset dilengkapi dengan Ventilasi Exhaust Fan.
5. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan tempat kerja.
6. Memiliki tempat poliklinik dengan dokter dan paramedis yang ditunjuk menjadi mitra
7. Penataan ruangan makan pekerja yang tersusun rapi dan kebersihan yang selalu di
jaga sebelum waktu istirahat. Memiliki kantin dengan standarisasi kantin untuk
memenuhi gizi tenaga kerja.
8. Pada bejana tekan terdapat tanda-tanda pengenal meliputi, nama pemilik, nama dan
nomor urut pabrik pembuat, nama gas atau bahan yang diisikan beserta simbol kimia.
9. Pengecekan dan pengamatan peralatan/pesawat pada PUBT dilakukan secara berkala.
10. Operator Boiler sudah mempunyai Surat Ijin Operator (SIO).

19
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA
4.1 Temuan dan Analisa Positif
No. Gambar Keterangan
1. Sudah disediakan fasilitas untuk
meletakkan alat kebersihan sehingga lebih
mudah untuk mencari saat dibutuhkan.

Selain itu juga sudah disiapkan fasilitas


toilet yang terpisah untuk TK wanita dan
pria. Karena terbatasnya akses saat
kunjungan, yang terlihat hanya 1 toilet
untuk setiap gender.

Peraturan perundangan :
 UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1
huruf l, yaitu: memelihara kebersihan,
kesehatan dan ketertiban.
 Permenaker RI No. 05 thn 2018 pasal 3
huruf c, yaitu: Penyediaan fasilitas
kebersihan dan sarana hygiene di tempat
kerja yang bersih dan sehat.
 Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) 1910.22
mengatur standar tentang housekeeping.

2. Penempatan dan informasi tentang bahan


kimia yang ada dilokasi tersebut dilakukan
dengan baik.
Peraturan perundangan :
 UU No. 1 thn 1970 pasal 2 ayat 2 huruf
b, yaitu: dibuat, dioleh,
dipakai ,dipergunakan, atau disimpan
barang atau bahan yang dapat meledak,
mudah terbakar, beracun.
 Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999
pasal 4 ayat 1 huruf g, yaitu:
penyimpanan dan penanganan bahan.

20
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

3. Sistem limbah cair yang ada dilokasi pabrik


menggunakan sistem daur ulang ,jadi air
limbah sisa produksi dapat digunakan
kembali. Hasil akhir pengolahan menjadi
Sludge yang dikirim ke pabrik semen .

PT Astra adalah kategori potensi bahan


kimia berbahaya menengah.
PT Astra hanya memiliki petugas Kimia.

Peraturan perundangan :
 UU No. 1 thn 1970 pasal 2 ayat 2 huruf
b, yaitu: dibuat, dioleh,
dipakai ,dipergunakan, atau disimpan
barang atau bahan yang dapat meledak,
mudah terbakar, beracun.
 Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999
pasal 4 ayat 1 huruf m, yaitu:
pembuangan limbah.

4. Area Ruang Genset beresiko kebisingan.


Dilengkapi Safety Sign tentang wajib
menggunakan Ear Muff, ruangan Genset
dilengkapi dgn Ventilasi Exhaust Fan.
Peraturan perundangan :
 UU No. 1 thn 1970 pasal 3 ayat 1 huruf
f, yaitu: memberi alat perlindungan diri
pada para pekerja.
 UU No. 1 thn 1970 pasal 3 ayat 1 huruf
j, yaitu: menyelenggarakan suhu dan
lembab udara yang baik.
 Permenaker RI No. 05 thn 2018 pasal 8
dan lampiran B tentang NAB faktor
fisika-kebisingan.
 Permenaker RI No. 08 thn 2010 tentang
Alat Pelindung Diri.

21
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

5. Memiliki tempat poliklinik yang cukup


strategis dengan 1 petugas paramedis.
Paramedis sudah bersertifikat hyperkes.
Peraturan perundangan:
 UU No. 1 thn 1970 pasal 8 ayat 2.
 Permen No.03 / Men / 1982 pasal 2
huruf e, yaitu: pembinaan dan
pengawasan perlengkapan untuk
kesehatan tenaga kerja.
 Permen No. 01/Men/1979 pasal 1, yaitu
tentang paramedic diwajibkan mendapat
kanlatihan dalam bidang hyperkes.

22
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

6. Telah memiliki petugas P3K dengan


melatih seluruh karyawan dengan program
training P3K. Jumlah petugas P3K
sebanyak 9 orang. Sudah sesuai dengan
perundangan
Peraturan perundangan :
 UU No. 1 thn 1970 pasal 8.
 Permen No.03/Men 1982 pasal 2 huruf
h, yaitu pendidikan P3K.
 Permenaker no. 15/Men/VIII/2008 pasal
2 ayat 1, yaitu perusahaan wajib
menyediakan petugas P3K.

7. Memiliki dokter pemeriksa kesehatan


tenaga kerja.
Dokter sudah bersertifikasi hyperkes.

Peraturan perundangan :
 UU No. 1 thn 1970 pasal 8 ayat 2 yaitu
Pengurus diwajibkan memeriksakan
semua tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya secara berkala.
 Permen No. 01/Men/1976 tentang
Kewajiban pelatihan Hyperkes bagi
dokter perusahaan
 Permen No.02/Men/1980 pasal 1 huruf d
yaitu dokter yang ditunjuk oleh
perusahaan dan telah memenuhi
persyaratan.

23
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

8. Pengecekan dan pengamatan


peralatan/pesawat pada PUBT dilakukan
secara berkala.
Riksa/uji boiler dilakukan secara berkala
satu tahun sekali.

Peraturan Perundangan :
 UU Uap tahun 1930.
 Peraturan Uap tahun 1930 pasal 40, yaitu
pemeriksaan berkala pesawat uap.
 Permenaker No. PER.01/MEN/1998
pasal (10) tentang Kwalifikasi dan
syarat-syarat operator pesawat UAP.

24
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

9. Label/poster informasi tentang resiko


bahaya penggunaan bahan kimia yang ada
dilokasi pabrik sudah dilakukan dengan
baik.

Selain itu juga sudah disediakan tempat


sampah untuk sampah B3 logam sebelum
dikumpulkan di TPS B3.
Penempatan bahan baku kimia juga
diletakan terpisah di bagian belakang
pabrik yang juga telah dilengkapi
label/poster informasi bahaya.

Perusahaan juga telah melakukan


pengolahan limbah bahan kimia (sisa
semprot cat) dengan teknik memisahkan
substrat dengan air dan menghasilkan
endapan. Endapan ini diambil oleh pabrik
semen dan digunakan sebagai bahan baku.

Perusahaan juga telah menyiapkan tempat


pembuangan sementara (TPS) limbah B3
sendiri sebelum diolah oleh PJK3 atau
eksternal.

Peraturan perundangan :
 UU No. 1 Tahun 1970 pasal 2 ayat 2
huruf b, yaitu: dibuat, dioleh, dipakai,
dipergunakan, atau disimpan barang atau
bahan yang dapat meledak, mudah
terbakar, dan beracun.
 Kepmenaker No. 187 Tahun 1999 pasal
4 ayat 1 huruf g, yaitu: penyimpanan dan
penanganan bahan

25
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

10.
Pemenuhan syarat NAB Kimia oleh
perusahaan berupa pencantuman MSDS
(Material Safety Data Sheet) yang ditempel
dipapan yang letaknya didepan gudang
bahan baku kimia.

Terlihat juga adanya label bahan kimia


mudah terbakar didepan gudang bahan
baku (foto tidak sempat terambil)

Menurut pendapat karyawan yang


mendampingi kunjungan, diruang produksi
juga tersedia APD untuk pengendalian
NAB Kimia dan MSDS untuk setiap bahan
kimia yang digunakan, tetapi karena
terbatasnya akses saat kunjungan, hal
tersebut tidak dapat dipastikan.

Peraturan perundangan :
 UU No. 1 Tahun 1970 pasal 2 ayat 2
huruf b, yaitu: dibuat, dioleh, dipakai,
dipergunakan, atau disimpan barang atau
bahan yang dapat meledak, mudah
terbakar, dan beracun.
 Permenaker No. 13 Tahun 2011 pasal 12
(Lampiran III) tentang NAB Faktor
Fisika di tempat kerja.

4.2. Temuan dan Analisa Negatif

No Gambar Keterangan

26
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

1. Kondisi Toilet Pekerja


- lantai licin dan kurang bersih
- tidak ada checklist kebersihan toilet
- tidak ada kelengkapan terhadap
sabun dan lain-lain

Peraturan Perundangan:
PerMenaker No 5 tahun 2018 pasal 34
tentang fasilitas kebersihan

2. Area Jockey Pump :


-Banyak barang yang tidak terpakai dan
diletakkan tidak rapi di area pipa
jockey pump

Peraturan Perundangan:
UU No.1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1:
point L : memelihara kebersihan,
kesehatan, dan ketertiban
point P : mengamankan dan
memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan, dan penyimpanan barang

27
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

3. Area B3 :
Terdapat pipa yang melintang di area
pertigaan pedestrian, yang dapat
mengakibatkan orang tersandung dan
terjadi kecelakaan kerja

Peraturan Perundangan:
PerMenaker No 37 tahun 2016 pasal 3a
tentang melindungi K3 tenaga kerja dan
orang lain yang berada di Tempat Kerja
dari potensi bahaya Bejana Tekan atau
Tangki Timbun

4. Area Pabrik :
Terdapat beberapa barang yang tidak
tersusun dengan baik

Peraturan Perundangan:
UU No.1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1:
point L : memelihara kebersihan,
kesehatan, dan ketertiban
point P : mengamankan dan
memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan, dan penyimpanan barang

28
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

5. Di area TPS :
Kotak P3K kosong dan tidak ada
checklist pengisian

Peraturan Perundangan:
Permen No.15/MEN/VIII/2008 tentang
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
pasal 10

6.
Di Area TPS :
Checklist terhadap barang masuk dan
keluar tidak diisi/dilaksanakan

Peraturan Perundangan :
Peraturan Pemerintah No.101 tahun
2014 tentang pengelolaan limbah bahan
Berbahaya dan Beracun pasal 19 ayat 3
yaitu label limbah B3 paling sedikit
memuat keterangan mengenai :
-nama limbah B3;
-Identitas penghasil Limbah B3;
-Tanggal dihasilkannya Limbah B3, dan
-Tanggal Pengemasan Limbah B3

29
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Lingkungan Kerja dan bahan berbahaya dilakukan pengecekan kembali pada jalur area kerja
apakah ada sisa bahan produksi , bahan berbahaya atau pecahan-pecahan dari hasil produksi,
serta Pengolahan Limbah, penempatan Limbah sudah dilakukan dengan baik dengan
menyediakan TPS sesusi dengan persyaratan Regulasi. Sudah dilakukan aktivitas Genba 5S
setiap bulannya ke semua devisi oleh semua bagian dan dilakukan Genba CEO setiap
bulannya. Hal ini sebagai bukti komitmen penerapan dan kepatuhan undang-undang yang
dilakukan oleh Management.
2. Penanganan Kesehatan Kerja :sudah ditangani dengan baik. Perusahaan telah menyediakan
fasilitas Klinik P3K dan dilayani oleh dokter perusahaan ,sehingga dapat meminimalisi
resiko keparahan apabila terjadi kecelakaan. Setiap penerimaan Karyawan baru, dilakukan
pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan.
3. Pemeriksaan alat produksi (Pesawat uap dan bejana tekan) sudah baik pengecekannnya pun
sudah rutin dilakukan dengan checklist yang belum kadaluarsa, Operator Pesawat Uap dan
Bejana Tekan sudah tersertifikasi. Pengujian berkala sudah dilakukan satu tahun sekali.

5.2 Saran

30
LAPORAN OBSERVASI CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK 2
Jakarta

Hasil observasi, kami menyarankan untuk dilakukan :


1. Ruang Toilet Pekerja agar diberikan kenyamanan terhadap kebersihan, indikator warna urine,
dan sign penggunaan closet, dan lain-lain
2. Penataan barang yang sesuai dan dibuatkan tempat khusus serta disosialisasikan ke
karyawan.
3. Area TPS agar lebih diperhatikan terhadap kebersihan dan kenyamanan pekerja dengan
melaksanakan dengan mitra kerja dan mengisi checklist yang sudah disiapkan
4. Kotak P3K agar di kontrol setiap harinya untuk kebutuhan pertama pada kecelakaan kerja
5. Untuk pipa yang melintang di jalur pedestrian di tambahkan “Tiger Tape”

SUMBER INFORMASI

 Departementenaga Kerja, DitjenBinawas, Dit. PNKK, Himpunan Peraturan Perundang-


Undangan K3
 PT. Astra Otoparts Adiwira Plastik – Pak Handoko
 Undang-undang No.1 Tahun 1970
 Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenaga Kerjaan Dan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja ,Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kementerian
Ketenagakerjaan RI dalam himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

31

Anda mungkin juga menyukai