Seminar Asuhan Keperawatan Ketoasidosis Part 2
Seminar Asuhan Keperawatan Ketoasidosis Part 2
KEGAWATDARURATAN KETOASIDOSIS
Disusun oleh:
Jeki Rahmawati (15255)
Nanang Arif K (15257)
Redita Elva F (15262)
Wahyu Nitari (15264)
Seorang anak perempuan, usia 12 tahun, berat badan 33kg, datang ke UGD
RSU FK UKI dengan keluhan utama sesak nafas dan keluhan tambahan nyeri
perut, mual, dan muntah. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini
yaitu sekitar dua tahun yang lalu, dengan diagnosis diabetes ketoasidosis. Saat itu
pasien mendapatkan terapi insulin dan kadar gula darah pasien berkisar antara
400-500 mg/dl. Pasien kemudian dirujuk ke RSCM. Setelah keluar dari RSCM
pasien hanya mengontrol gula darah dengan alat yang dimilikinya dan
menggunakan obat diafersa 2 x 1 tablet yang didapat dari dokter spesialis anak di
klinik dekat rumahnya. Pasien menjalankan aktivitas seperti biasa, namun selama
itu pasien mengeluh sering buang air kecil terutama malam hari, sering merasa
haus, dan pasien juga cepat merasa lapar. Ibu pasien juga mengatakan bahwa
pasien memiliki nafsu makan yang tinggi akan tetapi tidak mengalami kenaikan
berat badan, justru sebaliknya berat badan pasien cenderung turun. Riwayat
diabetes melitus dalam keluarga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik saat masuk didapatkan keadaan umum tampak sakit
berat, tidak ada sianosis pada ujung kaki dan bibir. Kesadaran somnolen, tekanan
darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi 124 kali/menit, frekuensi pernafasan 54
kali/menit, pernafasan cepat dan dalam, pergerakan dinding dada simetris, tidak
ditemukan ronkhi dan mengi, bunyi jantung I-II normal, tidak ada bising atau
bunyi jantung tambahan, perut datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar,
bising usus 8x/menit, ekstremitas akral dingin.
Pada Tabel 1, hasil pemeriksaan gula darah sewaktu saat pasien masuk
didapatkan kadarnya 363 g/dl, kemudian dari hasil analisa gas darah didapatkan
pH 6,93, pCO2 5,2 mmHg, pO2 214 mmHg, base excess -29,4 mmol/L, hasil
pemeriksaan urin lengkap didapatkan reduksi +2, aseton +3. Setelaha dilakukan
pengkoreksian terhadap cairan, elektrolit, status asam basa, dan pemberian insulin
didapatkan hasil laboratorium gula darah sewaktu 146 g/dl, dari hasil analisa gas
darah pH 7,289, pCO2 32,2 mmHg, pO2 166,8 mmHg, base excess -10,2 mmol/L,
urin lengkap reduksi +2, aseton +1 (Tabel 1).
Pasien dirawat di ruang intensive care unit (ICU) selama ± 4 hari kemudian
pasien dipindah rawat di bangsal anak RSU FK-UKI.
Setelah perawatan selama ± 10 hari di bangsal kondisi pasien semakin
membaik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan,
kesadaran komposmentis, keluhan sesak sudah tidak ada, frekuensi nafas 21
kali/menit, pernafasan cuping hidung (-), retraksi (-), suhu axilla 37,2°C, gula
darah sewaktu berkisar antara 200-400 mg/dl. Pasien mendapatkan terapi actravid
subkutan 3 x 12 unit dan lantus 1 x 6 unit. Berat badan pasien pun mengalami
kenaikan dari 33kg menjadi 38kg. Kemudian terapi insulin dinaikkan yaitu
actravid 3 x 16 unit, dan lantus 1 x 8 unit. Diet disesuaikan dengan kebutuhan
kalori perhari karena pada anak masih dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan sehingga makanan yang dikonsumsi harus memenuhi standar yaitu
karbohidrat 60-65%, protein 23%, dan lemak <30%. Pasien pulang dan dianjurkan
untuk kontrol ke RSCM ke sub bagian endokrinologi anak untuk terapi lebih
lanjut.
TINJAUAN TEORI SESUAI KASUS
1. Pengkajian
Initial Assessment
a. Mengkaji airway, breathing, dan circulation
b. Melakukan pemeriksaan klinis
c. Memeriksa TTV dan berat badan
d. Mengkaji tingkat keparahan dehidrasi
e. Mengkaji status neurologis: AVPU, PGCS
f. Monitor jantung (EKG)
Patient Assessment
a. Clinical Presentation
1) Mual, muntah
2) Sering pipis di malam hari
3) Banyak makan tetapi berat badan cenderung turun
4) Weight Loss
5) Nyeri abdomen
6) Somnolence
7) Sesak nafas
8) Tidak ada sianosis
9) Lemas
10) Ekstremitias akral dingin
b. Riwayat Penyakit
1) Riwayat diabetes dan onset
a) Intake makanan terakhir
b) Kadar gula darah terakhir/ rutin
2) Regimen insulin standar
a) Dosis insulin terakhir
b) Tipe insulin dan cara pemberian
3) Riwayat hospitalisasi terakhir
4) Durasi gejala
Mual/ muntah/ nyeri abdomen
5) Faktor presipitasi
a) Aktivitas fisik
b) Perubahan dalam kebiasaan makan
c) Stres
d) Dosis insulin yang terlewatkan
e) Penyakit
c. Pemeriksaan Fisik
1) Mengkaji dehidrasi
TTV, membran mukus, WPK, kulit (warna, suhu, dan turgor)
2) Mengkaji asidosis
a) Aroma nafas aseton
b) Nafas dalam dan cepat, Kussmaul’s respirations
3) Mengkaji status mental (perhatikan adanya edema)
a) AVPU
b) PGCS
c) Mengkaji tanda/ gejala kemungkinan adanya infeksi
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan utama
1) Kadar gula darah
2) Kandungan keton dalam urin
3) Gas darah vena
4) Kandungan kimia dasar darah: elektrolit, BUN, kreatinin,
magnesium, kalsium, fosfor
b. Pemeriksaan tambahan/ penunjang
1) CBC
2) Osmolalitas
3) Serum beta-hydroxybutyrate (beta-OH)
4) Hemoglobin A1c (HgbA1c)
5) Antibodi pankreas
6) Pemeriksaan tambahan sesuai indikasi
7) CXR, non-contrast CT kepala, kultur (darah, urin, kerongkongan)
a. Nama : Nn. X
b. Umur : 12 tahun
c. Berat badan : 33kg
d. Riwayat penyakit :
1) Nyeri perut, mual, muntah
2) 2 tahun yang lalu didiagnosis Diabetik Ketoasidosis dengan kadar
gula darah 400-500 mg/dl
e. Riwayat pengobatan
1) Terapi insulin
2) Sudah pernah hospitalisasi
3) Konsumsi obat diafersia 2 kali 1 tablet
3. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Ineffective breathing Subjek:
pattern berhubungan Sesak nafas
dengan kelelahan, Nyeri perut
hiperventilasi, dan Objek:
nyeri perut Napas 54 kali/menit
Pernafasan cuping hidung (+)
Retraksi Suprasternal (+)
Retraksi intercosta (+)
Restraksi epigastrium (+)
Pernafasan cepat dan dalam
Achievement:
Frekuensi pernafasan pasien menurun dari
skala 1 ke 3
Kedalaman pernafasan membaik dari skala 1
ke 3
Pernafasan cuping hidung membaik dari skala
1 ke 5
Planning:
Frekuensi pernafasan pasien menjadi normal
dari skala 3 ke 5
Kedalaman pernafasan membaik dari skala 3
ke 5
Deficient fluid volume Subjek:
berhubungan dengan Mual, muntah
keilangan volume Cepat haus
cairan Sering buang air kecil terutama di malam hari
Objek:
Lemas
Kesadaran somnolen
Achievement:
Diagnosa Evaluasi
intake cairan meningkat dari skala 3 ke 4
Serum sodium dalam batas normal
Level haus menurun dari skala 3 ke 4
Tekanan darah menurun dari skala 3 ke 4
Berat badan meningkat dari skala 3 ke 4
Planning:
intake cairan meningkat dari skala 4 ke 5
Serum sodium dalam batas normal
Level haus menurun dari skala 4 ke 5
Tekanan darah menurun dari skala 4 ke 5
Berat badan meningkat dari skala 4 ke 5
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Diabetic ketoacidosis (DKA) merupakan komplikasi akut dan utama dari
diabetes serta dapat mengancam jiwa, terutama terjadi pada pasien diabetes
tipe 1, dengan ditandai adanya hiperglikemia, ketoasidosis, dan ketonuria.
DKA disebabkan karena tidak cukupnya insulin, tidak cukupnya nutrisi, a
gross lack of insulin, dan a relative lack of insulin.
Penatalaksanaan untuk DKA dapat diberikan terapi cairan, terapi insulin,
natrium, kalium, bikarbonat, fosfat, dan magnesium. Diagnosa keperawatan
yang dapat ditetapkan:
a. Diagnosa: Ineffective breathing pattern berhubungan dengan kelelahan,
hiperventilasi, dan nyeri perut
NOC : Airway patency
NIC : Respiratory Monitoring dan Airway Management
b. Diagnosa: Deficient fluid volume berhubungan dengan keilangan volume
cairan
NOC : Hydration
NIC : Fluid Management dan Electrolyte Management
2. Saran
a. Bagi pasien dan keluarga
1) Pasien dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala
ketoasidosis.
2) Diharapkan pasien dan keluarga mampu meningkatkan kepatuhan
terhadap terapi DKA.
b. Bagi perawat
1) Perawat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengenai
tanda dan gejala serta penatalaksanaan DKA.
2) Perawat memberikan edukasi kepada keluarga dan pasien terkait
dengan DKA.
Daftar Pustaka