DINAS KESEHATAN
UPT PELAYANAN KESEHATAN KECAMATAN BOJONGSOANG
JL. RAYA BOJOGSOANG NO.232 DESA CIPAGALO KODE POS 40287
NO. TELP. 022-87529738 EMAIL: pkmbojongsoang_bandungkab@yahoo.com
KEPUTUSAN
KEPALA UNIT PELAYANAN TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN
KECAMATAN BOJONGSOANG
Nomor : 440/ 156 / SK/ UPT/ 2017.
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di : Bojongsoang
Pada tanggal : 03 Maret 2017
1. Pimpinan Puskesmas, Kepala Satuan Pelaksana Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan
Kepala Satuan Pelaksana Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), pelaksana dan seluruh
karyawan Puskesmas Bojongsoang berkomitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan, dan melakukan
peningkatan serta perbaikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana dan Prasarana
untuk menghasilkan pelayanan bermutu secara konsisten.
2. Kebijakan Mutu Badan Layanan Umum Daerah Puskesmas Bojongsoang , sebagai berikut :
a. Sesuai dengan Visi, Misi, Tujuan, dan Tata Nilai Puskesmas;
b. Berpedoman kepada Dokumen Mutu yaitu Pedoman Mutu, Prosedur Mutu, Instruksi Kerja,
Prosedur Khusus, dan Standard Operating Procedure yang mulai diberlakukan pada Bulan
September 2014;
c. Mencakup komitmen untuk memenuhi persyaratan dan perbaikan terus menerus untuk
efektifitas dan Sistem Manajemen Mutu.
d. Peningkatan mutu dan kinerja Puskesmas memperhatikan asupan pelanggan yang
didapatkan melalui temu pelanggan, survey kepuasan pelanggan, kotak saran, dan media
elektronik;
e. Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran Mutu Kinerja;
f. Puskesmas memastikan Kebijakan Mutu berjalan sesuai dengan ketentuan melalui
Pertemuan Tinjauan Manajemen, Tindakan Korektif, Tindakan Preventif dan Audit Internal;
g. Dikomunikasikan dan dipahami seluruh karyawan;
h. Ditinjau agar terus menerus sesuai dengan kebutuhan;
3. Kepala Puskesmas dan Kepala Satuan Pelaksana Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan
Kepala Satuan Pelaksana Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) wajib berpartisipasi dalam
program mutu dan keselamatan pasien mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi.
4. Para pimpinan wajib melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan Program mutu dan keselamatan
pasien yang diselenggarakan di seluruh jajaran Puskesmas.
5. Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) dilaksanakan setelah pelaksanaan audit internal.
6. Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) dilaksanakan di masing-masing Puskesmas pada Bulan Juni
dan Bulan Desember setiap tahunnya.
7. Indikator mutu dan kinerja Puskesmas ditetapkan sesuai dengan lampiran II dari surat keputusan
ini.
8. Tenaga klinis wajib berperan aktif dalam upaya peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien, mulai dari identifikasi permasalahan mutu layanan klinis, melakukan
analisis, menyusun rencana perbaikan, melaksanakan dan menindaklanjuti.
9. Tenaga klinis terdiri dari dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain yang bertanggung
jawab melaksanakan asuhan keperawatan pasien.
10. Proses layanan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
dimonitoring dan dievaluasi secara periodik dalam audit internal yang dilakukan oleh tim auditor
internal.
11. Hasil temuan audit ditindaklanjuti sebagai perbaikan mutu dan kinerja Puskesmas Bojongsoang
12. Hasil temuan audit atau permasalahan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh Puskesmas,
dapat meminta rekomendasi atau saran dari Dinas Kesehatan Kabupaten.
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
DINAS KESEHATAN
UPT PELAYANAN KESEHATAN KECAMATAN BOJONGSOANG
JL. RAYA BOJOGSOANG NO.232 DESA CIPAGALO KODE POS 40287
NO. TELP. 022-87529738 EMAIL: pkmbojongsoang_bandungkab@yahoo.com
13. Identifikasi permasalahan mutu layanan klinis, potensi terjadinya risiko dilakukan dengan
menggunakan indikator-indikator pelayanan klinis yang ditetapkan oleh Puskesmas dengan
acuan yang jelas.
14. Perencanaan mutu disusun oleh seluruh jajaran Puskesmas Bojongsoang dengan pendekatan
multi disiplin, dan dikoordinasikan oleh Wakil Manajemen Mutu.
15. Perencanaan mutu berisi :
a. Area prioritas berdasarkan data dan informasi, baik dari hasil monitoring dan evaluasi
indikator, maupun keluhan pasien/keluarga/staf dengan mempertimbangan kekritisan, risiko
tinggi dan kecenderungan terjadinya masalah;
b. Salah satu area prioritas adalah sasaran keselamatan pasien;
c. Kegiatan-kegiatan pengukuran dan pengendalian mutu dan keselamatan pasien yang
terkoordinasi dari semua unit kerja dan unit pelayanan;
d. Pengukuran mutu dan keselamatan pasien dilakukan dengan pemilihan indikator,
pengumpulan data, untuk kemudian dianalisis dan ditindak lanjuti dalam upaya peningkatan
mutu dan keselamatan pasien;
e. Indikator meliputi indikator manajerial, indikator kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM),
dan indikator klinis, yang meliputi indikator struktur, proses, dan outcome;
f. Upaya-upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien melalui standarisasi, perancangan
sistem, rancang ulang sistem untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien;
g. Penerapan manajemen risiko pada semua lini pelayanan baik pelayanan klinis maupun
penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM);
h. Manajemen risiko klinis untuk mencegah terjadinya Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), dan Keadaan Potensial Cedera
(KPC);
i. Program dan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu pelayanan klinis dan keselamatan pasien,
termasuk di dalamnya program peningkatan mutu laboratorium, program peningkatan mutu
pelayanan obat, dan peningkatan mutu makanan;
j. Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu dan keselamatan pasien;
k. Rencana pertemuan sosialisasi dan koordinasi untuk menyampaikan permasalahan, tindak
lanjut, dan kemajuan tindak lanjut yang dilakukan;
l. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan keselamatan pasien;
16. Perancangan sistem/proses pelayanan memperhatikan butir-butir di bawah ini:
a. Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai Puskesmas, dan perencanaan Puskesmas;
b. Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, dan staf;
c. Menggunakan pedoman penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), pedoman
praktik klinis, standar pelayanan klinis, kepustakaan ilmiah dan berbagai panduan dari
profesi maupun panduan dari Kementerian Kesehatan;
d. Sesuai dengan praktik bisnis yang sehat;
e. Mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko;
f. Dibangun sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang ada di Puskesmas;
g. Dibangun berbasis praktik klinis yang baik;
h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan yang terkait;
i. Mengintegrasikan serta menggabungkan berbagai proses dan sistem pelayanan;
17. Penanganan terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) dilaksanakan sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ditetapkan.
18. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) diidentifikasi, dianalisis, ditindaklanjuti, dan
didokumentasikan.
19. Seluruh kegiatan mutu dan keselamatan pasien harus didokumentasikan.
20. Wakil manajemen mutu wajib melaporkan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
kepada Kepala Puskesmas tiap triwulan.
21. Hasil peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien diinformasikan kepada petugas
setiap tiga bulan sekali pada saat kegiatan evaluasi rutin oleh masing-masing tim kerja.
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
DINAS KESEHATAN
UPT PELAYANAN KESEHATAN KECAMATAN BOJONGSOANG
JL. RAYA BOJOGSOANG NO.232 DESA CIPAGALO KODE POS 40287
NO. TELP. 022-87529738 EMAIL: pkmbojongsoang_bandungkab@yahoo.com
22. Perilaku petugas layanan klinis harus mencerminkan budaya keselamatan dan budaya perbaikan
pelayanan klinis yang berkelanjutan.
23. Perilaku petugas layanan klinis di evaluasi setiap sebulan sekali oleh Kepala Satuan Pelaksana
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
24. Indikator mutu layanan klinis sebagaimana terlampir dalam Lampiran II Keputusan ini.
25. Melaksanakan kajian untuk menilai dampak negatif yang mungkin dihasilkan akibat pelaksanaan
Upaya Puskesmas dan kegiatan pelayanan Puskesmas, sehingga dapat dilakukan upaya
perbaikan dan pencegahan.
26. Kajian dampak negatif diwujudkan dengan menerapkan manajemen risiko dalam pelaksanaan
program maupun pelayanan di Puskesmas, mulai dari administrasi, Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP), sampai dengan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
27. Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/keluarga dan staf, serta mempertimbangkan
kekritisan, risiko tinggi, dan potensial bermasalah, maka area prioritas yang perlu mendapat
perhatian dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah :
a. Pencapaian 6 sasaran keselamatan pasien;
b. Pelayanan rawat jalan;
c. Pelayanan Farmasi;
d. Pelayanan Gawat Darurat;
28. Pengukuran pencapaian sasaran keselamatan pasien, sebagai berikut :
a. Ketepatan identifikasi pasien
Indikator :
1) Kelengkapan pengisian status pasien pada rekam medis;
2) Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien 100%;
3) Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien 100%;
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
Indikator :
1) Pelaksanaan komunikasi efektif antar petugas (Situasion, Background, Assessment,
Recommendation; Subjektif, Objektif, Assessment, Planning)
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Indikator :
1) Obat kadaluarsa 0%;
2) Pemberian label pada obat-obat Look-alike, sound-alike medication names;
3) Penyimpanan cairan elektrolit pekat di gudang obat;
d. Ketepatan tindakan medis dan keperawatan
Indikator :
1) Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan 100%;
e. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
Indikator :
1) Kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan 100%;
f. Pengurangan resiko pasien jatuh
Indikator :
1) Pengkajian resiko pasien jatuh berdasarkan Morse Fall scale 100%;
2) Kejadian pasien jatuh 0%;
29. Upaya perbaikan mutu layanan klinis diprioritaskan berdasarkan kriteria tertentu seperti high risk,
high volume, high cost, dan kecenderungan terjadi masalah, atau didasarkan atas penyakit,
kelompok sasaran, program prioritas atau pertimbangan lain.
30. Menetapkan pelayanan laboratorium dan pelayanan farmasi sebagai area prioritas dalam
pelaksanaan manajemen risiko.
31. Menetapkan pedoman manajemen risiko sebagai paduan dalam melaksanakan kegiatan
manajemen risiko di dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas.
32. Penerapan manajemen risiko terdiri dari beberapa proses sebagai berikut :
a. Identifikasi risiko, merupakan kegiatan mengklasifikasikan jenis-jenis risiko yang ada di
Lingkungan Badan Layayanan Umum Daerah Puskesmas Cilengkrang
b. Pengukuran risiko, merupakan kegiatan mengukur tingkat kemungkinan dan dampak
terjadinya risiko;
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
DINAS KESEHATAN
UPT PELAYANAN KESEHATAN KECAMATAN BOJONGSOANG
JL. RAYA BOJOGSOANG NO.232 DESA CIPAGALO KODE POS 40287
NO. TELP. 022-87529738 EMAIL: pkmbojongsoang_bandungkab@yahoo.com
c. Prioritas risiko, merupakan kegiatan mengurutkan jenis risiko berdasarkan hasil pengukuran
risiko dari risiko tertinggi ke risiko terendah;
d. Penanganan risiko, merupakan kegiatan merumuskan dan melaksanakan tindakan yang
harus dilakukan untuk meminimalisasi risiko;
33. Identifikasi dan analisis risiko di Puskesmas dilaksanakan melalui FMEA (Failure Mode and
Effect Analysis) terhadap kejadian dan/atau kasus yang terjadi di Puskesmas.
34. Root Cause Analysis (RCA) dibuat oleh unit terkait jika terdapat masalah pada unit tersebut.
35. Pengelolaan lingkungan fisik Puskesmas perlu dibuat perencanaan, meliputi :
a. Keselamatan dan keamanan. Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana gedung,
halaman/ground dan peralatan tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf dan
pengunjung. Keamanan adalah proteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan, atau
akses serta penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang;
b. Bahan berbahaya, yang meliputi : penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan
berbahaya lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya dibuang secara aman;
c. Manajemen emergensi, yaitu tanggapan terhadap wabah, bencana dan keadaan emergensi
direncanakan dan efektif;
d. Pengamanan kebakaran: Puskesmas wajib melindungi properti dan penghuninya dari
kebakaran dan asap;
e. Peralatan medis: untuk mengurangi risiko, peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan sesuai
dengan ketentuan;
f. Sistem utilitas, meliputi listrik, air dan sistem pendukung lainnya dipelihara untuk
meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian;
36. Petugas pelayanan klinis Puskesmas Cilengkrang diharuskan untuk meletakkan peralatan di
lingkungan unit pelayanan dengan tepat atau sesuai tempatnya dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Alat-alat yang telah digunakan harus diletakkan terpisah dengan alat-alat bersih.
b. Alat-alat yang telah dipakai dan memerlukan sterilisasi diletakkan terpisah untuk kemudian di
kirim ke unit sterilisasi.
c. Alat-alat yang membutuhkan perawatan lebih lanjut (rusak) diinformasikan dan diserahkan
kepada pengelola barang Puskesmas Cilengkrang untuk di tindak lajuti.
d. Alat-alat yang membutuhkan persyaratan khusus untuk peletakkannya (steril) diletakkan
didalam lemari tertutup yang bersih dan steril.
37. Survey kepuasan pasien dilakukan setiap dua kali dalam satu tahun.
38. Format dokumen yang berlaku di Puskesmas seperti Standar Operasional Prosedur (SOP) harus
menyesuaikan dengan panduan tata naskah Puskesmas yang telah ditetapkan.
39. Pedoman, panduan, kerangka acuan, dan prosedur penyelenggaraan program/upaya
Puskesmas dan kegiatan pelayanan Puskesmas disusun berdasarkan panduan tata naskah yang
dibuat oleh Puskesmas Cilengkrang , didokumentasikan, dan dikendalikan.
40. Dokumen Puskesmas harus dikendalikan mencakup semua dokumen yang digunakan dalam
Sistem Manajemen Mutu yang dijalankan, baik dokumen internal maupun eksternal seperti
kebijakan, pedoman, panduan, kerangka acuan, Standar Prosedur Operasional, formulir dan
dokumen pendukung lainnya (catatan mutu).
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
DINAS KESEHATAN
UPT PELAYANAN KESEHATAN KECAMATAN BOJONGSOANG
JL. RAYA BOJOGSOANG NO.232 DESA CIPAGALO KODE POS 40287
NO. TELP. 022-87529738 EMAIL: pkmbojongsoang_bandungkab@yahoo.com
41. Wakil Manajemen Mutu bertanggung jawab untuk memastikan prosedur pengendalian dokumen
berjalan, sehingga seluruh dokumen tersedia sesuai kebutuhan dan terkendali. Pengendali
dokumen bertanggung jawab membantu wakil manajemen mutu dalam pelaksanaan teknis
prosedur pengendalian dokumen.
Ditetapkan di : Bojongsoang
Pada tanggal : 03 Maret 2017
Jenis Indikator
No Nilai
Pelayanan Kriteria Indikator
1 Pelayanan rawat Input 1. Ketersediaan dokter sesuai standar 100 %
jalan permenkes No 75/2014
Proses 2. Jam buka pelayanan dengan ketentuan 07.00 s/d 14.00
Setiap hari
kerja kecuali
Sabtu:
07.00 – 13.00
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
DINAS KESEHATAN
UPT PELAYANAN KESEHATAN KECAMATAN BOJONGSOANG
JL. RAYA BOJOGSOANG NO.232 DESA CIPAGALO KODE POS 40287
NO. TELP. 022-87529738 EMAIL: pkmbojongsoang_bandungkab@yahoo.com
obat
Outcome 7. Kepuasan pelanggan ≥ 80 %
5 Pelayanan gizi Input 1. Pemberi pelayanan gizi Sesuai dengan
penghitungan
pola
ketenagaan
No Indikator Target
A Target SPM urusan wajib
Cakupan Kunjungan IbuHamil K4 95%
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani 90%
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki 90%
kompetensi kebidanan
Cakupan pelayanan nifas 90%
Cakupan neonates dengan komplikasi yang ditangani 95%
Cakupan kunjungan bayi 90%
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) 90%
Cakupan Pelayanan anak balita 96%
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan 100%
keluarga miskin
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100%
Cakupan penjaringan Kesehatan siswa SD dan setingkatnya sejumlah 100%
Cakupan Peserta KB aktif 81%
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
DINAS KESEHATAN
UPT PELAYANAN KESEHATAN KECAMATAN BOJONGSOANG
JL. RAYA BOJOGSOANG NO.232 DESA CIPAGALO KODE POS 40287
NO. TELP. 022-87529738 EMAIL: pkmbojongsoang_bandungkab@yahoo.com
Ditetapkan di : Bojongsoang
Pada tanggal : 03 Maret 2017