AYU ASYHARI.G
N111 09 002
AYU ASYHARI.G
N111 09 002
SKRIPSI
AYU ASYHARI.G
N111 09 002
AYU ASYHARI.G
N111 09 002
Disetujuioleh :
PembimbingUtama, PembimbingPertama,
Pembimbing Kedua,
Dra.Hj.AisyahFatmawati.,M.Si,Apt
NIP. 19541117 198301 2 001
iii
PENGESAHAN
Oleh :
Ayu Asyhari.G
N111 09 002
Dipertahankan di hadapanPanitiaPengujiSkripsi
FakultasFarmasiUniversitasHasanuddin
PadaTanggal 25 Juli 2013
PanitiaPengujiSkripsi
1. Prof. Dr. Hj. Asnah Marzuki, M.Si., Apt. :………………..
(Ketua)
2. Dr. Herlina Rante, S.Si., M.Si., Apt : ……………….
(Sekretaris)
3. Dra. ErminaPakki, M.Si., Apt : …………….....
(Ex. Officio)
4. Abdul Rahim, S.Si. M.Si., Apt : ……………….
(Ex Officio)
5. Dra. Hj. Aisyah Fatmawaty, M.Si., Apt : ……………….
(Ex Officio)
6. Dr. Hj. Sartini, M.Si., Apt : ......................
(Anggota)
Mengetahui :
DekanFakultasFarmasi
UniversitasHasanuddin
iv
PERNYATAAN
Denganinisayamenyatakanbahwaskripsiiniadalahkaryasayasendiri,
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalamn
benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.
Penyusun,
Ayu Asyhari.G
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis mampu menyelesaikan penelitian dan skripsi ini sebagai salah satu
Hasanuddin.
Rasa bangga, hormat, dan terima kasih dengan tulus penulis haturkan
kepada Ibu Dra. Ermina Pakki, M.Si., Apt. selaku pembimbing utama, Bapak
Abdul Rahim, S.Si., M.Si., Apt. selaku pembimbing pertama, dan Ibu
Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Ibu Dekan,
Wakil Dekan 1, Wakil Dekan 2, dan Wakil Dekan 3 Fakultas Farmasi, Bapak
dan Ibu Dosen Farmasi, seluruh staf dan karyawan Fakultas Farmasi,
perkuliahan, Ibu Dra.Hj.Aliyah M.Si., Apt dan Ibu Dr.Hj.Sartini, M.Si., Apt.
yang selama ini bersedia menjadi tempat untuk berdiskusi terkait masalah
penelitian ini.
dan Kak Ismail yang telah memberikan begitu banyak bantuan dan masukan
vi
Dengan sepenuh cinta, hormat, dan rasa bangga, penulis
segenap perhatian dan kasih sayangnya, serta doa yang tak henti-hentinya
Ami, Dewi, Hasmi, Jummah, Nani, Ais, Amri, Suher, dan Satria, terima kasih
atas segala bantuan dan doanya selama ini, tanpa dukungan yang begitu
yang telah mendukung selama ini, tanpa bantuan dan semangat dari kalian,
penulis tidak mungkin sampai ke tahap ini. Buat seniorku Kak Mawan, Kak
Cici, Kak Eki, Kak Tuti, Kak Nana, dan Kak Iffah yang telah memberikan
begitu banyak saran, bantuan dan bimbingan selama kuliah dan penelitian.
diharapkan dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat
bermanfaat. Amin.
Penulis
vii
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mikrokapsul ekstrak kedelai metode
emulsifikasi penguapan pelarut menggunakan penyalut etil selulosa.
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi mikrokapsul dari ekstrak kedelai
serta mengetahui pengaruh konsentrasi penyalut terhadap karakteristik
mikrokapsul ekstrak kedelai. Penyalut etil selulosa digunakan dengan tiga
variasi yang berbeda, yakni 3, 4, dan 5%. Ekstrak kedelai yang diperoleh dari
hasil maserasi dengan pelarut etil asetat diformulasi membentuk mikrokapsul
dari masing-masing konsentrasi etil selulosa. Evaluasi karakteristiknya
meliputi distribusi ukura partikel menggunakan mikroskop optik, morfologi
mikrokapsul dengan menggunakan alat SEM (Scanning Electrone
Microscope), serta pengukuran kadar ekstrak kedelai yang terjerap dalam
penyalut etil selulosa. Hasil penelititan karakteristik morfologi dari
mikrokapsul sferis dengan diameter rata-rata untuk formula I (3:1) 229 µm,
formula II (4:1) 292 µm, formula III (5;1) 293 µm, dan kadar ekstrak kedelai
yang terjerap dalam mikrokapsul untuk formula I (3:1) 0,84 bpj, formula II
(4:1) 0,795 bpj, formula III (5:1) 0,791 bpj. Hasil yang diperoleh menunjukkan
semakin tinggi konsentrasi bahan penyalut yang digunakan diameter partikel
dan tebal dinding mikrokapsul semakin besar, kadar ekstrak yang terjerap
semakin sedikit.
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ........................................................................................ . ix
x
xi
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4. Mikrokapsul .............................................................................................. 40
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
BAB I
PENDAHULUAN
laut (1). Biji kedelai merupakan sumber protein, oligosakarida, serat, mineral,
isoflavon, asam fenolat, saponin,dan asam fitat (2). Salah satu senyawa
isoflavon yang paling tinggi yang memiliki efek antioksidan adalah genistein,
kali. Jaehwan Lee (2004) menyatakan, kurang dari 2,1 % (0,15/mol dari
dengan senyawa gula atau senyawa kimia lainnya. Isoflavon terdapat dalam
Isoflavon dapat bekerja lebih efektif jika terdapat dalam bentuk bebas.
obat dari matrix polymer diaktifkan oleh hidrolisis yang diinduksi dari
polimer (7).
praktis merupakan salah satu strategi untuk untuk menaikkan daya konsumsi
berbentuk glikosida. Bentuk glikosida tidak dapat diabsorpsi oleh tubuh dan
Menurut Iowa State University Data base on the Isoflavone Content of Food
(2002), Sari kedelai (soymilk) memiliki jumlah isoflavon total yang cukup
besar, yaitu 9,56 mg/100 g. Meskipun demikian, sari kedelai berbentuk cair
menyulitkan untuk modifikasi rasa dan aroma. Karena itu, sari kedelai
(11).
dilapisi oleh lapisan tipis berupa film dari bahan polimer. Mikrokapsul
aktif dengan mekanisme kerja pada jaringan terget dalam jumlah optimal,
pada waktu yang ditentukan dengan efek toksisitas dan efek samping yang
4
(12).
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
Ordo : Fabales
Genus : Glycine
peranan yang sangat penting dalam budaya Asia baik sebagai makanan,
Terutama pada bagian biji dari tumbuhan kedelai ini. Senyawa bioaktif
kanker prostat pada kaum laki-laki dan kanker payudara pada kaum
multi fungsional dan dapat beraksi sebagai (a) pereduksi, (b) penangkap
lebih dari 800 struktur senyawa fenolik telah diketahui. Senyawa fenolik
mampu meredam reaksi berantai radikal bebas dalam tubuh yang pada
senyawa ini sangat sensitif terhadap sinar matahari, kurang larut dalam
7
air, dan mudah mengalami perubahan kimia seperti proses oksidasi dan
suatu zat inti dengn suatu lapisan dinding polimer sehingga menjadi
polimer ini, zat inti akan terlindung dari pengaruh lingkungan luar. Bahan
inti dapat berupa padatan cairan atau gas. Mikrokapsul yang terbentuk
dapat berupa partikel tunggal atau bentuk agregat dan biasanya memiliki
tergantung metode dan ukuran partikel bahan inti yang digunakan (18,19).
target dalam jumlah yang optimal pada periode yang waktu yang
yang memiliki aliran bebas khas terdiri dari protein atau sintetis polimer
1. Teknik ini dapat digunakan untuk mengkonversi obat cair dalam bentuk
mikroenkapsulasi.
mikrokapsul
dengan bahan inti agar diperoleh hasil mikrokapsul yang baik (19).
melalui proses difusi melewati lapisan polimer, erosi dari lapisan polimer
atau melalui kombinasi dari erosi dan difusi. Umumnya obat yang dibuat
dengan cara ini lebih banyak dilepaskan melalui difusi membran. Cairan
kemudian obat akan melalui difusi pasif dari larutan konsentrasi tinggi di
kandungan zat inti serta efisiensi penjerapan obat oleh penyalut (19).
mikrokapsul.
11
tergantung dari kelarutan bahan penyalut dan bahan inti. Jika bahan
inti dan bahan penyalut larut dalam pelarut bukan air, maka
bahan inti saja yang larut dalam air sedangkan bahan penyalutnya
pecah dan inti dapat terlarut dalam pelarut yang sesuai. Setelah itu
1. Bahan Inti
dilapisi, baik cair atau padat. Komposisi bahan inti dapat bervariasi,
12
2. Bahan Penyalutan
Pemilihan bahan pelapis yang tepat menentukan hasil dari sifat fisik
film yang kohesif dengan bahan inti. Kompatibel kimia, tidak bereaksi
dengan bahan inti dan memberikan sifat penyalut yang diinginkan seperti
asetat ftalat dan anhidrida maleat styrene. Ketebalan film dapat bervariasi
membentuk partikel padat yang memiliki aliran bebas. Materi padat ini
13
tentang sifat-sifat umum mikrokapsul, seperti sifat dari bahan inti dan
Poliamida (Nylon), Poli (Etilen vinil asetat), selulosa nitrat, Silikon, Poli
lactideco glycolide.
14
metode, seperti :
1. Penguapan pelarut
penyebaran bahan padat partikulat inti dalam aliran udara pendukung dan
partikel yang bergerak. Selama setiap melewati zona pelapis, bahan inti
dekstrin, gula, pati, dan gum, atau protein, seperti gelatin dan protein
atomizer ataupun nozzle. Kadar air dalam droplet emulsi diuapkan akibat
kontak dengan udara panas. Padatan yang tersisa dari bahan pelapis
titik didih rendah. Sifat fisik dari mikrokapsul tergantung pada suhu udara
pengkabutan emulsi, kadar kepadatan dari emulsi (30 — 70%), dan suhu
antaranya kehilangan bahan aktif dengan titik didih rendah, adanya proses
bahan dinding, dimana bahan dinding harus dapat larut pada air dengan
4. Spinning disk
lapisan film jauh lebih tipis daripada ukuran partikel inti. Pemakaian proses
ini meningkat dengan cepat sejak tahun 2000 karena memberikan hasil
yang seimbang atau bahkan lebih baik daripada spray drying atau spray
5. Koaservasi (Coacervation)
tinggi dari kedua polimer. Fase atas disebut sebagai supernatan atau fase
memberi rasa yang mirip daging dan biomaterial, seperti lapisan tipis (film)
Proses ini meliputi tiga tahap, pertama, mecampur tiga fase yang
saling tidak melarutkan (fase kontinyu atau air, bahan aktif yang akan
lapisan pada bahan inti. Hal ini dicapai dengan merubah pH, suhu atau
pelapis dan sebaran inti yang terjebak. Terakhir, bahan pelapis memadat
memiliki dinding yang larut air dan bahan aktif yang bersifat menjauhi air
(hidrofobik), seperti minyak sayur, penyedap rasa, dan vitamin yang larut
6. Enkapsulasi molekul
penyedap rasa pada makanan, dan menutupi rasa, aroma, atau warna
fungsional tamu. Jika ukuran tamu salah maka tidak akan sesuai untuk
ataupun daya tarik dari siklodekstrin yang menguntungkan. Dalam hal ini,
bawah dan atas strukturnya yang seperti donat dan bersifat hidrofobik
6. Ekstruksi (Extrusion)
metode yang baru dan masih terus dikembangkan. Pada proses ekstrusi,
bahan inti didispresikan pada karbohidrat cair yang kemudian bahan inti
terjadi. Metode ini pertama kali dilakukan oleh Schultz (1956) yang
biaya operasinya yang mahal dan diperkirakan dua kali lipat dibandingkan
7. Kokristalisasi
tersalut bahan inti. Proses enkapsulasi ini lebih mudah namun pemilihan
bahan penyalut terbatas dan produk yang dihasilkan tidak seperti produk
enkapsulasi metode lainnya yang berbentuk kristal kecil dan halus (21).
20
8. Gelasi ion
menghasilkan interaksi ionik antara muatan yang berada dari kedua fase.
Gelasi ion melibatkan bahan yang mengalami transisi dari cairan menjadi
gel tergantung pada kondisi interaksi ionik pada temperatur ruang (20).
1. Etil Selulosa
Etil selulosa merupakan polimer yang tidak larut dalam air yang
release dari obat yang larut dalam air (22). Dikarenakan etil selulosa tidak
larut didalam air, sehingga dapat menghalangi lepasnya obat dari sediaan.
melalui proses difusi dan/atau proses erosi (23). Etil selulosa biasanya
dikombinasi dengan zat aditif yang larut dalam air untuk membuat lapisan
tipis dengan mengurangi sifat-sifat kelarutan dalam air. Polimer ini dapat
berwarna, tidak berbau, tidak memiliki rasa, dan sangat stabil pada
menutupi rasa yang tidak enak pada obat, menjaga kestabilan obat
propilenglikol dan air, larut dalam metanol, etil asetat, dan kloroform (16).
2. Tween 80
sedikit rasa pahit, cairan minyak berwarna kuning, larut dalam air dan
etanol. Memiliki kestabilan terhadap elektrolit dan asam atau basa lemah,
(22).
3. Parafin Cair
4. Aseton
PELAKSANAAN PENELITIAN
(Sartorius®).
asetonitril, ekstrak kedelai, etil asetat, etil selulosa, heksan, metanol, parafin
Sampel biji kedelai (Glycine max L.Merr) diambil dari desa Balla,
Sampel biji kedelai yang masih segar dicuci bersih dengan air
22
23
aktif dari isi sel. Kemudian disaring untuk memisahkan antara ampas dan
diremasirasi dengan pelarut etil asetat dengan prosedur yang sama. Maserat
mikroba.
cair yang diemulsikan dengan tween 80® 2%, dan n-Heksan untuk mencuci
Bahan Formula
I II III
Ekstrak Kedelai (Glysine max L.Merr) 1g 1g 1g
Etil Selulosa 3g 4g 5g
Aseton 60 ml 60 ml 60 ml
Paraffin cair 120 ml 120 ml 120 ml
®
Tween 80 (2% dari 120 ml) 2,4 ml 2,4 ml 2,4 ml
n-heksan 60 ml 60 ml 60 ml
24
diemulsikan dalam sejumlah parafin cair yang mengandung Tween 80® 2%.
untuk menghilangkan parafin cair yang melekat. Setelah itu disaring dan
maksimum.
baku.
jenis dari ekstrak dan penyalut dan juga proporsi ekstrak dalam mikrokapsul
Keterangan :
d1 = densitas ekstrak
parafin yang masih tersisa pada dinding mikrokapsul. Hasil dapat dilihat
pada gambar 2.
A B
27 C
A 27
28
alat SEM pada Formula I (A), Formula II (B), Formula III (C).
berbeda untuk formula I berada pada kisaran 229 µm, untuk formula II
berada pada kisaran 292 µm , formula III berada pada kisaran 293 µm,
A B C
A A A
Gambar 3. Hasil pengukuran distribusi ukuran partikel mikrokapsul
interfensi antara ekstrak kedelai dengan penyalut etil selulosa. Hal ini
isoflavon genistein menunjukkan bahwa untuk ektrak dalam tiap 500 bpj
0,84 bpj genistein, untuk formula II dalam tiap 500 bpj mikrokapsul
mengandung 0,795 bpj genistein, dan untuk formula III dalam tiap 500 bpj
di tabel 3.
formula I 51,497 µm, formula II 73,409 µm, formula III 78,49 µm.
IV.2 Pembahasan
terjadi agregasi karena masih adanya parafin yang ada pada dinding
ulang hasil yang didapatkan tetap tidak terbentuk mikrokapsul yang baik.
berada pada kisaran 292 µm , formula III berada pada kisaran 293 µm,
203,5 µm. Dari hasil ini diameter mikrokapsul berbanding lurus dengan
selulosa yang digunakan semakin besar pula diameter ukuran partikel dari
mikrokapsul dengan ukuran yang sangat kecil dan tidak spheris. Dari itu
yang terbentuk pada dinding mikrokapsul. Dari hasil yang diperoleh dapat
ekstrak yang dilarutkan pada larutan metanol 70% dan diukur dengan
menggunakan HPLC.
sebanyak 3,145 bpj, untuk formula I dalam 500 bpj mengandung sekitar
0,84 bpj, formula II dalam 500 bpj mengandung 0,795 bpj, formula III
dalam 500 bpj mengandung 0,791 bpj. Dari data yang diperoleh kadar
aglikon hanya dalam jumlah yang sedikit, dan kemungkinan lebih banyak
V.1 Kesimpulan
kecil.
masih rendah yakni hanya 0,84 bpj pada konsentrasi etil selulosa 3
V.2 Saran
metode lain
degeneratif.
34
DAFTAR PUSTAKA
5. Retno,Tyas;Widyastuti,SriKayati;danSuarsana,Nyoman.Pengaruh
Pemberian Isoflavon terhadap Peroksida Lipid pada Hati Tikus
Normal.Denpasar:Indonesia Medicus Veterinus.2012.Hal : 483-491
35
36
16. Asih, Asitih. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Isoflavon dari Kacang
Kedelai.Bukit Jimbaran: Universitas Udayana.ISSN 1907-9850.2009
25. Sutriyo;Djajadisastra,Joshita;Novitasari,Aldilla.2004.Mikroenkapsulasi
Propanolol Hidroklorida Dengan Penyalut Etil Selulosa Menggunakan
Metoda Penguapan Pelarut.Jakarta:Majalah Ilmu Kefarmasian. vol.1
LAMPIRAN I
Biji Kedelai
LAMPIRAN II
Emulsi
Mikrokapsul
40
Lampiran III
A B
A B
41
C D
Gambar 2.1 Hasil pengamatan morfologi dengan menggunakan alat SEM
(Scanning Electrone Microscope) dengan Intensitas pegukuran
yang digunakan : 5,0 KV pada Formula I dengan pembesaran
500 µm (A), pembesaran 200 µm (B), pembesaran 100 µm (C),
pembesaran 50 µm (D).
A B
C D
42
A B
C D
Formula I
Range Ukuran Rata-Rata dari Jumlah Partikel Nd
(μm) Range Ukuran(d) Pada Tiap Range
(μm) Ukuran (n)
127 – 155 141 45 6.345
156 – 184 170 41 6.970
185 – 213 199 32 6.368
214 – 242 228 47 10.716
243 – 271 257 74 19.018
272 – 300 286 22 6.292
301 – 329 315 16 5.040
330 – 358 344 17 5.848
359 – 387 373 6 2.238
Formula II
Range Ukuran Rata-Rata dari Jumlah Partikel Nd
(μm) Range Ukuran(d) Pada Tiap Range
(μm) Ukuran (n)
195 – 217 206 15 3.090
218 – 240 229 13 2.977
241 – 263 252 38 9.576
264 – 286 275 76 20.900
287 – 309 298 54 16.092
310 – 332 321 60 19.260
333 – 355 344 24 8.256
356 – 378 367 10 3.670
379 – 401 390 10 3.900
Jumlah 300 87.721
44
Formula III
Range Ukuran Rata-Rata dari Jumlah Partikel Nd
(μm) Range Ukuran(d) Pada Tiap Range
(μm) Ukuran (n)
176 – 205 190,5 11 2.095,5
206 – 235 220,5 52 11.466
236 – 265 250,5 46 11.523
266 – 295 280,5 75 21.037,5
296 – 325 310,5 46 14.283
326 – 355 340,5 20 6.810
356 – 385 370,5 8 2.964
386 – 415 400,5 12 4.806
416 – 445 430,5 30 12.915