Kekuatan obat penting karena beberapa obat tersedia dalam berbagai kekuatan.
Bentuk sediaan sering tidak dituliskan, misalnya tablet, kapsul atau sirup. Pada saat
pengambilan obat, biasanya hanya berdasarkan signa dan bentuk sediaan yang
tersedia di UPF. Misalnya untuk sediaan sirup biasanya memakai signa c atau cth.
untuk obat tersebut sehingga pasien mendapatkan efek terapi yang diinginkan.
Ketersediaan obat adalah ada atau tidaknya stok obat di UPF. Pada umumnya, obat
yang dituliskan pada resep sudah tersedia di apotik. Jika obat tidak ada, maka
pengambil obat akan otomatis mengganti obat dengan merek lain yang memiliki
komposisi sama. Penggantian ini berdasarkan daftar obat pada DPHO. Atauran atau
Setelah melakukan pengkajian klinik, terlihat bahwa obat yang ditulis di resep
sudah sesuai dengan formularium askes atau yang lebih dikenal dengan DPHO.
Demi melengkapi kajian farmasi klinik ini, pasien perlu ditanyakan tentang riwayat
alergi pada saat penyerahan obat. Selain itu, pada saat penyerahan obat juga perlu
disampaikan mengenai beberapa hal penting seperti efek aditif yang dimiliki obat
(jika ada) dan ESO yang serig terjadi dan perlu diwaspadai oleh pasien (jika ada).
Pengkajian farmasi klinis yang lebih lengkap akan terlihat dari DFP 2 yang
1
Mekanisme kerja dari calos adalah mengikat fosfat pada makanan.
Berdasarkan mekanisme kerja tersebut, maka calos seharusnya diminum tiga puluh
menit sebelum makan agar dapat berinteraksi dengan makanan dan dapat mengikat
fosfat dari makanan tersebut. Rekomendasi yang diberikan pada dokter adalah agar
selalu menuliskan signa 30 menit sebelum makan untuk pemberian calos dengan
indikasi mengurangi asupan fosfat pada pasien. Selain itu berikan perintah dikunyah.
Sebagai tindak lanjut sebelum sempat mengkomunikasikan hal ini kepada dokter,
maka apoteker dapat memberikan informasi kepada pasien pada saat penyerahan
obat.
Beberapa hal yang menjadi kesalahan dalam penulisan resep antara lain
adalah tidak menuliskan berat badan pasien, umur pasien, alamat pasien, tanggal
resep, bentuk sediaan dan kekuatan obat (untuk sohobion, asam folat dan calos).
Hal tersebut menjadi sangat penting demi melengkapi kajian terhadap administrasi
dan farmasetis obat, yang pada akhirnya dapat memberikan efek terapi yang
aspek tersebut dengan lengkap. Sebagai tindak lanjut, apoteker dapat melakukan
komunikasi kepada dokter dan menyampaikan tujuan penting dari melengkapi resep.
2
BAB II
2.1 PENDAHULUAN
Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang
steril adalah injeksi. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau
suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir. Dimasukkan ke dalam tubuh dengan
menggunakan alat suntik.Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini
3
unik yang diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam
tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan membran mukosa sehingga
sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun
2.2 TUJUAN
a. Menyediakan panduan bagi rumah sakit/fasilitas kesehatan lainnya mengenai
b. Menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila
penderita tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan
menerima pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara
lain.
Kerja optimal dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya akan
1. Aman
4
Injeksi tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau menimbulkan efek toksik.
2. Harus jernih
Injeksi yang berupa larutan harus jernih dan bebas dari partikel asing, serat dan
alat penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik sehingga tidak terdapat
partikel dalam larutan. Penting untuk menyadari bahwa larutan yang jernih
diperoleh dari wadah dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak melepaskan
partikel.
Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh lain,
yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak terasa
osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu sebanding dengan tekanan
osmosa larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan larutan yang tidak isotonis ke
dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan yang
cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh yang
cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang mengakibatkan
yang hipertonis dapat ditahan tubuh dengan lebih baik daripada larutan yang
5
hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak digunakan untuk membuat larutan
5. Tidak berwarna
Pada sediaan obat suntik tidak diperbolehkan adanya penambahan zat warna
dengan maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut, kecuali bila
6. Steril
Suatu bahan dikatakan steril jika terbebas dari mikroorganisme hidup yang
patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk
7. Bebas pirogen
Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan volume
besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang
1. Obat larutan atau emulsi yang sesuai untuk obat suntik, disebut injection.
2. Bubuk kering atau larutan pekat, tidak mengandung dapar, pengencer atau zat
tambahan lain dan bila ditambah pelarut lain yang sesuai dengan pemberikan
larutan yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk obat suntik disebut
6
3. Sediaan-sediaan seperti dijelaskan di nomor 2 kecuali bahwa mereka
mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau zat penambah lain disebut
4. Padatan yang disuspensikan di dalam media cair yang sesuai dan tidak untuk
dan yang dibedakan dengan judul Sterile for Suspension. (contoh: Sterile
startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume
kulit. Jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Larutan harus
3. Injeksi intramuskular
daerah gluteal. Sediaannya biasa berupa larutan atau suspensi dalam air atau
7
minyak, volume tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan
4. Injeksi intravena
isotoni atau agak hipertoni, volume 1-10 ml. Larutan injeksi intravena harus
bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan
umumnya lebih dari 10 ml, disebut infus. Jika volume dosis tunggal lebih dari 15
ml, injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10
5. Injeksi intraarterium
digunakan jika efek obat diperlukan segera. Umumnya berupa larutan, dapat
mengandung cairan non iritan yang dapat bercampur dengan air, volume 1-10
6. Injeksi intrakardial
diberikan 1-2 ml. Tidak boleh mengandung bakterisida dan diracik untuk wadah
dosis tunggal.
8. Injeksi intraperitonial
8
Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapannya cepat, bahaya
9. Injeksi intraartikulus
inflamasi langsung ke luka atau jaringan yang teriritasi. Injeksi berupa larutan
Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lendir bawah
Injeksi ini disuntikkan ke intrakarnial sisternal dan lapisan dura dari spinalcord.
OBAT
Rumah Sakit Tk. IV 02.07.01 Zainul Arifin memiliki keterbatasan dalam jumlah
obat dari apoteker/asisten apoteker yang dibuktikan dengan sertifikat yang diberikan
oleh Rumah Sakit Tk. IV 02.07.01 Zainul Arifin. Dengan adanya pendelegasian
dengan mempersingkat waktu tunggu obat suntik untuk pasien sehingga obat dapat
diberikan tepat waktu. Pelatihan yang diberikan juga diharapkan dapat menghindari
9
terjadinya kesalahan pemberian obat dan menjamin sterilitas dan stabilitas produk
obat tersebut.
sebagian besar masih dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lain dengan sarana
lain sterilitas, sifat fisikokimia dan stabilitas obat, ketidaktercampuran obat serta
risiko bahaya pemaparan obat. Selain hal tersebut diperlukan juga sarana dan
pemberian)
jelas/tidak lengkap.
10
4) Menghitung kesesuaian dosis.
lampiran2)
b. Pencampuran
(lampiran 3)
dalamLAF.
obat.
11
7) Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pas sbox.
sekitar 5 detik.
5) Berdirikan ampul.
buangan.
10) Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke dalam
11) Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran yang
12
sesuai untuk penyuntikan.
1) Buka penutupvial.
3) Berdirikan vial
buangan tertutup
e. Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit kosong
f. Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam spuit tersebut.
botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak
h. Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran yang
i. Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi jarum ke atas
13
j. Pegang spuit dengan bagian terbuka keatas, tutup dengan ”luer
lockcap”.
m. Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infuse yang sudah
p. Mengeluarkan wadah yang telah berisi spuit atau infuse melalui pass
box.
pembuangan khusus
2.11 DOKUMENTASI
14
Lampiran 1
Ketercampuran Obat Suntik
2 Albumin NaCl 0.9% (lbh baik) ; kompatibel dengan a 5% dan 10% Jangan gunakan jika larutan keruh.
jika kandungan larutan5%-25% gunakan NS atau D5Wsebagai
pelarut. Jangan menggunakan SWFI
3 Amikacin Larutan Dextrosa, RL Inkompatibel dengan heparin masukkan > 1 jam sebelum Penicillin
5 Amphotericin B (Fungizone) Lebih disukai dgn Dekstrosa 5% tidak kompatibel dengan NaCl 0.9%
jangan dicampur dengan obat lain
6 Ampicillin Paling stabil dlm NaCl 0.9% dekstrosa dapat digunakan tp tidak
dalam konsentrasi tinggi
15
12 Ceftriaxone Kompatibel dengan NaCl 0.9%, dekstrosa
21 Epinephrine Kompatibel dengan NaCl 0.9%, dekstrosa. Jangan dicampur dengan Bikarbonat
24 Furosemide Kompatibel dng NaCl 0.9% Lebih disukai dgn RL Jangan dicampur dengan larutan asam
16
28 Imipenem-Cilastatin NaCl 0.9% lebih disukai meskipun dekstrose dapat digunakan pada
kondisi khusus
29 Ketorolac Kompatibel dengan larutan NaCl 0.9% dan dekstrose, RL
33 Mannitol Biasanya tdk dilarutkan tetapi Dekstrosa 5%, NaCl telah digunakan
34 Meropenem Lebih disukai NaCl 0.9%, kurang stabil dalam dekstrose, kompatibel
dengan RL
35 Metronidazole Tdk perlu dilarutkan. Kompatibel dgn larutan dekstrosa dan NaCl 0.9% Jangan dicampur dgn obat lain
37 Morphine Sulphate Larutan dekstrose dan NaCl 0.9%, bila diinfus bersama dgn heparin
gunakan hanya NaCl 0.9%
38 Ondansentron Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9% Tidak tercampur dengan obat dan
39 Penicillin G Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9% larutan bersifat basa
40 Phenytoin NaCl 0.9% Jangan dicampur dgn obat lain
17
46 Vancomycin Dekstrosa 5%, NaCl 0.9%, RL Tidak tercampur dengan heparin
18
Lampiran 2
Rekonstitusi Antibiotika Untuk Pemberian Intravena
Stabilitas Dalam
No Nama Obat Rute Rekonstitusi Penyimpanan Keterangan
O
4-8 C 25 OC
1 Amikacin inj. lar. 250 IV IV infus : 500 mg diencerkan 60 hari 24 jam - Larutan dalam air dapat
mg/vial 2 ml drip dengan 100-200 ml lar. infus berwarna gelap karena
500 mg, 1 g oksidasi, tapi tidak
mempengaruhipotensinyadanb
oleh digunakan.
- Lama pemberian IV drip 1-2
jam pada bayi & 30-60 menit
padaanak.
- Infus yang bisa digunakan :
NS, RL, D5 NS, D5 ½S
19
3 Ampicilin inj.
- 500mg, IV Tambahkan 5 ml aqua pro inj. 4 jam 1 jam
(konsentrasi 100 mg/ml)
6 Cefotaxim inj. IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj. 7 hari 24 jam - Perubahan warna serbuk/larutan
500 mg (konsentrasi 50 mg/ml) menjadi gelap, tidak boleh
digunakan lagi karena
potensinya
20
1 gr. IV Tambahkan 9,6 ml aqua pro inj. 7 hari 24 jam hilang.
(konsentrasi 100 mg/ml) - Simpan terlindung dari cahaya
dan panas.
- InjeksiIVpelan3-5menit
9 Ceftazidim inj. 0,5 gr IV Tambahkan 5 ml aqua pro inj - Injeksi IV langsung 3-5menit
(konsentrasi 100 mg/ml) 7 hari 24 jam - Dalam penyimpanan dapat
1 gr IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj 7 hari 24 jam terjadi perubahan warna
(konsentrasi 100 mg/ml) menjadi gelap, namun masih
2 gr IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj 7 hari 24 jam boleh digunakan karena tidak
(konsentrasi 170 mg/ml) ada perubahan potensi.
21
IV Pelarut D5, NS dengan - -
drip konsentrasi maksimal 70 mg/ml,
10 Clindamycin inj. drip D5
Pelarut 15-30ml
dan NS, - -
Lar. 2 ml, 4 ml, IV drip Drip diberikan dalam waktu 10-60
6 ml. intermitten menit, kecepatan pemberian tidak
vial 150 mg/ml. boleh lebih dari 30 mg/menit
11 Cloxacillin inj.
- 250 mg IV pelan Tambahkan 10 ml aqua pro inj. 72 jam 24 jam
13 Gentamycin inj. lar. 80 IM, IV Dilarutkan dalam 50 -200 ml D5 atau - - - Tidak boleh dibekukan.
mg/2ml, amp/vial drip NS selama 30 menit-2 jam
14 Meropenem inj. - IV pelan 3-5 menit atau drip
- 500 mg IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj. 12 jam 2 jam 15-30 menit.
- Tidak boleh digunakan jika
larutan berubah warna menjadi
kuning.
- 1 gr IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj. 12 jam 2 jam
500 mg & 1 gr IV Larutkan dalam 100 ml NS Larutkan 18 jam 2 jam
drip dalam 100 ml D5 8 Jam 1 Jam
22
1 Metronidazol (Flagyl) IV - - s/d tanggal - Infus diberikan dalam waktu
5 Infus btl. 500 mg/100 drip kadaluwarsa lebih dari 1jam.
ml - Adanya cahaya yang
berlebihan dapat menyebabkab
perubahan warna menjadi
gelap, lindungi dari sinar
matahari langsung.
1 Cefoperazone- Sulbac 5 hari 24 jam - Injeksi iv diberikan dalam
7 waktu
1 Vancomycin 500 mg IV drip - Tambahkan 9,7 ml aqua pro 14 hari 14 hari - Sangat mengiritasi jaringan
IV
8 intermitten injeksi, kemudian encerkan dan dapat menyebabkan
dengan 100 ml D5 atau NS nekrosis.
- Diberikan dalam waktu - Tidak dianjurkan untuk
diberikan im
minimal 1 jam
- Ektravasasi sebaiknya dicegah
pada pemberianIV
- Dapat diberikan IV drip
continous jumlah pelarut
disesuaikan untuk kebutuhan
24jam
23
24