Anda di halaman 1dari 13

“ACTIVITY BASED MANAGEMENT”

SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN (A3)

Disusun oleh:
Meivi Ulfa Atsilah (161053
Fuji Jumatul Putra (161053
Hisannah Fairuz Israr (1610532007)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permintaan akan informasi akuntansi manajemen yang lebih akurat dan relevan telah
mengarah pada perkembangan manajemen berdasarkan aktivitas. Manajemen berdasarkan
aktivitas adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan
perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk
pelanggan (customer value) dan laba sebagai hasilnya. Manajemen berdasarkan aktivitas
menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas/Activity Based Costing (ABC) dan analisis nilai
proses. Biaya berdasarkan aktivitas meningkatkan keakuratan mengalokasikan biaya dengan
pertama-tama menelusuri biaya berbagai aktivitas, dan kemudian sampai pada produk atau
pelanggan yang menggunakan berbagai aktivitas tersebut.
Analisis nilai proses di lain pihak, menekankan pada analisis aktivitas, yaitu mencoba untuk
menetapkan mengapa melakukan aktivitas yang diperlukan secara lebih efisien, dan untuk
menghapus aktivitas yang tidak memberikan nilai bagi pelanggan. Manajemen berdasarkan
aktivitas memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan dengan mengelola aktivitas.
Nilai bagi pelanggan adalah fokus utama karena perusahaan dapat menciptakan keunggulan
kompetitif dengan menciptakan nilai bagi pelanggan yang lebih baik dengan biaya yang sama
atau lebih rendah dari pesaing atau menciptakan nilai yang sama dengan biaya lebih rendah dari
pesaing.
Nilai bagi pelanggan adalah selisih antara apa yang pelanggan terima (realisasi untuk
pelanggan) dengan apa yang pelanggan serahkan (hal yang dikorbankan pelanggan). Apa yang
diterima, disebut sebagai produk total (total product). Produk total seluruh manfaat baik wujud
(tangible) maupun tidak berwujud (intangible) yang pelanggan terima dari produk yang dibeli.
Pengorbanan pelanggan meliputi biaya meliputi biaya pembelian produk, waktu dan usaha yang
dikeluarkan untuk mendapatkan dan mempelajari cara menggunakan produk, dan biaya-biaya
paska pembelian, yang didefinisikan sebagai biaya penggunaan, pemeliharaan, dan menjual
kembali produk tersebut. Meningkatkan nilai bagi pelanggan berarti meningkatkan realisasi
untuk pelanggan, menurunkan pengorbanan pelanggan, atau keduanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan activity based manajemen?
2. Bagaimana tujuan dan manfaat activity based managemen?
3. Bagaimana model dimensi dan penerapan activity based manajemen?
4. Bagaimana proses activity based managemen?
5. Bagaimana proses value analysis?
6. Bagaimana faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based
management dalam suatu organisasi?
7. Apa penyebab yang menimbulkan kegagalan dalam ABM?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami dan mendeskripsikan maksud dari activity based manajemen.
2. Untuk memahami dan mendeskripsikan tujuan dan manfaat activity based managemen.
3. Untuk memahami dan mendeskripsikan model dan penerapan dimensi activity based
manajemen.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses activity based management
5. Untuk memahami value analysis
6. Untuk memahami dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan
penerapan activity based management dalam suatu organisasi.
7. Untuk mengetahui penyebab yang menimbulkan kegagalan dalam ABM
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Activity Based Management


Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Setiap aktivitas harus memperoleh manfaat yang lebih besar daripada pengorbanannya, karena
setiap aktivitas adalah biaya. Manajemen berdasarkan aktivitas adalah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian aktivitas untuk mencapai sasaran kerja dan
tujuan organisasi melalui proses perbaikan terus menerus. Perbaikan itu meliputi bidang alat
kerja, metode kerja, tenaga kerja, sasaran kerja, tingkat harga, kualitas produk, dan kualitas
pelanggan.
Semua aktivitas adalah biaya karena aktivitas adalah pengorbanan sumber-sumber daya
yang dapat diukur dengan satuan uang atau aktivitas adalah pengorbanan
input untuk memperoleh output dan keuntungan. Manajemen harus berusaha meningkatkan
aktivitas yang bernilai tambah dan mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah secara
sistematis. Aktivitas bernilai tambah seperti riset pasar, merancang dan mengembangkan produk,
membuat dan menjual produk, serta pelayanan purna jual produk. Sedangkan aktivitas yang tidak
bernilai tambah seperti pemeriksaan pekerjaan, pengerjaan ulang, memindahkan bahan baku dan
barang setengah jadi, penjadwalan, waktu tunggu, dan penyimpanan. Aktivitas ini harus
dikurangi kalau mungkin dihapuskan.
Activity–Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan
terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan
meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2006; 11).
Menurut Mulyadi (2007; 731), Activity-Based Management (ABM) adalah pendekatan
manajemen yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan tujuan untuk melakukan
improvement berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan laba yang
dihasilkan dari penyedia value tersebut. Sedangkan menurut Blocher (2007; 239), Activity–Based
Management (ABM) analisis aktivitas yang digunakan untuk memperbaiki nilai produk atau jasa
bagi pelanggan dan meningkatkan keuntungan perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting, yaitu manajemen
berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai yang diterima
oleh konsumen, dan pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan laba dari
penyedia nilai tersebut.

B. Tujuan dan Manfaat Activity Based Management


ABM merupakan pusat dari sistem manajemen biaya oleh karena itu untuk mengelola
organisasi atau perusahaan dengan baik, harus menekankan pada ABM. ABM bertujuan untuk
meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima oleh para konsumen, dan oleh karena itu
dapat digunakan untuk mencapai laba dengan menyediakan nilai tambah bagi konsumennya.
Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM adalah manajemen dapat menentukan
wilayah untuk melakukan perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau meninggkatkan nilai bagi
pelanggan. Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai konsumen, produk, dan aktivitas,
ABM memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor kunci perusahaan dan meningkatkan
keunggulan kompetitif (Blocher, 2007; 239).
Manfaat ABM menurut Supriyono (1999;356) adalah :
a. Mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (nonkeuangan) organisasi dan aktivitas-
aktivitasnya.
b. Menentukan biaya-biaya dan profitabilitas yang benar untuk setiap tipe produk dan jasa.
c. Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas dan mengendalikannya.
d. Mengelompokkan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah.
e. Mengefisienkan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak
bernilai tambah.
f. Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian didasarkan pada
isu-isu bisnis yang keluar dan tidak semata berdasar informasi keuangan.
g. Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah (value-added chain) untuk memenuhi kebutuhan
dan kepuasan konsumen.

C. Model Dimensi dan Penerapan Activity Based Manajemen


Model Dimensi Activity Based Management
Activity based management menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas atau Activity-
Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Jadi, Activity–Based Management memiliki dua
dimensi, yaitu dimensi biaya dan dimensi proses (Hansen dan Mowen, 2006; 487).
a. Dimensi Biaya
Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya mengenai
sumber, aktivitas, dan objek biaya seperti produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini
bertujuan untuk memperbaiki keakuratan pembebanan biaya dengan cara :
 Sumber – sumber, tahap pertama ABC adalah mengidentifikasi biaya sumber –
sumber.
 Aktivitas – aktifitas, tahap kedua ABC adalah menelusuri biaya sumber pada
aktivitas – aktivitas di perusahaan tersebut.
 Objek biaya, tahap ketiga adalah membebankan biaya pada objek – objek biaya
misalnya berbagai produk atau konsumen yang dikonsumsi di tiap aktivitas.
Sebagaimana sumber biaya ditelusuri pada aktivitas dan kemudian biaya dibebankan
pada produk dan pelanggan. Dimensi biaya atau dimensi Activity-Based Costing (ABC),
didasarkan pada ABC generasi kedua yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari
ABC generasi pertama. ABC generasi pertama adalah sistem penentuan biaya produk
yang terdiri atas dua tahap yaitu melacak biaya pada berbagai aktivitas dan
membebankan biaya pada produk.
ABC semula diakui sebagai metode untuk menyempurnakan ketelitian biaya
produk, namun ABC generasi kedua merupakan sistem pengukuran kinerja yang
bersifat komprehensif yang digunakan sebagai sumber informasi utama Activity-Based
Management (ABM). ABC generasi kedua adalah metodologi untuk mengukur dan
menyediakan informasi mengenai biaya sumber-sumber, aktivitas-aktivitas, dan
pembebanan biaya pada objek-objek biaya. Asumsi yang mendasari adalah objek-objek
biaya menciptakan perlunya aktivitas-aktivitas dan aktivitas-aktivitas menciptakan
perlunya sumber-sumber. ABC juga merupakan sistem yang bermanfaat untuk
mengorganisasi dan mengkomunikasikan informasi.

b. Dimensi Proses
Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang memberikan
informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa baik
dikerjakannya. Tujuan dimensi proses adalah pengurangan biaya. Dimensi inilah yang
memberikan kemampuan untuk mengukur perbaikan berkelanjutan. Dimensi proses
adalah dimensi model ABM yang berisi informasi kinerja mengenai pekerjaan yang
dilaksanakan dalam organisasi sehingga mencakup analisis penyebab biaya, analisis
aktivitas-aktivitas dan evaluasi kinerja dengan menggunakan informasi dari ABC.
Dimensi proses menyediakan informasi mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam suatu
aktivitas dan hubungan antara pekerjaan tersebut dengan aktivitas lainnya. Proses adalah
serangkaian aktivitas yang terkait untuk melaksanakan tujuan tertentu. Dimensi ini
mengendalikan aktivitas dengan cara :
 Menganalisis driver – driver biaya, analisis driver biaya adalah mengidentifikasi
faktor – faktor yang menyebabkan biaya atau menjelaskan mengapa biaya aktivitas
terjadi.
 Mengidentifikasi aktivitas, yaitu menilai aktivitas apa saja yang dilaksanakan.
 Menganalisis kinerja, yaitu mengevaluasi aktivitas yang dilaksanakan untuk menilai
seberapa baiknya.
Penerapan Activity Based Manajemen
Activity based Management lebih komprehensive dibandingakn ABC. ABM dapat
dipandang sebagai suatu sistem yang memliki 2 tujuan utama, yaitu:
a. Meningkatkan kualitas pengambilan keputuan dengan menyajikan informasi biaya yang
lebih akurat.
b. Melakukan pengurangan biaya dengan mendorong dilakukannya program-program
pengurangan biaya.
Tujuan penting dari ABM adalah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas
dan biaya tak bernilai tambah. Aktivitas yang tidak bernilai tambah adalah operasi yang tidak
perlu dan tidak penting, perlu tapi tidak efisien dan tidak dapat dikembangkan. Biaya yang
tidak bernilai tambah adalah hasil dari beberapa aktivitas, biaya dari beberapa aktivitas yang
bisa dihilangkan tanpa mengurangi kualitas produk, daya guna, dan nilai yang dirasakan.
Berikut adalah lima langkah yang menyediakan strategi untuk menghilangkan biaya tak
bernilai tambah pada perusahaan manufaktur dan jasa, yaitu:
a. Mengidentifikasi aktivitas, langkah pertama adalah analisis aktivitas, yang
mengidentifikasi semua aktivitas penting organisasi.
b. Mengidentifikasi aktivitas tak bernilai tambah, tiga kriteria untuk menentukan aktivitas
yang bernilai tambah adalah:
1) Apakah aktivitas tersebut perlu?
2) Apakah aktivitas tersebut efisien?
3) Apakah aktivitas tersebut kadang bernilai tambah, kadang tidak?
c. Memahami rantai aktivitas, akar masalah, dan pemicunya, dalam mengidentifikasi
aktivitas yang tidak bernilai tambah, sangat penting untuk memahami jalan dimana
aktivitas terhubung bersama.
d. Menetapkan ukuran kinerja, dengan pengukuran kenerja secara terus-menerus dan
membandingkan kinerja dengan tolak ukur, perhatian manajemen mungkin terarah pada
aktivitas yang tidak perlu dan tidak efisien.
e. Melaporkan biaya yang tidak bernilai tambah, biaya tak bernilai tambah harus disoroti
pada laporan pusat biaya. Dengan mengedintifikasi aktivitas tak bernilai tambah, dan
melaporkan biayanya, manajemen dapat bekerja keras untuk mengembangkan proses dan
menghilangkan biaya tak bernilai tambah.
D. Proses ABM
Business process analysis :
1. Pengurangan biaya (cost reduction) dilandasi oleh keyakinan bahwa pemahaman secara
mendalam terhadap proses bisnis dan improvement berkelanjutan terhadap proses
tersebut merupakan penentu efektivitas pengelolaan biaya
2. Pergeseran paradigma terhadap organisasi; dari organisasi sebagai sekelompok
fungsi/departemen ke organisasi sebagai sekumpulan proses.

Business Process Analysis dilakukan dengan tujuan untuk:


1. Memberikan panduan dalam program pengurangan biaya dan cycle time
2. Improvement terhadap kualitas proses
3. Usaha lain dalam meningkatkan kinerja organisasi

Tahap Business Process Analysis


1. Mengidentifikasi business process
2. Mengidentifikasi subprocess dan activities
3. Melaksanakan process value analysis
4. Mengembangkan rencana improvement

E. Process Value Analysis


Process Value Analysis merupakan suatu analisa yang menghasilkan informasi tentang
mengapa dan bagaimana suatu aktivitas atau pekerjaan dilakukan. Analisa ini menekankan pada
upaya untuk memaksimumkan sistem penilaian kinerja secara keseluruhan dari pada performance
individu.

Process Value Analysis dilakukan dengan 3 langkah di bawah ini:


1. Driver analysis
Driver analysis untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan biaya suatu Aktivitas.
Setiap aktivitas pasti membutuhkan input dan menghasilkan output. Input aktivitas merupakan
sumber-sumber ekonomi yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu aktivitas, sedangkan output
aktivitas merupakan produk yang dihasilkan dari suatu aktivitas. Output yang dihasilkan oleh suatu
akitivitas perlu diukur dalam satuan kuantitatif tertentu yang disebut dengan Activity Output Measure.
Apabila permintaan akan suatu aktivitas berubah akan menyebabkan perubahan jumlah biaya
aktivitas, akan tetapi satuan ukuran output aktivitas tidak selalu berhubungan langsung dengan
penyebab timbulnya biaya suatu aktivitas. Oleh karenaitu perlu dilakukan suatu analisa yang disebut
dengan analisa driver. Analisa Driver bertujuan untuk menunjukan penyebab munculnya biaya
aktivitas.
2. Activity analysis
Activity analysis untuk menentukan aktivitas apa yang dilakukan, jumlah pekerja yang telibat,
waktu dan sumber ekonomi yang digunakan serta rekomendasi bagi manajemen tentang aktivitas
tersebut. Analisa aktivitas akan diuraikan di bawah ini.
Analisa aktivitas merupakan inti dari process value analysis. Analisa aktivitas merupakan suatu
proses identifikasi, penjabaran serta evaluasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh suatu organisasi.
Analisa aktivitas diharapkan mampu menjawab 4 pertanyaan berikut ini:
a. Aktivitas-aktivitas apa saja yang dilaksanakan?
b. Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan setiap aktivitas?
c. Berapa jumlah waktu dan sumber-sumber ekonomi lainnya yang dibutuhkan oleh setiap
aktivitas?
d. Bagaimana manfaat aktivitas bagi organisasi secara keseluruhan organisasi termasuk
rekomendasi untuk teyap mempetahankan nilai tambah setiap aktivitas bagi organisasi.
Dari 4 hal tersebut di atas, hasil akhir dari suatu analisa aktivitas adalah penentuan nilai tambah
setiap aktivitas bagi organisasi. Oleh karena itu dalam analisa aktivitas, aktivitas dapat dibedakan
menjadi 2 jenis aktivitas yaitu:
1) Aktivitas bernilai tambah (value-added activities)
Merupakan aktivitas yang diperlukan untuk tetap dapat mempertahankan kegiatan operasional
perusahaan. Dapat pula dikatakan bahwa aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas yang diperlukan
dan sudah dilaksanakan dengan efisien. Biaya untuk melaksanakan aktivitas bernilai tambah disebut
dengan biaya aktivitas bernilai tambah. Biaya ini merupakan biaya yang seharusnya terjadi dalam
melaksanakan sutau aktivitas. Aktivitas yang dapat dikategorikan sebagai aktivitas bernilai tambah
meliputi:
 Required Activities, merupakan aktivitas-aktivitas yang dilaukan untuk memuhi peraturan
atau perundangan yang berlaku.
 Discretionary activities, merupakan aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi 3 kriteria
berikut yaitu (1) aktivitas menyebabkan adanya perubahan sifat atau bentuk (2) perubahan
sifat atau bentuk tidak dapat dilakukan oleh aktivitas sebelumnya (3) aktivitas yang
memungkinkan aktivitas lain untuk dilaksanakan.

2) Aktivitas tidak bernilai tambah (non value-added activities)


Merupakan aktivitas yang tidak diperlukan atau diperlukan tetapi dilaksanakan dengan tidak
efisien. Biaya untuk melaksanakan aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas tidak bernilai tambah.
Biaya inilah yang harus dieliminasi karena menimbulkan adanya pemborosan.
Contohnya:
 Scheduling, merupakan aktivitas penjadwalan proses produksi untuk setiap jenis produk
 Moving, merupakan aktivitas pemindahan bahan, barang dalam proses dan barang jadi dari
satu dept. ke departemen lain.
 Waiting, merupakan aktivitas menunggu tersedianya bahan baku, menunggu datangnya BDP
yang dikirimkan dari bagian atau departemen lain
 Inspeksi, merupakan aktivitas pemeriksaan barang untuk meyakinkan bahwa barang telah
memenuhi spesifikasi atau kualitas yang diharapkan.
 Storing, merupakan aktivitas penyimpanan bahan, Barang Dalam Proses, produk selesai
sebagai persediaan di gudang menunggu waktu pemakaian atau pengiriman.

Hasil akhir yang ingin dicapai dalam analisa aktivitas adalah penurunan biaya (cost
reduction) yang ditimbulkan karena adanya continues improvement. Dalam lingkungan yang
kompetitif, perusahaan harus mampu mengirimkan produk yang diinginkan konsumen, dalam waktu
yang tepat serta harga yang rendah. Hal ini mendorong perusahaan harus selalau melakukan perbaikan
yang terus menerus dalam melaksanakan aktivitasnya. Analisa aktivitas dapat menurunkan biaya
malalui dengan 4 cara berikut ini:
a. Activity elimination
Memfokuskan pada Aktivitas tidak bernilai tambah, dengan mengidentifikasikan
kemudian mengeliminasi aktivitas tersebut.
b. Activity selection
Pemilihan serangkaian aktivitas yang berbeda disebabkan kerena srtategi yang saling
bersaing. Strategi berbeda membutuhkan aktivitas berbeda. Dipilih aktivitas yang biayanya
rendah untuk hasil yang sama.
c. Activity reduction
Pengurangan waktu dan konsumsi sumber ekonomi yang diperlukan suatu aktivitas.
Pendekatan ini terutama ditujukan untuk pengingkatan efisiensi dan peningkatan aktivitas tidak
bernilai tambah dapat dihilangkan.
d. Activity sharing
Peningkatan efisiensi aktivitas dengan memanfaatkan skala ekonomi, khususnya dengan
meningkatkan jumlah kuantitas cost driver tanpa meningkatkan biaya aktivitasnya.

3) Activity Performace Measurement


Yaitu pengukuran performance dalam pelaksanaan suatuaktivitas dengan menggunakan alat
ukur finansial maupun non finansial. Alat ukut yang digunakan harus mampu mengetahui bagaimana
suatu aktivitas dilaksanakan dan hasil yang dicapai. Alat ukur ini juga diharapkan mampu
menunjukan perbaikan yang secara terus menerus dilakukan perusahaan. Penilaian dipusatkan pada 3
hal yaitu waktu, kualitas serta efisiensi.
a. Waktu
 Reliability : Jumlah pengiriman yang tepat waktu atau jumlah pengiriman
 Responsiveness : cycle time (waktu untuk melaksanakan 1 aktivitas), velocity (jumlah
output aktivitas yang dihasilkan dalam satuan waktu tertentu)
 Manufacturing cycle efficiency : waktu pemrosesan/ (waktu proses + waktu
perpindahan + waktu inspeksi + waktu tunggu)

b. Kualitas
Jumlah produk cacat, jumlah produk cacat/total produksi, % kegagalan eksternal, jumlah
sisa bahan atau jumlah bahan yang digunakan. Untuk aktivitas pembelian ukuran kualitas
dapat dinilai dengan Jumlah kesalahan atau jumlah total permintaan pembelian, jumlah
kesalahan setiap order pembelian.

c. Efisiensi
 Efisiensi operasi: Output/bahan, output/JKL, output/ jam mesin
 Efisiensi mesin : % kapasitas mesin yang terpakai
 Persediaan : Perputaran persediaan, jumlah persediaan, lamanya persediaan

F. Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan Penerapan ABM Dalam Suatu Organisasi


Usaha perbaikan secara terus-menerus dengan cara penerapan system manajemen biaya yang
baru ke dalam suatu organisasi tidak secara otomatis bisa diterima oleh organisasi tersebut. Karyawan
dari organisasi tersebut umumnya cenderung untuk menolak perubahan yang terjadi, karena
perubahan dapat merupakan ancaman untuk berbagai alasan. Faktor-faktor yang mendukung
keberhasilan penerapan activity based management dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:
a) Budaya Organisasi
Budaya organisasi mencerminkan kerangka berpikir dari karyawan termasuk
perilaku, nilai, keyakinan yang dianut oleh karyawan. Budaya organisasi menunjukkan
keterlibatan, kerja sama serta partisipasi yang tinggi dari seluruh karyawan. Budaya
organisasi sangatlah mendukung keberhasilan dari penerapan ABM di suatu organisasi.
b) Top management support and commitment
Penerapan suatu system manajemen biaya yang baru seperti ABM dan ABC
membutuhkan waktu dan sumber daya, oleh karena itu dukungan dan peran serta top
manajer sangatlah diperlukan untuk keberhasilan penerapannya.
c) Change process
Perubahan bisa terjadi apabila diterapkannya suatu proses yang sudah dirancang
untuk menghasilkan perubahan tersebut. Perbaikan dari proses yang sudah ada sangat
mendukung keberhasilan penerapannya. Elemen-elemen dari proses diantaranya adalah
daftar dari aktivitas, sekumpulan tujuan, dan tindakan lanjutan.
d) Continuing education
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan serta
meningkatkan keahlian mereka terhadap lingkungan kerja yang cepat sangatlah penting.
Keberhasilan penerapan dari program manajemen biaya yang baru membutuhkan
keahlian, peran serta dan kerja sama dari karyawan suatu organisasi.

G. Penyebab Implementasi ABM Gagal


ABM dapat gagal sebagai suatu sistem karena berbagai alasan. Salah satu alasan utama
adalah kurangnya dukungan manajemen tingkat yang lebih tinggi. Dukungan ini tidak hanya
harus diperoleh sebelum melakukan proyek implementasi, tetapi juga harus dipertahankan.
Kehilangan dukungan dapat terjadi jika implementasi terlalu lama atau hasil yang diharapkan
tidak terwujud. Hasil mungkin tidak terjadi seperti yang diharapkan karena manajer operasi dan
penjualan tidak memiliki keahlian untuk menggunakan informasi aktivitas baru. Dengan
demikian, upaya signifikan untuk melatih dan mendidik perlu dilakukan. Keuntungan dari data
baru perlu dijabarkan dengan hati-hati, dan manajer harus diajari bagaimana data ini dapat
digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Resistensi terhadap perubahan
harus diharapkan; bukan hal yang aneh bagi manajer untuk menerima informasi biaya baru
dengan skeptis. Menunjukkan bagaimana informasi ini memungkinkan mereka menjadi
manajer yang lebih baik harus membantu mengatasi penolakan ini. Melibatkan manajer non
finansial dalam tahap perencanaan dan implementasi juga dapat mengurangi resistensi dan
mengamankan dukungan yang diperlukan.
Kegagalan untuk mengintegrasikan sistem baru adalah alasan utama lainnya untuk gangguan
sistem ABM. Probabilitas keberhasilan meningkat jika sistem ABM tidak bersaing dengan
program peningkatan lainnya atau sistem akuntansi resmi. Penting untuk mengomunikasikan
konsep bahwa ABM melengkapi dan meningkatkan program peningkatan lainnya. Selain itu,
penting bahwa ABM diintegrasikan ke titik bahwa hasil penetapan biaya kegiatan tidak
bersaing langsung dengan angka akuntansi tradisional. Manajer mungkin tergoda untuk terus
menggunakan angka akuntansi tradisional sebagai pengganti dari data baru.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan
terintegrasi yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan
meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2006; 11).
Menurut Mulyadi (2007; 731) Activity-Based Management (ABM) adalah pendekatan manajemen
yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan tujuan untuk melakukan improvement
berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan laba yang dihasilkan dari penyedia
value tersebut. Sedangkan menurut Blocher (2007; 239), Activity–Based Management (ABM) analisis
aktivitas yang digunakan untuk memperbaiki nilai produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan
keuntungan perusahaan. Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting,
yaitu manajemen berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai
yang diterima oleh konsumen, dan pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan laba
dari penyedia nilai tersebut.
ABM bertujuan untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima oleh para
konsumen, dan oleh karena itu dapat digunakan untuk mencapai laba dengan menyediakan nilai
tambah bagi konsumennya. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM adalah manajemen
dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau
meninggkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai konsumen,
produk, dan aktivitas, ABM memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor kunci perusahaan dan
meningkatkan keunggulan kompetitif (Blocher, 2007; 239).
Activity based management menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas atau Activity-
Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Jadi, activity based management memiliki dua
dimensi, yaitu dimensi biaya dan dimensi proses. Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang
memberikan informasi biaya mengenai sumber, aktivitas, produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini
bertujuan untuk memperbaiki keakuratan pembebanan biaya. Dimensi proses atau analisis nilai proses
adalah dimensi ABM yang memberikan informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa
dikerjakan dan seberapa baik dikerjakannya. Tujuan dimensi proses adalah pengurangan biaya.
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam
suatu organisasi adalah budaya organisasi, top management support and commitment, Change process
dan Continuing education.

Anda mungkin juga menyukai