Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU : H USMAN, M.PD.I

MATERI

KEMUNGKINAN KEBERHASILAN PENDIDIKAN ISLAM

KELOMPOK 7 :

Anita Maya Sari Choirus sa’ah

Ayu Puspita Sari Halifah Alpani

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )

NURUL FALAH AIR MOLEK


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen dan tidak bisa lepas dari kehidupan.
Dengan pendidikan akan membantu manusia untuk menyingkapkan dan menemui rahasia alam,
mengembangkan fitrah manusia yang merupakan potensi untuk berkembang. Pendidikan itu
untuk membentuk kepribadian dan memahami ilmu pengetahuan. Manusia sangat membutuhkan
pendidikan, mulai dari dilahirkan ia sudah membutuhkan bantuan. Bantuan itulah awal dari
kegiatan pendidikan.
Pendidikan juga merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagai
suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja. Akan tetapi proses
pendidikan harus berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini memunculkan istilah
pendidikan seumur hidup (life long education).
Dalam pelaksanaannya pendidikan memiliki kemungkinan dan keterbatasan. Sejauh
manakah kemungkinan yang dapat dicapai oleh pendidikan pada diri seseorang tidak dapat
dinyatakan dengan jelas. Pendidikan memilki batasan-batsan bukan berarti pendidikan tersebut
berlangsung pada saat-saat tertentu tetapi batasan-batasan tersebut yaitu dimulai dari kapan
seseorang itu menempuh atau mulai berkecimpung dalam yang namanya dunia penndidikan.
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan apakah pendidikan itu berlangsung seumur hidup,
Jika tidak demikian kapan pendidikan itu dimulai dan kapan pula berakhir. dan apakah manusia
mungkin atau tidak mungakin menerima pengaruh yang bersifat mendidik, serta aliran-aliran
dalam pendidikan

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan batas-batas pendidikan?
2. Apakah yang dimaksud batas awal dan akhir dalam pendidikan dan mungkin atau tidak
mungkin menerima pengaruh yang bersifat mendidik?
3. Apakah pandangan islam tentang pengaruh faktor warisan dan lingkungan serta yang dapat
dicapai manusia melalui pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Batas-Batas Pendidikan
Ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang mengkaji pandangan islam tentang pendidikan
dengan menafsirkan nilai-nilai ilahi dan mengkomunikasikan secara timbal balik dengan
fenomena dalam situasi pendidikan. Arti lain ilmu pendidikan islam adalah studi tentang sistem
dan proses kependidikan yang berdasarkan islam untuk mencapar produk atau tujuannya,baik
studi secara teoritis maupun praktis.
Dalam ilmu pendidikan islam teoritis, dibahas hal-hal yang bersifat normatis, yakni
menunjuk kepada standar nilai islam. Oleh karena itu sistematika pokok kajiannya meliputi
landasan dasar pendidikan islam, fungsi pendidikan islam, dan tujuan pendidikan islam. Adapun
untuk ilmu pendidikan islam yang bersifat praktis, maka sistematika pokok kajiannya meliputi
pendidikan islam dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah, serta dilingkungan masyarakat.
Berdasarkan penegasan-penegasan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa ilmu
pendidikan islam merupakan ilmu pengetahuan praktis karena yang diuraikan dalam ilmu ini
dilaksanakan dalam kegiatan pendidikan, dan orang yang mempelajari ilmu ini dengan tujuan
untuk dapat mengetahui dan mengarahkan kegiatan pendidikan.
Ilmu pendidikan islam juga merupakan ilmu pengetahuan rohani, karena situasi pendidikan
berdasarkan atas tujuan tertentu dan tidak membiarkan anak tumbuh secara liar sesuai dengan
keinginannya, melainkan memandangnya sebagai makhluk susila, berharkat dan ingin
membawanya kearah manusia susila, yang memiliki harkat dan budaya.
Batasan ilmu pendidikan islam menggunakan kaidah-kaidah ilmu pendidikan, dan
menggunakan pendekatan filosofis dan ilmu empiris agar iya memiliki konsep yang idealistik,
realistik, dan praktis.pendekatan filosofis mengangkat nilai-nilai ilahi transendental yang
terkandung dalam risalah Islamiyah yang berkaitan dengan masalah-masalah pendidikan.
Sedangkan pendekatan empiris lebih diarahkan pada upaya untuk mencari jawaban terhadap
berbagai masalah pendidikan yang timbul dengan selalu menggunakan parameter nilai-nilai ilahi.
Berdasarkan pendekatan tersebut, ilmu pendidikan islam dapat diberi batasan secara garis
besar sebagai berikut :ilmu pendidkan islam iyalah ilmu yang mengkaji pandangan islam tentang
pendidikan dengan menafsirkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran islam dan
mengkomunikasikan secara timbal balik dengan fenomena sosial dalam situasi pendidikan
kontemporer.
Rangkaian kata “pendidikan Islam” bisa dipahami dalam arti berbeda-beda, antara lain:
1) pendidikan (menurut) Islam,
2) pendidikan (dalam) Islam, dan
3) pendidikan (agama) Islam.
Istilah pertama, pendidikan (menurut) Islam, berdasarkan sudut pandang bahwa Islam
adalah ajaran tentang nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang ideal, yang bersumber dari
Al-Qur’an dan as-Sunnah. Dengan demikian, pembahasan mengenai pendidikan (menurut) Islam
lebih bersifat filosofis. Istilah kedua, pendidikan (dalam) Islam, berdasar atas perspektif bahwa
Islam adalah ajaran-ajaran, sistem budaya dan peradaban yang tumbuh dan berkembang
sepanjang perjalanan sejarah umat Islam, sejak zaman Nabi Muhammad SAW. sampai masa
sekarang. Dengan demikian, pendidikan (dalam) Islam ini dapat dipahami sebagai proses dan
praktik penyelenggaraan pendidikan dikalangan umat Islam, yang berlangsung secara
berkesinambungan dari generasi ke generasi sepanjang sejarah Islam. Dengan demikian,
pendidikan (dalam) Islam lebih bersifat historis atau disebut sejarah pendidikan Islam.
Sedangkan istilah ketiga, pendidikan (agama) Islam, muncul dari pandangan bahwa Islam adalah
nama bagi agama yang menjadi panutan dan pandangan hidup umat Islam. Agama Islam diyakini
oleh pemeluknya sebagai ajaran yang berasal dari Allah, yang memberikan petunjuk ke jalan
yang benar menuju kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Pendidikan (agama) Islam
dalam hal ini bisa dipahami sebagai proses dan upaya serta cara transformasi ajaran-ajaran Islam
tersebut, agar menjadi rujukan dan pandangan hidup bagi umat Islam.

B. Batas Awal Dan Akhir Dalam Pendidikan Dan Kemungkinan Keberhasilan


Pendidikan
1. Bagaimana pendidikan itu di mulai?
Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan kearah pendidikan
nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak di lahirkan, sedangkan pendidikan
yang sesungguhnya baru terjadi kemudian. Pendidikan dalam bentuk pemeliharaan adalah
bersifat “drestur” belum bersifat murni. Sebab pada pendidikan murni di perlukan adanya
kesadaran mental dari si terdidik.
Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak di tuntut pengertian bahwa ia harus
memahami apa yang di kehendak oleh pemegang kewibawaan dan menyadari bahwa hal yang
diajarkan adalah perlu baginya. Dengan singkat dapat di katakan bahwa ciri utama dari
pendidikan yang sesungguhnya ialah adanya kesiapan interaksi edukatif antara pendidik dan
terdidik.
Dari segi psikologi, usia 3-4 tahun dikenal sebagai “masa pembangkang” atau “masa
krisis”. Dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang ketidakpatuhan yang sekaligus
merupakan landasan untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya. Artinya, di saat itulah
terbuka peluang ke arah kesediaan menerima yang sesungguhnya. Setelah itu anak mulai
memiliki “kesadaran batin” atau motivasi dalam perilakunya. Di sinilah pula mulai terbuka
penyelenggaraan pendidikan, artinya sentuhan-sentuhan pendidikan untuk
menumbuhkembangkan motivasi anak dalam perilakunya ke arah tujuan-tujuan pendidikan.

2. Bila Pendidikan itu Berakhir?


Sangat sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya pendidikan akan berlangsung untuk
terakhir kalinya. Kesulitan tersebut berkitan erat dengan kesukaran menentukan masa
kematangan. Seorang anak dalam hal-hal tertentu telah mencapai kematangannya, tetapi dalam
hal-hal lain kadang-kadang masih tetap menunjukkan sikap kekanak-kanakan. Misalnya, dalam
bidang keterampilan tertentu seseorang anak telah memiliki pandangan-pandangan yang mandiri,
tetapi dalam bidang sikap kedewasaannya sama sekali tidak tampak.
Di samping itu masih dapat ditambahkan pula bahwa lingkungan dan keadaan kehidupan
seseorang turut mempengaruhi percepatan atau tempo proses kematangannya. Misalnya, pada
umumnya anak yang sedang belajar tidak mendesak untuk segera dihadapkan dengan pemikiran-
pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah praktis yang dijumpai, sebagaimana yang
dialami anak-anak sebanyak yang telah terjun ke dalam dunia pekerjaan. Kenyataan-kenyataan
itu tidak memberi peluang untuk dapat menentukan pada umur berapa pendidikan manusia harus
berakhir.
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam menurut Imam Al-Gazali adalah untuk mencapai
keutamaan dan taqarrub (pendekatan diri kepada Allah). Sejalan dengan hal di atas jelaslah
bahwa batas pendidikan versi Langevel agak realistik pragmatik, maka batas pendidikan Islam
lebih idealistik dan pragmatik menurut Islam, pendidikan itu berlangsung dari buaian sampai ke
liang lahat. Sebagaimana Hadis Nabi saw.:

‫ﺐ اْﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ ﻣِﻦَ اْﻟ َﻤ ْﮭ ِﺪ إِﻟَﻰ اﻟﻠﱠﮭْـ ِﺪ‬


ِ ُ ‫طﻠ‬
ْ ُ‫أ‬
Artinya:
Tuntutlah ilmu pengetahuan semenjak dari buaian hingga ke liang lahat (al-Hadis).

Pendidikan islam tidak terbatas pada suatu priode atau jenjang tertentu, tetapi berlangsung
sepanjang hayat. Ia merupakan pendidikan “dari buaian hingga liang lahat” selalu memperbarui
diri, serta terus menerus mengembangkan kepribadian dan memperkaya kemanusiaan. Dengan
perkataan lain, ia senantiasa membimbing manusia untuk maju.
Prinsip pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini yang dikenal dengan konsep pendidikan
seumur hidup (Long Life of Education). Hal ini menunjukkan bahwa tidak dikenal adanya batas-
batas pendidikan. Bukankah pendidikan adalah pertolongan orang dewasa (pendidik) kepada
(pemuda) anak didik. Bukankah manusia semenjak dia lahir dan sepanjang hidupnya dia
membutuhkan pertolongan orang lain?, maka semakin banyak kebutuhan hidup yang
dibutuhkannya semakin pula ia membutuhkan pendidikan.
Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia muttaqin yang secara
sadar dan bertanggung jawab selalu mencari keridaan Allah SWT. melalui jalur muamalah yang
ubudiyah sehingga sistem pendidikan Islam adalah suatu pola yang menyeluruh dari suatu
masyarakat, unsur-unsur lembaga formal atau non formal dengan pemindahan pengetahuan dan
pewarisan kebudayaan yang mempengaruhi pertumbuhan sosial spiritual dan intelektual. Dengan
munculnya sistem pendidikan Islam sebagai suatu sistem yang berdiri sendiri adalah suatu
fenomena baru dalam syariat Islam.

3. Kemungkinan Keberhasilan Pendidikan


a. Dua Aliran yang Ekstrim
1) Aliran Pesimisme dalam Pendidikan
Pendidikan sama sekali tidak mempunyai kekuatan. Pendidikan hanyalah semata-mata
mengubah lapis permukaan atau kulit dari watak anak didik sedang lapis yang lebih dalam dari
kepribadian anak tidak perlu ditentukan. Singkatnya, apa yang patut dihargai dari pendidikan
atau manfaat yang dapat diberikan oleh pendidikan tidak lebih dari sekedar memoles lapis
permukaan peradaban dan tingkah laku sosial. Pandangan dengan corak demikian disebut
“pendidikan pesimis”.
Pendidikan pesimis dapat berjalan seiring dengan pandangan optimisme alamiah
(naturalistisch optimisme ), artinya membiarkan anak terdidik secara alami yang sejalan atau
senada dengan proses alam. Memang benar bahwa manusia itu tidak dapat dididik karena
memang pada dasarnya manusia tidak memerlukan pendidikan, sebab sesungguhnya sifat asli
manusia adalah baik.
2) Aliran Optimisme dalam Pendidikan
Aliran ini menyangkut optimis bahwa optimis itu menunggu hasil-hasil yang pasti dari
upaya pendidikan. Mereka sama sekali tidak mempertimbangkan adanya pengruh warisan
bakat dan pembawaan dan berpendapat bahwa manusia dapat dibentuk melalui pemilihan
lingkungan yang tepat, perbaikan keadaan kehidupan sosial dan pengaruh-pengaruh yang
bersifat medidik.
b. Teori Konvergensi
Sebagai contoh ambillah dua buah bibit kelapa yang “berpembawaan” baik. Apakah yang
terjadi ? Bibit yang ditanamkan di dataran rendah tumbuh menjadi pohon yang besar dan banyak
menghasilkan buah yang besar-besar, sedangkan pohon yang didataran tinggi di pegunungan
yang tidak besar dan tidak berbuah atau kurang sempurna buahnya. Kesimpulan dari contoh-
contoh ini ialah bahwa lingkungan menyebabkan perbedaan- perbedaan yang besar.
Kemungkinan juga seorang anak desa yang bersahaja mempunyai kecakapan untuk bermain
film, musik, ilmu pasti atau matematika, akan tetapi jika i selalu saja diam di desanya dan tidak
bersekolah, kecakapan-kecakapan tadi tidak akan memperoleh kesempatan untuk berkembag.
Anak itu tidak mendapat pengaruh lingkungan yang diperlukan, pembawaan dan lingkungannya
tidak pengaruh mempengaruhi. Seandainya ia dididik dalam lingkugan yang sesuai dengan
pembawaannya, tentu kecakapan-kecakapan tadi akan berkembang dengan semestinya.
C. Pandangan Islam Tentang Pengaruh Faktor Warisan Dan Lingkungan Serta Yang
Dapat Dicapai Manusia Melalui Pendidikan
Pandangan Islam mengenai faktor warisan dan lingkungan dalam kaitannya dengan
keterbatasan dan kemungkinan pendidikan dapat dilihat dari buku-buku filsafat Islam salah satu
daripadanya adalah karangan Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, yang menjelaskan
antara lain sebagai berikut :
1. Warisan dan Lingkungan
Insan dengan seluruh perwakatan dan ciri pertumbuhannya adalah perwujudan dua faktor,
yaitu faktor warisan dan lingkungan. Kedua factor ini mempengaruhi insane dan berintraksi
dengannnya sejenak hari pertama ia menjadi embrio hingga ke akhir hayatnya. Oleh karena kuat
dan bercampur aduknya peranan kedua factor ini, maka sukar sekali untuk merujuk
perkembangan tubuh atau tingkah laku insane secara pastikepada salah satu dari kedua factor
tersebut
Dalam beberapa bagian, pertumbuhan jasmani itu dapat dirujuk kepada faktor keturunan,
umpamanya warna rambut, mata, roman muka, beberapa pertumbuhan kepribadian dan sosial
dapat dirujuk kepada factor lingkungan. Namun demikian pertumbuhan jasmani tidak semestinya
senantiasa dipengaruhi oleh faktor keturunan. Demikian pula petumbuhan kepribadian dan
kecenderungan sosial. Kadangkala pertumbuhan jasmani dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
baik yang berbentuk alamiah seperti iklim, perubahan musim dan sifat tanah, maupun yang
bersifat sosio budaya seperti cara makan, cara memelihara badan dari penyakit dan rawatan.
Kadar pengaruh keturunan dan lingkugan terhadap insane berbeda-beda sesuai dengan
segi-segi pertumbuhan kepribadian insan. Kadar pengaruh kedua faktor ini juga berbeda sesuai
dengan umur dan fase pertumbuhan yang dilalui. Factor keturunan umumnya lebih kuat
pengaruhnya pada tingkat bayi, yakni sebelum terjalinnya hubungan sosial dan perkembangan
pengalaman. Sebaliknya pengaruh lingkungan lebih besar apabila insane mulai meningkat
dewasa. Ketika itu hubungan dengan lingkungan alam dan manusia serta ruang geraknya sudah
semakin luas.
Pengaruh warisan dalam pengertiannya yang luas dapat dibagi menjadi dua bagian pokok :
a. Warisan alami atau fitrah ( internal ) yang dipindahkan oleh jaringan-jaringan benih.
b. Warisan sosial ( external ) yang dipindahkan oleh faktor di luar diri ( unit-unit sosial )
terutama keluarga. Media yang berperan dalam bagian ini adalah pancaindera, akal, tradisi,
serta jenis interaksi sosial yang beraneka ragam.
Di antara ayat-ayat al-Qur’an dan hadits nabi yang menjadi dasar pendapat adalah :

(٩) ‫( ﻗَ ْﺪ أَ ْﻓﻠَ َﺢ ﻣَﻦْ زَ ﻛﱠﺎھَﺎ‬٨) ‫( ﻓَﺄَ ْﻟﮭَ َﻤﮭَﺎ ﻓُﺠُﻮ َرھَﺎ َوﺗَ ْﻘ َﻮاھَﺎ‬٧) ‫ﺲ وَ ﻣَﺎ َﺳﻮﱠاھَﺎ‬
ٍ ‫وَ ﻧَ ْﻔ‬

(١٠) ‫َوﻗَ ْﺪ َﺧﺎبَ ﻣَﻦْ َدﺳﱠﺎھَﺎ‬

Artinya:
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy-Syams 7-10)

2. Perubahan Pada Manusia


Manusia dapat berubah karena wataknya yang luas dan lentur (fleksible), artinya watak
insan itu bole dilenturkan, dibentuk dan diubah. iya mampu menguasai ilmu pengetahuan adat
istiadat, nilai, tendensi atau aliran baru. Demikian pula iya dapat meninggalkan adat, nilai dan
aliran lama karena interaksi sosial baik dengan lingkungan yang bersifat alam maupuan
kebudayaan. Proses pembentukan indentitas, sifat dan watak ataupun memupuk dan memajukan
ciri-cirinya yang unik dinamakan sosialisasi, atau proses “permasyarakatan”. Mudah atau
susahnya proses ini bergantung kepada usia dan cara yang dugunakan.
Fleksibilitas tersebut dapat di tinjau dari segi fsiologi, ialah hasil dari jaringan urat syarat
dan sel-sel otak. Syraf dapat di pengaruhi oleh perulangan latihan yang menghasilkan kebiasaan.
Berulang-ulang melakukan suatu pekerjaan dapat menambah minat dan kecenderungan kepada
pekerjaan itu. Kecenderungan ini akhirnya berubah menjadi adat, lalu adat membentuk kelakuan
manusia. Dapat di pastikan bahwa 99 persen dari perbuatan yang di lakukan oleh manusia
merupakan kelakuan yang otomatik. Sbab itu para cerdik pandai mengatakan adat itu adalah
“tabiat yang kedua”. Namun betapapun adat itu terserap dalam diri, ia masih dapat di ubah.
Tetapi tidaklah mudah lagi jika ia sudah mencapai taraf keterampilan.
Menurut Islam kelakuan, kebiasaan, keahlian, kemahiran, dan pikiran manusia dapat
berubah. Malah dalam beberapa hal mesti berubah. Perubahan itu tidak terjadi otomatis atau
lantaran motifasi kebendaan atau kesan dari perkembangan efolusi seperti yang diungkapkan
oleh pengikut teori evolusi, tetapi oleh proses pelajaran yang dilalui sejak bayi sampai akhir
hayatnya. Disamping itu dibantu oleh tabiat dan perwatakan yang mudah dilentur. Dalam
hubunan ini Allah berfirman :

(٩) ‫( ﻗَ ْﺪ أَ ْﻓﻠَ َﺢ ﻣَﻦْ زَ ﻛﱠﺎھَﺎ‬٨) ‫( ﻓَﺄَ ْﻟﮭَ َﻤﮭَﺎ ﻓُﺠُﻮ َرھَﺎ َوﺗَ ْﻘ َﻮاھَﺎ‬٧) ‫ﺲ وَ ﻣَﺎ َﺳﻮﱠاھَﺎ‬
ٍ ‫وَ ﻧَ ْﻔ‬

(١٠) ‫َوﻗَ ْﺪ َﺧﺎبَ ﻣَﻦْ َدﺳﱠﺎھَﺎ‬

Artinya:
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu

(jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan

jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy-Syams 7-10)

ۙ َ‫ْﺼ َﺮ َو ۡاﻻَ ْﻓـِٕ َﺪة‬


ٰ ‫َوﷲُ اَﺧْ ﺮَ َﺟﮑُﻢۡ ﻣ ۡۢﱢﻦ ﺑُﻄ ُۡﻮ ِن اُ ﱠﻣ ٰﮩﺘِ ُﮑ ْﻢ َﻻ ﺗَ ْﻌﻠَﻤ ُۡﻮنَ َﺷ ْﯿـًٔﺎ ۙ ﱠو ﺟَ َﻌ َﻞ ﻟَ ُﮑ ُﻢ اﻟ ﱠﺴ ْﻤ َﻊ َو ۡاﻻَﺑ‬

﴾٧٨﴿ َ‫ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﮑ ْﻢ ﺗَ ْﺸ ُﮑﺮ ُۡون‬

Artinya:
Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu,
dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Ini berarti manusia itu lahir ke dunia tidak mengetahui apa-apa tentang alam ini. Oleh karena
itu Allah membekalinya dengan alat indera dan akal, yang dengan itu ia dapat mencari ilmu dan
alat untuk mengetahui. Dengan sendirinya manusia bertanggung jawab penuh kepada Allah.
Sayidina ali berkata kepada Hasan anaknya : hati anak kecil umpama tanah yang belum lagi
bertanaman. Apa saja yang di semaikan akan di terima olehnya. Karena itu aku memulai
mendidik dengan akhlak yang baik, sebelum hatimu menjadi keras dan pikiranmu sebibuk.
Dalil yang paling kuat yang membuktikan tentang mungkinnya keyakinan, akhlak, atau
kebiasaan manusia yang berubah pengutusan Rasul dan Nabi. Islam telah dapat menghasilkan
perubahan-perubaha dalam pribadi orang arab. Dari penyembah berhala menjadi muwahiddin.
Beriman dan menyembah Allah Yang Maha Esa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sudah sama-sama kita ketahui pendidikan adalah suatu proses pembentukan kepribadian
manusia. Oleh karena itu pendidikan merupakan hal yang penting bagi kita, dan pendidikan
Islam itu sendiri mempunyai batas awal yaitu pendidikan Islam harus dimulai semenjak seorang
laki-laki dan seorang perempuan mengikat tali perkawinan. Dan batas akhir pendidikan adalah
tidak terbatas pada suatu priode atau jenjang tertentu, tetapi berlangsung sepanjang hayat. Ia
merupakan pendidikan “dari buaian hingga liang lahat” selalu memperbarui diri, serta terus
menerus mengembangkan kepribadian dan memperkaya kemanusiaan.
Dan adapun warisan dan lingkungan, Kedua item ini sama sama mempengaruhi
pendidikan anak. Warisan terbagi dua: a. Warisan alami (fitrah/internal) yang dipindahkan oleh
jaringan benih. Misal: rambut, warna kulit, tinggi pendek, dsb. b. Warisan Sosial (external) yang
dipindahkan oleh factor diluar diri (unit-unit social) terutama keluarga. Media yang berperan
dalam bagian ini adalah panca indera, akal, tradisi, serta jenis interaksi social yang beraneka
ragam.

Yang dimaksud lingkungan adalah ruang lingkup dimana sianak berinteraksi, pada waktu
masih kecil dalam bimbingan orang tua lingkungan yang paling berpengaruh adalah keluarga
tapi ketika dewasa lingkungan sosialnya sangat berpengaruh besar bagi anak.

B. Saran
Dan untuk perubahan pada manusia, manusia dapat berubah karena wataknya yang luwes
dan lentur (fleksibel), artinya watak insane itu boleh dilentur, dibentuk dan diubah. Menurut
islam ketakutan, kebiasaan, keahlian, kemahiran dan pikiran manusia dapat berubah. Malah
dalam beberapa hal mesti berubah. Demi kelangsungan hidupnya kearah yang lebih baik, melalui
tempaan terus menerus dan pembiasaan. Sebagaimana Allah juga telah mengutus Rasul dan Nabi
guna merubah kehidupan manusia dari kejahiliahan kearah ketauhitan pada Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai