telusuri
JUL
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap infeksi. Sebagian besar kasus
berhubungan dengan infeksi virus gondong, namun virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis.
Insidensi orchitis umumnya ditemukan pada pria prepubertas terutama pasien yang mengalami penyakit
gondong. Bakteri yang menyebabkan orchitis antara lain Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis,
Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus, Sterptococcus, bakteri
tersebut biasanya menyebar dari epididimitis terkait dalam seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH
(Benigna Prostat Hipertrofi).
Untuk menegakkan diagnosis orchitis diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik.
Pemeriksaan penunjang tidak terlalu membantu untuk menegakkan diagnosis orchitis. USG dapat
membantu menyingkirkan diagnosis lainnya seperti torsio testis.
Penatalaksanaan dari orchitis terutama bersifat suportif karena biasanya sebagian besar pasien orchitis
akan kambuh spontan dalam 3-10 hari, kecuali bila penyebabnya bakteri perlu diberikan antibiotik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum:
a. Setelah disusunnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep asuhan
keperawatan klien dengan Orchitis.
2. Tujuan Khusus:
m.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Anatomi Dan Fisiologi Testis
Menurut Snell, 2000 testis merupakan organ kelamin pria, terletak dalam scrotum. Testis akan turun
sekitar umur janin 7 bulan menuju scrotum melalui canalis inguinalis dibawah pengaruh hormon
testosterone dari testis.
Testis sinistra biasanya terletak lebih rendah daripada testis dextra. Masing-masing testis dikelilingi
capsula fibrosa yang kuat disebut tunica albuginea. Dari permukaan dalam capsula terbentang banyak
septa fibrosa yang membagi bagian dalam testis menjadi lobules-lobulus testis. Didalam setiap lobules
terdapat 1-3 tubuli seminiferi yang berkelok-kelok. Tubuli seminiferi bermuara ke rete testis, ductuli
efferentes, dan epididimis.
Pengaturan suhu testis didalam scrotum dilakukan oleh kontraksi musculus dartos dan cremaster yang
apabila berkontraksi akan mengangkat testis mendekat ke tubuh. Temperatur testis dalam scrotum selalu
dipertahankan dibawah temperature suhu tubuh 2-3 ⁰C untuk kelangsungan spermatogenesis. Molekul
besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam tubulus) melalui darah, karenaadanya ikatan yang
kuat antar sel sertoli yang disebut sawar darah testis. Fungsi dari sawar darah testis adalah untuk
mencegah reaksi auto-imun. Tubuh dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri, maka hal ini
dicegah dengan sawar.
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis. Testis berperan pada sistem
reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi testis:
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQv8sY2KN_rntBBpczYfjW-
Frb0Zx0FQCLr7dCV2h-WKkB9-od13A
B. Definisi
Orchitis adalah suatu inflamasi testis (kongesti testikular), biasanya disebabkan oleh faktor-faktor
piogenik, virus, spiroseta, parasit, traumatis, kimia atau faktor yag tidak diketahui ( Smeltzer, 2002).
Orchitis adalah peradangan testis yang jika bersama dengan epididimitis menjadi epididimoorkitis dan
merupakan komplikasi yang serius dari epididimitis (Price, 2005).
Orchitis merupakan peradangan satu atau kedua testis, ditandai dengan pembengkakan dan nyeri.
Keadaan ini sering disebabkan oleh parotitis, sifilis, atau tuberculosis (Hartanto, 2008).
http://medical.cdn.patient.co.uk/images/053.gif
Gambar 2.2: Orchitis
C. Klasifikasi
1. Orchitis viral
D. Epidemiologi
2. Dalam orchitis gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun)
3. Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis (epididimo-
orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada
pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH)
4. Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal dengan gondong berkembang orchitis.
Kondisi ini jarang terjadi pada laki-laki postpubertal dengan gondong.
E. Faktor Resiko
Menurut Ulfiyah, 2012 faktor resiko pada orchitis ada dua yaitu:
1. Faktor resiko untuk orchitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah :
2. Faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah:
a. Berganti-ganti pasangan
F. Etiologi
Penyebab orchitis bisa piogenik bakteria, gonokokokus, basil tuberkal, atau virus seperti paramiksovirus,
penyebab dari gondongan (parotitis). Sekitar 20% dari orchitis timbul sebagai komplikasi dari gondongan
(parotitis) setelah pubertas (Baradero, 2006)
Menurut Price, 2005 virus adalah penyebab orchitis yang paling sering. Orchitis parotiditis adalah infeksi
virus yang paling sering terlihat, walaupun imunisasi untuk mencegah parotiditis pada masa anak-anak
telah menurunkan insiden. 20-30% kasus parotiditis pada orang dewasa terjadi bersamaan dengan
orchitis, terjadi bilateral pada sekitar 15% pria dengan orkitis parotiditis. Pada laki-laki pubertas atau
dewasa, biasanya terdapat kerusakan tubulus seminiferus dengan resiko infertilitas, dan pada beberapa
kasus, terdapat kerusakan sel-sel leydig yang mengakibatkan hipogonadisme difesiensi testosterone.
Orchitis paroditisis jarang terjadi pada laki-laki prapubertas, namun bila ada, dapat diharapkan
kesembuhan yang sempurna tanpa disfungsi testiskular sesudahnya. Virus lain yang dapat menyababkan
orchitis dan memberikan gambaran klinis yang sama adalah : virus Coxsakie B, Varisela, dan
mononukleosis.
Orchitis bakterial piogenik disebabkan oleh bakteri (Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Pseudmonas
aeruginosa) dan infeksi parasitik (malaria, filariasis, skistosomiasis, amebiasis) atau kadang-kadang
infeksi riketsia yang ditularkan pada epididimitis. Seseorang dengan orchitis parotiditis terlihat sakit akut
dengan demam tinggi, edema, peradangan hidrokel akut, dan terdapat nyeri skrotum yang menyebar ke
kanalisis inguinalis. Komplikasinya termasuk infark testis, abses, dan terdapatnya pus dalam skrotum.
Orchitis granulomaktosa dapat disebabkan oleh sifilis, penyakit mikrobakterial, aktinomikosis, penyakit
jamur, mycobacterium tuberculosis, dan mycobacterium leprae. Infeksi dapat menyebar melalui
funikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran selanjutnya melibatkan epididimis dan testis, kandung
kemih, dan ginjal.
G. Patofisiologi
Kebanyakan penyebab orchitis pada laki-laki yang sudah puber adalah gondongan (mumps), dimana
manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3 sampai 4 hari setelah pembengkakan kelenjar
parotis. Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orchitis sekitar 15 % – 20% pria menderita orchitis
akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra pubertas dengan orchitis parotitika dapat diharapkan
untuk sembuh tanpa disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa atau pubertas, biasanya terjadi kerusakan
tubulus seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel leydig, sehingga terjadi hipogonadisme
akibat defisiensi testosteron. Ada resiko infertilitas yang bermakna pada pria dewasa dengan orchitis
parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar melalui darah biasanya berawal unilateral pada kutub
bawah epididimis. Dapat terbentuk nodula-nodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit.
Infeksi dapat menyebar melalui fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi
pada epididimis dan testis kontralateral, kandung kemih, dan ginjal. (Price, 2005)
Gejala yang dirasakan meliputi nyeri pada testis hingga ke pangkal paha, pembengkakan dan kemerahan
pada testis, menggigil, dan demam yang dapat bilateral atau unilateral, mual, muntah, nyeri saat buang
air kecil dan nyeri saat hubungan seksual, darah pada semen. Keadaan ini dapat berakibat steril atau
impotensi. Terapi terhadap inflamasi ini dengan istirahat di tempat tidur, kompres panas atau hangat,
dan antibiotik (bila perlu).
I. Komplikasi
3. Infertilitas (Sulit memiliki keturunan), terutama jika orkhitis terjadi pada kedua testis.
1. Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat atrofi testis.
4. Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah untuk mengurangi
tekanan dari tunika.
5. Abscess scrotalis
6. Infark testis
7. Rekurensi
8. Epididimitis kronis
9. Impotensi tidak umum setelah epididimitis akut, walaupun kejadian sebenarnya yang
didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas sperma biasanya hanya sementara.
10. Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang disebabkan oleh
gangguan saluran epididimal yang diamati pada laki-laki penderita epididimitis yang tidak diobati dan
yang diobati tidak tepat. Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.
J. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Ulfiyah, 2012 pemeriksaan diagnostic pada pasien orchitis:
4. Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa dan mendeteksi adanya
abses pada skrotum
5. Testicular scan
Menurut Baradero, 2006 manajemen asuhan keperawatan pada orchitis ada dua:
1. Kolaboratif
Pria dewasa atau anak pasca-pubertas perlu diberi gamma globulin apabila ada kemungkinan kontak
dengan penderita gondongan kecuali apabila ia pernah mengalami gondongan atau sudah menerima
vaksin untuk gondongan. Apabila ada keraguan, gamma globulin harus diberikan. Gamma globulin tidak
akan mencegah gondongan tetapi bisa membuat serangan gondongan menjadi lebih ringan dan
komplikasi dapat dicegah.
Apabila ada hidrokel, cairan bisa diaspirasi untuk mengurangi tekanan pada testis. Antibiotika spektrum
luas dapat diberikan. Obat anti-inflamasi nonsteroid dapat diberikan untuk mengurangi pembengkaakan
dan rasa nyeri.
2. Mandiri
Penyuluhan pasien, fokus dari pendidikan kesehatan adalah mengurangi rasa nyeri, pembengkakan, dan
gejala sistemis. Selama ada pembengkakan scrotum, pasien diberi tirah baring, dan scrotum dapat
ditinggikan dengan handuk.
BAB III
I. Pengkajian
A. Identitas
Nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, no. MRS, diagnose medis.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama: Biasanya pasien orchitis mengeluh testis mengalami pembengkakan disertai nyeri
dan warna kemerahan pada daerah testis yang terkena, selain itu testis terasa berat dan penuh.
2. Riwayat penyakit sekarang: Biasanya pasien mengalami demam, rasa lemah, nyeri otot, tubuh terasa
tidak nyaman, mual, dan sakit kepala
3. Riwayat penyakit dahulu: Perlu dikaji imunisasi gondongan yang tidak adekuat, infeksi saluran
berkemih berulang, kelainan saluran kemih, riwayat penyakit menular seksual pada pasangan, riwayat
gonore atau penyakit menular seksual lainnya. Biasanya pasien mempunyai riwayat gondongan.
4. Riwayat penyakit keluarga: perlu dikaji apakah keluarga juga pernah mengalami penyakit yang sama
dengan pasien.
5. Riwayat lingkungan: Biasannya klien tinggal di lingkungan yang kurang bersih atau kumuh yang dapat
menyebabkan infeksi.
C. Pemeriksaan fisik
2. TTV:
3. Review of system
a. B1 (Breath)
Biasanya pasien dengan orchitis tidak di temukan masalah pada sistem pernafaan. Kecuali jika ada
penyakit yang menyertai atau kemungkinan komplikasi.
b. B2 (Blood)
Biasanya pasien dengan orchitis didapatkan peningkatan tekanan darah dan nadi.
c. B3 (Brain)
Biasanya pasien dengan orchitis GCS composmentis dan terdapat sakit kepala.
d. B4 (Bladder)
Biasanya pada pemeriksaan nampak testis yang membesar, konsistensinya kenyal, namun dapat juga
mengeras, tampak merah, epididimis membesar, dan kulit skrotum meregang, nyeri pada testis hingga ke
pangkal paha, mual, muntah, nyeri saat buang air kecil dan nyeri saat hubungan seksual, darah pada
semen
e. B5 (Bowel)
f. B6 (Bone)
Biasanya pasien dengan orchitis mengalami rasa lemah, nyeri otot, tubuh terasa tidak nyaman.
Biasanya klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual, muntah saat makan sehingga makan
hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
2. Pola eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak mengalami konstipasi atau diare.Sedangkan eliminasi urine mengalami
gangguan yaitu nyeri waktu berkemih.
Biasanya pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka
akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak psikologi
klien. Pada konsep diri pasien mengalami harga diri rendah karena komplikasi yang diderita seperti
infertil.
Biasanya hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan klien dirawat di rumah sakit dan
klien harus bedrest total.
Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.
Biasanya dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total tapi pasien yakin akan cepat
sembuh dan menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita orkhitis antara lain:
1. Pemeriksaan urin
3. Sistoskopi, pielografi intravena, dan sistografi dapat dilakukan jika dicurigai adanya patologi pada
kandung kemih.
F. Diagnosa keperawatan
Diagnosa 1
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh klien kembali
normal
Kriteria Hasil:
Intervensi
Rasional
1. Monitor suhu tubuh, tekanan darah, nadi, dan respirasi secara berkala (minimal tiap 2 jam)
1. Suhu diatas 37,5C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Menggigil sering mendahului
puncak suhu.
2. Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
4. Untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan cairan karena suhu tubuh yang tinggi
Diagnosa 2
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil:
Intervensi
Rasional
1. Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non verbal, contoh
peninggian TD dan nadi, gelisah, merintih, menggelepar.
2. Observasi TTV
3. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke perawat terhadap perubahan kejadian/
karakteristik nyeri.
1. Membantu mengevaluasi tempat dan kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar
ke punggung , lipat paha, genitelia, sehubungan dengan proksimitas saraf pleksus dan pembuluh darah
yang mencetuskan ketakutan, gelisah, ansietas berat.
3. Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesic sesuai waktu (membantu dalam peningkatan
kemampuan koping pasien dan dapat menurunkan ansietas) dan mewaspadakan perawat akan
kemungkinan terjadi komplikasi.
Diagnosa 3
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan maslah teratasi
Kriteria Hasil:
Intervensi
Rasional
2. Kaji terhadap tanda dan gejala retensi urine: jumlah dan frekuensi urine, distensi supra pubis,
keluhan tentang dorongan untuk berkemih dan ketidak nyamanan
1. Merupakan nilai dasar untuk perbandingan dan menetapkan tujuan lebih lanjut
2. Berkemih 20-30cc dengan teratur dan haluaran kurang dari masukan adalah tanda retensi urine
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Testis merupakan organ kelamin pria, terletak dalam scrotum. Fungsi testis: Spermatogenesis terjadi
dalam tubulus seminiferus, diatur FSH dan sekresi testosterone oleh sel leydig, diatur oleh LH (Menurut
Snell, 2000).
Orchitis adalah suatu inflamasi testis (kongesti testikular), biasanya disebabkan oleh faktor-faktor
piogenik, virus, spiroseta, parasit, traumatis, kimia atau faktor yag tidak diketahui ( Smeltzer, 2002).
Klasifikasi dari orchitis adalah: Orchitis viral danOrchitis bacterial piogenik atau orchitis granulomatosa.
Dalam orchitis gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun).
Faktor resiko dari orchitis ada 2: faktor resiko untuk orchitis yang tidak berhubungan dengan penyakit
menular seksual dan faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual.
Gejala yang dirasakan meliputi nyeri pada testis hingga ke pangkal paha, pembengkakan dan kemerahan
pada testis, menggigil, dan demam yang dapat bilateral atau unilateral, mual, muntah, nyeri saat buang
air kecil dan nyeri saat hubungan seksual, darah pada semen.
Komplikasi dari Orchitis adalah testis yang mengecil (Atrofi), abses (Nanah) pada kantong testis,
infertilitas.
Pemeriksaan diagnostik dari Orchitis adalah pemeriksaan urin kultur, urethral smear (tes penyaringan
untuk klamidia dan gonorhoe), pemeriksaan darah CBC (complete blood count), dopller ultrasound,
untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa dan mendeteksi adanya abses pada skrotum,
testicular scan, analisa air kemih, pemeriksaan kimia darah.
Manajemen asuhan keperawatan dalam orchitis ada dua, yaitu kolaboratif dan mandiri.
B. Saran
Penulis memberi saran agar dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Orchitis,
perawat bisa lebih berhati-hati supaya tidak komplikasi dengan memahami tentang konsep medis dari
kelainan ini, sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary Dkk. 2006. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan System Reproduksi & Seksualitas.
Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hartanto, Huriawati. 2008. Kamus Saku Mosby: Kedokteran, Keperawatan & Kesehatan. Edisi 4. Jakarta:
EGC
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6 Vol 2. Jakarta: EGC
0 Tambahkan komentar
Memuat