DISUSUN OLEH:
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi perusahaan jenis apapun, baik yang bergerak dalam manufaktur maupun jasa
tentulah menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan lebih penting daripada sekedar
laba yang besar. Sekalipun untuk dapat terus bertahan (Going Concern), perusahaan
memerlukan keuntungan yang cukup. Selanjutnya untuk mendapatkan keuntungan tersebut,
produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan serta kepuasan konsumen
(harga, kualitas, pelayanan, dsb.).
Biasanya, masalah yang akan muncul dan harus dipertimbangkan adalah letak dari
departemen-departemen dari perusahaan tersebut. Begitu juga dengan perencanaan tata-letak
yang tepat akan bermanfaat bagi efisiensi dan kelancaran aktivitas dari perusahaan tersebut,
sehingga beban atau biaya aliran material yang tidak diperlukan bisa dihilangkan atau
diminimalkan. Oleh karena itu, pada tugas makalah kelompok ini akan membahas tentang
tata letak departemen sehingga dihasilkan tata-letak yang mempunyai biaya aliran material
yang kecil. Salah satu ujung dari masalah ini adalah proses produksi yang harus baik dalam
arti yang luas, agar output yang dihasilkan baik berupa barang atau jasa, dapat mendukung
kelangsungan hidup perusahaan.
Di satu sisi setelah proses produksi dan kehidupan perusahaan berjalan yang dengan
baik, perusahaan perlu menjaganya dengan baik, mengingat menjaga lebih sulit dari pada saat
mendirikannya. Dengan demikian proses dan kegiatan produksi sebagai dapurnya perusahaan
perlu dipelajari dengan seksama dan sungguh-sungguh sehingga sebuah perusahaan memiliki
devisi produksi yang solid dan dapat dipercaya sebagai tulang punggung kelangsungan hidup
perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Lokasi menentukan prestasi, merupakan ungkapan yang cukup tepat untuk segala
jenis kegiatan, demikian pula untuk kegiatan bisnis di sektor barang maupun jasa. Dengan
demikian strategi lokasi adalah hal yang tidak dapat diabaikan oleh perusahaan. Banyak
alasan yang mendasarinya diantaranya sektor barang memerlukan lokasi untuk melakukan
kegiatan pembuatan produk barang tersebut atau tempat memproduksi (pabrik) sedangkan
untuk sektor jasa memerlukan tempat untuk dapat memberikan pelayanan bagi konsumen.
Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pembangunan kawasan industri untuk ditawarkan
pada perusahaan yang akan membangun pabriknya maupun pembangunan pusat-pusat
perdagangan, kawasan perkantoran yang ditawarkan kepada para pengusaha jasa.
Tata letak adalah suatu keputusan penting yang menentukan efisiensi operasi secara
jangka panjang. Tata letak yang efektif akan dapat menunjang pelaksanaan strategi bisnis
yang telah ditetapkan perusahaan apakah diferensiasi, low cost atau respon yang cepat. Hal
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan desain tata letak adalah :
Modal karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih
aman
Fleksibilitas
Untuk mendapatkan fleksibilitas dalam tata letak, para manager melatih silang
karyawan, merawat peralatan, menjaga investasi tetap rendah, menempatkan sel kerja
berdekatan, dan menggunakan peralatan kecil yg mudah dipindahkan.
I. Jenis-jenis Tata Letak
Sebuah tata letak yang efektif memfasilitasi terjadinya : aliran bahan, manusia dan
informasi di dalam-atau-antar wilayah. Sebuah tata letak yang baik perlu menetapkan hal-hal
berikut :
Kapasitas dan persyaratan luas ruang - Desain tata letak dan penyediaan ruang
hanya dapat dilakukan saat persyaratan jumlah pekerja, mesin, dan perakitan
diketahui.
Terdapat enam pendekatan biasa digunakan oleh para manajer dalam menyelesaikan
permasalahan tata letak, yaitu :
Merupakan sebuah pendekatan yang berkaitan dengan aliran pengalokasian ruang dan
merespon pada perilaku konsumen. Layout ini didasarkan pada ide bahwa penjualan dan
keuntungan bervariasi kepada produk yang menarik perhatian konsumen. Sehingga banyak
manajer ritel mencoba untuk mempertontonkan produk kepada konsumen sebanyak mungkin.
Penelitian membuktikan bahwa semakin besar produk terlihat oleh konsumen maka
penjualan akan semakin tinggi dan tingkat pengembalian investasi semakin tinggi. Untuk itu
manajer operasional perusahaan ritel dapat melakukan pengubahan pengaturan toko secara
keseluruhan atau alokasi tempat bagi beragam produk dalam toko.
Servicescape
Servicescape adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh booming dan Bitner
untuk menekankan dampak lingkungan fisik di mana suatu proses pelayanan berlangsung.
Jika Anda mencoba untuk menggambarkan perbedaan pelanggan ditemui ketika memasuki
cabang mengatakan seperti McDonald’s dibandingkan dengan restoran keluarga kecil,
konsep servicescapes mungkin terbukti bermanfaat. Booming dan Bitner menetapkan
servicescape sebagai “lingkungan di mana layanan ini berkumpul dan di mana penjual dan
pelanggan berinteraksi, dikombinasikan dengan komoditas nyata bahwa kinerja atau
memfasilitasi komunikasi layanan”.
Storage atau warehouse atau inventory adalah gudang penyimpanan untuk tempat
menyimpan material baik bahan baku, barang setengah jadi maupun barang jadi yang siap
dikirim ke pelanggan. Sebagian besar material disimpan di gudang di lokasi tertentu sampai
material tadi diperlukan dalam proses produksi. Bentuk gudang tergantung ukuran dan
kuantitas komponen dalam persediaan dan karakter sistem penanganan bahan dari produk
atau kontainer yang digunakan.
Tujuan tata letak gudang (warehouse layout) adalah untuk menemukan titik optimal
antara biaya penanganan bahan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan luas ruang dalam
gedung. Sebagai konsekuansinya adalah memaksimalkan penggunaan sumber daya (ruang)
dalam gudang, yaitu memanfaatkan kapasitas secara penuh dengan biaya perawatan material
rendah. Biaya penanganan bahan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan tranfortasi
material masuk, penyimpanan, dan transformasi bahan keluar untuk dimasukkan dalam
gudang. Biaya-biaya ini meliputi peralatan, orang, bahan, biaya pengawasan, asuransi, dan
penyusutan. Tata letak gudang yang efektif juga meminimalkan kerusakan material dalam
gudang.
Maintenance/repair/operating supply
RANDOM STOCKING
Customizing
Pada tata letak ini, proyek tetap berada di satu tempat, sementara para pekerja dan
peralatan datang ke tempat tersebut. Contoh jenis proyek seperti ini adalah proyek pembuatan
kapal, jalan laying, jembatan, rumah dan meja operasi di ruang operasi rumah sakit.
Jika tidak dikembangkan dengan baik, tata letak ini akan bertambah kerumitannya
dikarenakan tiga factor. Pertama, terbatasnya tempat pada semua lokasi produksi. Kedua,
setiap tahapan yang berbeda pada proses konstruksi membutuhkan bahan yang berbeda, oleh
karena itu banyak hal menjadi penting sejalan dengan perkembangan proyek. Ketiga, volume
bahan yang dibutuhkan bersifat dinamis sesuai perkembangan proyek.
Karena permasalahan tata letak dengan posisi tetap sulit dipecahkan di lokasi, strategi
alternative yang ada adalah melengkapi proyeknya sedapat mungkin di luar lokasi atau
berubah menjadi strategi yang lebih berorientasi pada produk.
Tata letak yang berorientasi pada proses (process-oriented layout) dapat menangani
beragam barang atau jasa secara bersamaan. Ini merupakan cara tradisional untuk
mendukung sebuah strategi diferensiasi produk. Tata letak ini paling efisien di saat produk
yang memiliki persyaratan berbeda, atau di saat penanganan pelanggan, pasien atau klien
dengan kebutuhan yang berbeda. Tata letak yang berorientasi pada proses biasanya memiliki
strategi volume rendah dengan variasi tinggi.
Kelebihan utama dari tata letak ini adalah adanya fleksibilitas peralatan dan
penugasan tenaga kerja. Sebagai contoh, jika terjadi kerusakan pada satu mesin, proses
produksi secara keseluruhan tidak perlu berhenti; pekerjaan dapat dialihkan pada mesin lain
dalam departemen yang sama. Tata letak ini juga sangat baik untuk menangani produksi
komponen dalam batch yang kecil, atau disebut job lot, dan untuk memproduksi beragam
komponen dalam ukuran dan bentuk yang berbeda.
Kelemahan tata letak ini terletak pada peralatan yang biasanya memiliki kegunaan
umum. Pesanan akan menghabiskan waktu lebih lama untuk berpindah dalam sistem karena
penjadwalan yang sulit, penyetelan mesin yang berubah, dan penanganan bahan yang unik.
Sebagai tambahan, peralatan yang memiliki kegunaan umum, membutuhkan tenaga kerja
yang terampil, dan persediaan barang setengah jadi menjadi lebih tinggi karena adanya
pelatihan dan pengalaman yang dibutuhkan, dan jumlah barang setengah jadi yang tinggi
membutuhkan modal yang lebih banyak.
Pengaturan sel kerja digunakan di saat volume memerlukan pengaturan khusus mesin
dan peralatan. Dalam lingkungan manufaktur, teknologi kelompok mengidentifikasi produk
yang memiliki karakteristik sama dan kemungkinkan tidak hanya batch tertentu (sebagai
contoh, beberapa unit dari produk yang sama) tetapi juga sekumpulan batch, untuk diproses
dalam sel kerja tertentu. SeI kerja dapat dilihat sebagai sebuah kasus khusus dan tata letak
yang berorientasi pada proses. Walaupun ide sel kerja pertama kali diperkenalkan oleh R. E.
Flanders pada tahun 1925, hanya dengan meningkatnya penggunaan teknologi kelompok
maka teknik tersebut semakin teruji.
Ide sel kerja (work cell) adalah untuk mengatur ulang orang dan mesin yang biasanya
tersebar pada departemen proses yang beragam dan sewaktu-waktu mengatur mereka dalam
sebuah kelompok kecil, sehingga mereka dapat memusatkan perhatian dalam membuat satu
produk atau sekumpulan produk yang saling berkaitan. Oleh karena itu, sel kerja dibangun di
sekitar produk.
Sel kerja setidaknya memiliki lima keuntungan dibandingkan dengan fasilitas lini
perakitan dan proses : Pertama, karena tugas- tugas dapat dikelompokan maka pengujian
dapat dilakukan segera. Kedua, pekerja yang diperlukan lebih sedikit. Ketiga, para pekerja
dapat menjangkau wilayah kerja secara lebih luas. Keempat, wilayah kerja dapat
diseimbangkan secara Iebih efisien. Kelima, komunikasi ditingkatkan.
Sekitar 40% dari pabrik di Amerika Serikat yang memiliki karyawan kurang dari 100
orang menggunakan jenis sistem selular, di mana 74% dan pabrik-pabrik besar yang disurvei
telah mengadopsi metode produksi selular. Sebagai contoh, Bayside Controls di Queens,
New York. Selama sepuluh tahun terakhir telah meningkatkan penjualannya dari $300.000
menjadi $11 juta per tahun. Sebagian besar keuntungan ini dikaitkan dengan peralihan
perusahaan ini menjadi manufaktur selular. Sebagaimana yang terlihat dalam kotak
Penerapan MO, Rowe Furnitur tadi memperoleh kesuksesan yang serupa dengan sel kerja.
Tata letak yang berorientasi pada produk disusun di sekeliling produk atau keluarga
produk yang sama yang memiliki volume tinggi dan bervariasi rendah. Produksi yang
berulang dan kontinu, menggunakan tata letak produk.
Terdapat dua jenis tata letak yang berorientasi pada produk, yaitu lini pabrikasi dan
perakitan. Lini pabrikasi (fabrication line) membuat komponen seperti ban mobil dan
komponen logam sebuah kulkas pada beberapa mesin. Lini perakitan (assembly line)
meletakan komponen yang dipabrikasi secara bersamaan pada sekumpulan stasiun kerja.
Kedua lini ini merupakan proses yang berulang, dan dalam kedua kasus, lini ini harus
“seimbang”, yaitu waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan suatu pekerjaan harus sama
atau seimbang dengan waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan pekerjaan pada mesin
berikutnya pada lini pabrikasi, sebagaimana waktu yang dihabiskan pada satu stasiun kerja
oleh seoarang pekerja di lini perakitan harus “seimbang” dengan waktu yang dihabiskan pada
stasiun kerja berikutnya yang dikerjakan oleh pekerja berikutnya.
BAB III
KESIMPULAN
Tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah
operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak strategis karena tata letak
merupakan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya, serta
kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif
dapat membantu organisasi mencapai sebuah strategi yang menunjang diferensiasi, biaya
rendah, atau respon yang cepat.
Terdapat enam tata letak klasik yaitu posisi tetap, berorientasi proses, kantor, eceran,
gudang, orientasi produk. Perusahaan industri fokus pada pengurangan pergerakan bahan
baku dan penyeimbangan lini perakitan. Perusahaan eceran fokus pada usaha display produk.
Gudang fokus pada paduan antara biaya penyimpanan dengan biaya penanganan bahan baku.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Heizer, Jay & Render, Barry. 2009. “Manajemen Operasi Edisi 9, Buku 1”. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat