Anda di halaman 1dari 8

SUMMARY BAB 5, 6, 7, & 8

Chapter 5

Power : Interests, Objectives, and Capabilities of State

Power atau kekuatan adalah sebuah pengaruh yang potensial dari suatu negara terhadap
negara lain atau non negara karena politik, geografis, ekonomi dan finansial, teknologi, militer,
sosial, budaya, atau kemampuan lain yang dimilikinya.

Interests atau kepentingan, bagi para orang skeptis, akan mengklaim bahwa kepentingan
nasional adalah apa yang dikatakan atau tindakan daripada negara itu sendiri. Ada pun bebarapa
hal yang menjadi dasar dari adanya kepentingan ini, yakni, yang pertama bahwa tidak adanya
ketidakpersetujuan diantara para pembuat kebijakan bahwa national survival sebagai tujuan yang
minimum. Sementara itu, survival adalah wujud dari status kedaulatanya, selain itu survival
termasuk kedalam katagori vital interest atau kepentingan yang sangat penting. Yang kedua
sebagi inti dari suatu kepentingan adalah economic vitality and prosperity. Economic prosperity
tidak hanya dicari oleh warga negara, akan tetapi itu juga dapat menjadi sumber yang paling
penting dari sebuah kekuatan pada urusan luar negeri. Yang terakhir adalah preservation of a
society’s core values yang mana menjadi sebuah inti dari kepentingan. Sebagai contoh yakni di
beberapa negara barat, nilai demokratis dan demokrasi adalah kunci penting pada salah satu
elemen identitas. Tidak hanya terbatas pada cerminan suatu struktur dan fungsi sistem politiknya,
namun juga membantu dalam menjawab sebuah pertanyaan yakni “siapa kita dan apa yang kita
perjuangkan ?”.

Objectives atau tujuan. Secara umum, kepentingan biasanya menjadi suatu panduan yang
tidak memadai untuk pembuatan kebijakan secara aktual, dalam hal ini objektif memiliki tujuan
yang benar-benar sangat luas sehingga mencakup berbagai masalah politik, ekonomi, dan sosial.
Threats atau ancaman. Objektif juga dapat dipengaruhi oleh adanya ancaman yang berasal dari
sistem global. Opportunities atau peluang. Sistem global mewakili negara tidak hanya dengan
ancaman terhadap kepentingan nasional, tetapi juga dengan peluang yang dapat memperngaruhi
suatu formula tujuan kebijkan luar negeri.
Prioritization Of Objectives

Masalah berikutnya yang mereka hadapi adalah tujuan kebijakan luar negeri dari kondisi
tertentu (atau internasional dan organisasi transnasional) yang mana dapat menyebabkannya
saling bertentangan dan karenanya tidak sepenuhnya kompatibel. Sebagai contoh yakni tujuan
negara mempromosikan hak asasi manusia mungkin bertentangan dengan tujuan menjaga
hubungan baik atau mengurangi ketegangan dengan negara-negara yang diangap melanggar hak
asasi manusia

States Versus Other Actors

Bagi negara, organisasi internasional, atau transnasional aktor memutuskan dan


mengimplementasikan serangkaian tujuan adalah proses yang kompleks dan sulit. Dari sudut
pandang negara yang telah kita lihat, pembuat kebijakan mungkin tidak setuju dengan tentang
masalah mereka yang perlu dikejar dan apa yang menjadi prioritas relatif mereka. mungkin
terdapat konflik antara tujuan domestik dan dan tujuan asing, akhirnya negara harus bersaing
dengan aktor internasional lainnya yang memiliki serangkaian tujuan mereka sendiri.

Capabilities and Power : Translating Objectives into Realities

Yang pertama yakni Power atau kekuatan yang mana bagi semua orang kekuatan
disamakan dengan kapabilitas. Yang kedua yakni teknologi, hal ini tidak dapa diabaikan karena
kontribusi terhadap kapabilitas politik khususnya teknologi komunikasi. Tidak semua negara
mampu mendapatkan keuntungan yang disediakan oleh komunikasi dan teknologi terkait dengan
apa yang dapat digunakan untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan upaya diplomat dan
perwakilan lainnya diseluruh dunia. Yang ketiga yakni reputation atau reputasi. Hal ini
memperngaruhi gengsi suatu negara yang ridak dapat diremehkan sebagai sebuah kapabilitas.
Selanjutnya yakni democratic and authoritarian regimes. Kapabilitas politik pada suatu negara
sangat terkait terhadap budaya politik itu sendiri, bagaimana struktur sistem politik serta
fungsinya. Regime type. Demokarsi seperti jepang dan kebanyakan negara eropa memilki
pemerintahan parlementer pada unitary state. Political culture. Kapabilitas politki juga
dipengaruhi oleh budaya politik.
Chapter 6

Diplomacy : Managing Relations Among States

Dipmolasi adalah manajemen hubungan internasional melalui negosiasi; metode yang


hubungannya disesuaikan dan dikelola oleh duta besar ataupun utusan; bisnis atau seni diplomat.
Penekanan pada negosiasi dilihat oleh banyak orang sebagai esensi pada diplomasi. Negosiasi
sebuah perjanjian, mencapai kesepakatan atau tawar-menawar dengan negara lain selama
ketentuan perjanjian yang diusulkan. Penekanan selanjutnya yakni pada negara sebagai kunci
aktor diplomatic yang konsisten dengan perspective yang nyata pada diplomasi
Cahpter 7

Force : War, Just Wars, and Armed Intervention

The Rationalities and Irrationalities of Interest War

Kepentingan perang didefinisikan sebagai perang dengan satu atau lebih dari satu negara
melawan dengan satu negara atau lebih dari satu negara. perang saudara terlibat bertarung
diantara dua faksi atau lebih dalam suatu negara. intervensi bersenjata terlibat dalam penyebaran
personel bersenjata ke negara asing untuk memberi keseimbangan dalam perang saudara,
memulihkan ketertiban, menjaga perdamaian, ataupun memaksa negara untuk mengubah
kebijakannya. Perang adalah keputusan yang rasional dikarenakan sebagai sebuah motivasi
untuk melayani negaranya sebagai tujuannya.

State and Societal Levels of Analysis

Kunci utama yakni kombinasi dari penyebabnya individu, kelompok, negara, dan
masyarakat serta tingkat sistem internasional tidak diragukan lagi bahwa hal itu bertanggung
jawab atas pecahnya perang tertentu. Tantangan yang sulit adalah menentukan mana yang paling
menonjol dalam kasus apapun itu. Para realis yang mengamati duia politik dan perang,
mengklaim bahwa itu adalah anarki yang mendasari sistem yang memungkinkan terjadinya
perang terlepas dari penyebab spesifik atau serangkaian penyebab tertentu.

Pacifism and Bellicism

Pacifism adalah sebuah filosofi yang mana menolak semua bentuk perang dan
penggunaan kekerasan sebagai cara yang sah untuk mencapai tujuan, menyelesaikan konflik,
atau tujuan lain. Hal ini berlawanan sekali dengan pengertian daripada bellicism itu sendiri.
Entah melihat nilai dalam perang itu sendiri atau memahami sebagai bagian yang sangat penting
dari politik dunia sehingga tidak dapat dihindarkan. Bellicism cenderung mengabaikan nyawa
manusia dari konflik bersenjata, mengamati bahwa perang juga menghasilkan orang-orang yang
mau berkorban, yang menunjukan keberanian, ketekunan, kesetiaan, kepatuhan, dan nilai-nilai
material yang mungkin ditumbuhkan oleh masyarakat. Sedangkan pacifism berkomitmen untuk
melakukan tindakan anti kekerasan yang mana adalah sebuah pertahanan terbaik.
Just War Theory

Just war theory adalah contoh dari normative theory yang mengatur perilaku yang benar,
bagaimana negara dan agen-nya harus bertindak. Hukum internasional tentang perang yakni
hukum konflik bersenjata yang terletak pada kewajiban perjanjian, praktik adat, tulisan ahli
hukum, dan prinsip-prinsip yang terkait erat dengan teori perang yang adil. Just war theory
diadops antara pacifist dan bellicist. Teori ini meliputi jus ad bellum (hak untuk berperang) & jus
in bello (perilaku yang benar dalam berperang).

Noncombatants

Suatu upaya harus dilakukan untuk menyelamatkan orang-orang yang tidak berperang
dan orang yang tak berdaya lainnya. Dikarenakan noncombatants (populasi masyarakat)
bukanlah objek yang baik pada saat perang.

Target counterforce dan countervalue. Target Counterforce termasuk markas besar


militer, pasukan atau formasi tank, pesawat perang, kapal, fasilitas perawatan, atau instalasi
militer lainnya, sebuah penghancuran yang langsung menuju ke daerah yang mampu
melemahkan kapabilitas perang. Target countervalue adalah perusahaan, persimpangan rel,
bandara udara public, dan pembangkit tenaga listrik di dalam atau di dekat kota yang
berkontribusi pada kemampuan musuh.

Chemical, nuclear and biological weapons. Terlihat jelas sekali bahwa dampak dari
senjata ini sangar luas sekali yang mampu mengenai noncombatants ataupun combatants itu
sendiri, serta dampak penyakit yang menular atau menyebar. Akan tetapi ini dilarang oleh
perjanjian mengenai larangang dalam penggunaan senjata kimia dan biologi.
Chapter 8

International Cooperation : International Organization Alliances and Coalition

Anarchy, Coorperation, Harmony, and Discord

Menurut pandangan realis, dalam anarki internasional tidak ada pemerintahan pusat atau
pemerintahan dunia dalam hubungan internasional. Dalam kerentanan pihak semua negara dan
rakyat, ada satu cara yang digunakan untuk mengatasi masalah keamanan dibawah anarki seperti,
negara bergantung pada dirinya sendri, meningkatkan kemampuan ekonomi, dan militernya dan
tujuan keamanan sendiri adalah untuk mencegah agresi dari negara lain. kapabilitas dimiliki
suatu negara yang mana mendorong negara untuk berkolaborasi atau mengajak untuk
bekerjasama demi mencapai tujuan. Kerjasama bermanfaat untuk merangkul antar negara yang
sedang dalam perselisihan sehingga terciptalah harmoni.

World Government

Menciptakan world government (pemerintah dunia) melibatkan manajemen terpusat dari


politik internasional atau dunia. jika dilihat dalam bentuk lengkapnya, pemerintah dunia sebagai
lembaga pembuat hukum, peradilan, dan penegakan hukum yang tersentralisasi akan didirikan
dan juga membuat kebijakan luar negeri dan keamanan nasional, serta keuangan pemerintah.

Alliances, Coalitions, and International Organizations

Aliansi adalah koalisi dari beberapa negara yang sepakat untuk membuat komitmen
formal dalam jangka panjang.

Collective Security

Collective Security merupakan “all against one” atau dengan kata lain ide yang
mendasari pendekatan ini merupakan rasa kebersamaan dalam pelaksanaan hukum internasional
dan kebijakan terhadap negara-negara yang melangar hukum internasional. Collective security
berorientasi secara regional maupun global dan mempunyai tujuan untuk memperngaruhi serta
meminta agar setiap negara tidak melakukan tindakan agresi kepada negara lain atau melanggar
hukum internasional
Konsep dari collecticve security berbeda dengan konsep balance of power dalam
mewujudkan perdamaian dan keamanan internasional. Dalam konsep collective security setiap
negara mengkontrol kebijakan luar negerinya masing-masing dengan berjanji untuk melawan
agresi dengan kekuatan yang lebih besar byaitu upaya penegakan hukum internasional. Hal ini
guna untuk menghentikan agresi dari setiap negara dan mengajak setiap negara untuk patuh
terhadap hukum internsaional.

Terdapat beberapa permasalahan dalam konsep keamanan bersama yang kemudian


menjadi batasan terkait konsep keamanan bersaman tersebut. pertama, terdapat kebingungan
terkait dengan penyebab dan akibat dalam hubungan antara keamanan bersama dan perdamaian,
yang kemudian melahirkan suatu pertanyaan “apakah keamanan bersama yang membentuk
konsep perdamaian ataukah perdamaian yang membentuk konsep keamanan bersama ?”. Kedua,
terdapat perbedaan antara komitmen dan tindakan dari setiap negara terkait konsep keamanan
bersama.

Peacekeeping

Peacekeeping atau penjaga perdamaian dapat dipahami sebagai perpanjangan dari


pemikiran collective security, yakni untuk mengatasi konflik yang mengancam perdamaian dan
keamanan internasional, khususnya di wilayah-wilayah dimana terjadinya konflik. Setelah
berakhirnyab perang dunia ke dua dan setelah terjadinya perang dingin dimana keadaan saat itu
mendorong usaha untuk menjaga perdamaian yakni salah satunya dengan menempatkan pasukan
multinasional perserikatan bangsa bangsa atau kontingen nasional dan multinasional lainnya
pada patrol di wilayah perbatasan territorial. Pasukan PBB tersebut tidak pernah memiliki
maksud untuk melakukan peperangan, mereka hanya melakukan pertahanan dan dilengkapi oleh
persenjataan yang ringan dan hanya akan digunakan jika mendapat serang dari luar.

Functional Collaboration in Specialized Agencies, Other International Organizations, and


Regimes

Fungsionalisme yang fungsinya memberikan dorongan untuk mendirikan organisasi


internasional. Fungsionalis mengutamakan kepentingan bersama dan kebutuhan bersama (baik
negara maupun non negara) dalam proses integrasi global. Neofungsionalisme menekankan
peran yang dimainkan oleh elit yang terhubung secara politis, yang seringkali secara teknis
terspesialisasi sebagai pembawa integrasi dan konstruksi serta perluasan organisasi internasional.
Komunitas epistemic adalah sebuah komunitas yang dibentuk oleh bebrapa tokoh yang
berkomunikasi satu sama lain melintasi batas-batas negara, membangun hubungan professional
dan asosiasi di bidang-bidang yang secara teknis mendefinisikan kepentingan dan kepedulian
bersama mereka.

Anda mungkin juga menyukai