Anda di halaman 1dari 3

RANGKUMAN MATERI BAB 4

TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA (LEASING)

A. PENGERTIAN SEWA GUNA USAHA


Sewa guna usaha adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna
barang modal). Sewa guna usaha dibedakan menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi dan sewa guna
usaha tanpa hak opsi.

Ditinjau dari teknis pelaksanaannya transaksi sewa guna usaha dapat dilakukan secara
langsung (direct lease) maupun dengan cara penjualan dan penyewaan kembali (sale and lease back).

B. PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA

1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan
nilai sisa barang modal harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan
keuntungan lessor.
2. Masa sewa guna usaha ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal
golongan 1, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk
golongan bangunan.
3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
4. Dalam Pasal 16 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 mengatur mengenai
ketentuan perpajakan bagi lessee yang melakukan transaksi finance lessee sbb :
a. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewagunausahakan
sampai saat lessee membeli barang tersebut.
b. Setelah lessee menggunakan hak opsinya membeli barang modal yang disewagunausahakan
maka lessee boleh melakukan penyusutan dengan dasar yaitu harga opsi barang modal yang
bersangkutan.
c. Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee, kecuali pembebanan
atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee.
d. Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan, Dirjen Pajak
melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa guna usaha tersebut dan
memperlakukannya sebagai operating lease. Perubahan ini tidak dilakukan apabila terjadi
karena force majeur, gagal bayar (default), maupun pertimbangan ekonomi tanpa motif
menghindari pajak dan tidak ada hubungan istimewa antara lessor dan lessee.
e. Lesee tidak memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha.

C. AKUNTANSI UNTUK SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI


1. Pembayaran jaminan dibukukan sebagai piutang kepada lessor.
2. Nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha dan nilai sisa dibukukan sebagai aset tetap
dan kewajiban sewa guna usaha.
3. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai tunai adalah tingkat bunga yang
dibebankan oleh lessor atau tingkat bunga yang berlaku pada awal sewa guna usaha.
4. Pembayaran sewa guna usaha yang dilakukan selama jangka waktu kontrak dialokasikan dan
dibukukan sebagai angsuran pokok dan beban bunga.
5. Asset tetap sewa guna usaha yang dikapitalisasi selanjutnya diamortisasi selama taksiran umur
ekonomisnya dengan menggunakan metode yang sama untuk aset sejenisnya.
6. Pada akhir tahun harus dilakukan penyesuaian terhadap bunga akrual, amortisasi sewa guna
usaha akhir tahun, dan amortisasi keuntungan modal dan kerugian modal.
7. Dalam laporan keuangan disajikan sebagai bagian dari kewajiban dan diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang sesuai dengan praktik yang lazim untuk
usaha lessee.
8. Apabila dilakukan transaksi jual dan sewa kembali, maka selisih harga jual dengan nilai buka aset
dibukukan sebgai “keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan” yang harus diamortisasi secara
proposional.

D. PERENCANAAN PAJAK UNTUK SEWA GUNA USAHA

1. Membeli secara Langsung atau Melalui Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Apabila membeli secara langsung maka jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka
menghitung penghasilan kena pajak adalah beban penyusutan.
b. Besarnya beban penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan dan umur
ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan.
c. Apabila membeli secara sewa guna usaha, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk
membayar sewa guna usaha tersebut dapat dibiayakan pada tahun yang bersangkutan.
d. Masa sewa guna usaha bisa lebih pendek dari umur ekonomis sehingga perusahaan dapat
membiayakan perolehan aset tetap lebih cepat dibandingkan apabila menggunakan
penyusutan (penyusutan yang dipercepat).

2. Penjualan dan Penyewaan Kembali


Hal yang perlu diperhatikan adalah jika gedung dimiliki secara langsung, maka biaya yang boleh
dikurangkan hanya beban penyusutan atas gedung yang harus dilakukan dalam jangka waktu 20
tahun. Apabila diperoleh melalui sewa guna usaha dengan hak opsi maka semua biaya yang
dikeluarkan untuk pembayaran sewa baik atas tanah maupun bangunan dapat dibiayakan.

3. Pengadaan Mesin Baru


Jika perusahaan melakukan pembelian mesin secara langsung, maka yang dapat diakui sebagai
biaya adalah beban penyusutan. Untuk mnghitung besarnya beban penyusutan, metode yang
dapat digunakan adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun.

4. Perbandingan antara Sewa Guna Usaha dengan Pembelian Langsung


Besarnya perbandingan penghematan pajak antara sewa guna usaha dengan pembelian langsung
secara tunai dilakukan dengan cara membandingkan jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam
rangka menghitung penghasilan kena pajak. Untuk sewa guna usaha, biaya yang dapat
dikurangkan adalah seluruh biaya sewa dan beban penyusutan sebesar nilai opsi. Sedangkan
untuk pembelian langsung adalah sebesar beban penyusutannya saja.

5. Tanah dan Bangunan yang Sudah Dimiliki, Sebaiknya Direvaluasi, Tidak Direvaluasi, atau
Dijual dan Disewakan Kembali

6. Analisis Alternatif yang Sebaiknya Dipilih


Sebelum menentukan alternatif mana yang sebaiknya dipilih, terlebih dahulu penulis akan
melakukan perhitungan harga perolehan dan penhematan pajak baik secara nominal maupun nilai
utnai untuk ketiga alernatif, baik revaluasi, tanpa revaluasi, maupun penjualan dan penyewaan
kembali.
Contoh soal

Pada tahun 2016 PT Bina Cita (lessee) menyewa sebuah mesin produksi dari PT Cipta
Karya (lessor) dengan kesepakatan bentuk sewa adalah operating lease. Masa manfaat mesin
adalah 5 tahun dan PT Bina Cita hanya menyewa selama satu tahun saja dengan nilai sewa
Rp24.000.000,- per tahun. Uang sewa untuk setahun penuh dibayarkan kepada PT Cipta Karya
pada setiap awal tahun (Januari 2016). Maka berikanlah penjelasan dan analisis yang
komprehensif mengenai aspek akuntansi dan perpajakan yang harus dilakukan oleh PT Bina Cita
jika kedua pihak tetap melakukan pengakuan pendapatan dan beban untuk setiap bulan di
pembukuan masing – masing.

Terhadap ilustrasi diatas, maka dari sisi akuntansi dan perpajakan PT Bina Cita harus
mencatat biaya yang dibayarkan kepada PT Cipta Karya sebagai beban sewa. Tetapi disaat yang
sama ketika melakukan pembayaran, maka PT Bina Cita harus memotong PPh Pasal 23 sebesar
2% dari nilai sewa. PPh Pasal 23 yang telah dipotong ini akan menjadi utang yang wajib
disetorkan ke Kas Negara sesuai batas waktu yang ditentukan. Aspek lain yang harus
diperhatikan PT Bina Cita adalah sehubungan dengan pembayaran yang dilakukan pada awal
tahun sehingga saat dilakukan pembayaran, PT Bina Cita memperoleh hak untuk memanfaatkan
sampai dengan akhir tahun (Sewa Dibayar Dimuka) sebesar Rp24.000.000,- atau setara dengan
Rp2.000.000,- per bulan. Sehingga ayat jurnal yang perlu dicatat oleh PT Bina Cita untuk
periode Januari 2016 adalah sebagai berikut:

Keterangan Debit Kredit


Beban Sewa Rp2.000.000 –
Sewa Dibayar Dimuka Rp22.000.000
Kas – Rp23.520.000
Utang PPh Pasal 23 – Rp480.000

Ketika PPh Pasal 23 sudah disetor ke Kas Negara maka PT Bina Cipta melakukan pencatatan
sebagai berikut:

Keterangan Debit Kredit


Utang PPh Pasal 23 Rp480.000 –
Kas – Rp480.000

Anda mungkin juga menyukai