Li
Li
PENDAHULUAN
1
7. Pengobatan seperti apa yang dilakukan pada klien Patent Ductus
Arteriosus/PDA ?
8. Penatalaksanaan yang digunakan pada Penyakit PDA?
9. Pemeriksaan diagnostik apa yang digunakan untuk mengetahui klien yang
memeiliki penyakit patent ductus arteriosus ?
10. Komplikasi yang terjadi pada Penyakit PDA?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mencegah paten ductus arteriosus
2. Mengetahui patofisiologi paten ductus arteriosus
3. Memberikan penjelasan tentang bahaya yang di timbulkan paten ductus
arteriosus
4. Agar masyarakat memahami penyakit paten ductus arteriosus
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Batas-batas Jantung
Kanan : Vena Cava Superior (CVS), atrium kanan, vena cava inferior
Kiri : Ujung ventrikel kiri
Anterior : Atrium kanan, Ventrikel kanan, Sebagian kecil ventrikel kiri
Posterior : Atrium kiri, 4 Vena pulmonalis
Inferior : Ventrikel yang terletak hampir horizontal sepanjang
diafragma sampai apeks jantung
Superior : Apendik Atrium
Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan
bantuan keempat katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke
belakang dan menjaga agar darah tersebut mengalir ke tempat yang
dituju. Keempat katup ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara
atrium kanan dan ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di antara
ventrikel kanan dan arteri pulmonal, katup mitral yang terletak di antara
atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta, terletak di antara ventrikel
kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet
anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet).
Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem
saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf
vagus melalui preksus jantung. Serabut post ganglion pendek melewati
nodus SA dan AV, serta hanya sedikit menyebar pada ventrikel. Saraf
simpatis berasal dari trunkus toraksik dan servikal atas, mensuplai
kedua atrium dan ventrikel. Walaupun jantung tidak mempunyai
persarafan somatik, stimulasi aferen vagal dapat mencapai tingkat
kesadaran dan dipersepsi sebagai nyeri.
Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner
kanan berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus
pulmonalis dan apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan
4
sampai mencapai lekukan interventrikuler posterior. Pada 85% pasien
arteri berlanjut sebagai arteri posterior desenden/ posterior decendens
artery (PDA) disebut dominan kanan. Arteri koroner kiri berasal dari
sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri anterior desenden
kiri/ left anterior descenden (LAD) interventrikuler dan sirkumfleks.
LAD turun di anterior dan inferior ke apeks jantung.
Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke
atrium kanan. Sinus koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik
pada atrium kanan, secara morfologi berhubungan dengna atrium kiri,
berjalan dalam celah atrioventrikuler.
5
berwarna merah. Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui
keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel
kiri melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri,
dinamakan tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi
maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari
atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan
segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya
dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara
bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel.
6
lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri
melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh.
Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas,
memasuki ventrikel kanan melalui vena cava superior. Kemudian
melalui arteri pulmonalis besar meninggalkan ventrikel kanan menuju
aorta melewati duktus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melalui
aorta, arteri iliaka interna dan arteri umbilikalis untuk mengadakan
pertukaran gas selanjutnya. Foramen ovale dan duktus arteriosus
berfungsi sebagai saluran/ jalan pintas yang memungkinkan sebagian
besar dari cardiac output yang sudah terkombinasi kembali ke plasenta
tanpa melalui paru-paru.
Bayi segera menghisap udara dan menangis kuat tepat setelah
dilahirkan. Dengan demikian paru-parunya akan berkembang, tekanan
dalam paru-paru mengecil dan seolah-olah darah terhisap ke dalam
paru-paru (tahanan vaskular paru menurun dan aliran darah pulmonal
meningkat). Duktus arteriosus menutup dan tidak berfungsi lagi,
demikian pula karena tekanan dalam atrium sinistra meningkat maka
foramen ovale akan tertutup sehingga selanjutnya tidak berfungsi lagi.
Tahanan vaskular sistemik juga meningkat. Akibat dipotong dan
diikatnya tali pusat, arteri umbilikalis dan duktus venosus akan
mengalami obliterasi. Dengan demikian setelah bayi lahir maka
kebutuhan oksigen dipenuhi oleh udara yang dihisap ke paru-paru dan
kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan yang dicerna dengan sistem
pencernaan sendiri.
7
Gambar 2. Sirkulasi fetal.
8
Kapiler melakukan gerakan kontraksi dan relaksasi
secara bergantian, yang disebut dengan vasomotion
sehingga darah mengalir secara intermittent. Dengan aliran
yang demikian, terjadi pertukaran zat melalui dinding
kapiler yang hanya terdiri dari selapis sel endotel. Ujung
kapiler yang membawa darah teroksigenasi disebut arteriole
sedangkan ujung kapiler yang membawa darah
terdeoksigenasi disebut venule; terdapat hubungan antara
arteriole dan venule “capillary bed” yang berbentuk seperti
anyaman, ada juga hubungan langsung dari arteriole ke
venule melalui arteri-vena anastomosis (A-V anastomosis).
Darah dari arteriole mengalir ke venule, kemudian sampai
ke vena besar (v.cava superior dan v.cava inferior) dan
kembali ke jantung kanan (atrium kanan). Darah dari atrium
kanan selanjutnya memasuki ventrikel kanan melalui katup
trikuspidalis.
2. Sirkulasi pulmonal
Sistem sirkulasi pulmonal dimulai ketika darah yang
terdeoksigenasi yang berasal dari seluruh tubuh, yang
dialirkan melalui vena cava superior dan vena cava inferior
kemudian ke atrium kanan dan selanjutnya ke ventrikel
kanan, meninggalkan jantung kanan melalui arteri
pulmonalis menuju paru-paru (kanan dan kiri). Di dalam
paru, darah mengalir ke kapiler paru dimana terjadi
pertukaran zat dan cairan, sehingga menghasilkan darah
yang teroksigenasi. Oksigen diambil dari udara pernapasan.
Darah yang teroksigenasi ini kemudian dialirkan melalui
vena pulmonalis (kanan dan kiri), menuju ke atrium kiri dan
selanjutnya memasuki ventrikel kiri melalui katup mitral
9
(bikuspidalis). Darah dari ventrikel kiri kemudian masuk ke
aorta untuk dialirkan ke seluruh tubuh (dan dimulai lagi
sirkulasi sistemik).
10
ke ventrikel kanan → arteri pulmonalis → paruparu → vena pulmonalis
→ atrium kiri.
11
Darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus
pulmonalis sesaat setelah katup trikuspid tertutup. Trunkus
pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri
yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada
pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri
dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan
menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan
darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
3. Katup Bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari
atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup
bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid
terdiri dari dua daun katup.
4. Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal
aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi
sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup
akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah
darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
Pembuluh darah yang terdiri dari arteri, arteriole, kapiler dan
venula serta vena merupakan pipa darah dimana didalamnya
terdapat sel-sel darah dan cairan plasma yang mengalir keseluruh
tubuh. Pembuluh darah berfungsi mengalirkan darah dari jantung ke
jaringan serta organ2 diseluruh tubuh dan sebaliknya. Arteri,
arteriole dan kapiler mengalirkan darah dari jantung keseluruh
tubuh, sebaliknya vena dan venula mengalirkan darah kembali ke
jantung.
12
2.1.5 Anatomi Patent Ductus Arteriosus (PDA)
13
(unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif
terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2).
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang
dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya
perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan
menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2
minggu.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin
yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal
duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara
14
anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak
menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
(Buku ajar Kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus
(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi
ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus
setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta
(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz &
Sowden, 2002 ; 375)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus
setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta
(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz &
Sowden, 2002)
Duktus Arteriosus Persisten (DAP) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka
setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7 % dari seluruh penyakit jantung
bawaan. Duktus Arteriosus Persisten sering dijumpai pada bayi prematur. Insiden
bertambah dengan berkurangnya masa gestasi. (Mansjoer, Arif, dkk, 2000)
PDA merupakan kelainan dimana terdapat kegagalan ductus arterious utuk
menutup setelah lahir sehingga terdapat hubungan langsung antara aorta dengan
erteri pulmunalis (Wayan,2013)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka
setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh PJB. duktus arteriosus
patent sering dijumpai pada bayi premature,insidennya bertambah dengan
berkurangnya masa gestasi
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Patent Ductus
Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP) adalah kelainan jantung
kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus
15
yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan
pasca kelahiran bayi. Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal
dalam waktu 2 bulan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai
ligamentum arteriosum.
16
Tingkat I
Pasien sering menderita infeksi saluran napas, tetapi pertumbuhan fisik masih
sesuai dengan umur. Peningkatan aliran darah ke sirkulasi plumonal dapat terjadi
sehingga timbul hipertensi plumonal ringan. Umumnya pada pasien yang tidak
tertangani dengan baik pada tingkat ini PDA akan berkembang menjadi tahap III atau
IV.
Tingkat II
Keluhan sesak napas dan sianosis semakin nyata. Tahanan sirkulasi paru lebih
tinggi dari pada tahanan sismetik sehingga aliran darah di duktus berbalik dari kanan
ke kiri. Foto polos dada dan EKG menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan, atrium kiri,
dan ventrikel kanan. Kondisi pasin ini disebut sindrom eisenmenger.
17
(shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di
dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan
aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam
atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran
sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior
dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media)
yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang
membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan
elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus
arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor
(pO2).
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai
segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan,
sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus
arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan
mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi
pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh diameter, panjang
PDA serta tahanan vaskuler paru (PVR)
18
Derajat beratnya pirau kiri – kenan ditentukan oleh besarnya defek. Kecuali
pada yang non restriktif, pirau ditentukan oleh perbedaan relatif tahanan antara
sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru.
Peningkatan tekanan di atium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan dapat
memicu terjadinya pirau kiri ke kanan tambahan dari foramen ovale yang teregang/
terbuka (stretched foramen ovale). (Bila volume di atrium kiri bertambah,
tekanan bertambah, septum inter atrium akan terdorong ke arah atrium kanan,
foramen ovale teregang, terbuka, disebut stretched foramen ovale ).
Pada saat janin/fetus, plasenta adalah sumber prostaglandin utama. Setelah
lahir, plasenta tidak ada. Paru-paru merupakan tempat metabolisme prostaglandin.
Dengan hilangnya plasenta, ditambah dengan semakin matangnya fungsi paru,
maka kadar prostaglandin neonatus akan segera menurun. Maka duktus akan mulai
menutup secara fungsional (konstriksi) dimulai dari sisi pulmonal. Penutupan
duktus ini dipengaruhi oleh kadar PaO2 ateri, prostaglandin, thromboksan.
Pada neonatus preterm, penutupan duktus terjadi lambat, karena
metabolisme/degradasi prostaglandin tidak sempurna disebabkan oleh fungsi paru
yang belum matang, dan sensitivitas terhadap duktus meningkat. Respons duktus
terhadap oksigen juga tidak baik. Sementara itu, dengan bertambahnnya umur,
tahanan vaskular paru akan menurun, maka pirau kiri ke kanan akan bertambah,
sehingga muncullah gejala.
Pada usia 2 minggu, duktus akan menutup secara anatomi dengan terjadinya
perubahan degeneratif dan timbulnya jaringan fibrotik, berubah menjadi
ligamentum arteriosum
19
2.5 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor prenatal
2. Faktor genetik
20
4. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemiK
5. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
6. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
7. Apnea
8. Tachypnea
9. Nasal flaring
10. Retraksi dada
11. Hipoksemia
12. Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah
yang besar akan membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan
gejala berupa:
tidak mau menyusu
berat badannya tidak bertambah
berkeringat
kesulitan dalam bernafas
denyut jantung yang cepat.
Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal
jantung kongestif, yang seringkali terjadi pada bayi prematur.
Sebuah PDA yang besar, ditemukan pada masa bayi atau masa
kanak-kanak, dapat menyebabkan:
Pertumbuhan yang buruk.
Berkeringat saat menangis atau makan.
Bernapas cepat atau sesak napas.
Mudah lelah.
Denyut jantung cepat
Warna kebiruan atau kehitaman pada kulit.
21
2.7 Penatalaksanaan Penyakit PDA
Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan :
Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis
dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin
(inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian
antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
1. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
2. Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada
waktu
22
Jika pada saat bayi berusia beberapa minggu terjadi gagal jantung, maka segera
dilakukan pembedahan.
Jika gejalanya hanya berupa murmur, maka pembedahan biasanya dilakukan
pada saat anak berusia 1 tahun.
Jika tidak ada gejala, pembedahan ditunda sampai anak berumur 6 bulan-3
tahun.
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi PDA, yang pemilihannya tergantung
kepada berbagai faktor dan yang terpenting adalah usia anak:
Bayi premature
Pemberian indometasin, yang secara tidak langsung akan merangsang
kontraksi (pengkerutan) otot duktus.
Efek samping dari indometasin adalah perdarahan internal dan kelainan
fungsi ginjal.
Jika pemberian pertama tidak berhasil dan tidak terjadi efek samping,
pemberian indometasin bisa diulang.
Pembedahan
Jika indometasin tidak efektif atau tidak dapat diberikan karena ada
masalah medis lainnya, maka dilakukan pembedahan. Kedua ujung
PDA diikat atau dijahit, lalu duktus dipotong.
23
Pada anak yang berumur lebih dari 6 bulan dan tidak menunjukkan
gejala, dilakukan teknik penutupan transkateter.
Pemberian antibiotik sebelum penderita menjalani perawatan gigi atau
prosedur bedah minor lainnya, bisa membantu mengurangi resiko
terjadinya endokarditis.
Jika PDA telah menutup, baik melalui pembedahan maupun teknik
transkateter, maka 6 bulan setelah penutupan ini, tidak perlu lagi
diberikan antibiotik sebagai tindakan pencegahan terhadap terjadinya
endokarditis.
Indikasi kontra tindakan pembedahan :
Pirau yang berbalik (dari kanan ke kiri) atau Hipertensi pulmonal
Tindakan pembedahan ditunda minimal 6 bulan bila terjadi
endokarditis
Kateterisasi intervensi, penutupan PDA dengan : Koil Gianturco
pada PDA kecil,diameter < 3 mm dAN Amplatzer Ductal Occluder
(ADO) pada PDA sedang-besar
Atasi keadaan yang menyertai PDA : Infeksi, Payah jantung DAN
Gangguan gizi/anemia.
Ligasi Bedah
Ligasi bedah atau ligasi bedah dan pembagian tetap pengobatan
standar paten besar ductus arteriosus (PDA) yang memerlukan
perawatan pada masa bayi. Prosedur ini berisiko rendah di tangan
seorang ahli bedah kardiovaskular yang berpengalaman . Hal ini
berlaku bahkan dalam bayi prematur terkecil.
Diagram yang menggambarkan ligasi paten ductusDiagram
menggambarkan ligasi patent ductus arteriosus.
Ligasi (dengan atau tanpa pembagian paten ductus arteriosus [PDA])
tanpa cardiopulmonary bypass dapat dilakukan melalui torakotomi
24
posterolateral kiri. Video-dibantu thoracoscopic pembedahan (tong)
ligasi patent ductus arteriosus (PDA) kurang invasif dibandingkan
torakotomi posterolateral dan telah terbukti aman dan efektif.
Indikasi
Patent ductus arteriosus (PDA) merupakan indikasi untuk penutupan
bedah. Jelas, perhatian harus dibayarkan kepada adanya lesi jantung
bawaan lain yang mengganggu aliran darah paru. Pada pasien ini,
semua upaya harus dilakukan untuk melestarikan aliran duktal sampai
shunt paliatif lebih permanen dapat dibangun atau perbaikan definitif
dapat dilakukan. Bayi prematur yang sangat kecil masih memerlukan
penutupan bedah.
Pada bayi, perbaikan mungkin mendesak untuk pasien dengan gejala
bukti kegagalan jantung atau pernapasan tidak cukup dikendalikan
dengan obat, atau mungkin ditunda pada pasien yang asimptomatik
atau terkontrol dengan baik pada terapi medis.
Hasil pascaoperasi yang terbaik jika patent ductus arteriosus (PDA)
ditutup sementara pasien lebih muda dari 3 tahun. Peningkatan
kejadian peningkatan resistensi vaskuler paru (PVR) dan hipertensi
pulmonal terjadi jika lesi ditutup pada mereka yang lebih tua dari 3
tahun.
25
Bayi ditemukan memiliki paten tanpa gejala ductus arteriosus (PDA)
setelah periode neonatal harus menjalani ligasi bedah sebaiknya
sebelum usia 1 tahun untuk mencegah komplikasi masa depan dari
patent ductus arteriosus (PDA)
Penutupan duktus diindikasikan untuk kompromi kardiovaskular
(yaitu, komplikasi paru) dan untuk pengurangan risiko endokarditis
infektif (endokarditis bakteri subakut)
Orangtua anak-anak dengan lesi ini harus menyadari bahwa patent ductus
arteriosus (PDA) tidak memiliki pola warisan yang signifikan.
Setelah patent ductus arteriosus (PDA) ditutup, ada batasan khusus atau
perawatan yang diperlukan. Tidak ada pembatasan latihan diperlukan
karena tidak adanya hipertensi pulmonal.
Kebanyakan dokter merekomendasikan profilaksis antibiotik pada saat
risiko bakteremia selama 6-12 bulan setelah penutupan, apakah dengan
kateter atau operasi. (Rekomendasi khusus untuk antibiotik profilaksis
dapat ditemukan di setiap penyakit menular saat ini atau referensi antibiotik,
atau mengacu pada rekomendasi American Heart Association.
Meskipun laporan jarang ada rekanalisasi dan kambuhnya shunt kiri–ke-
kanan setelah patent ductus arteriosus (PDA) ligasi, risikonya sangat
rendah. Jika patent ductus arteriosus (PDA) telah ditutup oleh teknik
radiologis intervensional, mendapatkan tindak lanjut echocardiography
Echocardiograms 2-3 minggu setelah prosedur ini sampai penutupan
lengkap dikonfirmasi adalah bijaksana.
26
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat
2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1
pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
27
tinggi, atau tekanan darah tinggi. Sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil
tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
28
atau sistem arteri: 1-5 coil ditempatkan dalam duktus. Di tangan yang
berpengalaman dengan pemilihan pasien yang tepat, ini telah menjadi
prosedur terkait dengan keberhasilan tinggi dan morbiditas yang rendah.
Metode ini telah dilaporkan 75-100% efektif tetapi terbatas pada duktus
yang hanya 4-5 mm. Coil oklusi paling cocok untuk menutup patent ductus
arteriosus (PDA) dengan diameter minimal kurang dari 2,5 mm. Fue et al
menunjukkan bahwa tingkat penutupan yang sangat tinggi bisa diperoleh di
saluran kurang dari 3 mm menggunakan kumparan, tapi keberhasilan yang
turun signifikan ketika saluran melebihi 3 mm.
Amplatzer duct occluder Baru-baru ini, perangkat Amplatzer telah
memperluas kemampuan untuk menutup patent ductus arteriosus (PDA)
pada kateterisasi jantung. Perangkat ini lebih dapat diandalkan dan lebih
mudah untuk menanamkan dalam paten besar ductus arteriosus (PDA) dari
kumparan occluding musim semi. Kerugian utama dari desain adalah
bahwa bagian aorta perangkat dapat menonjol ke dalam aorta menurun dan
sebagian menghalangi lumen, terutama pada bayi. Namun, Amplatzer duct
occluder II (ADO II), sebuah nitinol fleksibel jala dengan desain simetris
untuk memberikan kemantapan yang tinggi, telah disetujui di Eropa untuk
pengobatan semua jenis patent ductus arteriosus (PDA).
Rashkind ductus oklusi perangkat The Rashkind ductus oklusi adalah
perangkat yangt terdiri dari sistem 2-payung dikirim ke ductus baik jalur
transvenous atau jalur transarterial. Terapi ini memiliki tingkat oklusi
melaporkan dari 83%. Meskipun digunakan secara internasional, tidak
disetujui untuk digunakan di Amerika Serikat
29
hypoxemia dari CHF dan ruang udara penyakit (atelektasis atau intra-alveolar
cairan / pulmonary edema)
Dalam kejadian hipertensi arteri pulmonal persisten (terus-menerus
sirkulasi janin); kanan-ke-kiri intracardiac shunting darah, aliran darah paru
berkurang dengan dihasilkannya hypoxemia, sianosis, dan mungkin acidemia
hadir.
7. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Digunakan untuk mendiagnosa bagian struktur tubuh manusia dengan
gelombang electromagnetic yangbtidak memberi efek radiasi seperti sinar X.
Alat ini sangan berguna untuk pemeriksaan saraf, jaringan otot, jantung dan
pembuluh darah dan tumor. Semakin besar kekuatan magnetiknya semakin baik
kualitas gambarnya
Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi
magnetik adalah alat pemindai yang memanfaatkan medan magnet dan energi
gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh.
MRI dapat memberikan informasi struktur tubuh yang tidak dapat ditemukan
pada tes lain, seperti X-ray, ultrasound, atau CT scan.
Pada tes MRI, tubuh yang akan dipindai ditempatkan pada sebuah mesin
dengan magnet yang kuat. Gambar-gambar yang dihasilkan dari MRI berupa
foto digital yang dapat disimpan di komputer untuk dipelajari lebih lanjut.
MRI adalah salah satu cara dokter memeriksa dan menghasilkan gambar
organ, jaringan, dan sistem rangka dengan resolusi tinggi. Hal itu nantinya
dapat membantu dokter melakukan diagnosis berbagai kondisi.
Jantung dan pembuluh darah
MRI yang dilakukan pada jantung atau pembuluh darah bertujuan
melihat beberapa hal seperti ukuran dan fungsi pada serambi jantung, ketebalan
dan gerakan dinding jantung dan tingkat kerusakan akibat serangan jantung.
Selain itu dapat juga mendeteksi masalah struktural pada urat nadi, seperti
30
dinding pembuluh darah yang melemah atau sobek, maupun radang dan
penyumbatan pada pembuluh darah.
Perkembangan lebih lanjut dari penyakit ini tergantung pada volume
dan tekanan hubungan. Volume (tekanan atau perlawanan), Volume suara
tinggi menghasilkan peningkatan tekanan arteri paru-paru pada akhirnya
menghasilkan perubahan endotel dan otot dalam dinding pembuluh darah.
Perubahan ini mungkin akhirnya menyebabkan penyakit paru obstruktif
vaskular (PVOD), suatu kondisi perlawanan terhadap aliran darah paru yang
mungkin tidak dapat diubah dan akan menghalangi perbaikan definitif.
31
7. Hepatomegali (pembesaran hati) Jarang terjadi pada bayi premature
8. Enterokolitis nekrosis Kelainan pada saluran pencernaan berupa bercak
pada mukosa atau submokosa yang sering terjadi pada bayi pematur.
9. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas)
10. Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah trombosit
11. Hiperkalemia(penurunan keluaran urin)
12. CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh. Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena
penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik
apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit
katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi
kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
13. Gagal tumbuh
32
BAB III
Asuhan Keperawatan Anak pada PDA
3.1 Pengkajian
2. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.
1. Anamnesa
33
15 %. PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang
menderita jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
2. Keluhan Utama
6. Riwayat Psikososial
34
c. Persyarafan B3 ( Brain) Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan
kesadaran.
35
- RR ( > 30 – 40x/menit) lebih rendah (arteri
- BGA tidak normal pulmonalis)
- Adanya napas cuping Resirkulasi darah
hidung beroksigen dari aorta ke
Data Subjektif: arteri pulmonalis
Pasien rewel tidak mau Beban ventrikel kiri ↑
makan dan minum Pelebaran dan hipertensi
Data Objektif: vertikel kiri
- Berat badan turun Tekanan vena dan kapiler
- Status gizi buruk pulmonar naik
- Edema paru
Penurunan difusi oksigen
Gangguan pertukaran gas
Curah jantung turun
Suplai oksigen ke jaringan
berkurang
Pemecahan glukosa oleh
O2 menjadi terganggu
Pembentukan energi
berkurang
Lemah, lesu
Anoreksia
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan
36
Data Subjektif: Edema paru Perubahan nutrisi kurang
Pasien gelisah dan menangis Penurunan difusi oksigen dari kebutuhan tubuh
Data Objektif : Hipoksia
- Antropometri: penurunan pemecahan glukosa oleh
berat badan O2 untuk pembuatan energi
- Biokimia : Hb dan ↓
albumin menurun lemah, gelisah
- Klinik : perubahan kulit anoreksia
mukosa oral (bengkak dan perubahan
kemerahan). nutrisi kurang dari
- Diet : makan tidak habis, kebutuhan tubuh
nafsu makan menurun
Data Subjektif: Gagal jantung kongestif Resiko infeksi
Demam, rewel Pasien gelisah, stress
Data Objektif: Respon imun menurun
- Jumlah limfosit Resiko infeksi
meningkat
- hipertermi (> 36-370 C),
kulit memerah, frekwensi
nafas meningkat, kulit
hangat bila disentuh,
takikardi
Data Subjektif : PDA (Patent Ductus Kecemasan orang tua
Orang tua cemas, tidak Arteriosus)
tenang, dan emosinya labil Dampak hospitalisasi pada
Data Objektif: anak
- Menarik diri Anak menangis dan
ketakutan
37
- Tidak ikut bersedia Kecemasan pada orang tua
dalam melakukan proses
keperawatan
3.3 Intervensi
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1. Observasi kualitas dan 1. Permulaan gangguan pada
kekuatan denyut jantung, nadi jantung akan ada perubahan tanda-
perifer, warna dan kehangatan tanda vital, semuanya harus cepat
kulit dideteksi untuk penanganan lebih
2. Tegakkan derajat sianosis lanjut.
(sirkumoral, membran mukosa, 2. Pucat menunjukkan adanya
clubbing) penurunan perfusi sekunder
38
1. Monitor tanda-tanda CHF terhadap ketidak adekuatan curah
(gelisah, takikardi, tachypnea, jantung, vasokonstriksi dan
sesak, mudah lelah, periorbital anemia.
edema, oliguria, dan 3. Deteksi dini untuk
hepatomegali) mengetahui
Kolaborasi adanya gagal jantung kongestif
1. Pemberian digoxin sesuai Kolaborasi
order, dengan menggunakan 1. Obat ini dapat mencegah
teknik pencegahan bahaya semakin memburuknya keadaan
toksisitas. klien.
2. Berikan pengobatan untuk 2. 2. Obat anti afterload
menurunkan afterload mencegah terjadinya
3. Berikan diuretik sesuai vasokonstriksi
indikasi. 3. Diuretik bertujuan untuk
menurunkan volume plasma dan
menurunkan retensi cairan di
jaringan sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema paru.
39
nadi perifer, warna dan 2. Agar anak tidak tertular
kehangatan kulit infeksi yang akan memperburuk
2. Atur posisi anak dengan keadaan
posisi fowler 3. Menurunkan kebutuhan
3. Hindari anak dari orang oksigen dalam tubuh
yang terinfeksi 4. Membantu klien untuk
4. Berikan istirahat yang
memenuhi oksigenasinya.
cukup
5. Kolaborasi
1. Berikan oksigen jika ada indikasi
2. Untuk deteksi dini terjadinya
gangguan pernapasan
40
2. Kaji kesiapan pasien 3. Agar klien termotivasi
untuk meningkatkan aktivitas untuk melakukan aktivitas sehingga
3. Dorong memajukan terpacu untuk sembuh.
aktivitas 4. Memudahkan klien ntuk
4. Berikan bantuan sesuai beraktivitas tapi tidak memanjakan.
dengan kebutuhan dan anjurkan 5. Klien termotivasi untuk
penggunaan kursi mandi sembuh.
5. Dorong pasien untuk
partisipasi dalam memilih periode
41
4. Memantau masa tumbuh meningkatan kemmapuan
kebang anak anak
5. Agar anak bisa tumbuh 6. Keluarga dapat mendukung
dan berkembang sebagaimana proses penyembuhan
mestinya
6. Anggota keluarga sangat
besar pengaruhnya terhadap
proses pertumbuhan dan juga
perkembangan anak-anak
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan
meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status
nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Status nutrisi terpenuhi
- nafsu makan klien timbul kembali
- berat badan normal
- jumlah Hb dan albumin normal
Intervensi Rasional
1. Kaji pemenuhan 1. Mengetahui kekurangan nutrisi
kebutuhan nutrisi klien klien.
2. Mencatat intake dan 2. Mengetahui perkembangan
output makanan klien. pemenuhan nutrisi klien.
3. Kolaborasi dengan ahli 3. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam
gizi untuk membantu memilih ilmu gizi yang membantu klien
42
makanan yang dapat memenuhi memilih makanan sesuai dengan
kebutuhan gizi selama sakit keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat
4. Manganjurkn makan sedikit- badannya.
sedikit tapi sering. 4. Dengan sedikit tapi sering
mengurangi penekanan yang
berlebihan pada lambung.
43
7. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.
Tujuan: kecemasan menurun
Kriteria hasil: Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya
lagi,orangtua berpartisipasi dalam proses perawatan.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan orang 1. Pengetahuan orang tua akan
tua mempengaruhi persepsi dan tingkah
2. Beri penjelasan tentang keadaan lakunya pada anak
bayinya. 2. Dengan mengetahui kondisi
3. Libatkan keluarga dalam anaknya, akan mengurangi
perawatan bayinya. kecemasan orang tua.
4. Berikan support dan 3. Akan membuat orang tua nyaman
reinforcement atas apa yang dapat dan lebih tenang jika senantiasa
dicapai oleh orang tua. dekat dengan anaknya.
5. Latih orang tua tentang cara-cara 4. Dukungan dan kasih sayang orang
perawatan bayi dirumah sebelum tua akan mempercepat kesembuhan
bayi pulang anak
5. Dengan menambah pengetahuan
orang tua dalam perawatan anaknya
akan mempermudah proses
perawatan dan penyembuhan anak.
44
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paten ductus arteriosus merupakan saluran yang berasal dari arkus aorta ke
VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendes.
Menutupnya ductus arteriosus pada minggu pertama kehidupan yang menyebabkan
mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang
bertekanan rendah.
B. Saran
45