Kelembapan udara relatif (atau RH, Relative Humidity), adalah rasio antara tekanan uap
air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air jenuh pada temperatur tersebut.
Pengertian lain dari RH adalah perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam
udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung
oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.
Dalam konteks budidaya tanaman, kelembapan udara dipengaruhi dan memengaruhi laju
transpirasi tanaman. Tingginya laju transpirasi akan meningkatkan laju penyerapan air oleh
akar hingga pada batas tertentu, namun jika terlalu tinggi melampaui laju penyerapan dan
terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanaman mengering.
Udara 0,024
Hidrogen 0,17
Air 0,61
Polistirena 0,034
Kayu 0,115
Salju 0,17-0,52
Gelas 0,34-1,21
Tanah 1,04-1,73
Beton 1,73
Baja 45,00
Aluminium 212,80
Tembaga 385,80
Untuk penggunaan di daerah gurun, rumah kaca berfungsi untuk menurunkan temperatur
udara di dalam sehingga tidak sepanas udara di lingkungan luar. Hal ini bertujuan agar
tanaman dapat tumbuh, karena pada umumnya kondisi gurun terlalu ekstrem untuk tanaman
pertanian. Tipe greenhouse seperti ini umumnya tertutup dengan atap yang tidak bening,
namun agak teduh untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk. Pengendalian
kelembapan udara juga diperhatikan, mengingat lingkungan gurun sangat kering.
Masalah yang mungkin timbul dari rapatnya konstruksi greenhouse dan cenderung tertutup
dari lingkungan luar adalah kadar karbon dioksida. Ventilasi yang terlalu rapat dapat
menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dalam greenhouse. Fotosintesis yang terjadi
di dalam greenhouse cenderung lebih intens dibandingkan dengan kondisi di luar,
menyebabkan penyerapan karbon dioksida melebihi kondisi normal. Hal ini dapat diatasi
dengan memperkaya kandungan karbon dioksida di dalam greenhouse dengan suatu
generator agar kadar kardon dioksida di dalam tidak jatuh hingga di bawah normal.
Pengendalian lingkungan pada bangunan produksi
ternak[sunting | sunting sumber]
Hubungan antara hewan ternak dan faktor lingkungannya sangat kompleks; pemahaman
terhadap hal ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan mikro hewan yang sesuai
bagi pertumbuhan hewan. Pemenuhan kondisi lingkungan yang sesuai merupakan salah
satu syarat menciptakan kenyamanan bagi hewan ternak yang pada akhirnya akan
memberikan produktivitas terbaiknya.
Kondisi temperatur yang baik bagi hewan yaitu kondisi di mana hewan ternak tidak
menunjukkan gejala responsif terhadap temperatur. Temperatur juga memengaruhi tingkat
kenyamanan hewan ternak, di mana temperatur kenyamanan bagi setiap jenis hewan ternak
dan dalam kondisi tertentu berbeda-beda. Hal ini berarti memerlukan desain kandang yang
berbeda untuk setiap jenis hewan ternak dalam setiap kondisi (kandang untuk hewan ternak
yang baru lahir, kandang untuk hewan ternak yang sedang hamil, kandang untuk hewan
ternak yang sedang sakit, dan sebagainya). Karena sesungguhnya, sulit untuk menciptakan
kondisi temperatur yang berbeda bagi hewan yang berbeda pada satu kandang. Meski
hewan ternak memiliki adaptasi homeostasis(pengkodisian temperatur tubuh atau
mempertahankan temperatur tubuh dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk
menciptakan kenyamanan bagi dirinya sendiri), namun hal itu membutuhkan energi yang
tinggi dari hewan tersebut, yang dapat mengakibatkan berkurangnya hasil hewan ternak
yang dikehendaki.
Pengaturan temperatur dalam satu kandang dapat dilakukan dengan pengaturan ventilasi.
Jenis-jenis ventilasi yaitu ventilasi alamiah, dan ventilasi mekanis di mana AC dan tungku
penghangat juga termasuk di dalamnya.
Fasilitas di dalam kandang hewan ternak dibangun dengan memperhatikan aspek tingkah
laku dan kesehatan hewan. Umumnya hewan ternak termotivasi untuk beristirahat, makan,
minum, dan bergerak-gerak tergantung kondisi lingkungan dan fisiologis yang didapatkan
oleh hewan, dan itu membutuhkan adaptasi struktur terhadap hal-hal tersebut, seperti
contoh, sapi menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan beristirahat, sehingga
diperlukan konstruksi kandang yang memungkinkan bagi sapi untuk merasa nyaman ketika
ia beristirahat.
Faktor lainnya yang digunakan untuk konstruksi kandang hewan adalah pembebanan
terhadap lantai kandang oleh peralatan-peralatan kandang dan beban hewan ternak. Selain
itu, diperlukan konstruksi lantai yang mudah dilakukan pembersihan dan anti slip, khususnya
pada kandang hewan ternak besar untuk mencegah terjadinya kecelakaan bagi hewan
ternak. Selain itu, diperlukan drainase yang baik agar kotoran dan sisa-sisa makanan serta
air yang tergenang tidak menjadi sarang penyakit.
Material yang digunakan dalam konstruksi kandang di segala aspek secara umum harus
resisten terhadap hal-hal berikut:
Banyak faktor yang berperan dalam penyimpanan bahan hasil pertanian. Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah faktor lingkungan (temperatur, kelembapan relatif, komposisi
atmosfer), faktor bahan (kadar air, aktivitas air, dan sebagainya), tindakan penanganannya
(cara dan waktu panen, pencucian, pengeringan, dan sebagainya), faktor bangunan
(struktur, kemampuan pengaturan lingkungan dalam bangunan, fasilitas, dan sebagainya).
Secara umum, setiap elemen bangunan penyimpanan hasil pertanian harus memenuhi
berbagai kondisi. Atap harus dapat melindungi komoditas di dalamnya dari cuaca, angin,
pengaruh sinar matahari secara langsung, organisme pengganggu, serta dapat memberikan
hawa sejuk bagi ruangan dan produk yang disimpannya. Lantai harus memberikan ruang
gerak yang aman, memudahkan pembersihan dan perawatan, dapat menahan beban
produk, serta dapat mencegah penyerapan kadar air. Pondasi harus dapat mengurangi
pergeseran bangunan terhadap tanah. Pintu harus memperlancar kegiatan bongkar
muat komoditas dan mencegah masuknya organisme pengganggu. Ventilasi harus dapat
mengontrol suasana di dalam dan di luar sehingga nyaman bagi pekerja, mencegah hujan
dan udara akibat kelembapan tinggi, mencegah kehadiran organisme pengganggu. Jendela
harus berfungsi dalam menciptakan suasana kerja yang nyaman, mengatur cahaya
matahari yang masuk, melindungi dari cuaca dan organisme pengganggu.
Penyimpanan pada suhu rendah[sunting | sunting sumber]
Produk sayuran, buah-buahan, dan hasil peternakan (susu, daging, dan sebagainya) pada
umumnya mudah rusak dan membusuk sehingga memerlukan fasilitas penyimpanan khusus
yang dapat menghambat aktivitas organisme yang mengakibatkan membusuknya sayuran
dan buah-buahan. Hal ini dapat dilakukan dengan penyimpanan suhu rendah, yang juga
digunakan untuk mengawetkan hasil perikanan dan peternakan dengan alasan yang sama.
Fasilitas semacam ini relatif mahal dalam pembangunannya karena memerlukan berbagai
peralatan mekanis, bahaninsulator, instrumentasi elektronika, dan tenaga ahli untuk
mengendalikan faktor-faktor lingkungan di dalam seperti temperatur, kelembapan, komposisi
udara, dan sebagainya.
Kelembapan di dalam ruangan pendingin juga perlu dijaga, karena kelembapan yang terlalu
rendah dapat menyebabkan kelayuan, sedangkan kelembapan yang terlalu tinggi dapat
merangsang pertumbuhan jamur dan kapang. Untuk meningkatkan kelembapan udara,
umumnya dilakukan penyemprotan air ke lantai, sedangkan untuk mengurangi kelembapan,
dapat dilakukan penyebaran bahan-bahan kimia yang dapat menyerap kelembapan dari
udara. Umumnya, buah-buahan yang mengandung banyak air membutuhkan kelembapan
yang lebih tinggi.
Tabel Rekomendasi suhu, kelembapan, dan daya hasil simpan hasil pertanian (Satuhu,
1995)
Hasil pertanian Suhu (oC) Kelembapan relatif (%) Umur simpan (minggu)
Alpukat 13 85-90 2
Pisang Cavendish hijau 12,7-14,4 85-90 3-4
Jeruk 9-10 90 2
Pepaya 10 85-90 3
Perbedaan kelembapan pada penyimpanan setiap jenis buah-buahan dan sayuran memiliki
perbedaan yang sedikit, sehingga pengendalian kelembapan umumnya tidak dilakukan
secara presisi, namun perbedaan temperatur penyimpanan pada setiap jenis buah-buahan
dapat berbeda-beda. Misal, apel membutuhkan temperatur penyimpanan antara 2-3oC, tapi
pisang membutuhkan temperatur penyimpanan antara 12-13oC. (USDA)
Tabel kerusakan dingin beberapa buah/sayuran yang disimpan pada temperatur di bawah
batas aman
Keuntungan sistem curah diantaranya, biji-bijian dapat ditangani seperti halnya fluida yang
dapat dialirkan dan memudahkan pergerakan bahan, tidak membutuhkan karung
pembungkus sehingga menghemat biaya, dan pengendalian kualitas lebih efisien dan
efektif. Selain itu, penyimpanan dalam silo membutuhkan tempat yang tidak lebih luas dari
penyimpanan sistem karung dalam kuantitas yang sama. Penyimpanan hasil pertanian juga
dapat dilakukan dalam waktu yang lebih lama dengan jumlah loss lebih rendah.
Kadar air dalam biji-bijian harus rendah, di mana dalam keadaan tersebut respirasi
minimum.
Biji-bijian harus bebas dari kotoran dan debu yang dapat menghambat sirkulasi udara.
Silo harus berventilasi yang dapat mengatur atmosfer di dalam silo sesuai dengan hasil
pertanian yang disimpan.
Harus kedap air dan pengaruh cuaca serta terbebas dari pengaruh radiasi matahari.
Dilengkapi dengan konveyor dan bucket elevator untuk memudahkan pengangkutan dan
pemindahan bahan.
Perlu diperhatikan bahwa pengendalian kelembapan dan temperatur udara dalam silo
merupakan hal yang cukup penting karena secara alami, biji-bijian bersifat higroskopis, yaitu
mampu melepaskan kadar air ke udara dan juga dapat menyerap kadar air dari udara,
tergantung kondisi temperatur dan kelembapan di sekitar biji-bijian. Hal ini penting, karena
kadar air dalam biji-bijian berpengaruh terhadap pertumbuhan hama dan penyakit
pengganggu biji-bijian.
Modifikasi kadar udara dalam ruang penyimpanan[sunting | sunting sumber]
Modifikasi kadar udara dalam ruang penyimpanan bersama dengan pengaturan temperatur
dan kelembapan merupakan metode penyimpanan atmosfer terkontrol (Controlled
Atmosphere Storage) dalam menyimpan hasil pertanian agar lebih tahan lama. Modifikasi
kadar udara yaitu pengendalian kadar oksigen dan karbon dioksida di dalam ruangan
penyimpanan; umumnya yang dilakukan adalah meningkatkan kadar karbon dioksida dan
menurunkan kadar oksigen. Hal ini perlu dilakukan karena tumbuhan berespirasi dengan
oksigen dan berfotosintesis dengan karbon dioksida. Respirasi menurunkan kadar gula dan
meningkatkan kadar air dalam buah sehingga buah akan semakin lembap dan kehilangan
rasa manisnya, sedangkan fotosintesis berguna untuk mengubah air yang masih tersisa di
dalam hasil pertanian menjadi gula, sehingga kadar air akan berkurang; hal itu memiliki
kemungkinan untuk terjadi jika hasil pertanian tersebut masih memiliki klorofil. Namun
penyimpanan yang bertujuan untuk membiarkan hasil pertanian berfotosintesis jarang
dilakukan karena dinilai mampu mengurangi kesegaran tanaman.
Ada juga metode penyimpanan pada tekanan rendah (Hypobaric Atmosphere), yaitu
penyimpanan produk yang dilakukan pada tekanan rendah sehingga kandungan oksigen
menjadi sangat terbatas.