Anda di halaman 1dari 11

Kelembapan udara relatif[sunting | sunting sumber]

Kelembapan udara relatif (atau RH, Relative Humidity), adalah rasio antara tekanan uap
air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air jenuh pada temperatur tersebut.
Pengertian lain dari RH adalah perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam
udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung
oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

Dalam konteks budidaya tanaman, kelembapan udara dipengaruhi dan memengaruhi laju
transpirasi tanaman. Tingginya laju transpirasi akan meningkatkan laju penyerapan air oleh
akar hingga pada batas tertentu, namun jika terlalu tinggi melampaui laju penyerapan dan
terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanaman mengering.

Kelembapan udara, bersama dengan temperatur paling banyak memengaruhi pertumbuhan


dan perkembangan hama dan penyakit tanaman.

Kecepatan angin[sunting | sunting sumber]


Yang dimaksud dengan kecepatan angin dalam hal ini adalah besarannya dan tidak
bergantung pada arah. Angin memengaruhi laju transpirasi, laju evaporasi, dan ketersediaan
karbon dioksida di udara. Tanaman akan mengalami kemudahan dalam mengambil karbon
dioksida di udara pada kecepatan udara antara 0,1 hingga 0,25 m/s. American Society of
Agricultural Engineeringmerekomendasikan kecepatan angin dalam budidaya tanaman tidak
melebihi 1 m/s. Pengendalian kecepatan angin dapat dilakukan jika budidaya dilakukan
dalam greenhouse dengan ventilasiyang tidak terlalu terbuka serta dinding yang kedap
udara.

engendalian lingkungan pada bangunan


pertanian[sunting | sunting sumber]
Bangunan pertanian harus mampu mengatasi pengaruh buruk dari lingkungan di luar
bangunan. Pengendalian lingkungan di dalam bangunan pertanian
meliputi cahaya, temperatur, kelembapan, komposisi gas, dan sebagainya.

Untuk mempertahankan temperatur lingkungan di dalam suatu bangunan pertanian, harus


ada keseimbangan antara input dan output sumber panas di dalam bangunan tersebut.
Panas dapat masuk ke dalam bangunan pertanian dari berbagai sumber, misalnya aliran
udara masuk, peralatan mekanis, lampu pencahayaan, aktivitas manusia, dan panas yang
dihasilkan dari tanaman maupun hewan di dalamnya. Sedangkan, panas dapat keluar dari
bangunan pertanian melalui udara keluar, konduksi bangunan pertanian, penyerapan panas
oleh elemen-elemen dalam bangunan, dan sebagainya. Besarnya kehilangan panas
konduksi dari suatu bangunan bergantung pada resistansi aliran panas pada bangunan,
luas dinding dan atap, serta perbedaan temperatur antara struktur bangunan dan atmosfer.

Nilai konduktivitas panas bahan

Bahan Nilai konduktivitas (W/m.K)

Udara 0,024

Hidrogen 0,17

Air 0,61

Busa poliuretan 0,026

Polistirena 0,034

Papan gabus 0,043

Kayu 0,115

Salju 0,17-0,52

Gelas 0,34-1,21

Tanah 1,04-1,73

Beton 1,73

Baja 45,00

Aluminium 212,80

Tembaga 385,80

Pengendalian lingkungan pada bangunan produksi


tanaman[sunting | sunting sumber]
Faktor lingkungan yang ada dalam greenhouse adalah cahaya, temperatur, kelembapan,
aliran udara, komposisi udara, dan media tanam. Sedangkan arah pengendalian faktor
lingkungan tersebut bergantung pada tujuan penggunaan greenhouse. Pada daerah dengan
empat musim, greenhouse digunakan untuk melakukan kegiatan bercocok tanam di musim
dingin atau menanam tanaman pertanian yang tidak sesuai dengan iklim dan musim
setempat dengan mengendalikan kondisi lingkungan di dalamnya. Misalnya, untuk
menghindari udara dingin, ventilasi diminimalisasi sehingga udara dingin luar tidak dapat
masuk dan panas yang terperangkap di dalam tidak keluar dengan mudah. Umumnya, tipe
rumah kaca seperti ini membutuhkan bahan transparan yang sangat bening namun tidak
dapat ditembus oleh gelombang inframerah yang dipancarkan oleh tanaman di dalamnya
setelah menerima cahaya matahari sehingga panas di dalam dapat dipertahankan. Bahan
konstruksi bangunan juga perlu diperhatikan, yaitu harus terbuat dari bahan
dengan konduktivitas termal yang rendah untuk mencegah hilangnya panas keluar dari
bangunan dan yang tahan terhadap cuaca ekstrem.

Untuk penggunaan di wilayah tropis, greenhouse umumnya digunakan untuk melindungi


tanaman dari hujan dan mencegah serangan hama dan penyakit, akibat tingginya
kelembapan udara wilayah tropis karena curah hujan yang tinggi serta temperatur yang
tinggi. Untuk itu, dinding greenhouse umumnya terbuat dari kain kasa yang cukup rapat
namun masih memungkinkan aliran udara dari luar masuk ke dalam maupun sebaliknya.
Selain itu, atapnya berventilasi sehingga udara panas di dalam dapat keluar dengan mudah.
Untuk pemilihan bahan konstruksi bangunan, tipe greenhouse ini tidak membutuhkan jenis
bahan pertanian khusus melainkan bahan yang tahan terhadap korosi mengingat wilayah
tropis memiliki kelembapan udara yang tinggi.

Untuk penggunaan di daerah gurun, rumah kaca berfungsi untuk menurunkan temperatur
udara di dalam sehingga tidak sepanas udara di lingkungan luar. Hal ini bertujuan agar
tanaman dapat tumbuh, karena pada umumnya kondisi gurun terlalu ekstrem untuk tanaman
pertanian. Tipe greenhouse seperti ini umumnya tertutup dengan atap yang tidak bening,
namun agak teduh untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk. Pengendalian
kelembapan udara juga diperhatikan, mengingat lingkungan gurun sangat kering.

Masalah yang mungkin timbul dari rapatnya konstruksi greenhouse dan cenderung tertutup
dari lingkungan luar adalah kadar karbon dioksida. Ventilasi yang terlalu rapat dapat
menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dalam greenhouse. Fotosintesis yang terjadi
di dalam greenhouse cenderung lebih intens dibandingkan dengan kondisi di luar,
menyebabkan penyerapan karbon dioksida melebihi kondisi normal. Hal ini dapat diatasi
dengan memperkaya kandungan karbon dioksida di dalam greenhouse dengan suatu
generator agar kadar kardon dioksida di dalam tidak jatuh hingga di bawah normal.
Pengendalian lingkungan pada bangunan produksi
ternak[sunting | sunting sumber]
Hubungan antara hewan ternak dan faktor lingkungannya sangat kompleks; pemahaman
terhadap hal ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan mikro hewan yang sesuai
bagi pertumbuhan hewan. Pemenuhan kondisi lingkungan yang sesuai merupakan salah
satu syarat menciptakan kenyamanan bagi hewan ternak yang pada akhirnya akan
memberikan produktivitas terbaiknya.

Kondisi temperatur yang baik bagi hewan yaitu kondisi di mana hewan ternak tidak
menunjukkan gejala responsif terhadap temperatur. Temperatur juga memengaruhi tingkat
kenyamanan hewan ternak, di mana temperatur kenyamanan bagi setiap jenis hewan ternak
dan dalam kondisi tertentu berbeda-beda. Hal ini berarti memerlukan desain kandang yang
berbeda untuk setiap jenis hewan ternak dalam setiap kondisi (kandang untuk hewan ternak
yang baru lahir, kandang untuk hewan ternak yang sedang hamil, kandang untuk hewan
ternak yang sedang sakit, dan sebagainya). Karena sesungguhnya, sulit untuk menciptakan
kondisi temperatur yang berbeda bagi hewan yang berbeda pada satu kandang. Meski
hewan ternak memiliki adaptasi homeostasis(pengkodisian temperatur tubuh atau
mempertahankan temperatur tubuh dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk
menciptakan kenyamanan bagi dirinya sendiri), namun hal itu membutuhkan energi yang
tinggi dari hewan tersebut, yang dapat mengakibatkan berkurangnya hasil hewan ternak
yang dikehendaki.

Pengaturan temperatur dalam satu kandang dapat dilakukan dengan pengaturan ventilasi.
Jenis-jenis ventilasi yaitu ventilasi alamiah, dan ventilasi mekanis di mana AC dan tungku
penghangat juga termasuk di dalamnya.

Fasilitas di dalam kandang hewan ternak dibangun dengan memperhatikan aspek tingkah
laku dan kesehatan hewan. Umumnya hewan ternak termotivasi untuk beristirahat, makan,
minum, dan bergerak-gerak tergantung kondisi lingkungan dan fisiologis yang didapatkan
oleh hewan, dan itu membutuhkan adaptasi struktur terhadap hal-hal tersebut, seperti
contoh, sapi menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan beristirahat, sehingga
diperlukan konstruksi kandang yang memungkinkan bagi sapi untuk merasa nyaman ketika
ia beristirahat.

Faktor lainnya yang digunakan untuk konstruksi kandang hewan adalah pembebanan
terhadap lantai kandang oleh peralatan-peralatan kandang dan beban hewan ternak. Selain
itu, diperlukan konstruksi lantai yang mudah dilakukan pembersihan dan anti slip, khususnya
pada kandang hewan ternak besar untuk mencegah terjadinya kecelakaan bagi hewan
ternak. Selain itu, diperlukan drainase yang baik agar kotoran dan sisa-sisa makanan serta
air yang tergenang tidak menjadi sarang penyakit.

Material yang digunakan dalam konstruksi kandang di segala aspek secara umum harus
resisten terhadap hal-hal berikut:

 Serangan bahan kimia dan pelapukan


 Kondisi iklim dan temperatur ekstrem
 Pengaruh hama
 Pengaruh kegiatan pencucian kandang (tekanan air dan sebagainya)
Pengendalian lingkungan pada bangunan penyimpanan hasil
pertanian[sunting | sunting sumber]
Penyimpanan hasil pertanian merupakan bagian yang penting dalam penanganan pasca
panen; beberapa jenis hasil pertanian sangat rentan terhadap kerusakan selama
penyimpanan, apalagi jika sistem penyimpanan yang ditetapkan kurang atau tidak
memenuhi persyaratan penyimpanan yang baik. Selama penyimpanan proses
perubahan biokimia dan serangan agen-agen perusak dapat menyebabkan susut dan
menghasilkan metabolit yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penyimpanan yang baik dan benar. Dalam hal ini, perlu dilakukan kontrol terhadap faktor-
faktor lingkungan yang berperan dalam penyimpanan serta kontrol terhadap agen-agen
yang dapat menimbulkan kerugian.

Banyak faktor yang berperan dalam penyimpanan bahan hasil pertanian. Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah faktor lingkungan (temperatur, kelembapan relatif, komposisi
atmosfer), faktor bahan (kadar air, aktivitas air, dan sebagainya), tindakan penanganannya
(cara dan waktu panen, pencucian, pengeringan, dan sebagainya), faktor bangunan
(struktur, kemampuan pengaturan lingkungan dalam bangunan, fasilitas, dan sebagainya).

Penyimpanan hasil pertanian membutuhkan lingkungan yang mendukung kondisi yang


dapat mempertahankan hasil pertanian dalam waktu lama dengan tidak mengubah kualitas
dan kuantitas hasil pertanian (tidak mengubah rasa, warna, bentuk, dan sebagainya) serta
mencegah terjadinya perkecambahan terutama dalam penyimpanan hasil pertanian yang
berbentuk biji-bijian. Hal ini dapat dilakukan dengan mengendalikan temperatur,
kelembapan, komposisi gas dalam udara, dan pengendalian hama yang dapat merusak
hasil pertanian.

Dalam penyimpanan hasil pertanian, perlu diperhatikan:

 Kadar air dan aktivitas air dalam hasil pertanian


 Daya tumbuh, terutama hasil pertanian dalam bentuk biji-bijian
 Aktivitas respirasi, terutama buah-buahan dan sayur-sayuran, karena aktivitas respirasi
masih terjadi meski sudah dipanen
 Massa jenis hasil pertanian
Temperatur ruangan dan sistem penyimpanan memegang peran yang sangat penting dalam
sistem penyimpanan. Bahan pangan yang berkadar air tinggi dan indeks aktivitas air yang
tinggi rentan terhadap kerusakan kimiawi dan mikrobiologis. Hasil pertanian yang tahan
terhadap serangan mikroorganisme seperti serealia dapat terancam oleh serangan hama
makroskopis seperti serangga,tikus, dan sebagainya. Aktivitas hama makroskopis tersebut
sangat tergantung pada temperatur lingkungan; semakin rendah temperatur ruangan,
semakin rendah tingkat serangan.

Secara umum, setiap elemen bangunan penyimpanan hasil pertanian harus memenuhi
berbagai kondisi. Atap harus dapat melindungi komoditas di dalamnya dari cuaca, angin,
pengaruh sinar matahari secara langsung, organisme pengganggu, serta dapat memberikan
hawa sejuk bagi ruangan dan produk yang disimpannya. Lantai harus memberikan ruang
gerak yang aman, memudahkan pembersihan dan perawatan, dapat menahan beban
produk, serta dapat mencegah penyerapan kadar air. Pondasi harus dapat mengurangi
pergeseran bangunan terhadap tanah. Pintu harus memperlancar kegiatan bongkar
muat komoditas dan mencegah masuknya organisme pengganggu. Ventilasi harus dapat
mengontrol suasana di dalam dan di luar sehingga nyaman bagi pekerja, mencegah hujan
dan udara akibat kelembapan tinggi, mencegah kehadiran organisme pengganggu. Jendela
harus berfungsi dalam menciptakan suasana kerja yang nyaman, mengatur cahaya
matahari yang masuk, melindungi dari cuaca dan organisme pengganggu.
Penyimpanan pada suhu rendah[sunting | sunting sumber]
Produk sayuran, buah-buahan, dan hasil peternakan (susu, daging, dan sebagainya) pada
umumnya mudah rusak dan membusuk sehingga memerlukan fasilitas penyimpanan khusus
yang dapat menghambat aktivitas organisme yang mengakibatkan membusuknya sayuran
dan buah-buahan. Hal ini dapat dilakukan dengan penyimpanan suhu rendah, yang juga
digunakan untuk mengawetkan hasil perikanan dan peternakan dengan alasan yang sama.
Fasilitas semacam ini relatif mahal dalam pembangunannya karena memerlukan berbagai
peralatan mekanis, bahaninsulator, instrumentasi elektronika, dan tenaga ahli untuk
mengendalikan faktor-faktor lingkungan di dalam seperti temperatur, kelembapan, komposisi
udara, dan sebagainya.

Umumnya, penyimpanan suhu rendah dilakukan karena memiliki keuntungan sebagai


berikut:

 Terhindar dari serangan kapang dan serangga


 Mempertahankan kesegaran sehingga kehilangan nutrisi dapat diperkecil
 Mutu organoleptik dapat dipertahankan
 Daya kecambah biji dapat ditahan
 Tidak memerlukan fumigasi
Dalam penyimpanan pada suhu rendah, yang terpenting untuk diperhatikan adalah
temperatur dan kelembapan pengawetan untuk setiap jenis hasil pertanian berbeda-beda.
Jika kurang dingin, hasil pertanian mungkin masih melakukan respirasi dan hama yang
tersisa mungkin masih dapat hidup, sedangkan jika terlalu dingin dapat menyebabkan
kerusakan struktur molekul hasil pertanian akibat membekunya air dalam jumlah banyak
sehingga mengubah rasa dan kualitas. Pendinginan yang terlalu ekstrem juga dapat
menyebabkan penyusutan. Temperatur juga perlu dijaga agar tidak berfluktuatif.

Kelembapan di dalam ruangan pendingin juga perlu dijaga, karena kelembapan yang terlalu
rendah dapat menyebabkan kelayuan, sedangkan kelembapan yang terlalu tinggi dapat
merangsang pertumbuhan jamur dan kapang. Untuk meningkatkan kelembapan udara,
umumnya dilakukan penyemprotan air ke lantai, sedangkan untuk mengurangi kelembapan,
dapat dilakukan penyebaran bahan-bahan kimia yang dapat menyerap kelembapan dari
udara. Umumnya, buah-buahan yang mengandung banyak air membutuhkan kelembapan
yang lebih tinggi.

Tabel Rekomendasi suhu, kelembapan, dan daya hasil simpan hasil pertanian (Satuhu,
1995)

Hasil pertanian Suhu (oC) Kelembapan relatif (%) Umur simpan (minggu)

Alpukat 13 85-90 2
Pisang Cavendish hijau 12,7-14,4 85-90 3-4

Pisang Cavendish matang 12,7 85-90 1

Jeruk 9-10 90 2

Jambu 8-10 85-90 2-5

Pepaya 10 85-90 3

Rambutan 10 85-90 1-2,5

Sayuran dan ...

... buah-buahan masih berespirasi setelah dipanen


Perlu diperhatikan bahwa masa penyimpanan juga berpengaruh, karena buah dan sayuran
setelah dipanen masih melakukan respirasi (dan fotosintesis jika masih memiliki klorofil dan
jika cahaya cukup). Hal ini berguna untuk menyesuaikan kematangan buah, karena
sebenarnya buah tidak pernah dipanen dalam keadaan benar-benar matang karena buah
harus mengalami proses pengepakan dan distribusi yang tidak sebentar hingga sampai ke
tangan konsumen. Jika buah dipetik dalam keadaan benar-benar matang, buah akan
menjadi terlalu matang atau bahkan busuk ketika sampai ke konsumen.

Perbedaan kelembapan pada penyimpanan setiap jenis buah-buahan dan sayuran memiliki
perbedaan yang sedikit, sehingga pengendalian kelembapan umumnya tidak dilakukan
secara presisi, namun perbedaan temperatur penyimpanan pada setiap jenis buah-buahan
dapat berbeda-beda. Misal, apel membutuhkan temperatur penyimpanan antara 2-3oC, tapi
pisang membutuhkan temperatur penyimpanan antara 12-13oC. (USDA)

Tabel kerusakan dingin beberapa buah/sayuran yang disimpan pada temperatur di bawah
batas aman

Jenis Suhu terendah


Gejala kerusakan akibat temperatur rendah
buah/sayuran (oC)

Apel 2-3 Pencoklatan, lembek, lepuh di bagian dalam

Alpukat 4-7 Daging buah coklat kehitaman

Pisang 12-13 Warna jelek jika matang

Kulit seperti melepuh, kehitaman, dan pematangan


Mangga 10-13
tidak merata

Lubang cacat, gagal matang, penyimpangan cita


Pepaya 7
rasa, busuk

Buncis 7 Bercak-bercak hitam dan kecoklatan

Mentimun 7 Lepuh, lubang noda, dan busuk


Terung 7 Lepuh, busuk

Tomat 7,2-10,0 Pelunakan, busuk

Penyimpanan hasil pertanian dalam bentuk karung[sunting | sunting sumber]


Penyimpanan tipe ini lebih umum di Indonesia, terutama gudang-gudang penyimpan stok
bahan pangan di mana bahan pangan tersebut memungkinkan untuk dijual dengan segera
jika terjadi kekurangan pasokan di pasar. Penyimpanan tipe ini memiliki keuntungan, yaitu
fleksibel, modal investasi konstruksi bangunan relatif kecil, biaya bongkar muat lebih murah,
dan tidak terjadi migrasi uap air (jika karung kedap air). Namun, tipe ini memiliki beberapa
tipe kelemahan, diantaranya: harus dilakukan fumigasi secara rutin sehingga dapat
menambah cost usaha, jika terjadi serangan hama akan sulit dikendalikan, dan temperatur
dan kelembapan akan sukar dikendalikan.
Penyimpanan hasil pertanian serealia dalam bentuk curah dalam
silo[sunting | sunting sumber]

Berbagai macam serealia: oat, barley, dan gandum serta, ...

... beras merupakan bahan yang umum disimpan dalam silo


Penyimpanan dalam bentuk curah berarti hasil pertanian disimpan tanpa karung
pembungkus dan disimpan secara besar-besaran dalam satu bangunan. Biasanya, hasil
pertanian yang disimpan dalam bentuk curah adalan hasil pertanian yang berupa biji-bijian
(gandum, beras, jagung yang telah dipipil, sorgum, rye, barley, oat, kacang-
kacangan, kopi, lada, biji bunga matahari, dan sebagainya) dan disimpan dalam bangunan
yang disebut silo.

Keuntungan sistem curah diantaranya, biji-bijian dapat ditangani seperti halnya fluida yang
dapat dialirkan dan memudahkan pergerakan bahan, tidak membutuhkan karung
pembungkus sehingga menghemat biaya, dan pengendalian kualitas lebih efisien dan
efektif. Selain itu, penyimpanan dalam silo membutuhkan tempat yang tidak lebih luas dari
penyimpanan sistem karung dalam kuantitas yang sama. Penyimpanan hasil pertanian juga
dapat dilakukan dalam waktu yang lebih lama dengan jumlah loss lebih rendah.

Namun konstruksi silo tidaklah murah.

Syarat dasar penyimpanan dalam bentuk curah:

 Kadar air dalam biji-bijian harus rendah, di mana dalam keadaan tersebut respirasi
minimum.
 Biji-bijian harus bebas dari kotoran dan debu yang dapat menghambat sirkulasi udara.
 Silo harus berventilasi yang dapat mengatur atmosfer di dalam silo sesuai dengan hasil
pertanian yang disimpan.
 Harus kedap air dan pengaruh cuaca serta terbebas dari pengaruh radiasi matahari.
 Dilengkapi dengan konveyor dan bucket elevator untuk memudahkan pengangkutan dan
pemindahan bahan.
Perlu diperhatikan bahwa pengendalian kelembapan dan temperatur udara dalam silo
merupakan hal yang cukup penting karena secara alami, biji-bijian bersifat higroskopis, yaitu
mampu melepaskan kadar air ke udara dan juga dapat menyerap kadar air dari udara,
tergantung kondisi temperatur dan kelembapan di sekitar biji-bijian. Hal ini penting, karena
kadar air dalam biji-bijian berpengaruh terhadap pertumbuhan hama dan penyakit
pengganggu biji-bijian.
Modifikasi kadar udara dalam ruang penyimpanan[sunting | sunting sumber]
Modifikasi kadar udara dalam ruang penyimpanan bersama dengan pengaturan temperatur
dan kelembapan merupakan metode penyimpanan atmosfer terkontrol (Controlled
Atmosphere Storage) dalam menyimpan hasil pertanian agar lebih tahan lama. Modifikasi
kadar udara yaitu pengendalian kadar oksigen dan karbon dioksida di dalam ruangan
penyimpanan; umumnya yang dilakukan adalah meningkatkan kadar karbon dioksida dan
menurunkan kadar oksigen. Hal ini perlu dilakukan karena tumbuhan berespirasi dengan
oksigen dan berfotosintesis dengan karbon dioksida. Respirasi menurunkan kadar gula dan
meningkatkan kadar air dalam buah sehingga buah akan semakin lembap dan kehilangan
rasa manisnya, sedangkan fotosintesis berguna untuk mengubah air yang masih tersisa di
dalam hasil pertanian menjadi gula, sehingga kadar air akan berkurang; hal itu memiliki
kemungkinan untuk terjadi jika hasil pertanian tersebut masih memiliki klorofil. Namun
penyimpanan yang bertujuan untuk membiarkan hasil pertanian berfotosintesis jarang
dilakukan karena dinilai mampu mengurangi kesegaran tanaman.

Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer umumnya diikuti dengan MAP (Modified


Atmosphere Packaging), yaitu pengepakan yang dilakukan ketika dilakukan modifikasi
atmosfer. Hal ini akan menyebabkan ruang dalam pak akan memiliki kadar udara yang
sama seperti kadar udara ruang penyimpanan selama bahan pengepakan yang digunakan
kedap udara hingga sampai ke konsumen.

Ada juga metode penyimpanan pada tekanan rendah (Hypobaric Atmosphere), yaitu
penyimpanan produk yang dilakukan pada tekanan rendah sehingga kandungan oksigen
menjadi sangat terbatas.

Anda mungkin juga menyukai