Disusun oleh
FAKULTAS PERTANIAN
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki ragam buah khas yang
tersebar di berbagai pulau dan belum dikelola pengembangannya sebagaimana
mestinya baik menyangkut tata produksi, penanganan pascapanen, pengolahan
dan pemasarannya. Pengelolaan kebun tanaman buah menjadi upaya utama
untuk menjaga keberlanjutan pasokan buah bermutu kepada masyarakat
pembeli baik domestik maupun luar negeri (ekspor). Keberhasilan bisnis buah
mensyaratkan jumlah dan kontinyuitas pasokan dari buah yang terjamin
mutunya. Jaminan mutu buah dapat diperoleh melalui penanganan pascapanen
yang baik dan memadai dengan memperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap mutu buah tersebut. Penanganan pascapanen buah
dirancang dalam bentuk rangkaian kegiatan dari panen hingga buah dikemas
dan siap distribusikan pemasarannya atau untuk mendapatkan perlakuan
seperti penyimpanan, pemeraman atau perlakuan khusus lainnya yang dituntut
konsumen.
Tingkat konsumsi buah-buahan setiap tahunnya semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pola makan masyarakat. Hal
ini menyebabkan permintaan akan buah-buahan khususnya semangka juga
semakin meningkat, sementara penyediaan dari daerah sentra produksimaupun
lokal belum memadai. Varietas semangka unggul yang diinginkan pasar,
diantaranya memiliki ukuran buah sesuai dengan permintaan pasar yang
digolongkan dalam beberapa kelas, yaitu kelas A (bobot buah 4 kg ke atas),
kelas B (bobot buah 2-4 kg), kelas C (bobot buah kurang dari 2 kg) (wahyudi,
2014), bentuk fisik normal, tidak terlalu masak, permukaan kulit mulus,
rasanya manis serta bebas hama dan penyakit.
Berdasarkan paparan diatas, menunjukkan bahwa semangka memiliki
nilai komersial yang tinggi. Semangka banyak dikonsumsi masyarakat luas
dan memiliki daya saing yang tinggi sehingga kehilangan pascapanen pada
buah ini akan sangat merugikan.
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa besar kerusakan mekanis saat melakukan pengiriman buah
semangka
2. Bagaimana kondisi lingkungan yang sesuai untuk memperpanjang umur
simpan buah semangka
C. Tujuan
1. Menentukan metode pengiriman yang dapat mengurangi kerusakan pada
buah semangka
2. Menentukan metode penyimpanan yang dapat memperpanjang umur
simpan buah semangka
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Semangka
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat
yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis
dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti:
Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk dalam keluarga
buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai oleh
manusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena banyak mengandung air,
sehingga penyebarannya menjadi cepat (Prihatman, 2000).
Klasifikasi semangka adalah sebagai berikut
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Citrullus
Spesies : Citrullus vulgaris
(Siregar, 2010).
Terdapat puluhan varietas/jenis semangka yang dibudidayakan, tetapi hanya
beberapa jenis yang diminati para petani/konsumen. Di Indonesia varietas yang cocok
dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: Semangka Lokal (Semangka hitam
dari Pasuruan, Semangka Batu Sengkaling dan Semangka Bojonegoro) dan Semangka
Hibrida Impor (dari hasil silangan Hibridasi) yang mempunyai keunggulan tersendiri.
Semangka tersebut diklasifikasikan menurut benih murni negara asalnya: benih
Yamato, Sugar Suika, Cream Suika dan lainnya.
Disamping rasanya yang enak, semangka juga digemari karena banyak
mengandung nilai gizi seperti vitamin A dan C serta kalium yang baik bagi kesehatan.
Bagi penderita hipertensi, semangka dapat dikonsumsi sehingga dapat menetralisasi
tekanan darah. Selain itu, semangka dapat mengobati sariawan, membersihkan ginjal,
dan mempergiat kerja jantung (Kalie, 2006).
Semangka banyak dibudidayakan di negara-negara seperti Cina, Jepang, India
dan negera-negara sekitarnya. Sentra penanaman di Indonesia terdapat di Jawa
Tengah (D.I. Yogyakarta, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo); di Jawa
Barat (Indramayu, Karawang); di Jawa Timur ( Banyuwangi, Malang); dan di
Lampung, dengan rata-rata produksi 30 ton/ha/tahun (Prihatman, 2000).
B. Syarat Tumbuh
Secara teoritis curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka
adalah 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari
sejak terbit sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya
kemunduran waktu panen. Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta
berbuah dengan optimal pada suhu ± 25 oC. Kelembaban udara cenderung rendah bila
sinar matahari menyinari areal penanaman, berarti udara kering yang miskin uap air.
Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman semangka, sebab di daerah
asalnya tanaman semangka hidup di lingkungan padang pasir yang berhawa kering.
Sebaliknya, kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur
perusak tanaman (Prihatman, 2000).
Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup
gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang
telah dikeringkan. Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5
(tanah asam) maka diadakan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat
keasaman tanah tersebut. Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman
semangka adalah: 100-300 m dpl. Kenyataannya semangka dapat ditanam di daerah
dekat pantai yang mempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas perbukitan
dengan ketinggian lebih dari 300 m dpl (Prihatman, 2000).
C. Praktik Budidaya
Praktik budidaya yang baik sangat berpengaruh terhadap kualitas dan
kuantitas produk pascapanen semangka. Praktik budidaya semangka ini dimulai
dengan pembibitan, pengolahan media tanam, penentuan teknik penanaman, dan
pemeliharaan tanaman. Sebaiknya tanah diolah dengan cara dibajak / dicangkul dan
dibuat bedengan dengan ukuran lebar 3 m dan panjang sesuai keadaan tanah, jarak
antar bedengan 40 cm. Tanaman semangka juga dapat ditanam tanpa olah tanah
(TOT) dengan penyemprotan memakai Herbisida, cukup digemburkan lubang tanam
dengan ukuran 40 x 40 x 20 cm, lubang dibiarkan terbuka 2 – 3 hari. Pengaturan jarak
tanam semangka yaitu 70 x 300 cm atau 100 x 280 cm. Pupuk yang digunakan untuk
tanaman semangka antara lain : Pupuk kandang, TSP, ZA dan KCl. Pupuk dasar yang
diberikan sebanyak 6 kg/ha.
Untuk mendapatkan buah yang besar dan produksi tinggi tanaman semangka
membutuhkan pemangkasan. Pemangkasan pertama dilakukan setelah tanaman mulai
bercabang, biasa tanaman semangka pada ruas pertama bercabang sampai mencapai 4
cabang, peliharalah 1 – 2 cabang yang benar-benar sehat sedang cabang yang kurang
sehat agar dibuang, dan selanjutnya pemangkasan dilanjutkan dengan membuang
cabang-cabang yang tumbuh pada tunas utama yang dipelihara hingga menjelang
keluarnya putik buah yang pertama, untuk mendapatkan kualitas buah yang baik
usahakan buah pertama dibuang, pelihara buah kedua dan ketiga. Biasanya hama yang
sering menyerang tanaman semangka (yang diserang daun) yaitu hama kumbang
Caccinelid ( Sinharmonia Octamaculta ) atau bahasa daerahnya disebut Koronang,
binatangnya kecil berwarna merah kekuningan, kadang bulat berbintik hitam.
Pengendalian dengan penyemprotan menggunakan Insektisida Sevin 85 S, Dursban,
Bayrusil dengan dosis 2 CC/Liter air (Imran, 2005).
D. Panen
Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: setelah
terjadi perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut
bisa dipetik (dipanen). Masa panen dipengaruhi cuaca, dan jenis bibit (tipe
hibrida/jenis triploid, maupun jenis buah berbiji). Dalam pemetikan buah yang akan
dipanen sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak berawan sehingga buah
dalam kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan
ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan
beserta tangkainya. Panen dilakukan dalam beberapa periode. Apabila buah secara
serempak dapat dipanen secara sekaligus, tetapi apabila tidak bisa bersamaan dapat
dilakukan 2 kali. Pertama dipetik buah yang sudah tua, ke-dua semuanya sisanya
dipetik semuanya sekaligus. Ke-tiga setelah daun-daun sudah mulai kering karena
buah sudah tidak dapat berkembang lagi maka buah tersebut harus segera dipetik.
Hasil produksi dari masing-masing pohon semangka perlu diadakan
pembatasan hasil buahnya, sehingga dapat diperkirakan jumlah produksinya. Secara
wajar, jumlah buah berkisar antara 2-3 buah setiap pohon (1 buah pada cabang pohon
dan 2 buah pada batang utama dari pohon), dengan berat buahnya ± 6-8 kg per pohon
(Prihatman, 2000).
E. Pascapanen
1. Pengumpulan
Pengumpulan hasil panen sampai siap dipasarkan, harus diusahakan sebaik
mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah, sehingga akan mempengaruhi mutu
buah dan harga jualnya. Mutu buah dipengaruhi adanya derajat kemasakan yang
tepat, karena akan mempengaruhi mutu rasa, aroma dan penampakan daging buah,
dengan kadar air yang sempurna.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Penggolongan ini biasanya tergantung pada pemantauan dan permintaan
pasaran. Penyortiran dan penggolongan buah semangka dilakukan dalam beberapa
klas antara lain:
1) Kelas A: berat ≥ 4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
2) Kelas B: berat ± 2-4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
3) Kelas C: berat < 2 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
3. Penyimpanan
Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil menunggu
harga lebih baik) dilakukan sebagai berikut:
1) Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4,4 oC, dan kelembaban udara antara
80-85%;
2) Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar O2
dan kadar CO2 dengan asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon dioksida
(CO2), dapat mengurangi proses respirasi;
3) Penyimpanan dalam ruang tanpa pengatur suhu: merupakan penyimpanan
jangka pendek dengan cara memberi alas dari jerami kering setebal 10-15 cm
dengan disusun sebanyak 4-5 lapis dan setiap lapisnya diberi jerami kering.
4. Pengemasan dan Pengangkutan
Di dalam mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu baik sampai pada
tujuan akhir dilakukan pengemasan dengan proses pengepakan yang secara benar
dan hati-hati. Menggunakan tempat buah yang standar untuk mempermudah
pengangkutan, Melindungi buah saat pengangkutan dari kerusakan mekanik dapat
dihindari, dan Dibubuhi label pada peti kemas terutama tentang mutu dan berat
buah.
5. Penanganan Lain
Pemasaran merupakan salah satu faktor penting, maka perlu diperhatikan nilai
harga dan jalur-jalur pemasaran mulai dari produsen (petani) sampai konsumen.
Semakin cepat dikonsumsi semakin tinggi harga jualnya. Pemasaran biasa
dilakukan melalui sistem borongan dengan harga yang lebih rendah, atau melalui
beberapa tahapan (seperti produsen, pengumpul, pengecer).
(Prihatman, 2000).
III. KASUS
Broto W., Setyadjit, S.Prabawati, dan D.A. Setyabudi. 1993. Studi Rangkaian
Penanganan Pascapanen Buah Untuk Pasar. Jurnal Hortikultura 3(3):26-35.
Hui C.K.P., C. Vigneault, D.I. Leblanc, J.R. Dell, and S.A. Sotocinal. 2003
Transportation and Handling of Fresh Fruits and Vegetables di dalam
Chakraverty A., A.S. Mujumdar, G.S.V. Ragavan and H.S. Ramaswamy (Ed)
Handbook of Postharvest Technology: Cereals, Fruits, Vegetables, Tea, and
Spices. Marcel Dekker, Inc. New York.
Imran. 2005. Budidaya Tanaman Semangka (Citrulus Vulhgaris Schard).
Labuhanbatu : kantor informasi penyuluhan peranian.
Kader, A.A., 1992. Quality and safety factors: Definition and evaluation for fresh
horticultural crops. In Postharvest techonology of horticultural crops edited by
Adel A. Kader. Publication 3311 University of California, Division of
Agriculture and Natural Resources.
Kalie, M. B. 2006. Bertanam semangka. Jakarta : penebar swadaya.
Prihatman Kemal. 2000. Budidaya Pertanian Semangka (Citrullus Vulgaris).
Jakarta : BAPPENAS.
Siregar, F. D. 2010. Budidaya semangka panen 60 hari. Jakarta : penebar
swadaya.
Wahyudi, A. 2014. Peningkatan Produksi Buah Semangka Menggunakan Inovasi
Teknologi Budidaya Sistem ”ToPAS”. Jurnal Kelitbangan 2(2). hal 94-112.
LAMPIRAN