Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PROBLEMATIKA BUDIDAYA TANAMAN

ANALISIS PENANGANAN PASCAPANEN SEMANGKA

Disusun oleh

Rizqi Dhuhani (20180210156)

Hanif Aulia Ibrahim (20180210165)

Hari Prasetyo Adi (20180210168)

Reihan Abdan Syakuro (20180210177)

Endang Setyowati (20180210182)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki ragam buah khas yang
tersebar di berbagai pulau dan belum dikelola pengembangannya sebagaimana
mestinya baik menyangkut tata produksi, penanganan pascapanen, pengolahan
dan pemasarannya. Pengelolaan kebun tanaman buah menjadi upaya utama
untuk menjaga keberlanjutan pasokan buah bermutu kepada masyarakat
pembeli baik domestik maupun luar negeri (ekspor). Keberhasilan bisnis buah
mensyaratkan jumlah dan kontinyuitas pasokan dari buah yang terjamin
mutunya. Jaminan mutu buah dapat diperoleh melalui penanganan pascapanen
yang baik dan memadai dengan memperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap mutu buah tersebut. Penanganan pascapanen buah
dirancang dalam bentuk rangkaian kegiatan dari panen hingga buah dikemas
dan siap distribusikan pemasarannya atau untuk mendapatkan perlakuan
seperti penyimpanan, pemeraman atau perlakuan khusus lainnya yang dituntut
konsumen.
Tingkat konsumsi buah-buahan setiap tahunnya semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pola makan masyarakat. Hal
ini menyebabkan permintaan akan buah-buahan khususnya semangka juga
semakin meningkat, sementara penyediaan dari daerah sentra produksimaupun
lokal belum memadai. Varietas semangka unggul yang diinginkan pasar,
diantaranya memiliki ukuran buah sesuai dengan permintaan pasar yang
digolongkan dalam beberapa kelas, yaitu kelas A (bobot buah 4 kg ke atas),
kelas B (bobot buah 2-4 kg), kelas C (bobot buah kurang dari 2 kg) (wahyudi,
2014), bentuk fisik normal, tidak terlalu masak, permukaan kulit mulus,
rasanya manis serta bebas hama dan penyakit.
Berdasarkan paparan diatas, menunjukkan bahwa semangka memiliki
nilai komersial yang tinggi. Semangka banyak dikonsumsi masyarakat luas
dan memiliki daya saing yang tinggi sehingga kehilangan pascapanen pada
buah ini akan sangat merugikan.

B. Rumusan Masalah
1. Seberapa besar kerusakan mekanis saat melakukan pengiriman buah
semangka
2. Bagaimana kondisi lingkungan yang sesuai untuk memperpanjang umur
simpan buah semangka
C. Tujuan
1. Menentukan metode pengiriman yang dapat mengurangi kerusakan pada
buah semangka
2. Menentukan metode penyimpanan yang dapat memperpanjang umur
simpan buah semangka
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Semangka
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat
yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis
dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti:
Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk dalam keluarga
buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai oleh
manusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena banyak mengandung air,
sehingga penyebarannya menjadi cepat (Prihatman, 2000).
Klasifikasi semangka adalah sebagai berikut
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Citrullus
Spesies : Citrullus vulgaris
(Siregar, 2010).
Terdapat puluhan varietas/jenis semangka yang dibudidayakan, tetapi hanya
beberapa jenis yang diminati para petani/konsumen. Di Indonesia varietas yang cocok
dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: Semangka Lokal (Semangka hitam
dari Pasuruan, Semangka Batu Sengkaling dan Semangka Bojonegoro) dan Semangka
Hibrida Impor (dari hasil silangan Hibridasi) yang mempunyai keunggulan tersendiri.
Semangka tersebut diklasifikasikan menurut benih murni negara asalnya: benih
Yamato, Sugar Suika, Cream Suika dan lainnya.
Disamping rasanya yang enak, semangka juga digemari karena banyak
mengandung nilai gizi seperti vitamin A dan C serta kalium yang baik bagi kesehatan.
Bagi penderita hipertensi, semangka dapat dikonsumsi sehingga dapat menetralisasi
tekanan darah. Selain itu, semangka dapat mengobati sariawan, membersihkan ginjal,
dan mempergiat kerja jantung (Kalie, 2006).
Semangka banyak dibudidayakan di negara-negara seperti Cina, Jepang, India
dan negera-negara sekitarnya. Sentra penanaman di Indonesia terdapat di Jawa
Tengah (D.I. Yogyakarta, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo); di Jawa
Barat (Indramayu, Karawang); di Jawa Timur ( Banyuwangi, Malang); dan di
Lampung, dengan rata-rata produksi 30 ton/ha/tahun (Prihatman, 2000).

B. Syarat Tumbuh
Secara teoritis curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka
adalah 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari
sejak terbit sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya
kemunduran waktu panen. Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta
berbuah dengan optimal pada suhu ± 25 oC. Kelembaban udara cenderung rendah bila
sinar matahari menyinari areal penanaman, berarti udara kering yang miskin uap air.
Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman semangka, sebab di daerah
asalnya tanaman semangka hidup di lingkungan padang pasir yang berhawa kering.
Sebaliknya, kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur
perusak tanaman (Prihatman, 2000).
Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup
gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang
telah dikeringkan. Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5
(tanah asam) maka diadakan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat
keasaman tanah tersebut. Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman
semangka adalah: 100-300 m dpl. Kenyataannya semangka dapat ditanam di daerah
dekat pantai yang mempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas perbukitan
dengan ketinggian lebih dari 300 m dpl (Prihatman, 2000).

C. Praktik Budidaya
Praktik budidaya yang baik sangat berpengaruh terhadap kualitas dan
kuantitas produk pascapanen semangka. Praktik budidaya semangka ini dimulai
dengan pembibitan, pengolahan media tanam, penentuan teknik penanaman, dan
pemeliharaan tanaman. Sebaiknya tanah diolah dengan cara dibajak / dicangkul dan
dibuat bedengan dengan ukuran lebar 3 m dan panjang sesuai keadaan tanah, jarak
antar bedengan 40 cm. Tanaman semangka juga dapat ditanam tanpa olah tanah
(TOT) dengan penyemprotan memakai Herbisida, cukup digemburkan lubang tanam
dengan ukuran 40 x 40 x 20 cm, lubang dibiarkan terbuka 2 – 3 hari. Pengaturan jarak
tanam semangka yaitu 70 x 300 cm atau 100 x 280 cm. Pupuk yang digunakan untuk
tanaman semangka antara lain : Pupuk kandang, TSP, ZA dan KCl. Pupuk dasar yang
diberikan sebanyak 6 kg/ha.
Untuk mendapatkan buah yang besar dan produksi tinggi tanaman semangka
membutuhkan pemangkasan. Pemangkasan pertama dilakukan setelah tanaman mulai
bercabang, biasa tanaman semangka pada ruas pertama bercabang sampai mencapai 4
cabang, peliharalah 1 – 2 cabang yang benar-benar sehat sedang cabang yang kurang
sehat agar dibuang, dan selanjutnya pemangkasan dilanjutkan dengan membuang
cabang-cabang yang tumbuh pada tunas utama yang dipelihara hingga menjelang
keluarnya putik buah yang pertama, untuk mendapatkan kualitas buah yang baik
usahakan buah pertama dibuang, pelihara buah kedua dan ketiga. Biasanya hama yang
sering menyerang tanaman semangka (yang diserang daun) yaitu hama kumbang
Caccinelid ( Sinharmonia Octamaculta ) atau bahasa daerahnya disebut Koronang,
binatangnya kecil berwarna merah kekuningan, kadang bulat berbintik hitam.
Pengendalian dengan penyemprotan menggunakan Insektisida Sevin 85 S, Dursban,
Bayrusil dengan dosis 2 CC/Liter air (Imran, 2005).

D. Panen
Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: setelah
terjadi perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut
bisa dipetik (dipanen). Masa panen dipengaruhi cuaca, dan jenis bibit (tipe
hibrida/jenis triploid, maupun jenis buah berbiji). Dalam pemetikan buah yang akan
dipanen sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak berawan sehingga buah
dalam kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan
ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan
beserta tangkainya. Panen dilakukan dalam beberapa periode. Apabila buah secara
serempak dapat dipanen secara sekaligus, tetapi apabila tidak bisa bersamaan dapat
dilakukan 2 kali. Pertama dipetik buah yang sudah tua, ke-dua semuanya sisanya
dipetik semuanya sekaligus. Ke-tiga setelah daun-daun sudah mulai kering karena
buah sudah tidak dapat berkembang lagi maka buah tersebut harus segera dipetik.
Hasil produksi dari masing-masing pohon semangka perlu diadakan
pembatasan hasil buahnya, sehingga dapat diperkirakan jumlah produksinya. Secara
wajar, jumlah buah berkisar antara 2-3 buah setiap pohon (1 buah pada cabang pohon
dan 2 buah pada batang utama dari pohon), dengan berat buahnya ± 6-8 kg per pohon
(Prihatman, 2000).

E. Pascapanen
1. Pengumpulan
Pengumpulan hasil panen sampai siap dipasarkan, harus diusahakan sebaik
mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah, sehingga akan mempengaruhi mutu
buah dan harga jualnya. Mutu buah dipengaruhi adanya derajat kemasakan yang
tepat, karena akan mempengaruhi mutu rasa, aroma dan penampakan daging buah,
dengan kadar air yang sempurna.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Penggolongan ini biasanya tergantung pada pemantauan dan permintaan
pasaran. Penyortiran dan penggolongan buah semangka dilakukan dalam beberapa
klas antara lain:
1) Kelas A: berat ≥ 4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
2) Kelas B: berat ± 2-4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
3) Kelas C: berat < 2 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
3. Penyimpanan
Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil menunggu
harga lebih baik) dilakukan sebagai berikut:
1) Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4,4 oC, dan kelembaban udara antara
80-85%;
2) Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar O2
dan kadar CO2 dengan asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon dioksida
(CO2), dapat mengurangi proses respirasi;
3) Penyimpanan dalam ruang tanpa pengatur suhu: merupakan penyimpanan
jangka pendek dengan cara memberi alas dari jerami kering setebal 10-15 cm
dengan disusun sebanyak 4-5 lapis dan setiap lapisnya diberi jerami kering.
4. Pengemasan dan Pengangkutan
Di dalam mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu baik sampai pada
tujuan akhir dilakukan pengemasan dengan proses pengepakan yang secara benar
dan hati-hati. Menggunakan tempat buah yang standar untuk mempermudah
pengangkutan, Melindungi buah saat pengangkutan dari kerusakan mekanik dapat
dihindari, dan Dibubuhi label pada peti kemas terutama tentang mutu dan berat
buah.
5. Penanganan Lain
Pemasaran merupakan salah satu faktor penting, maka perlu diperhatikan nilai
harga dan jalur-jalur pemasaran mulai dari produsen (petani) sampai konsumen.
Semakin cepat dikonsumsi semakin tinggi harga jualnya. Pemasaran biasa
dilakukan melalui sistem borongan dengan harga yang lebih rendah, atau melalui
beberapa tahapan (seperti produsen, pengumpul, pengecer).
(Prihatman, 2000).
III. KASUS

Semangka merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial yang tinggi.


Kehilangan pascapanen pada semangka sering kali menjadi masalah bagi penjual.
Seperti yang dialami salah satu pedagang semangka di pasar giwangan, pasokan
semangka yang dijual adalah dari daerah lampung dan banyuwangi. Varietas yang
dijual adalah jupe lonjong. Umur buah saat dikirimkan adalah 57 hst. Pengiriman
semangka banyuwangi memerlukan waktu 14-18 jam, tiap pengiriman sebanyak 8
ton. Sedangkan semangka lampung memerlukan waktu 22 jam, sekali pengiriman
sebanyak 6 ton. Baik dari bayuwangi maupun lampung, transportasi yang
digunakan adalah truk yang dilapisi jerami. Masalah yang sering terjadi adalah
kerusakan buah semagka saat pengiriman terjadi mudah memar karena buah yang
terlalu tua. Serta bentuk semangka yang tidak seragam.
IV. ANALISIS KASUS

Berdasarkan hasil analisis kasus, kerusakan pascapanen semangka disebabkan


umur yang tidak seragam antara semangka yang dikirim dari lampung dan
banyuwangi. Serta banyak buah yang tua saat pengiriman dan banyak rusak
seperti memar saat dilakukan pengiriman.
Pengangkutan buah menggunakan truk dengan bak terbuka masih banyak
dilakukan. Di Indonesia, buah yang dihasilkan petani semangka umumnya
diangkut menggunakan truk dengan penutup kain terpal pada bagian atas. Untuk
mengurangi pengaruh suhu lingkungan, untuk jarak tempuh pendek, dapat
dilakukan pada malam hari. Buah semangka pada umumnya tidak dilakukan
pengemasan, buah langsung diatur pada bak. Untuk pengemasan yang standar
dapat menggunakan kotak kayu atau dapat juga menggunakan rajutan benang
yang mirip dengan jala. Dengan kemasan rajutan benang akan lebih terjamin
dibanding dengan menggunakan kotak kayu. Saat musim panen raya, biasanya
dalam satu truk memuat satu jenis buah. Namun, jika buah dalam jumlah sedikit,
seringkali berbagai jenis buah dalam kemasan dicampur saat pengangkutannya.
Seringkali, pengangkutan menempuh jarak cukup jauh, bahkan antar pulau
yang dapat memakan waktu 1-5 hari. Tidak jarang, buah telah menjadi matang
dan sebagian besar rusak sampai tujuan. Hal seperti ini harus diperhitungkan oleh
pengirim, agar tidak mengalami kerugian, antara lain dengan hanya mengirim
buah berkualitas baik dan masih mentah (Broto, 1993).
V. PENYELESAIAN KASUS

Untuk mengurangi kerusakan mekanis selama pengangkutan, pada pemuatan


buah secara curah, bak truk dapat dilapisi dengan jerami atau daun pisang kering,
demikian juga pada tiap lapisannya. Saat pembongkaran muatan dilakukan sortasi
untuk memisahkan buah yang mengalami kerusakan mekanis, buah matang, dan
kerusakan lainnya. Selama perjalanan panjang, dapat terjadi peningkatan suhu di
dalam bak, yang berasal dari panas yang dikeluarkan oleh buah ditambah panas
dari lingkungan luar (bagian bawah, dan samping kendaraan). Untuk mengurangi
peningkatan suhu yang terjadi di dalam bak truk yang ditutup terpal, saat memuat
buah dan menutupnya dengan kain terpal harus dimungkinkan adanya aliran udara
dari depan ke belakang yang berguna untuk membuang panas. Rancangan truk
tanpa pendingin yang dilengkapi dengan ’penangkap angin’ dan saluran udara
yang disusun dari peti-peti kayu memungkinkan terciptanya aliran udara dari
depan ke bagian belakang sehingga dapat menghindari peningkatan suhu.
Selanjutnya, kemasan buah diatur agar tetap tercipta aliran udara tersebut (Broto,
1993).
Di negara maju, pengangkutan buah telah memerhatikan rantai dingin,
sehingga untuk pengiriman antar kota/daerah umumnya telah menggunakan truk
atau trailer berpendingin. Truk berpendingin memiliki kapasitas angkut lebih kecil
dari trailer, berupa boks berinsulasi dan dilengkapi pendingin. Trailer
berpendingin berupa boks berinsulasi memiliki roda di bagian belakang dan
digandengkan dengan kendaraan penggandengnya. Trailer berkapasitas 40, 45 ,
48, atau 53 ft (Mc. Gregor dalam Hui, et al., 2003) umumnya digunakan sebagai
angkutan antar provinsi atau antar negara dengan fasilitas jalan bebas hambatan.
Buah yang diangkut dengan truk berpendingin memiliki daya simpan lebih lama
daripada buah dengan pengangkutan tanpa pendingin.
Sebelum siap dipasarkan, buah yang baru datang dari distributor, harus
ditangani secara hati-hati. Buah diturunkan dari kendaraan pengangkut dan
disimpan sementara untuk pengaturan penjualannya. Selama pembongkaran dan
penurunan buah dari kendaraan diupayakan di tempat yang sejuk, dijaga tidak
terjadi lonjakan suhu buah. Buah yang datang lebih dahulu diatur penempatannya
sedemikian rupa dan akan dikeluarkan untuk dipajang/dijual lebih dulu. Buah
yang sensitif terhadap etilen dipisahkan penyimpanannya dengan buah penghasil
etilen tinggi. Penyimpanan sementara untuk pengaturan stok sangat penting agar
selalu teradapat buah pengganti saat buah yang dipajang sudah habis atau tidak
layak jual (Broto, 1993).
Ruang penyimpanan atau ruang pendingin harus memenuhi persyaratan suhu
dan kelembaban optimum untuk jenis buah yang disimpan, serta sirkulasi udara
yang berguna untuk membuang gas yang dihasilkan buah seperti etilen. Kader
(1992) merekomendasikan kelembaban dipertahankan 85-95% dan etilen terjaga
dibawah kadar 1 ppm. Dalam penyimpanan sementara tetap harus memerhatikan
sifat buah terkait kepekaannya terhadap suhu dan etilen. Kelompok buah yang
peka suhu dingin dan mudah mengalami chilling injury seperti semangka
disimpan pada suhu 13-18°C.
VI. KESIMPULAN

Metode pengiriman yang dapat mengurangi kerusakan pada buah semangka


adalah dengan menggunakan truk yang dilapisi jerami. Untuk mengurangi
peningkatan suhu yang terjadi di dalam bak truk, Rancangan truk tanpa pendingin
yang dilengkapi dengan ’penangkap angin’ dan saluran udara yang disusun dari
peti-peti kayu memungkinkan terciptanya aliran udara dari depan ke bagian
belakang.
Metode penyimpanan yang dapat memperpanjang umur simpan buah
semangka adalah dengan meletakkan pada ruang pendingin yang memenuhi
persyaratan suhu 13-18°C dan kelembaban 85-95%.
DAFTAR PUSTAKA

Broto W., Setyadjit, S.Prabawati, dan D.A. Setyabudi. 1993. Studi Rangkaian
Penanganan Pascapanen Buah Untuk Pasar. Jurnal Hortikultura 3(3):26-35.
Hui C.K.P., C. Vigneault, D.I. Leblanc, J.R. Dell, and S.A. Sotocinal. 2003
Transportation and Handling of Fresh Fruits and Vegetables di dalam
Chakraverty A., A.S. Mujumdar, G.S.V. Ragavan and H.S. Ramaswamy (Ed)
Handbook of Postharvest Technology: Cereals, Fruits, Vegetables, Tea, and
Spices. Marcel Dekker, Inc. New York.
Imran. 2005. Budidaya Tanaman Semangka (Citrulus Vulhgaris Schard).
Labuhanbatu : kantor informasi penyuluhan peranian.
Kader, A.A., 1992. Quality and safety factors: Definition and evaluation for fresh
horticultural crops. In Postharvest techonology of horticultural crops edited by
Adel A. Kader. Publication 3311 University of California, Division of
Agriculture and Natural Resources.
Kalie, M. B. 2006. Bertanam semangka. Jakarta : penebar swadaya.
Prihatman Kemal. 2000. Budidaya Pertanian Semangka (Citrullus Vulgaris).
Jakarta : BAPPENAS.
Siregar, F. D. 2010. Budidaya semangka panen 60 hari. Jakarta : penebar
swadaya.
Wahyudi, A. 2014. Peningkatan Produksi Buah Semangka Menggunakan Inovasi
Teknologi Budidaya Sistem ”ToPAS”. Jurnal Kelitbangan 2(2). hal 94-112.
LAMPIRAN

Gambar 1. Semangka yang dijual

Gambar 2. Kerusakan pada Beberapa Semangka

Gambar 3. Sesi Wawancara

Anda mungkin juga menyukai