Brief Proposal (Repaired) 1 Terrepaired
Brief Proposal (Repaired) 1 Terrepaired
BAPTIS KEDIRI
Oleh:
WIDYA WATI
NIM: 01.2.16.00563
2019/2020
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Anak merupakan anugerah, karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha
Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya
Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2007 yaitu 82.840.600 jiwa anak dari
231.294.200 jiwa penduduk. Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai
yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual ) yang berbeda dengan orang
dewasa, apabila kebutuhan tersebut terpenuhi maka anak akan mampu beradaptasi
dan kesehatanya terjaga, sedangkan bila anak sakit maka akan mempengaruhi
(Supartini, 2004).
hospitalisasi dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, anak mengalami kecemasan
dan stres (Kain, 2006 dalam Apriliawati, 2011). Anak-anak yang menjalani
Purwandari, 2009). Data Susenas di Indonesia tahun 2001 hingga tahun 2005,
(Susenas, 2005).
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan
2
selama perawatan (Nursalam, 2005 dalam Bolin, 2011). Menurut Videbeck (2008)
dibedakan dengan cemas kerena individu yang merasa takut atau cemas
mengalami pola respon perilaku, fisiologis, dan emosional dalam rentang yang
sama.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di ruang rawat inap anak
anak RS Baptis Kediri pada 10 pasien, didapatkan bahwa 7 dari 10 anak usia
dengan orang tua anak prasekolah yang menjalani perawatan, anak menjadi sering
gelisah, rewel dan selalu ingin ditemani saat menjalani proses perawatan. Anak
juga sering menangis dan mengatakan ingin pulang. Penyebab kecemasan yang
dialami juga beragam, mulai dari rasa cemas terhadap petugas kesehatan serta
tindakan medis, cemas karena nyeri yang dialami, rasa cemas karena berada pada
tempat dan lingkungan baru, rasa cemas akibat perpisahan dengan teman dan
saudaranya.
Penyebab Stress
Hospitalisasi :
a. cemas akibat
perpisahan Angka insidensi stress
b. kehilangan kendali Stress Hospitalisasi Hospitalisasi yang
c. cidera tubuh dan terjadi di ruang
adanya nyeri Karunia Rs Baptis
Kedir 70%.
Wong (2009)
Perasaan yang
ditimbulkan :
1. Cemas
2. Marah
3. Sedih
4. Takut
5. Rasa bersalah
(Wong:2000
dalam
Supartini:2004
hal:188)
ditimbulkan dari stress hospitalisasi antara lain cemas, marah, sedih, takut, dan
minum obat dan banyak hal lain yang merugikan bagi proses penyembuhan.
care pada pasien anak dengan menurunnya tingkat stress hospitalisasi. Sehingga
atraumatic care.
hospitalisasi.
care.
BAB II
PEMBAHASAN
belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak merupakan
terdiri dari tahapan prenatal (usia 0 sampai 28 hari), periode bayi (usia 28 hari
sampai 12 bulan), masa anak-anak awal (terdiri atas usia 1 sampai 3 tahun
disebut toddler dan usia 3 sampai 6 tahun disebut prasekolah), masa kanak-
dunia sekolah dan perkembangan konsep diri telah dimulai pada periode ini.
seperti berjalan, berlari, melompat menjadi semakin luwes, tetapi otot dan
Anak usia prasekolah yang sehat adalah yang periang, cekatan serta
memiliki sikap tubuh yang baik. Pertambahan tinggi rata-rata adalah 6,25
sampai 7,5 cm per tahun dan tinggi rata-rata anak usia 4 tahun adalah 101,25
cm. Pertambahan berat badan rata-rata adalah 2,3 kg per tahun dan barat
Perkembangan fisik atau biologis anak usia prasekolah lebih lambat dan
relatif menetap. Pertumbuhan tinggi dan berat badan melambat tetapi pasti
berlari, melompat menjadi lebih luwes, tetapi otot dan tulang belum begitu
dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada di sekelilingnya. Hasil akhir
prestasinya. Perasaan bersalah akan muncul pada anak apabila anak tidak
8
mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak
pengganggu dengan imajinasi yang aktif. Anak menggali dunia fisik dengan
perasaan bersalah ketika orang tua membuat anak merasa bahwa imajinasi
dan aktifitasnya tidak dapat diterima. Kecemasan dan katakutan terjadi ketika
pemikiran dan aktifitas anak tidak sesuai dengan harapan orang tua (Muscari,
2005).
dideskripsikan oleh Freud sebagai periode Falik, yaitu genitalia menjadi area
yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mempelajari adanya
Menurut Freud, anak prasekolah akan mengalami konflik Odipus. Fase ini
ditandai dengan kecemburuan dan persaingan terhadap orang tua sejenis dan
lebih merasa nyaman dan dekat terhadap orang tua lain jenis. Tahap odipus
biasanya berakhir pada akhir periode usia prasekolah dengan identifikasi kuat
anak membentuk konsep yang kurang lengkap dan logis dibandingkan dengan
Pada fase intuitif (usia 5 sampai 7 tahun), anak menjadi mampu membuat
proses berfikir intuitif (anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar, tetapi ia
tidak dapat mengatakan alasanya). Anak tidak mampu untuk melihat sudut
pandang orang lain. Anak menggunakan banyak kata yang sesuai, tetapi
kesadaran akan suatu aturan. Bahkan aturan yang mereka terima tampaknya
tahun. Pada tahap ini, perasaan bersalah muncul, dan penekananya adalah
pada pengendalian eksternal. Standar moral anak adalah apa yang ada pada
orang lain, dan anak mengamati mereka untuk menghindari hukuman atau
(Supartini, 2004). Anak yang baru pertama kali dirawat di rumah sakit
menunjukan perilaku kecemasan. Selain pada anak, orang tua yang kurang
mendapat dukungan emosi dan sosial dari keluarga, kerabat, bahkan petugas
11
Supartini, 2004).
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit
dan dirawat di rumah sakit. Keadaaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
tersebut menjadi faktor stresor bagi anak baik terhadap anak maupun orang
tua dan 18 keluarga. Adapun stresor utama dari hospitalisasi dan reaksi anak
dari kecemasan akibat perpisahan ini terdiri atas tiga fese (Wong,
2009), yaitu:
memanggil orang tuanya, menolak perhatian dari orang lain, dan sulit
2) fase putus asa pada fase putus asa, tangisan berhenti dan mulai muncul
depresi. Anak kurang aktif, tidak tertarik untuk bermain atau terhadap
makanan dan menarik diri dari orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi
adalah tidak aktif, menarik diri dari orang lain, depresi, sedih, tidak tertarik
bervariasi. Kondisi fisik anak dapat memburuk karena menolak untuk makan,
bermain dengan orang lain dan tampak membentuk hubungan baru. Perilaku
bahagia. Biasanya terjadi setelah perpisahan yang terlalu lama dengan orang
tua. Hal tersebut merupakan upaya anak untuk melepaskan diri dari perasaan
Kebutuhan akan keamanan dan bimbingan dari orang tua pun akan
akan cenderung lebih aman secara interpersonal daripada anak usia 1 sampai
3 tahun, maka anak dapat mentoleransi perpisahan singkat dengan orang tua
anak dan dapat lebih cenderung membangun rasa percaya pada orang dewasa
b. Kehilangan kendali
Kontrol diri pada anak bersifat menetap karena anak berada di luar
Anak akan bereaksi agresif dengan marah dan berontak akibat ketergantungan
pengalaman dari sudut pandang anak itu sendiri. Salah satu ciri-ciri khayalan
yang sering dimiliki anak prasekolah untuk menjelaskan alasan sakit atau
yang nyata maupun khayalan. Respon kehilangan kontrol pada usia ini berupa
selain perpisahan dengan rutinitas dan orang tua, lingkungan yang asing, serta
dan penyakit yang dimiliki oleh seorang anak akan berbeda bergantung dari
prasekolah. Pada usia ini anak berada pada fase praoperasional dalam
sendiri dan dunia luar. Pemikiran anak tentang penyakit difokuskan pada
berdasarkan kedekatan antara dua kejadian. Misalnya anak sakit perut akibat
2009).
maka akan semakin sulit bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan
c. Mekanisme koping
kontrol, bagian tubuh yang cedera, dan perilaku anak. Setiap anak
d. Sistem pendukung
Anak akan mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk
dipeluk saat merasa takut dan cemas bahkan saat merasa ketakutan
pada anak. Anak bereaksi terhadap stres pada saat sebelum, selama
diamati pada anak setelah pulang dari rumah sakit adalah merasa
invasif yang dilakukan serta kecemasan orang tua. Respon yang biasa
pada anak yang berusia kurang dari 7 tahun (Melnyk, 2000, dalam
Ramdaniati, 2011).
2.3.1. Definisi
siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana dari setiap prosedur tindakan
yang ditujukan pada anak bertujuan untuk mencegah atau mengurangi stres
pada anak
psikologis)
oleh anak dan keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan. Perawat anak
2004).
(injury) dan nyeri, tidak melakukan kekerasan pada anak, dan modifikasi
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Prasekolah
Hospitalisasi
Atraumatic Care
= diteiti
21
menunjukkan adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Setiadi,
BAB 4
METODE PENELITIAN
sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian ini mempelajari
saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek
Populasi:
Semua Pasien Anak di Ruang Karunia RS Baptis Kediri
Quota Sampling
Pengukuran tingkat
stress hospitalisasi
pada pasien anak di
Ruang Karunia RS
Baptis Kediri
Penerapan Atraumatic
Care
Pengukuran tingkat
stress hospitalisasi
pada pasien anak di
Ruang Karunia RS
Baptis Kediri
\ Penyajian data
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian yaitu semua pasien anak Prasekolah (usia 3-6 tahun) di
Ruang Karunia RS Baptis Kediri pada bulan November 2019 sampai Desember
Desember.
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah pasien anak prasekolah (usa
3-6 tahun ) di Ruang Karunia RS Baptis Kediri yang memenuhi kriteria inklusi.
1x24 jam;
Populasi yaitu pasien anak prasekolah (usia 3-6 tahun) di ruang Karunia
20 orang.
4.3.3 Sampling
yaitu teknik penentuan sampel dalam kuota menetapkan setiap strata populasi
diselidiki.
1) Bentuk Instrumen
suatu fenomena alam maupun sosial yang diamati dalam suatu penelitian
stress Hospitalisasi yang terjadi pada pasien anak prasekolah (usia 3-6
2) Uji Instrumen
Desember 2019.
responden.
data umum dan data khusus hasil pengukuran stress hospitalisasi pre-test
pada sampel.
mencamtumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh
responden. Lembar tersebut hanya cukup diberi nomer atau kode tertentu.
kerahasiannya oleh peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil riset hanya terbatas
DAFTAR PUSTAKA
Medika
EGC
Ramdaniati, Sri. 2011. Analisis Determinan Kejadian Takut Pada Anak Pra
RSU Blud dr. Slamet Garut. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Susenas. 2005. Angka Kesakitan (Morbidity Rate) Anak-anak Umur 0-21 Tahun.
http://www.ykai.net/index.php?option=com_content&view=article&id=14
5:angka-kesakitan-morbidity-rate-anak-anak-umur-0-21-
Rumah Sakit Daerah Balung Jember. Skripsi. Jember: Program Studi Ilmu