Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

EPIDEMIOLOGI KEBIDANAN

Oleh

Luh Citrarasmi Dara Mestika (P07124215023)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
2016
1. Pengertian Screening
Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/mencari penderita
dengan penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan
berdasarkan gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang
sehat dan yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan
pengobatan.

Jenis- jenis screening :


a. Opportunistik screening adalah penjaringan yang dilakukan pada pasien yang
datang untuk memeriksakan kesehatannya
b. Mass Screening adalah screening yang dilakukan secara masal (melibatkan
populasi secara keseluruhan)
c. Selectiv Screening adalah screening yang dilakukan pada kelompok tertentu
d. Singgle Disease Screening adalah screening yang dilakukan pada satu jenis
penyakit saja
e. Multiphasic Screening adalah screening yang dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode tertentu
f. Chase Finding Screning adalah screening yang dilakukan karena penemuan
kasus baru
g. Penyaringan Yang Ditargetkan adalah penyaringan yang dilakukan pada
kelompok-kelompok yang terkena paparan yang spesifik.

Contoh Screening :
1. Mammografi untuk mendeteksi Ca Mammae
2. Pap smear untuk mendeteksi Ca Cervix
3. Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
4. Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
5. Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
6. Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner

2. Tujuan Screening
Tujuan screening adalah untuk :
1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap
orang- orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu
orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk).
2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan
secara tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan
tidak menjadi sumber penularan penyakit.
3. Cara Melakukan Screening
a.Dapat dilakukan secara massal pada suatu penduduk tertentu. Berat dari segi
operasional di lapangan, biaya
b. Dilakukan seacar selectif maupun random terutama mereka dengan risiko
yang lebih besar. Misalnya : pemeriksaan HIV (PSK, Waria)
c.Dilakukan untuk suatu penyakit atau serentak untuk >1 penyakit.
Bentuk screening dikenal 2 bentuk :
a. Penyaringan Seri
Berupa dua penyaringan dinyatakan hasilnya posistif (+) bila posistif
(+) pada pemeriksaan I & II yang dilakukan menyusul (HIV ; elisa dan
wester blood)
b. Penyaringan Paralel
Dilakukan bersamaan, dinyatakan hasilnya posistif (+) bila salah satu
hasil tes dinyatakan posistif (+)

4. Test Diagnostik
Test Diagnostik adalah upaya untuk menegakkan atau mengetahui jenis
penyakit yang diderita seseorang
Tiga cara utama :
a. Anamnese; informasi berdasarkan hasil observasi subjektif pasien
terhadap dirinya (keluhan)
b. Tanda (sign); hasil pengamatan dokter atau pemeriksa kesehatan,
merupakan observasi objektif terhadap penderita
c. Tes (uji/pemeriksaan); upaya diagnostik dengan mempergunakan bantuan
hasil uji alat-alat

5. Peralatan Yang Digunakan Dalam Screening


a. Kriteria Menilai, Suatu Alat Ukur
Suatu alat (test) scereening yang baik adalah yang mempunyai tingkat
validitas dan reabilitas yang tinggi yaitu mendekati 100%. Validitas
merupakan petunjuk tentang kemampuan suatu alat ukur (test) dapat
mengukur secara benar dan tepat apa yang akan diukur. Sedangkan reliabilitas
menggambarkan tentang keterandalan atau konsistensi suatu alat ukur.

b. Contoh ‘Screening’ Beserta Alat Yang Digunakan


1) Mammografi dan Termografi; Untuk mendeteksi Ca Mammae.
Kadangkala dokter-dokter juga menganjurkan penggunaan dari
screening magnetic resonance imaging (MRI) pada wanita-wanita
lebih muda dengan jaringan payudara yang padat.
2) Pap smear; Pap smear merupakan kepanjangan dari Papanicolau test.
Tes ini ditemukan oleh Georgios Papanikolaou. Tes ini merupakan tes
yang digunakan untuk melakukan skrening terhadap adanya proses
keganasan (kanker) pada daerah leher rahim (servik). Peralatan yang
digunakan yaitu; spatula/sikat halus, spekulum, kaca benda, dan
mikroskop.
3) Sphygmomanometer dan Stetoscope; Untuk mendeteksi hipertensi.
Risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) meningkat seiring
bertambahnya usia, berat badan dan gaya hidup. Tekanan darah tinggi
dapat menyebabkan komplikasi yang cukup parah tanpa ada gejala
sebelumnya. Tekanan darah tinggi juga dapat memicu timbulnya
berbagai penyakit seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Tekanan darah normal adalah kurang dari 120/80. Tekanan darah
cukup tinggi adalah 140/90 atau lebih. Dan tekanan darah di antara
kedua nilai tersebut disebut prehipertensi. Seberapa sering tekanan
darah harus diperiksa tergantung pada seberapa tinggi nilainya dan apa
faktor-faktor risiko lainnya yang dimiliki.
4) Photometer; Merupakan alat untuk memeriksa kadar gula darah
melalui tes darah. Mula-mula darah diambil menggunakan alat khusus
yang ditusukkan ke jari. Darah yang menetes keluar diletakkan pada
suatu strip khusus. Strip tersebut mengandung zat kimia tertentu yang
dapat bereaksi dengan zat gula yang terdapat dalam darah. Setelah
beberapa lama, strip tersebut akan mengering dan menunjukkan warna
tertentu. Warna yang dihasilkan dibandingkan dengan deret (skala)
warna yang dapat menunjukkan kadar glukosa dalam darah tersebut.
Tes ini dilakukan sesudah puasa (minimal selama 10 jam) dan 2 jam
sesudah makan.
5) Plano Test; Untuk mendeteksi kehamilan (memeriksa kadar HCG
dalam darah)
6) EKG (Elektrokardiogram); Untuk mendeteksi Penyakit Jantung
Koroner.
7) Pita Ukur LILA; Untuk mendeteksi apakah seorang ibu hamil
menderita kekurangan gizi atau tidak dan apakah nantinya akan
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) atau tidak.
8) X-ray, pemeriksaan sputum BTA; Untuk mendeteksi penyakit TBC
9) Pemeriksaan fisik Head to Toe; Untuk mendeteksi adanya keadaan
abnormal pada ibu hamil.
10) Rectal toucher; Yang dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi adanya
‘cancer prostat’. Tes skrining mampu mendeteksi kanker ini sebelum
gejala-gejalanya semakin berkembang, sehingga pengobatan/
treatmennya menjadi lebih efektif. Pria dengan resiko tinggi terhadap
kanker prostat adalah pria usia 40 tahunan.
11) Pervasive Developmental Disorders Screening Test PDDST – II;
PDDST-II adalah salah satu alat skrening yang telah dikembangkan
oleh Siegel B. dari Pervasive Developmental Disorders Clinic and
Laboratory, Amerika Serikat sejak tahun 1997. Perangkat ini banyak
digunakan di berbagai pusat terapi gangguan perilaku di dunia.
Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang cukup baik sebagai alat
bantu diagnosis atau skrening Autis.
12) CHAT (Checklist Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan); Terdapat
beberapa perangkat diagnosis untuk skreening (uji tapis) pada
penyandang autism sejak usia 18 bulan sering dipakai di adalah CHAT
(Checklist Autism in Toddlers).
13) Audio Gram dan Typanogram; Untuk mendeteksi adanya kelainan atau
gangguan pendengaran
14) MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CAT Scans (Computer
Assited Axial Tomography); Sangat menolong untuk mendiagnosis
kelainan struktur otak, karena dapat melihat struktur otak secara lebih
detail.
15) Optalmoskop dan Tonometer; Pemeriksaan syaraf optik dengan alat
optalmoskop, pemeriksaan tekanan mata dengan tonometer, jika perlu
pemeriksaan lapang pandangan. Penyakit mata ini akan merusak saraf
optik dan dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan timbul
bahkan sebelum orang tersebut menyadari gejala-gejalanya. Tes
skrining glukoma mencari tekanan tinggi abnormal di dalam mata,
untuk mencegahnya sebelum terjadi kerusakan pada saraf optik Tes
skrining glukoma berdasarkan umur dan faktor resiko lainnya
dilakukan setiap 2-4 tahun untuk umur kurang dari 40 tahun, untuk
usia 40-45 tahun dilakukan skrining tiap 1-3 tahun, usia 55-64 tahun
skrining tiap 1-2 tahun, dan untuk usia 65 tahun ke atas setiap 6-12
bulan.
16) Penapisan (skrining) premarital; Amat penting dilakukan guna
mengetahui “status” kesehatan yang sebenarnya dari pasangan yang
akan menikah. Tujuan dilakukannya pemeriksaan premarital untuk
mendeteksi dan mengobati jika ada penyakit yang belum terdeteksi
sebelumnya, mencegah penularan penyakit yang dapat mempengaruhi
seperti siflis, rubella, kelainan hemoglobin, hepatitis B dan HIV/AIDS.
Skrining mendeteksi dan mencegah timbulnya penyakit yang
diturunkan (genetik) seperti penyakit thalassemia, sickle cell anemia
(anemia set sabit), dan penyakit Tay-Sachs. Beberapa pemeriksaan
yang umum dilakukan sebelum menikah antara lain hematologi rutin,
golongan darah dan rhesus, profil TORCH, hepatitis B, dan
VDRL/RPR.
6. Cara Menyimpulkan Hasil Screening Dalam Epidemiologi.
Untuk menilai hasil screening dibutuhkan kriteria tertentu seperti berikut :
a. Validasi
Validasi adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan individu
yang benar-benar sakit terhadap yang sehat.Validasi mempunyai dua
komponen :
1) Sensitivitas
Sensivitas mengacu pada peluang bahwa seorang individu yang
sakit akan diklasifikasikan sebagai sakit.
2) Spesifisitas
Spesifisitas mengacu pada peluang bahwa seorang individu yang
sehat akan diklasifikasikan sebagai sehat.Secara ideal, hasil test untuk
screening harus 100% sensitif dan 100% spesifik, tetapi dalam praktik hal
ini tidak pernah ada dan biasanya sensitivitas berbanding terbalik dengan
spesivisitas. Bila hasil tes mempunyai sensivitas yang tinggi, maka akan
diikuti spesivitas yang rendah, dan sebaliknya.

KEADAAN PENDERITA
HASIL
TIDAK
SCREENING SAKIT
SAKIT
POSITIF A B
NEGATIF C D

Keterangan : A = positif
a = positif benar
benar B = positif
b = positif palsu
palsu C = negatif
palsu
D = negatif
Keterangan : benar

PERHITUNGAN VALIDITAS SUATU UJI SCREENING


STATUS PENYAKIT
Ada Tidak Ada Total
UJI SCREENING Positif A B a+b
Negatif C D c+d
JUMLAH a+c b+d a+b+c+d

Keterangan : a = Jumlah Positif Benar


b = Jumlah Positif palsu
c = Jumlah Negatif Palsu
d = Jumlah Negatif Benar

Rumus :
Sensitifitas = a / (a + c )
Spesifisitas = d / (b + d )

Penilaian hasil screening dengan menghitung sensitivitas dan


spesifisitas mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut :
a. Tidak semua hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan tegas “ya”
atau “tidak”
b. Perhitungan ini tidak sesuai dengan kenyataan karena perhitungan
sensitivitas dan spesifisitas setelah penyakit di diagnosis, sedangkan
tujuan screening adalah mendeteksi penyakit yang belum tampak
dan bukan untuk menguji kemampuan alat tes yang digunakan.

b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah kemampuan suatu tes memberikan hasil yang
sama/konsisten bila tes diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama
dan kondisi yang sama. Ada 2 faktor yang mempengaruhi :
1) Variasi cara screening : stabilitas alat, fluktuasi keadaan (demam)
2) Kesalahan / perbedaan pengamat: pengamat beda / pengamat sama
dengan hasil yang beda.
Upaya meningkatkan reliabilitas :
a) Pembakuan /standarisasi cara screening
b) Peningkatan ketrampilan pengamat
c) Pengamatan yang cermat pada setiap nilai pengamatan
d) Menggunakan dua atau lebih pengamatan untuk setiap pengamatan
e) Memperbesar klasifikasi kategori yang ada, terutama bila kondisi
penyakit juga bervariasi / bertingkat.

c. Derajat Screening (yield)


Yielod adalah kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala
melalui screening, sehingga dapat ditegakkan diagnosis pasti serta pengobatan
dini.
7. Intervensi Terapeutik
Setelah diketahui hasil screening maka perlu dilakukan intervensi
terapetik sesuai dengan kasus dan diagnosis screening. Contoh-contoh intervensi
terapetik :
a. Untuk kasus TBC maka perlu intervensi pengobatan seperti INH, dll
b. Untuk tekanan darah tinggi perlu intervensi terapetik pengaturan diit rendah
garam, tinggi protein, pengaturan emosi, dll
c. Untuk Ca serviks perlu intervensi terapetik kemoterapi, dll
d. Untuk penyakit jantung perlu intervensi pemberian obat jantung, diit, dll
e. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan intervensi berupa
stimulasi-stimulasi, penambahan gizi, terapi, dll
f. Untuk HIV diperlukan intervensi

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Kehamilan
    LP Kehamilan
    Dokumen8 halaman
    LP Kehamilan
    Luh Citrarasmi DaraMestika
    100% (1)
  • Askeb Atonia Uteri
    Askeb Atonia Uteri
    Dokumen4 halaman
    Askeb Atonia Uteri
    Luh Citrarasmi DaraMestika
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Kala I
    Asuhan Kala I
    Dokumen5 halaman
    Asuhan Kala I
    Luh Citrarasmi DaraMestika
    Belum ada peringkat
  • Jadwal PK
    Jadwal PK
    Dokumen3 halaman
    Jadwal PK
    Luh Citrarasmi DaraMestika
    Belum ada peringkat
  • Askeb Atonia Uteri
    Askeb Atonia Uteri
    Dokumen4 halaman
    Askeb Atonia Uteri
    Luh Citrarasmi DaraMestika
    100% (1)
  • Sap Hipertensi
    Sap Hipertensi
    Dokumen6 halaman
    Sap Hipertensi
    Luh Citrarasmi DaraMestika
    Belum ada peringkat