Anda di halaman 1dari 7

2.

3 Regulasi Suhu Tubuh Secara Sistemik


Manusia biasanya tinggal di lingkungan yang lebih dingin daripada suhu
tubuh mereka, tetapi mereka terus menerus menghasilkan panas secara internal,
yang membantu mem-pertahankan suhu tubuh. Produksi panas akhirnya
bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan.1
Perubahan suhu tubuh di kedua arah mengubah aktivitas sel peningkatan
suhu mempercepat reaksi-reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu
memperlambat reaksi-reaksi tersebut. Karena fungsi sel sensitif terhadap
fluktuasi suhu internal, manusia secara homeostasis mempertahankan suhu
tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisme sel berlangsung stabil. Panas
berlebihan berakibat lebih serius daripada pendinginan. Bahkan peningkatan
moderat suhu tubuh mulai menyebabkan malfungsi saraf dan denaturasi protein
ireversibel. Sebagian besar orang mengalami kejang ketika suhu tubuh internal
mencapai sekitar 106°F (41°C); 110°F (43,3°C) dianggap sebagai batas atas
yang memungkinkan kehidupan.1
Sebaliknya, sebagian besar jaringan tubuh dapat menahan sementara
pendinginan yang substansial. Sifat ini bermanfaat selama bedah jantung ketika
jantung harus dihentikan. Pada bedah semacam ini, suhu tubuh pasien dengan
sengaja diturunkan; jaringan yang telah didinginkan membutuhkan nutrisi yang
lebih sedikit daripada ketika suhunya normal karena berkurangnya aktivitas
metabolik. Namun, penurunan suhu tubuh yang mencolok dan berkepanjangan
memperlambat metabolisme ke tingkat mematikan.1

2.3.1 Suhu Tubuh Rata-Rata


Suhu inti tubuh dan suhu kulit
Suhu tubuh normal yang diukur di mulut (per oral) secara
tradisional dianggap sebesar 98,6°F (37°C). Namun, studi baru-baru ini
menunjukkan bahwa suhu tubuh bervariasi di antara individu dan
bervariasi sepanjang hari, berkisar dari 96,0°F (35,5°C) pada pagi hari
hingga 99,9°F (37,7°C) pada malam hari, dengan rerata keseluruhan
98,2°F (36,7°C).1
Selain itu, tidak ada suhu tubuh tunggal karena suhu ber-variasi
dari organ ke organ. Dari sudut pandang termoregulasi, tubuh dapat
dianggap sebagai suatu inti sentral yang dikelilingi oleh selubung luar.
Suhu di dalam inti sentral, yang terdiri dari organ abdomen dan toraks,
susunan saraf pusat, dan otot rangka, umumnya relatif konstan. Suhu
inti internal ini berada di bawah regulasi ketat untuk mempertahankan
kestabilan homeostatik. Jaringan inti berfungsi paling baik pada suhu
relatif konstan sekitar 100°F (37,8°C).1
Kulit dan jaringan subkutan membentuk selubung luar. Berbeda
dari suhu inti yang konstan tinggi, suhu di selubung ini umumnya lebih
dingin dan dapat cukup bervariasi. Sebagai contoh, suhu kulit dapat
berfluktuasi antara 68°F dan 104°F (20°C dan 40° C) tanpa mengalami
kerusakan. Seperti Anda akan lihat, suhu kulit secara sengaja diubah-
ubah sebagai tindakan kontrol untuk membantu mempertahankan suhu
inti yang konstan.1

2.3.2 Tempat Pengukuran Suhu Tubuh


Terdapat beberapa tempat yang mudah diakses untuk memantau
suhu tubuh. Suhu mulut dan ketiak (aksila) setara, sedangkan suhu
rektum rerata lebih tinggi 1°F (0,56 °C). Sekarang juga tersedia alat
pemantau suhu yang memindai panas yang dikeluarkan oleh gendang
telinga dan mengubah suhu ini menjadi ekuivalen oral. Suatu alat yang
lebih baru adalah pemindai temporal yang mengukur suhu darah di
arteri temporalis. Suatu alat terkomputerisasi ditembakkan dari satu sisi
ke sisi lain menyebrangi dahi melewati arteri temporalis, yang terletak
kurang dari 2 mm di bawah permukaan kulit pada daerah ini. Suhu
temporal merupakan faktor terbaik suhu inti karena ini hampir identik
dengan suhu darah yang meninggalkan jantung. Namun, tidak ada
satupun dari pengukuran-pengukuran ini yang merupakan indikasi
mutlak suhu inti internal, yang sedikit lebih tinggi, pada 100°F,
daripada tempat yang diukur.1
Ada dua tempat untuk pengukuran suhu tubuh, yaitu suhu inti dan
suhu permukaan. Tempat pengukuran suhu inti yaitu rektum, membran
timpani, esofagus, arteri pulmoner dan kandung kemih. Sedangkan
pengukuran suhu permukaan diantaranya kulit, aksila dan oral.2
Lokasi Kelebihan Kekurangan
Oral Mudah diakses dan Nilai tidak akurat apabila pasien baru saja
mengkonsumsi cairan atau makanan
nyaman
yangdingin atau panas.
Rektal Hasil reliabel Tidak nyaman dan lebih tidak menye-
nangkan bagi pasien, sulit dilakukan pada
pasien yang tidak dapat miring kiri kanan,
dan dapat melukai rektum.
Adanya feses dapat mengganggu penem-
patan termometer. Apabila feses lunak,
termometer dapat masuk ke dalam feses
bukan ke dinding rektum
Aksila Aman dan non Termometer harus dipasang dalam waktu
yang lama agar memperoleh hasil yang
invasif
akurat.
Membran Mudah diakses, Dapat menimbulkan rasa tidak nyaman
mencerminkan dan beresiko terjadi perlukaan apabila
timpani
suhu inti, sangat termometer diletakkan terlalu dalam ke
cepat. lubang telinga.
Pengukuran berulang dapat menunjukkan
hasil yang berbeda.
Adanya serumen dapat mempengaruhi
bacaan hasil.
Tabel 1. Kelebihan dan kekurangan empat lokasi suhu tubuh3

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh Normal


Sumber panas atau suhu tubuh sebagian besar dipengaruhi oleh
aktivitas dari otot rangka. Saat olahraga tubuh menghasilkan banyak
panas. Panas ini dihasilkan karena efieiensi dari gerak tubuh berkisar di
antara 20-30%. Ini berarti bahwa energi yang diperlukan untuk gerak
tubuh hanya sebanyak maksimum 30% diubah menjadi gerak
sedangkan sisanya sebanyak 70% diubah menjadi panas.4
Selain aktivitas otot lurik panas juga didapat dari aktivitas otot
polos, otot jantung dan bahkan infuls saraf. Hal ini dapat dimengerti
bahwa pada saat tidur tidak ada atau sangat minim sekali aktivitas otot
lurik, akan tetapi panas tubuh masih tetap dipertahankan. Panas ini
tentunya didapatkan dari aktivitas otot jantung yang tidak pernah
berhenti, dan pencernaan makanan pada sistem pencernaan juga tetap
bekerja. Ketika kita mimpi buruk, tekanan darah, denyut nadi, dan suhu
tubuh juga meningkat.4
Ganong mengatakan, pembentukan panas tubuh dapat terjadi
walaupun tidak ada asupan makanan dan atau kontraksi otot. Epinefrin
dan nor epinefrin menyebabkan terjadinya peningkatan panas yang
cepat dan singkat sedangkan hormone tiroid menyebabkan peningkatan
suhu yang lambat dan berkepanjangan. Selain hal di atas, demam
merupakan suatu keadaan di mana terjadi peningkatan suhu tubuh di
atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Selain itu demam juga berperan terhadap peningkatan
perkembangan imunitas dalam hal membantu pemulihan dan
pertahanan terhadap infeksi.4
Suhu tubuh saat latihan atau aktivitas fisik juga dipengaruhi oleh
suhu lingkungan, kelembaban udara, kecepatan angin, jenis pakaian
yang dipakai, sumber panas, serta waktu paparan panas.4
Indonesia adalah daerah tropis dengan suhu yang tinggi dan
kelembaban yang tinggi pula. Umumnya orang Indonesia
beraklimatisasi pada suhu antara 18-300C dengan kelembaban relatif
antara 40-60%.4
Apabila suhu lingkungan lebih tinggi daripada suhu tubuh maka
tubuh akan menerima panas dari lingkungan secara konveksi.
Sedangkan bila suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh maka
panas tubuh akan pindah ke udara sekitar. Bila atlet biasa berlatih pada
suhu 290C kemudian akan berkopetisi pada daerah dengan suhu tinggi,
sebaiknya menyesuaikan diri selama 12-14 dan apabila tempat tujuan
mempunyai temperature lebih rendah, maka penyesuaian hanya
dibutuhkan beberapa hari.4
Kelembaban udara perperan penting terhadap penguapan keringat,
apabila udara lingkungan mempunyai kelembaban yang tinggi, maka
penguapan keringat akan terganggu yang berakibat terhadap
peningkatan suhu tubuh. Telah dilakukan penelitian pada kelembaban
udara yang berbeda pada latihan fisik yang sama. Didapatkan terjadi
penurunan suhu tubuh secara bermakna pada kelembaban 40%
dibandingkan kelembaban 50% dan 60%.4
Berdasarkan teori, jenis kelamin tidak mempengaruhi suhu tubuh.
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh adalah faktor hormon, dimana
pada wanita suhu tubuh dapat bergeser sesuai dengan saat-saat dalam
daur haid, yaitu mulai sedikit naik sesudah ovulasi sekresi progesteron
dan baru akan turun kembali sebelum haid. Pada anak-anak suhu tubuh
biasanya lebih tinggi daripada orang dewasa, sedangkan pada usia
lanjut ataupun bayi yang baru lahir suhunya lebih rendah, Sehingga dari
hal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin bertambahnya usia
maka suhu tubuh akan semakin rendah.5
Beberapa faktor menyebabkannya sedikit bervariasi:
1. Suhu inti sebagian besar orang normalnya bervariasi sekitar 1,8°F
(1°C) di siang hari, dengan suhu terendah pada pagi hari sebelum
bangun (jam 6 hingga 7 pagi) dan tertinggi pada sore hari (jam 5
hingga 7 sore). Variasi ini disebabkan oleh irama biologis bawaan,
atau "jam biologis" ”.1
2. Wanita juga mengalami irama bulanan pada suhu intinya yang
berkaitan dengan daur haid mereka. Suhu inti rerata 0,9°F (0,5°C)
lebih tinggi selama paruh terakhir daur sejak saat ovulasi hingga
haid. Peningkatan ringan suhu yang menetap selama periode ini
semuladiperkirakan disebabkan oleh peningkatan sekresi
progesteron, salah satu hormon ovarium, tetapi tampaknya sekarang
tidak demikian. Penyebab sebenarnya masih belum diketahui.1
3. Suhu inti meningkat selama olahraga karena peningkatan mencolok
produksi panas oleh otot. Selama olahraga berat, suhu inti dapat
meningkat hingga 104°F (40°C). Pada keadaan istirahat, suhu ini
dianggap demam, tetapi normal selama olahraga berat.1
4. Semakin tua semakin dingin. Orang lanjut usia biasanya memiliki
suhu yang lebih rendah, dengan rerata pada pertengahan hari 97,7°F
(36,4°C).1
5. Karena mekanisme pengendali suhu tidak 100% efektif, suhu inti
dapat sedikit bervariasi jika tubuh terpajan ke suhu ekstrim. Sebagai
contoh, suhu inti dapat turun beberapa derajat pada cuaca dingin
atau meningkat sekitar satu derajat pada cuaca panas.1

2.3.4 Pembentukan dan Pengeluaran Panas Tubuh

2.3.5 Pengendalian Suhu Tubuh Oleh Saraf

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, Lauralee. Introduction to Human Physiology. 8th edition,


Amerika Serikat: Brooks/Cole, Cengage Learning. 2014.
2. Albertus Ari Adrianto, Buwono Puruhito, dan Muhamad Wartono.
Kesesuaian Termometer Inframerah Dengan Termometer Air Raksa
Terhadap Pengukuran Suhu Aksila Pada Usia Muda (18-22 Tahun). Jurnal
Kedokteran Diponogoro. Vol. 7. No. 2. Mei 2018. Hlm. 522.
3. Syahhaq, Muhammad Fahriana. Pengatuh Ekstrak Daun Pandan Wangi
(Pandanus Amaryllifolius Roxb). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. 2018. Hlm. 7.
4. Gede Ariyasa, Kunjung Ashadi, Nengah Sandi, dan Wayan Teresna.
Pengaruh Kelembapan Relatif Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Latihan.
Sport and Fitness Journal. Vol. 5. No. 1. Februari 2017. Hlm. 105-106.
5. Fransiska Lintong, Wenny Supit, dan Yondra Kukus. Suhu ubuh:
Homeostatis dan Efek Terhadap Kinerja Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik.
Vol. 1. No. 2. Juli 2019. Hlm. 109.

Anda mungkin juga menyukai