Anda di halaman 1dari 8

Karir amatlah penting bagi pegawai dalam suatu organisasi.

Menurut Walker ( 1980 ) , bagi


pegawai, karir bahkan dianggap lebih penting daripada pekerjaan itu sendiri. Seorang pegawai
bisa meninggalkan pekerjaannya jika merasa bahwa prospek karirnya buruk. Sebaliknya,
pegawai lain mungkin akan tetap rela bertahan di pekerjaan yang kurang disukainya karena ia
tahu bahwa karirnya akan mempunyai prospek yang cerah. Bagi organisasi, kejelasan
perencanaan dan pengembangan karir pegawai akan membawa manfaat langsung terhadap
effisiensi manajemen, karena “ turn over “ pegawai akan cenderung berkurang di perusahaan-
perusahaan yang sangat memperhatikan pengembangan karir pegawainya. Di samping itu,
penanganan karir yang baik oleh organisasi akan mengurangi rasa frustasi karyawan serta dapat
meningkatkan motivasi dan loyalitas dalam bekerja. Oleh karena itu , manajemen karir menjadi
kewajiban bagi organisasi untuk melaksanakannya karena karir merupakan kebutuhan yang sama
pentingnya dengan kebutuhan- kebutuhan lainnya.

Kegundahan yang dialami pegawai dalam cerita itu mencerminkan lemahnya perencanaan karir
yang dilakukan oleh bank, disisi lain perusahaan sangat menginginkan pegawainya untuk
melakukan pekerjaan besar sementara pegawai juga mengalami kegundahan tentang
keberlanjutan karir mereka diperusahaan tersebut. Dengan demikian dapat kita katakana bahwa
terjadi misunderstanding antara perusahaan dengan pegawai sebab ketidakjelasan perencanaan
karir yang dilakukan oleh perusahaan.

Solusinya adalah perusahaan harus segera menyelesaikan masalah Misunderstanding tersebut


dengan membuat rencana karir perusahaan bagi para pegawainya sebab bila it uterus berlanjut
maka akan berdampak pada kinerja pegawai. Sebagaimana disampaikan oleh Panigoro, et al.
(2016) bahwa perencanaan karir mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.

Dalam menunjang perkembangan karir pegawai, perusahaan harus bisa member peluang kepada
para pegawai untuk mengembangkan diri melalui kegiatan pelatihan-pelatihan. Sebab Pada
hakekatnya kegiatan pelatihan atau training perlu dilaksanakan oleh suatu perusahaan atau
organisasi dengan tujuan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan karyawan. Banyak ahli
berpendapat tentang arti, tujuan dan manfaat pelatihan. Namun dari berbagai pendapat tersebut
pada prinsipnya tidak jauh berbeda. Sasaran pelatihan bagi karyawan adalah untuk menguasai
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang ditekankan dalam program pelatihan dan
menerapkannya ke dalam pekerjaan mereka sehari-hari
Good Governance atau tata pemerintahan yang baik, merupakan bagian dari paradigma baru
yang berkembang dan memberikan nuansa yang cukup mewarnai pasca krisis multidimensi,
seiring dengan tuntutan era reformasi. Dalam konteks Indonesia yang bergeliat dengan tuntutan
reformasi, good governance tampil sebagai model transplantatif baru yang diyakini mampu
mengobati birokrasi politik yang dinilai sarat korupsi, suap, dan penyalahgunaan kekuasan,
termasuk berbagai pelanggaran hak-hak asasi manusia (Prianto, 2011:2). Good governance
merupakan isu yang paling mengemuka pada era otonomi daerah sekarang ini. Tutuntan sangat
gencar dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan pemyelenggaraan
pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan dan
pendidikan masyarakat maupun adanya pengaruh globalisasi. Dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah, prinsip good governance dalam prakteknya adalah
dengan menerapkan prinsip penyelenggaraan yang baik dalam setiap pembuatan kebijakan dan
pengambilan keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh birokrasi pemerintahan daerah dalam
pelaksanaan fungsi pelayanan publik.

Dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk mengetahui berbagai informasi
mengenai penyelenggaraan pemerintahan, maka dapat mempermudah upaya masyarakat dalm
menilai keberpihakan pemerintah terhadap kepentingan publik (Dwiyanto : 224). Penerapan
prinsip transparansi merupakan salah satu poin penting dalam mewujudkan tata pemerintahan
yang baik

Good governance (tata pemerintahan yang baik), pelayanan publik serta otonomi daerah adalah
sebuah fenomena global yang pada prinsipnyaberbicara mengenai bagaimana pemerintah dapat
mewujudkan good governance melalui pelayanan publik dalam era otonomi daerah. Konsepsi
good governance adalah berangkat dari konsep Welfare State yang mempunyai tujuan nasional
yaitu mensejahterakan masyarakat secara umum tanpa ada gap. Kesejahteraan terbentuk serta
terwujud melalui pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah secara prima (pelayanan
prima).Hakikat dasar pemerintah sebagai pelayan publik (public servant) harus dapat dirasakan
oleh semua lapisan masyarakat. Dengan mendekatkan pemerintah dengan yang diperintah
(desentralisasi) diharapkan dapat menjawab serta memenuhi harapan serta kebutuhan masyarakat
tanpa terkecuali. Dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk mengetahui
berbagai informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan, maka dapat mempermudah upaya
masyarakat dalm menilai keberpihakan pemerintah terhadap kepentingan publik (Dwiyanto :
224). Penerapan prinsip transparansi merupakan salah satu poin penting dalam mewujudkan tata
pemerintahan yang baik

Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tidak terlepas adanya partisipasi aktif anggota
masyarakatnya. Salah satu wujud dari tanggung jawab masyarakat. Masyarakat daerah, baik
kesatuan sistem maupun sebagai individu, merupakan integral yang sangat dari sistem
pemerintahan daerah, karena secara prinsip penyelenggaraan otonomi daerah ditujukan guna
mewujudkan masyarakat yang sejahtera di daerah yang bersangkutan. Tentu bukan perkerjaan
yang mudah untuk mewujudkan ketiga prinsip good governance yaitu partisipasi, transparansi
dan akuntabiltas dalam praktik pemerintahan sehari-hari di Indonesia. Di Kabupaten buton utara
masih menemui faktor-faktor yang menghambat jalannya ketiga prinsip tersebut. Antara lain
Kesadaran akan tanggungjawab dari aparatur pemerintah itu sendiri untuk mengikutsertakan
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, penjaringan aspirasi yang biasanya bersifat
elitis dan terkesan ceremonial, dan masyarakat terkadang sama sekali tidak mempedulikan peran
mereka dalam proses perumusan kebijakan menjadi sangat penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan harus terus ditingkatkan. Bagitu pula penerapan prinsip transparansi,
kurangnya sosialisasi yang dilakukan aparatur pemerintah mengakibatkan masyarakat tidak
mengetahui sama sekali kebijakan maupun peraturan daerah yang akan dibuat. Kemudian
penerapan akuntabilitas masih terkendala dengan laporan yang tidak sesuai dengan program
yang sudah dilaksanakan.

Untuk dapat mewujudkan Good Governance, pemerintah senantiasa dituntut dan diarahkan
untuk dekat dengan yang diperintah (rakyat) agar dapat dengan tepat mengenali apa yang
menjadi kebutuhan, permasalahan, keinginan dan kepentingan serta aspirasi rakyat secara baik
dan benar, karenanya kebijakan yang dibuat akan dapat mencerminkan apa yang menjadi
kepentingan dan aspirasi rakyat yang dilayaninya. Asumsinya adalah pemerintah lokal lebih
mampu daripada pemerintah pusat dalam merespon perubahan tuntutan, melakukan eksperimen
dan mengantisipasi perubahan-perubahan pada masa mendatang. Kebijakan lokal mencerminkan
apa yang menjadi tuntutan lokal.

Ada tiga teori yang menjadi kunci dalam pembahasan mengenai konsep good governance
menuerut Adi Sujatno (2007) yaitu :

1. Teori Political Society (masyarakat politik : partai politik, birokrasi, negara) adalah
kumpulan organisasi-organisasi dalam masyarakat yang tujuan pendirian dan aktivitas
utamanya adalah untuk memperoleh dan menjalankan kekuasaan politik.
2. Teori Economic Society (masyarakat ekonomi) adalah kumpulan organisasiorganisasi-
organisasi di dalam masyarakat yang tujuan pendirian dan aktivitas utamanya adalah
untuk memperoleh keuntungan finansial.
3. Teori Civil Society ( masyarakat sipil/ masyarakat madani) adalah kumpulan organisasi-
organisasi di dalam masyarakat yang tujuan pendirian dan aktivitas utamanya memiliki
empat ciri : a). Non politis dan non ekonomi; b). inisiatif pendiriannya datang dari bawah
(grassroots); c). menjunjung pluralitas; dan d). Mengembangkan demokrasi egaliter.

Menurut Undang-undang No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara yang dimaksud dengan APBN adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Tujuan penyusunan APBN
adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi keseimbangan yang
dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya
peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
serta pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Data pokok APBN tahun 2013 – 2018 menunjukkan bahwa anggaran Negara selalu
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Bastian (2010) menyatakan bahwa APBN merupakan
wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang.
APBN yang disusun harus sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan Negara. Karena penyusunannya berdasrkan
undang-undang maka kenaikan anggaran pengeluaran APBN setiap tahunnya merupakan
implementasi dari kebutuhan Negara yang priotas.

Fungsi APBN menurut Undangundang No. 17 Tahun 2003, yaitu sebagai berikut: (1) fungsi
otorisasi, arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja
pada tahun yang bersangkutan, (2) fungsi perencanaan, arti bahwa negara dapat menjadi
pedoman untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut, (3) fungsi pengawasan, arti
anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, (4) fungsi alokasi, berarti
bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian, (5) fungsi distribusi,
berarti bahwa kebijakan anggran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, dan
(6) fungsi stabilisasi, berarti bahwa anggaran pemerintah telah menjadi alat untuk memelihara
dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian

Pengeluaran Pemerintah dapat di kelompokkan dalam dua golongan ruang lingkup yaitu
sebagai berikut:
1. Pengeluaran Rutin

Pertama adalah Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang secara rutin setiap tahunnya
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan dan pemeliharaan roda
pemerintahan, yang terdiri dari : Belanja pegawai, yaitu untuk pembiayaan gaji pegawai
termasuk gaji pokok dan tunjangan. Belanja barang, yaitu untuk pembelian barang-barang yang
digunakan untuk penyelenggaran pemerintah sehari-hari, subsidi, pembayaran angsuran dan
bunga utang. Belanja pemeliharaan, yaitu pengeluaran untuk memelihara agar milik atau
kekayaan pemerintah tetap terpelihara secara baik. Belanja perjalanan, yaitu untuk perjalanan
kepentingan penyelenggaran pemerintah.
Pengeluaran rutin memegang peran penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem
pemerintah serta upaya peningkatan efisiensi dan produktifitas, yang pada gilirannya akan
menunjang tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan.

2. Pengeluaran Pembangunan

Kedua, Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk


pembangunan fisik dan non fisik dalam rangka menambah modal masyarakat. Contoh
pembangunan fisik adalah pembangunan jalan, jembatan, sekolah dan rumah sakit. Sedangkan
pembangunan non fisik seperti pelaksanaan program pengentasan kemiskinan. Pengeluaran
pembangunan ditujukan untuk membiayai program-program pembangunan sehingga
anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang dimobilisasi. Dana ini kemudian
dialokasikan pada berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang telah direncanakan.

Pengeluaran yang dilakukan pemerintah menunjukkan perannya dalam perekonomian dalam


rangka mencapai kondisi masyarakat yang sejahtra. Ada pun Pemerintah memiliki 4 peran
yaitu sebagai berikut :
a. Peran alokasi, yakni peran pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi
agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi. Atau suatu
pembangunan yang prioritas di lakukan terlebih dahulu.Peran distributif, yakni peran
pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, dengan hasil ekonomi secara adil dan
wajar. Melalui kebijakan fiscal, pemerintah dapat mengubah posisi distribusi
pendapatan. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan system pajak progresif yaitu
b. beban pajak yang lebih besar dikenakan bagi orang kaya dan relative lebih rendah bagi
orang miskin, yang disertai dengan subsidi kepada kelompok miskin. Melalui subsidi
pemerintah secara tidak langsung bisa mempengaruhi distribusi pendapatan melalui
kebijakan anggaran misalnya dengan memberikan kredit perumahan murah untuk
golongan berpendapatan rendah, subsidi pupuk untuk para petani.
c. Peran stabilitatif, yakni peran pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian.
Yang mana pemerintah diharapkan mampu membuat kebijakan-kebijakan yang
bertujuan untuk mengendalikan goncangan ekonomi yang berlebihan. Misalnya
pemerintah berupaya menjaga terpeliharanya tingkat kesempatan kerja yang tinggi,
tingkat harga yang relative stabil dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup
memadai.
d. Peran dinamisator, yakni peran pemerintah dalam menggerakkan proses pembangunan
ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju.
Sebahagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan
pembangunan. Membayar gaji pegawai-pegawai pemerintah, membiayai sistem
pendidikan dan kesehatan rakyat, membiayai perbelanjaaan untuk angakatan bersenjata,
dan membiayai berbagai jenis infrastruktur yang penting artinya dalam pembangunan
adalah beberapa bidang penting yang akan dibiayai pemerintah. perbelanjaan-
perbelanjaan tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat dan mempertinggi
tingkat kegiatan ekonomi negara. (sukirno, 2006:168)

Teori-Teori Pengeluaran:

1. Pengeluaran Pemerintah secara Mikro


Teori mikro mengenai pengeluaran pemerintah menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya permintaan akan barang-barang publik dan faktor-faktor yang mempengaruhi
tersedianya barang publik. Intraksi antara permintaan dan penawaran barang publik
menentukan jumlah barang publik yang disediakan yang selanjutnya akan menimbulkan
permintaan terhadap barang lain. Sebagai contoh, misalnya pemerintah akan membuat sebuah
pelabuhan kapal laut yang baru. Pelaksanaan pembuatan pelabuhan ini akan menimbulkan
permintaan akan barang lain yang dihasilkan oleh sektor swasta seperti, Semen, Baja, alat -alat
Pengangkutan dan sebagainya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah yaitu :
a. Perubahan permintaan akan barang public
b. Perubahan dari aktivitas pemerintah dalam menghasilkan barang public
c. Perubahan kualitas barang public
d. Perubahan harga faktor-faktor produksi

2. Pengeluaran Pemerintah secara Makro


Adapun beberapa teori-teori pengeluaran pemerintah secara Makro, yaitu sebagai berikut :
a.Teori Keynes
Persamaan keseimbangan pendapatan nasional menurut Keyes adalah Y=C+I+G(X-M).
dimana (Y) merupakan pendapatan nasional, (C) merupakan pengeluaran konsumsi dan
(G) adalah pengeluaran pemerintah. Menurut Keynes, dengan membandingkan nilai (G)
terhadap (Y) serta mengamati dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar
kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan pendapatan nasional.
b.Teori Rostow dan Musgrave
Teori ini dikemukakan oleh Rostow dan Musgrave yang didasarkan pada pandangan
mereka mengenai pengamatan terhadap pembangunan ekonomi di beberapa Negara.
Model ini menghubungkan tahap-tahap pembangunan ekonomi dengan pengeluaran
pemerintah. Yang terdiri dari tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap
awal, persentase pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional relatif besar. Hal
ini karna pada tahap awal pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan prasarana,
seperti pendidikan, kesehatan, tranfortasi dan sebagainya. Di tahap menengah, peran
investasi pemerintah masih dibutuhkan namum investasi swasta semakin besar. Peran
swasta yang semakin besar yang pada akhirnya membuat pemerintah harus menyediakan
barang dan jasa publik lebih banyak dan lebih baik. Di tahap lanjut, aktivitas pemerintah
beralih dari penyediaan prasarana ke aktivitas-aktivitas social seperti program kesejahtraan
di hari tua, pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya.

Klasifikasi anggaran menurut fungsinya adalah pengelompokkan anggaran belanja Negara


berdasarkan fungsi-fungsi pemerintahan yang dilaksanakan oleh kementerian Negara/lembaga
dan bendahara umum Negara (BUN)

Klasifikasi fungsi merinci alokasi anggaran belanja lebih lanjut menurut Fungsi, Subfungsi,
Program, Kegiatan, Output

Berikut merupakan klasifikasi anggaran berdasarkan fungsinya

1. Pelayanan umum
2. Pertahanan
3. Ketertiban dan keamanan
4. Ekonomi
5. Perlindungan lingkungan hidup
6. Perumahan dan fasilitas umum
7. Kesehatan
8. Pariwisata
9. Agama
10. Pendidikan
11. Perlindungan social

Menurut fungsinya alokasi terbesar pada APBN 2018 adalah “pelayanan umum”

Klasifikasi anggaran menurut jenis belanja adalah pengelompokkan anggaran belanja Negara
berdasarkan jenis belanja pada kementerian Negara/lembaga dan bendahara umum Negara
(BUN)

Klasifikasi jenis belanja merinci alokasi anggaran belanja lebih lanjut menurut Jenis Belanja.

Berikut merupakan klasifikasi anggaran menurut jenis belanja dan kegunaannya

 Belanja Pegawai : Untuk membayar gaji dan tunjangan


 Belanja Barang : Untuk menampung pembelian barang dan atau jasa yang telah dipakai
 Belanja Modal : untuk pembayaran perolehan asset tetap dan atau asset lainnya
 Bunga : untuk membayar kewajiban dari utang
 Subsidi : Diberikan pemerintah kepada Perusahaan Negara, atau pihak ketiga lainnya yg
memproduksi, menjual, barang dan/ atau jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak
sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat
 Hibah : Untuk membayar transfer yang sifatnya tidak wajib dari pemerintah kepada
organisasi pemerintah dibawahnya atau organisasi internasional
 Bantuan Sosial : Untuk melindungi masyarakat guna melindungi dari kemungkinan
terjadinya risiko social
 Belanja Lain-lain : untuk pengeluaran yang tidak dapat diklasifikasikan belanja-belanja di
atas serta bersifat mendesak dan tidak dapat diduga sebelumnya

Menurut jenisnya, alokasi terbesar pada APBN adalah “belanja pegawai”

Anda mungkin juga menyukai