PENDAHULUAN
Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Sebab, guru tidak
akan memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan, tingkat
penguasaan materi belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam belajar serta
kelemahan-kelemahan guru dalam proses pembelajaran yang dikembangkan.
Walaupun evaluasi dianggap penting dan sudah merupakan pekerjaan rutin guru,
namun dalam kenyataan sehari-hari di lapangan sistem evaluasi dalam pembelajaran
bukan berarti tanpa persoalan. Berdasarkan pengamatan sepintas di lapangan,
beberapa persoalan tersebut paling tidak berkaitan dengan pemahaman konsep dasar
evaluasi, pelaksanaan dan pemanfaatannya, serta evaluasi program pengajaran.
Dalam proses pembelajaran ada tiga komponen utama yang merupakan satu
kesatuan, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar.
Masing-masing komponen dalam proses pembelajaran tersebut saling bergantung.
Oleh karena itu, ketiga komponen harus senantiasa sesuai satu sama lainnya.
Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk
mengukur keberhasilan belajar dari peserta didiknya. Alat pengukur yang di maksud
adalah tes hasil belajar yang sebagaimana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri
dari kumpulan butir-butir soal (sistem tes). Dalam aplikasinya, mempunyai fungsi
dan peranan yang sangat penting dalam hal untuk mengtahui tujuan yang ingin di
capai.
1.3. Tujuan
1
1.4. Manfaat
Sebagai seorang tenaga pendidik dalam mempelajari evaluasi pendidikan.
Diharapkan dengan adanya analisis daya pembeda ini merupakan salah satu yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan dari peserta didik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Daya pembeda (DP) adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya beda pembeda disebut
indeks diskriminasi, yang biasa disingkat dengan D.
Salah satu tujuan analisis kuantitatif soal adalah untuk menentukan dapat
tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan
perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Seperti yang sudah dibahas, indeks daya
pembeda (item discrimination) digunakan dalam membedakan antara peserta tes
yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Indeks
daya pembeda soal-soal yang ditetapkan dari selisih proporsi yang menjawab dari
masing-masing kelompok. Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal
dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan demikian, validitas soal ini sama
dengan daya pembeda soal, yaitu daya dalam membedakan antara peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah.
Setiap soal dapat dipandang sebagai bagian yang terpisah dari sebuah tes.
Sebuah soal mungkin dapat membedakan kelompok peserta tes secara baik. Setiap
soal mungkin juga tidak dapat membedakan kelompok peserta tes (misalnya soal
dengan p = 0 atau p = 1). Sebuah soal juga mungkin membedakan kelompok secara
terbalik, yaitu peserta tes yang tidak mampu dapat menjawab soal dengan benar
sedangkan peserta tes yang mampu menjawab salah. Salah satu tujuan analisis soal
adalah untuk mencari soal-soal yang dapat mengukur kemampuan secara tepat.
Jika tes atau soal mengukur hal yang sama, dapat diharapkan bahwa setiap
peserta tes yang mampu dapat menjawab soal dengan benar, dan peserta tes yang
tidak mampu akan menjawab salah. Dengan kata lain, soal-soal tersebut
membedakan (dicriminate) antara peserta tes yang mampu dengan peserta tes yang
tidak mampu. Dalam bagian ini akan dibahas berbagai teknik menentukan indeks
daya pembeda.
Indeks daya pembeda dihitung atas dasar pembagian kelompok menjadi dua
bagian, yaitu kelompok atas yang merupakan kelompok peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah, yaitu kelompok peserta tes yang
3
berkemampuan rendah. Kemampuan tinggi ditunjukkan dengan perolehan skor yang
tinggi dan kemampuan rendah ditunjukkan dengan perolehan skor yang rendah.
Indeks daya pembeda didefinisikan sebagai selisih antara proporsi jawaban yang
benar pada kelompok bawah (Crocker dan Algina). Pembagian kelompok ini dapat
dilakukan dengan berbagai macam metode bergantung pada keperluannya. Menurut
Kelley, Crocker dan Algina, yang paling stabil dan sensitif serta paling banyak
digunakan adalah dengan menentukan 27% kelompok atas dan 27% kelompok
bawah.
Tingkat kesukaran berpengaruh langsung pada daya pembeda soal. Jika setiap
orang memilih benar jawaban (p =1) atau jika setiap orang menjawab soal (p = 0),
maka soal tidak dapat digunakan untuk membedakan kemampuan peserta tes. Pada
tabel di bawah nanti, akan ditunjukkan nilai maksimum daya pembeda (D) sebagai
fungsi tingkat kesukaran (p). Tabel tersebut juga akan menunjukkan bahwa dengan
tingkat kesukaran p = 0.50, akan diperoleh daya pembeda maksimum (D = 1.00). Ini
mengandung makna bahwa soal yang tingkat kesukarannya 0.5 merupakan soal yang
memiliki daya pembeda terbaik.
Tabel 1.0
Nilai Maksimum Daya Pembeda D sebagai Fungsi P
Nilai P D Maksimum
1.00 0.00
0.90 0.20
0.80 0.40
0.70 0.60
0.60 0.80
0.50 1.00
0.40 0.80
4
0.30 0.60
0.20 0.40
0.10 0.20
0.00 0.00
Untuk soal pilihan ganda, daya pembeda ditentukan dengan melihat kelompok
atas dan kelompok bawah berdasarkan skor total. Untuk memudahkan perhitungan,
skor yang terdapat pada tabel nanti diurutkan dari peserta tes yang memperoleh skor
tinggi ke peserta tes yang memperoleh skor rendah.
Tabel 1.1
Skor Total Setelah Diurutkan
N Skor
Peserta
o Nomor Soal Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Diffa 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15
2 Sri 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15
3 Novia 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15
4 Zahara 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 14
5 Zamiatul 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 13
6 Riska 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
7 Mirna 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 12
8 Dea 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 12
9 Beidi 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 12
10 Cindy 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 11
11 Lukman 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 11
12 Fitri 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 11
13 Luthfy 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 11
14 Mila 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 10
15 Ifra 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 10
16 Rahma 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 10
17 Irsyad 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9
18 Afifah 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 9
19 Bintang 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 9
20 Michele 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 7
Σx 4 1 18 16 11 15 12 2 12 13 6 14 16 15 18 20 20 12 4 1
Jumlah
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Peserta Tes
Tingkat
0. 0. 0. 0.5 0.7 0. 0. 0.6 0. 0.7 0. 0. 0.0
Kesukaran 0.8 0.6 0.3 0.7 1 1 0.2
2 05 9 5 5 1 6 5 8 5 9 6 5
(p)
Pada tabel 1.1 di atas telah di tampilkan data tentang skor 20 siswa. Tabel 1.1 di
5
atas nantinya dibagi menjadi dua kelompok peserta tes, yaitu kelompok atas dan
kelompok bawah.
Untuk mengetahui kategori tingkat kesukaran yang nantinya kita akan melihat
daya pembeda, ada tiga macam variasi pembagian kelompok atas dan kelompok
bawah berdasarkan perolehan skor total, yaitu 50% kelompok atas dan 50%
kelompok bawah, 33% kelompok atas dan 33% kelompok bawah serta 27%
kelompok atas dan 27% kelompok bawah.
Tabel 1.2
Pembagian Kelompok 27%-27%
Untuk mencari daya pembeda menurut indeks daya dapat dicari dengan
menggunakan persamaan di bawah :
6
7
Di mana :
D = Daya Pembeda (validitas)
JKa = Jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok atas
JKb = Jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok bawah
nKa = Jumlah peserta tes pada kelompok atas
nKb = Jumlah peserta tes pada kelompok bawah
Prosedur yang telah digambarkan di atas untuk menghitung D sangatlah
sederhana. Namun demikian, sekalipun sederhana, metode untuk menghitung D
dapat digunakan formula sebagai berikut :
8
9
Di mana :
D = Indeks daya pembeda
ΣA = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas
ΣB = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
nA = Jumlah peserta tes kelompok atas
nB = Jumlah peserta tes kelompok bawah
Dalam kebanyakan kasus, jumlah peserta tes kelompok atas sama dengan jumlah
peserta tes kelompok bawah, nA = nB = n. Dengan demikian, maka persamaan daya
pembeda menjadi :
10
11
Untuk rumus daya pembeda nomor soal, yaitu :
D = PA - PB
Tabel 1.3
Tingkat kesukaran 27% kelompok atas (6 orang dari 20 peserta tes)
Skor
No Peserta
Nomor Soal Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Diffa 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15
2 Sri 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15
3 Novia 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15
4 Zahara 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 14
Zamiat
5 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 13
ul
6 Riska 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
Σxatas 2 0 6 5 4 5 5 0 5 5 4 6 6 6 6 6 6 5 2 1
Skor
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Maksimum
ΣKelompok
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Atas
(p) Kelompok 0.3 0.8 0. 0.8 0. 0.8 0.8 0.6 0. 0.3 0.1
0 1 0 1 1 1 1 1 1
Atas 3 3 67 3 33 3 3 7 83 3 6
Tabel 1.4
Tingkat kesukaran 27% kelompok bawah (6 orang dari 20 peserta tes)
Skor
No Peserta
Nomor Soal Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
15 Ifra 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 10
16 Rahma 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 10
17 Irsyad 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9
18 Afifah 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 9
19 Bintang 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 9
20 Michele 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 7
Σxbawah 1 0 5 5 3 4 3 1 1 3 0 3 3 3 4 6 6 2 1 0
Skor Maksimum 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
ΣKelompok
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Bawah
(p) Kelompok 0.1 0. 0. 0. 0. 0.1 0.1 0. 0. 0. 0.3 0.
0 0.5 0.5 0 0.5 1 1 0
Bawah 6 83 83 67 5 6 6 5 5 67 3 16
Tabel 1.5 menunjukkan daya pembeda soal nomor 1 sampai dengan nomor 20
12
berdasarkan perbedaan 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah.
Tabel 1.5
Daya Pembeda Soal
Untuk soal nomor 2, 4, 16, 17 memiliki daya pembeda 0 yang berarti keempat
soal tersebut tidak dapat menunjukkan adanya perbedaan kemampuan antara peserta
tes kelompok atas dengan peserta tes kelompok bawah. Lalu, daya pembeda soal
nomor 7 dan 8 bertanda negatif, yang menunjukkan bahwa kelompok bawah dapat
menjawab dengan benar soal tersebut sedangkan kelompok atas menjawab saah. Hal
ini bisa saja terjadi karena kesalahan konsep yang dimiliki oleh peserta tes dari
kelompok atas. Hal lain juga dapat berarti bahwa banyak peserta tes menjawab benar
pada soal ini karena faktor menebak.
Langkah yang dilakukan untuk menghitung daya pembeda soal uraian sama
seperti apa yang dilakukan pada soal pilihan ganda. Kita perlu mengurutkan seluruh
peserta tes berdasarkan perolehan skor dari yang tinggi ke perolehan skor yang
rendah. Untuk metode pembagian kelompok atas dengan kelompok bawah masih
menggunakan 27%-27%, yaitu kelompok atas 27% dan kelompok bawah juga 27%.
Tabel 1.6
13
Perhitungan Daya Pembeda Soal Uraian
Tabel 1.7
Perhitungan Daya Pembeda Soal Uraian 27% Kelompok Atas
Tabel 1.8
Perhitungan Daya Pembeda Soal Uraian 27% Kelompok Bawah
14
1 2 3 4 5
15 Luthfy 4 12.5 10 9 9 44.5
16 Afifah 9 9 10 9 6 43
17 Bintang 9 4 10 9 4 36
18 Michele 9 4 10 4 9 36
19 Riska 9 4 10 8 4 35
20 Beidi 4 4 10 4 8 30
Σx 44 37.5 60 43 40
Sm 12.5 12.5 10 12.5 12.5
Natas 6 6 6 6 6
p27% (atas) 0.59 0.5 1 0.57 0.53
Tabel 1.9
Daya Pembeda Soal Uraian
Tingkat Tingkat
Soal Daya Pembeda
Kesukaran Kesukaran
Kelompok Atas Kelompok Bawah Soal (D)
1 1 0.59 0.41
2 1 0.5 0.5
3 1 1 0
4 1 0.57 0.43
5 0.96 0.53 0.43
Hasil perhitungan daya pembeda soal uraian pada tabel 1.9 menunjukkan bahwa
setiap soal berfungsi sebagaimana mestinya, di mana kelompok atas hampir
menjawab setiap soal dengan benar.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Mungkin dalam makalah ini terdapat kekurangan, baik itu dari segi penulisan
sumber data maupun faktor lainnya. Namun, penulis makalah ini berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Diharapkan sekiranya orang-
orang dapat belajar banyak tentang berbagai metode dalam perhitungan daya
pembeda, agar nantinya dalam membuat butir soal yang baik dan benar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
17