Anda di halaman 1dari 7

ASPEK KEPRILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DAN PARA PENGAMBIL KEPUTUSAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keputusan (decision) adalah suatu pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih
kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan
penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena
pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai
tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih melihat
pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir dari suatu proses yang
lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses karena
terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan
bijaksana. Benar kata orang bijak “Jika cara anda tepat dalam membuat keputusan, maka anda
akan terbebas dari berbagai persoalan dalam hidup”. Manajemen menbutuhkan Informasi
sebagai dasar pengambilan keputusan mereka. Sistem Informasi mempunyai peranan yang
penting dalam menyediakan Informasi untuk manajemen setiap tingkatan. Tiap-tiap kegiatan
dan keputusan manajemen yang berbeda membutuhkan informasi yang berbeda. Oleh karena
itu, untuk dapat menyediakan informasi yang relevan dan berguna bagi manajemen, maka
pengembangan Sistem Informasi harus memahami terlebih dahulu kegiatan yang dilakukan
oleh manajemen dan tipe keputusannya. Pengambilan keputusan adalah memilih satu atau lebih
diantara sekian banyak alternatif keputusan yang mungkin. Alternaif keputusan meliputi
keputusan ada kepastian, keputusan beresiko, keputusan ketidakpastian dan keputusan dalam
konflik. Keputusan bisa dibuat berulang kali secara rutin dan dalam bentuk persoalan yang
sama sehingga mudah dilakukan keputusan. Keputusan yang dihadapi mugnkin serupa dengan
situasi yang pernah dialami, tetapi ada ciri khusus dari permasalahan yang baru timbul. Teori
Pengambilan Keputusan • Keputusan yang baru mungkin, persoalan baru yang belum pernah
dialami sebelumnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memikirkan, mengelola,
dan memecahkan masalah. Dalam organisasi, pengambilan keputusan merupakan proses
memilih diantara berbagai alternative tindakan yang akan berdampak di masa depan. Berikut
ini langkah- lagkah dalam pengambilan keputusan yaitu :

1. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang.


Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang dirasakan, atau
kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para
pengambil keputusan memerlukan informasi mengenai lingkungan, keuangan, dan operasi.
2. Pencarian atas tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya.
Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program alternatif tindakan
dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah ini, sebagai alternatif praktis
sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering dimulai dengan melihat
masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada saat itu. Jika saja
dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan diulangi. Jika tidak, pencarian alternatif
tambahan akan diperpanjang.Dalam tahap ini, sebanyak mungkin alternatif yang praktis
didiefinisikan dan dievaluasi.
3. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan.
Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih salah satu
dari beberapa alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan rasional, pilihan
terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta ekonomi.
4. Penerapan dan tindak lanjut.
Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir bergantung pada efisiensi penerapannya.
Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang memiliki kontrol atas sumber
daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan (misalnya, uang, orang, dan
informasi) benar-benar berkomitmen untuk membuatnya bekerja.
2.2 Motif Kesadaran
Motif kesadaran ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak
melakukan sesuatu yang masih berada dalam tingkat kesadaran seseorang. Terdapat dua faktor
penting dari motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu :
1. Keinginan akan kestabilan atau kepastian.
Keinginan akan kestabilan menegaskan adanya kemampuan untuk memprediksikan Ini
menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian dari konsep yang cocok
satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan bawah sadar
untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau ketidakpastian informasi.
2. Keinginanan akan kompleksitas dan keragaman.
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau
lingkungan, kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan motif. Selain itu, faktor
yang berhubungan erat dengan prediksi adalah perbedaan dalam teori keputusan secara
matematis antara kepastian, risiko, dan ketidakpastian. Kepastian didapat ketika semua akibat
dari suatu alternatif keputusan tidak diketahui. Risiko dapat terjadi ketika seseorang
menentukan suatu pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Ketidakpastian timbul ketika
seseorang tidak dapat menentukan kemungkinan konseuensi yang timbul dari tindakan yang
dilakukannya.
Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk membuat
prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan :
1. Model keputusan yang diprogram secara sederhana.
Model ini ditandai dengan aturan-aturan prediksi yang tidak kompleks, yang ditetapkan oleh
orang lain yang bukan si pengambil keputusan. Alternatif yang memuaskan, ketika pertama
kali ditemukan, biasanya langsung dipilih. Alternatif-alternatif tersebut dinilai berdasarkan
kriteria-kriteria yang sederhana dengan risiko yang minimum, yang penerapannya dilakukan
secara individu.
2. Model keputusan yang tidak diprogram secara sederhana.
Pada model ini, apa pun akan terlihat baik pada saat itu bagi si pengambil keputusan yang
langsung memilih alternatif tersebut. Informasi bersumber dari prasangka melalui keyakinan-
keyakinan umum. Dalam organisasi, informasi juga dapat berasal dari sistem informasi
manajemen dengan akuntansi yang menjadi komponen utama. Alternatif pertama yang dipilih
harus mampu menyesuaikan diri dengan tujuan laba jangka pendek yang diinginkan dengan
mengabaikan risiko yang ada.
3. Model keputusan yang diprogram secara kompleks.
Pada model ini melibatkan perencanaan yang begitu rinci. Masalah dan peluang diantisipasi
dengan skala prioritas yang begitu hati-hati. Alternatif-alternatif yang ada dievaluasi
berdasarkan pertimbangan memaksimalkan manfaat jangka panjang.
4. Model keputusan yang tidak diprogram diprogram secara kompleks
Model ini memiliki ciri khas yaitu partisipasi yang terus-menerus dari semua orang yang
terlibat untuk memaksimalkan perolehan informasi dan koordinasi.
Jenis-jenis dari Model Proses
Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari seoran pengambilan keputusan
dalam suatu organisasi, model-model tersebut adalah:
1. Model Ekonomi
Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan keputusan secara
sempurna rasional dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada konsistensi antara berbagai motif
dan tujuan. Diasumsikan bahwa semua alternatif adalah dikenal dan bahwa probabilitas yang
terkait dengan alternatif dapat dihitung dengan pasti. Keputusan tidak tergantung pada
preferensi pribadi, tetapi lebih merupakan didikte oleh tujuan yang konsisten dari organisasi.
2. Model Sosial
Model ini merupakan kebalikan ekstrem dari model ekonomi. Model ini mengasumsikan
bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa keputusan dihitung berdasarkan
interaksi sosial. Model ini merasakan bahwa tekanan dan ekspektasi adalah kekuatan
motivasiutama.
3. Model Kepuasan Simon
Model ini lebih berguna dan model yang lebih praktis. Hal ini didasarkan pada konsep Simon
pada orang administrasi, di mana manusia dipandang sebagai rasional karena mereka memiliki
kemampuan untuk berpikir, memproses informasi, membuat pilihan, dan belajar.
2.3 Pengambil Keputusan dalam Organisasi
Pertama, kita akan melihat perusahaan sebagai unit pengambilan keputusan dan kemudian
pada individu dan kelompok yang bertindak sebagai pengambil keputusan dan pemecah
masalah.
Perusahaan Sebagai Unit Pengambilan Keputusan
Perusahaan dapat dianggap unit pengambilan keputusan yang mirip dalam banyak cara
untuk individu. masalah keputusan yang dihadapi perusahaan sangat banyak dan gejala
masalah dana alternatif yang paling jelas. Hanya jika pencarian gagal akan membuktikan asli
organisasi memperluas penelitian mereka dan bahkan memperpanjang ke daerah-daerah rentan
organisatoris.
Pembelajaran Organisasi
Ketika pendekatan pencarian tertentu menemukan solusi yang layak untuk suatu masalah,
organisasi kemungkinan besar akan mengulang pendekatan yang sama dalam memecahkan
masalahserupa di masa mendatang. Ketika sebuah pendekatan khusus gagal, maka akan
menghindari dalam pencarian masa depan. yang sama berlaku untuk urutan alternatif yang
dipertimbangkan; juga, akan berubah jika organisasi mengalami kegagalan dengan preferensi
tertentu.
Manusia-Para Pengambil Keputusan Organisasi
Penting untuk diingat bahwa manusia, dan bukanya organisasi, yang mengenali,
mendefenisikan masalah atau peluang, yang mencari tindakan alternatif secara optimal dan
menerapkanya. Pengaturan organisasi di mana orang yang digunakan tergantungpada jenis
masalah keputusan atau oppurtinity ditemui.

Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Kengambilan Keputusan


Manusia merupakan makhluk yang rasional karena memilih kepastian untuk berpikir,
memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena mereka hampir
tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses informasi yang
tersedia secara berurutan. Perilaku rasional dari individu dalam situasi pengambilan
keputusan oleh kerena itu terdiri dari atas pencarian diantara alternatif-alternatif yang terbatas
akan suatu solusi yang masuk akal dalam kondisi dimana konsekuensi dari tindakan tidaklah
pasti.
Pengambilan keputusan yang rasional batas individu bervariasi sesuai dengan:
 Lingkup pengetahuan yang tersedia sehubungan dengan semua alternatif yang mungkin dan
konsekuensinya.
 Gaya kognitif mereka dengan asumsi bahwa tidak ada satu gaya yang selalu unggul karena
dalam situasi masalah spesifik, lebih dari satu pendekatan dapat menyebabkan hasil yang dapat
diterima.
 Struktur nilai mereka yang berubah.
 Kecenderungan mereka untuk "memuaskan" daripada untuk melakukan optimalisasi.

2.4 Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecahan Masalah


Fenomena Pemikiran Kelompok
Pemikiran kelomok (group think) menggambarakan situasi dimana tekanan untuk
mematuhi mencegah anggota-anggota kelompok individual untuk mempresantasikan ide atau
pandangan yang tidak populer. Karena mereka ingin menjadi bagian yang positif dari
kelompok tersebut dan bukan sebagai kekuatan yang disruptif.
Janis mengartikulasikan gejala dari fenomena ini sebagai berikut:
1. Anggota kelompok perlawanan merasionalisasi dengan asumsimereka telah dibuat.
2. Anggota menerapkan tekanan langsung pada mereka yang sebentar mengungkapkan keraguan
tentang apapun pandangankelompok itu bersama atau yang mempertanyakan validitas
argumen pendukung alternatif disukai oleh mayoritas.
3. Para anggota yang memiliki keraguan atau memegang sudut pandang yang berbeda berusaha
untuk menghindarimenyimpang dari apa yang tampaknya menjadi konsensus kelompok
dengan menjaga diam tentang sangsi dan bahkan meminimalkan untuk diri mereka sendiri
pentingnya keraguan mereka.
4. Tampaknya terdapat suatu ilusi mengenai kebulatan suara.
Fenomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Kelompok)
Pergeseran yang berisiko atau dampak kelompok, merpakan produk sampingan dari
intraksi manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang lebih
agresifberisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin oleh individu-individu jika mereka
bertindak sendiri.
Kesatuan Kelompok
Kesatuan Kelompok didefenisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota kelompok
tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Dengan kesatuan yang kuat
pada umumnyalebih efektif dalam suatu pengambilan keputusan dibandingkan dengan
kelompok ini dimana terdapat banyak konflik internal dan kurangnya semangat kerja sesama
anggotanya. Tingkat kesatuan kelompok dipengaruhi oleh jumlah waktu yang dihabiskan
bersama oleh para anggota kelompok, ttingkat kesulitan dari penerimaan anggota baru ke
dalam kelompok, ancaman eksternal, dan sejarah keberhasilan dan kegagalan masa lalu. Faktor
lainnya yang juga mempengaruhi kesatuan kelompok secara menguntungkan adalah riwayat
dari kelompok itu. Sejarah pengambilan keputusan yang sukses menyatukan para anggota dan
meningkatkan kesatuan, sementara kegagalan memiliki dampak yang buruk.
Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs oleh Pakar
Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi dan
pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang baru
ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau informasi keuangan
lainnya. Pendatang baru mengumpulkan data tanpa melakukan deskriminasi dan menunggu
untuk melihat apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara
diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu.
Untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data dibagi kedalam kedalam tiga
komponen:
1. Pengujian Informasi
2. Integrasi pengamatan dan temuan
3. Pertimbangan

Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan


Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakina individu, sementara gaya kognitif
mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan, memproses,
serta meneruskan informasi. Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode
yang sama sekali berbeda ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi. Dalam
situasi pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling berintraksi dan
mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.
Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan
Secara defenisi, keputusan manajemen mempengeruhi kejadian atau tindakan masa depan.
Sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu tidak
dngan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal itu dilakukan
melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depan beserta konsekuensinya
ditentukan.
Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi fokus pada
periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta bahwa proses
pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain
informasi nonkeuangan.
Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah
Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui pelaporan
deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau memlalui informasi kepada manajer
bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang ditentukan sebelumnya.
Ketika informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka informasi
tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang dapat
dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan
Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pilihan akhir sangat bervariasi.
Hal itu bergantung pada samapi sejauh mana hal itu dipandang mengurangi ketidakpastian
yang mengelilingi proses pengambilan keputusan. Data penjualan dan biaya masa lalu,
misalnya, akan digunakan sebagai pendekatan pertama terhadap permintaan masa depan untuk
produk yang di jual pada masa lalu.
Dua elemen lainnya yang mempengaruhi keyakinan yang diberikan pada informasi
akuntansi adalah permintaan dan persaingan. Perusahaan yang menghadapi sedikit persaingan
dan memiliki permintaan yang tidak elastis akan lebih banyak bergantung pada data biaya yang
disediakan oleh sistem akuntansinya ketika membuat keputusan mengenai pasar yang
kompetitif. Telah ditemukan bahwa semakin penting kebutuhan akan suatu keputusan, maka
semakin besar pendekatan yang diberikan pada data akuntansi yang langsung tersedia.
Informasi akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan jangka pendek
dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang, karena informasi
akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan operasi sekarang.
Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih informasi eksternal jika informasi
tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal dibandingkan dengan data akuntansi yang
dikembangkan secara internal.
Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi
Informasi akuntansi adalah salah satu input dalam model pengambilan keputusan. Para
pengambil keputusan dapat menyadari bahwa aura otentisitas akuntansi tidak berdasar dan
bahwa akuntansi, paling tidak, adalah proses dengan mana dampak dari kejadian ekonomi
dilaporkan seakurat mungkin, tetapi tanpa kepura-puraan akan kesempurnaan.
Para pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai “ukuran yang tidak sempurna”
dengan kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda dengan nilai yang
dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan tidak dapat
dihindari.
Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan dengan
hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia dapat
mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi sebagai dasar
untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak.
Tingkat pengaruh informasi akuntansi juga bervariasi berdasarkan jenis pengambil keputusan.
Burns (1981) mengelompokkan pengambil keputusan ke dalam tiga kelompok :
1. Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang mengambil keputusan mengenai operasi dan
sistem akuntansi digunakan untuk menyusun laporan.
2. Para pengambil keputusan dalam perusahaan yang hanya dapat membuat keputusan mengenai
operasi saja.
3. Mereka yang berada di luar perusahaan yang membuat keputusan mengenai perusahaan
tersebut yang dapat mempengaruhi lingkungan dan operasinya, tetapi yang tidak memiliki
kendali langsung atas operasi perusahaan.
Para peneliti lain mempelajari pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana para
pengambil keputusan menyesuaikan terhadap perubahan dalam metode dan terminologi
akuntansi. Mereka menemukan bahwa ada dua faktor yang menentukan tingkat penyesuaian,
yaitu umpan balik dan fiksasi fungsional.
Umpan balik
Untuk memahami perubahan dalam metode akuntansi dan untuk menyesuaikan aturan
pengambilan keputusan sesuai dengan itu, maka pengambil keputusan harus menerima
informasi menerima informasi mengenai perubahan tersebut atau memiliki umpan balik tidak
langsung mengenai perubahan tersebut. Jika seseorang mengabaikan dampak jangka pendek
yang mungkin akibat selang waktu antara perubahan dan indikasinya, maka kecil
kemungkinannya bahwa tidak terdapat umpan balik sama sekali.
Fiksasi Fungsional
Hal ini merupakan fenomena keperilakuan yang mengimplikasikan ketidakmampuan di
pihak pengguna informasi akuntansi untuk memahami apa yang tersirat di balik label yang
diberikan kepada suatu angka. Ketika mereka menerima suatu pendekatan pengukuran
akuntansi sebagai alat untuk mengelola proses pengambilan keputusan mereka, maka perilaku
mereka jarang sekali akan dipengaruhi oleh perubahan dalam metode akuntansi yang
digunakan. Sebagai suatu atribut dari pengambilan keputusan, fiksasi fungsional bervariasi
tingkatnya dari situasi yang satu ke situasi yang lain, namun tidak pernah tidak ada sama sekali

Anda mungkin juga menyukai