Anda di halaman 1dari 6

JODOH

Ini kisah tentang anak remaja yang sedang duduk di kelas 3 SMP Terbaik yang
sedang menunggu berita kelulusannya. Namanya Fitri. Dia dari keluarga yang kaya, pintar,
dan cantik. Fitri bingung untuk melanjutkan sekolah kemana. Sedangkan teman-temannya
semua sudah mendapatkan sekolah SMA yang cocok. Aba nya menyuruh agar Fitri sekolah
yang ada pesantrennya tetapi Fitri tidak mau. Maunya Fitri adalah di sekolah Negeri.

Saat itu untuk mendaftar di sekolah SMA yang di tuju tak perlu pergi ke sekolah yang
di inginkan, bisa mendaftarnya lewat internet dengan alasan mencari SMA terdekat. Fitri pun
mendaftar sekolah ke SMA N 1 Bogor tetapi tempat pendaftarannya ada di SMA yang dekat
dengan rumahnya. Mungkin tidak dapat restu dari orang tua, Fitri tidak lolos untuk masuk ke
SMA yang diinginkan.

“tidak, pokoknya Fitri gak mau di pesantren” Banta Fitri.

“sebaiknya kamu sekolah di SMA N 1 Surabaya saja”sahut kakak fitri.

“tidak boleh, pokoknya Fitri harus di pesantren”bentak abah Fitri.

“kalau kamu membantah abah, semua fasilitas hidupmu akan abah ambil termasuk credit card
dan ATM pribadimu” lanjut abah fitri.

“abah sudah tidak sayang sama fitri lagi, sampai sampai fitri dibuang ke pondok, pondok itu
tempat jijik menurut fitri. Mana orang orang pada pakek baju besar sama kerudung besar
lagi.... pokoknya fitri nggak mau” bantah fitri

“sudah, sekarang kemasi barang barangmu, lusa abah akan siapkan mobil untuk berangkat ke
pesantren yang bagus buat kamu, teman abah juga ada yang jadi pengurus pesantren itu.
Pokoknya kamu tidak usah membantah” tegas abah fitri sambil bernada tinggi.

Fitri pun merengut dan mau tidak mau fitri harus menuruti apa yang abahnya perintah.
Lusa besok fitri sudah harus berangkat ke pesantren. Fitri dengan bersedih harus menata
barang-barangnya yang akan dibawanya ke pesantren.

Besoknya sebelum berangkat ke pesantren, fitri pergi jalan-jalan dengan temannya untuk
terakhir kalinya. Ia berfikir mungkin dengan jalan-jalan akan menghilangkan kesedihannya.
Fitri berangkat jalan-jalan dengan temannya dari pagi sampai sore, sedikit-sedikit kesedihan
itu mulai menghilang. Memang bermain dengan Teman itu sangat menyenangkan, apalagi
dengan sahabat sendiri. Saat itu fitri mulai berfikir apakah fitri akan menemukan teman
sekaligus sahabat yang sangat dekat layaknya saudara.

Hari yang meyebalkan itu pun tiba.

“sayang bangun sudah pagi, kan hari ini kamu mau berangkat ke pesantren” ucap ibunya.

“aaa.. masih ngantuk bu” jawab fitri yang masih belum bangkit dari kasurnya.

“ayo bangun, sebelum abah membangunkanmu dengan cara kasar ya” ucap ibunya.

“iya iya ini bangun” kata fitri.

Fitri pun bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Beberapa menit
kemudian fitri sudah rapi dengan memakai gamis yang cantik. Namun terlukis jelas ada sisa
air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Fitri lalu turun ke bawah menemui orang
tuanya. Raut wajah abah dan ibunya terlihat sangat bahagia, berbanding terbalik dengan
wajah bengkak fitri sehabis menangis.

“nah gini kan cantik anak ibu pake gamis” ucap ibunya.

“iya, daripada pake celana sobek-sobek kaya preman” sahut kakaknya dengan tertawa
terbahak-bahak.

“apa sih, sewot aja” judes fitri.

“sudah-sudah sini sarapan dulu nak” ucap abahnya.

Sesudah sarapan barang-barang yang sudah disiapkan untuk dibawa ke pesantren


dimasukkan ke bagasi mobil. Fitri berangkat ke pesantren diantar oleh ayahnya saja. Itri pun
masuk ke dalam mobil dan siap untuk berangkat ke pesantren.

“hati-hati sayang, jangan nakal disana. Belajar yang rajin jangan lupa ngajinya juga” ucap
ibunya.

“iya bu” Jawab fitri.

Saat perjalanan, hati fitri terasa berat. Sulit untuk meninggalkan rumahnya. Semakin
dekat dengan jarak ke pesantren semakin sakit hatinya dan sedih. Fitri hanya bisa menahan
rasa sedih yang amat mendalam.
Setiba di pesantren, abah fitri langsung meminta pengurus perempuan untuk
mengantar fitri ke kamarnya dan memperkenalkan tempat-tempat yang ada pada pesantren
tersebut. Sementara itu abanya menyelesaikan pembayaran sekolah dan pesantren fitri.

“abah pulang dulu ya” ucap abanya yang berpamitan untuk pulang.

“iya bah” jawab fitri dengan raut wajah sedih.

Hari pertama di pesantren dilalui dengan fitri dengan sangat tertekan. Yang dirumah
ia terbiasa merasakan hidup glamor dan anak mama, di pesantren ia harus mandiri. Namun
hari-hari telah ia lewati. Fitri mulai terbiasa dengan hidup di pesantren. Bahkan dengan teman
sekamarnya, fitri suah mulai menghafal namanya. Beruntung teman sekamar fitri yang ada 15
orang itu semua anaknya enjoy. Tidak memilih-milih teman.

Tidak terasa sudah dua bulan fitri berada di pesantren ini, hari ini adalah hari kamis dimana
seluruh santriwan santriwati diwajibkan untuk mengikuti acara muhadloroh yang diadakan
oleh pengurus pesantren. Semua petugas muhadloroh adalah pengurus pesantren. Acara pun
dimulai, fitri terlihat menikmati acara tersebut sampai pada saat pembacaan ayat suci al-quran
yang dibacakan oleh pengurus laki-laki di pesantren tersebut membuat fitri kagum dengan
suara merdunya.

“itu namanya siapa san” bisik fitri kepada temannya, sani.

“ooh.. itu namanya ustadz Wildan” jawab sani.

Sejak itulah fitri mulai mengaguminya diam-diam. Fitri selalu menyelipkan namanya
disetiap sujudnya. Namun fitri tidak berani bercerita kepada siapa-siapa. Tidak heran ustadz
Wildan yang mempunyai wajah yang tampan, baik hati dan humoris serta umurnya yang
tidak jauh dari santrinya, pantas saja banyak santriwati yang mengaguminya. Setiap bertemu
dengan ustadz wildan, fitri selalu menundukkan pandangan karena malu dan menutupi rasa
kagumnya.

Dua tahun tidak terasa, rasa kagum terhadap ustadz wildan masih tetap sama. Bahkan
teman kamarnya sudah mengetahui kalau fitri mengagumi ustadz wildan sejak awal masuk ke
pesantren.

“kamu suka ya sama ustadz wildan” kata salah satu teman fitri.

“enggak kok” jawab fitri.


“halah.. jangan bohong, aku sudah tau semuanya”

“bukan suka aku cuma kagum seperti semua santri ada umumnya”

“beneran nih?”

“iya beneran”

Malam ini adalah kamis malam, seperti biasanya akan ada acara muhadloroh. Namun
fitri ditunjuk untuk menjadi vokal saat hadroh berlangsung, fitri awalnya menolak namun
karena semangat dari temannya akhirnya fitri mengiyakan tawaran itu. Fitri membawakan
lagu sholawat dengan disaksikan semua santri se pesantren termasuk pengurus.

Dari kejauhan ustadz wildan melihat penampilan fitri seraya terkagum-kagum, tidak percaya
gadis tersebut mempunyai suara yang bagus.

“liat siapa si ustadz kok sampe gak kedip” ucap ustadz ilham, salah satu pengurus pesantren.

“gak liat siapa-siapa kok ustadz” jawab ustadz wildan.

Tiga tahun berlalu, Hari ini adalah hari kelulusan. Fitri mendapatkan lulusan
terbaik sehingga ia mendapatkan beasiswa di salah satu Universitas terbaik di Indonesia.
Abah, ibunya serta kakaknya sangat bangga kepada fitri. Namun sedihnya fitri akan berpisah
dengan teman-temannya serta tidak akan pernah bertemu lagi dengan seseorang yang ia
kagumi. Hari-hari kuliah dilalui seperti dulu ia sebelum di pesantren itu menjadi lebih bebas,
tetapi fitri tidak akan melupakan aturan dan norma saat ia berada di pesantren. Seperti yang
dulunya ia memakai celana dan juga kadang-kadang keluar rumah tidak memakai jilbab,
namun saat kuliah ia memakai pakaian tertutup. Senangnya fitri ketika sudah keluar dari
pesantren bertemu dengan teman lamanya, namun ada sesuatu yang membuat ia sedih saat
mengingat teman-temannya yang ada di pesantren yang tidak kalah seru dengan teman
rumahnya.

Empat tahun kemudian,

“selamat kelulusan fitri” ucap temannya

“selamat fitri kamu lulus dapat predikat cumlaude” ucap teman lainnya.

“sama-sama” jawab fitri dengan bahagia.


Fitri pun pulang dengan hati yang sangat bahagia ia mendapatkan pujian dari temannya dan
dosennya. Ia juga mendapatkan banyak penghargaan dari kampusnya. Fitri merasa belajarnya
selama ini tidak sia-sia. Saat perjalanan pulang, betapa terkejutnya tiba tiba fitri mendapat
notif WA dari seseorang yang ia kagumi, ustadz wildan. Fitri bertanya-tanya bahwa dari
mana ustadz wildan mendapatkan nomor telepon fitri.

Ustadz wildan

Assalamualaikum,

Selamat ya fitri atas kelulusan dan prestasi yang telah kamu raih.

13.07

Fitri

Waalaikumsalam,

Nggeh ustadz makasih banyak

13.08

Hati fitri sangat bahagia sekali, karena dihari kelulusannya ia mendapatkan pujian yang
banyak dan juga di tambah dengan diucapkan oleh seorang yang ia kagumi.

Pagi hari tidak seperti biasanya ibunya menyuruh fitri untuk bangun pagi sekali untuk
membantu ibunya untuk menyiapkan makanan seperti akan ada tamu yang datang.

“ada apa sih buk, kok masak masakan banyak” tanya fitri.

“iya, nanti sekitaran jam 8 akan ada tamu” jawab ibunya.

“siapa buk?” tanya fitri lagi.

“liat aja nanti kamu akan tau sediri” ucap ibu fitri seperti menyembunyikan sesuatu sambil
terseyum.

Jam sudah mennjukkan jam 8, tamu yang ditunggu pun akhirnya datang. Betapa kagetnya
fitri ketika tamu yang datang ke rumahnya ialah ustadz wildan dan orangtuanya. Di ruang
tamu fitri seperti tidak tau apa-apa. Terlihat orang tua fitri dan orang tua ustadz wildan lagi
mrencanakan sesuatu. Fitri pun memberanikan untuk berbicara.
“ada apa sih bah?” tanya fitri.

“kamu sudah kenal kan sama nak wildan ini, jadi kamu sama nak wildan akan abah
jodohkan” kata abah fitri.

Fitri pun reflek kaget dengan perkataan abahnya tersebut.

“dan ini juga sudah abah rencanakan sama orang tua nak wildan dari dulu, abah juga sudah
kenal lama sama nak wildan saat abah sambang pesantren milik teman abah itu” lanjut
abahnya.

“jadi pernikahan kalian akan dilaksanakan dua minggu lagi, semua sudah di siapkan abah
sama ibuk serta orang tuanya nak wildan” ucap ibunya.

“gimana wildan sama nak fitri setuju?” kata abah ustadz wildan.

“wildan sih oke-oke aja bah, tinggal calon mempelai perempuannya mau apa gak?” ucap
ustadz wildan.

Semua orang bertawa, fitri hanya tersenyum malu.

“gimana nak fitri mau?” ucap ibu ustadz wildan.

Dengan malu-malu fitri menjawab,”nggeh, fitri mau nikah sama ustadz wildan”.

Semua orang yang ada diruang tamu sangat lega dengan keputusan fitri. Dua minggu
kemudian, acara pernikahan pun dilaksanakan dengan megah. Acara awal sampai akhir
berjalan dengan lancar. Saat acara selesai, Ustadz wildan mengajak fitri untuk istirahat,
dikamar mereka lalu membersihkan diri masing-masing. Setelah itu ustadz wildan mengajak
fitri untuk sholat sunnah dua rokaat. Setelah sholat ustadz wildan memegang ubun-ubun fitri
seraya berdoa meminta kebaikan rumah tangganya.

Allohumma inni asaluka min khairiha wa khairi ma jabaltaha wa’audzubika bi syarri ha wa


syarri ma jabaltaha

Fitri yang di doai oleh sang suami langsung meneteskan air mata, terharu karena tidak
menyangka bahwa yang selama ini yang ia kagumi telah menjadi suaminya.

Anda mungkin juga menyukai