Anda di halaman 1dari 5

GNA (Glukose Nutrien Agar)

Glukose Nutrient Agar berfungsi sebagai tempat mikroorganisme menyusun molekul-molekul


kecil menjadi sebuah sel.

Komposisi untuk 1000 ml

· Glukosa 10 g

· Ektrak ragi 5 g

· Pepton 10 g

· NaCL 12,5 g

· Agar 15 gram

· Aquadest 1000 ml

Cara kerja :

· Menimbang glukosa sebanyak 1,5 g, pepton 1,5 g agar 1,5 g, NaCl 12,5 g dan aquadest
sbanyak 1000 ml.

· Memasukkan ekstrak ragi, glukosa dan aquadest tadi ke dalam erlenmeyer kemudin
mendidihkannya pada penangas.

· Setelah mendidih, mengangkat larutan tersebut dan menyaring ekstraknya dengan


menggunakan kertas saring dan corong lalu memasukkannya ke dalam erlenmeyer.

· Menambahkan pepton, NaCL dan dan Agar lalu menambahkan aquadest hingga volumenya
100 ml. Dan mengaduknya.

· Memanaskan kembali hingga mendidih dan homogen lalu mengangkat dan menutup mulut
erlenmeyer dengan menggunakan aluminium foil.

· Menaruhnya dalam autoklaf dengan tekanan 2 atm selama 15-20 menit.

· Menyimpan dalam lemari pendingin.

Analisis Bakteri Salmonella Menggunakan Media Kultur Bismuth Sulfite Agar

Merck-ID:/Category/02206LOW_CARTON_EGGS_opt.jpg

Salmonella adalah satu jenis bakteri pencemar makanan yang cukup ditakuti oleh masyarakat luas.
Salmonella bakteri Gram negatif berbentuk batang, motil (kecuali S.gallinarum dan S. pullorum) dan
tidak membentuk spora. Infeksi Salmonella –salmonellosis- itu sendiri bersifat zoonosis, yaitu dapat
ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Penyakit yang ditimbulkan karena infeksi
Salmonella akut dapat menimbulkan gejala mual, muntah, kram perut, diare, demam dan sakit
kepala. Gejala-gejala tersebut dapat timbul setelah 6-48 jam setelah bakteri Salmonella masuk ke
dalam tubuh. Secara umum, bakteri Salmonella dalam jumlah 15-20 sel sudah dapat menyebabkan
penyakit pada tubuh manusia dewasa. Namun, hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh kondisi
kesehatan seseorang dan jenis (strain) bakteri Salmonella yang menginfeksinya.
Makanan yang dapat tercemar oleh bakteri ini antara lain daging mentah, telur, susu dan produk
turunan susu, ikan, udang, coklat dan bahkan selai kacang. Beragam jenis Salmonella juga dapat
diisolasi dari cangkang telur, namun secara umum S. enteritidis yang sering ditemui. S. enteritidis
juga dapat ditemukan di dalam putih telur dan kuning telur. Diduga hal tersebut kemungkinan besar
terjadi karena adanya transmisi vertikal dari induk ayam yang terinfeksi S. enteritidis ke dalam telur
pada saat proses pencangkangan telur.

Pada manusia, bakteri S. typhi dan S. paratyphi A, B dan C menimbulkan demam tifoid. Tingkat
kematian demam tifoid ini mencapai 10%, cukup tinggi jika dibandingkan dengan infeksi yang
ditimbulkan oleh bakteri Salmonella lainnya yang hanya mencapai 1%. Namun, infeksi yang
ditimbulkan S. dublin dapat memiliki tingkat kematian hingga 15% jika terjadi septikemia
(tercemarnya darah oleh bakteri) pada manusia yang berusia lanjut. Dengan demikian, penting bagi
kita untuk memastikan bahwa produk pangan dan minuman yang kita produksi dan konsumsi harus
bebas dari Salmonella. Salah satu media kultur mikrobiologi yang umum digunakan untuk melakukan
analisa Salmonella adalah Bismuth Sulfite Agar (BSA) dengan nomor katalognya 105418.0500.

Salmonella typhii pada media kultur BSA akan menunjukkan pertumbuhan koloni berwarna hitam
dengan tampilan kilap logam dan memiliki zona berwarna coklat disekeliling koloni. Sedangkan
bakteri Salmonella lainnya akan tampak sebagai koloni berwana kehitaman atau abu-abu kehijauan,
dapat memiliki tampilan kilap logam serta dengan atau tanpa zona berwarna kecoklatan disekeliling
koloni. Bakteri coliform lainnya akan tampak sebagai koloni berwaran coklat hingga hijau berukuran
kecil dan terkadang tampak berlendir. Beberapa strain seperti S. gallinarum, S. sendai, S. berta dan S.
abortusequi tidak menunjukkan pertumbuhan pada media BSA, menurut penelitian yang dilakukan
oleh Hajna pada tahun 1951 (Hajna 1951, Pub. Hlth. Rep. 9, 48-51).

Badan pengawasan makanan dan obat di Amerika Serikat, US FDA/BAM, menyarankan untuk
menggunakan media kultur BSA yang telah disiapkan 1 hari sebelum dilakukan inokulasi sample. Hal
tersebut disebabkan karena karakteristik media BSA yang baru dibuat (fresh) sangat tinggi
kemampuan penghambatan pertumbuhan bakterinya. Sehingga, dapat meminimalkan terjadinya
hasil negatif palsu (false negative). Penggunaan media kultur BSA fresh dianjurkan digunakan untuk
analisa sample dengan kandungan mikroorganisme yang sangat tinggi, misalnya sample dari faeses.
Sebab, diharapkan mikroorganisme selain Salmonella dapat terhambat pertumbuhannya.

Media kultur BSA dari Merck memiliki bentuk sediaan granul. Dengan demikian, dapat dijamin tidak
terjadi dekomposisi pada saat transportasi dan penyimpanan. Sebab, dengan proses granulasi Merck
menjamin komposisi yang homogen di setiap bulir-nya. Selain itu, dengan bentuk granul tingkat
keamanan bagi kesehatan pengguna akan semakin tinggi. Sebab, debu yang tercipta jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan kultur media dalam bentuk serbuk (powder). Sehingga resiko timbulnya
penyakit akibat akumulasi terhirupnya debu dari media kultur pada saat preparasi media dapat
ditekan.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai media kultur BSA ini, silahkan menghubungi kami di PT Merck
Tbk telepon (021) 28565600 atau telepon bebas pulsa 0 800 1401253. (*gs)

Bab I

PENDAHULUAN

BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pengertian Media

Media pertumbuhan adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi)
yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi
yang disediakan dari media berupa molekul-molekul yang selanjutnya dirakit untuk menyusun
komponen sel dan memperbanyak diri sehingga sel-sel tersebut dapat dimanfaatkan. Dengan
adanya media pertumbuhan dapat dilakukan isolasi mikroorganisme menjadi kultur tunggal dan juga
memanipulasi mikroorganisme yang didapatkan untuk kepentingan tertentu.

2. Bahan dasar media

a. Sumber nutrisi atau zat makanan

Analisa dari komposisi kandungan unsur sel mikroorganisme menunjukkan lebih dari 95% dari
berat kering terdiri dari unsur utama (major elements) yaitu unsur C, O, H, N, S, P, K, Na, Ca, Mg,
dan Fe. Jika suatu jenis mikroorganisme ingin ditumbuhkan dalam cawan petri atau tabung maka
harus dipenuhi kebutuhan unsur tersebut dari molekul organik yang terdapat pada media. Komposisi
setiap bahan pada media tertentu terhadap mikroorganisme target menggambarkan kondisi nutrisi
pada habitat aslinya karena pada keadaan itulah mikroorganisme tersebut optimal tumbuh. Berikut
adalah sumber nutrisi media.

1) Sumber karbon

Molekul organik umumnya mengandung karbon sebagai tulang punggungnya seperti


karbohidrat, lemak, protein yang terdapat pada pepton, glukosa, dll. Bahan organik inilah yang
menjadi sumber karbon utama untuk mikroorganisme heterotrof yang umum dikultivasi.

2) Sumber nitrogen

Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain yang
terkandung pada peptone, meat extract, atau tryptose. Sejumlah mikroba juga dapat menggunakan
sumber N anorganik seperti urea.

3) Sumber oksigen

Untuk mikroorganisme heterotrof yang dikulturkan pada cawan, sebagian besar oksigen
didapatkan langsung dari udara sedangkan mikroorganisme yang dikultur pada media cair sumber
oksigen berasal dari oksigen yang terlarut air. Oleh karena itu aerasi pada kultur cair dapat
meningkatkan pasokan oksigen kepada mikroorganisme.

4) Sumber fosfat

Sumber fosfat organik seperti beberapa protein, kofaktor atau ATP yang dapat dijumpai pada
bahan yeast extract atau pepton. Namun hampir semua mikroorganisme dapat memanfaatkan
fosfat anorganik yang ditambahkan langsung pada media sepertipotassium phosphate, sodium
phosphate dll. (Prescott & Harley, 2002:98).

5. Sumber unsur sekelumit (mikronutrient/trace element).

Pada lingkup media pada cawan petri, unsur mikronutrien (Zn, peralatan gelas. Fungsi
mikronutrien ini umumnya menjadi bagian dari enzim atau kofaktor untuk menjadi katalis reaksi
atau menjaga struktur protein. Oleh karena itu pembuktian kebutuhan unsur mikronutrien sangat
sulit dilakukan dalam skala laboratorium karena setiap jenis mikroorganisme membutuhkannya
dalam jumlah yang sangat sedikit (Prescott & Harley, 2002:96).

3. Komposisi Pertumbuhan

a. Agar

Agar adalah bahan yang paling umum digunakan sebagai gelling agent pada media yang
terbuat dari ekstrak alga. Agar bukan sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme namun fungsinya
lebih bersifat mekanis yaitu memadatkan media cair sehingga sel tidak larut dalam cairan. Struktur
agar terdiri dari D-galactose, 3,6-anhydro-L-galactose, dan D-glucuronic acid. Umumnya agar terbuat
dari ganggang merah. Agar cocok menjadi agen pemadat karena setelah dilarutkan pada suhu
mendidih dapat didinginkan sampai 40-42°C sebelum memadat dan tidak akan mencair lagi sebelum
suhu mencapai 80-90°C. Pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama
dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.

b. Peptone

Peptone adalah hasil hidrolisis protein yang dibentuk dari proses enzimatik atau digesti asam.
Casein banyak digunakan sebagai substrat pembentuk peptone, tetapi beberapa bahan lain seperti
soybean meal juga sering digunakan.

c. Meat / plant extract

Ekstrak dagung dan tumbuhan mengandung asam amino, peptida dengan berat molekul
rendah, karbohidrat, vitamin, mineral dantrace metals. Ekstrak jaringan hewan mengandung lebih
banyak bahan protein larut air dan glikogen sedangkan ekstrak tumbuhan lebih banyak terdapat
karbohidrat di dalamnya.

d. Faktor tumbuh

Banyak mikroorganisme yang membutuhkan faktor tumbuh spesifik yang harus ada dalam
media pertumbuhannya. Beberapa diantaranya adalah vitamin, asam amino, asam lemak dan nutrisi
dari darah.

e. Komponen selektif

Suatu bahan yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme non target
disebut komponen selektif. Komponen selektif dipakai pada media selektif yang berguna untuk
mengisolasi bakteri spesifik dari populasi campuran. Bile salts (garam empedu), selenite, tetra-
hionate, tellurite, azide, phenylethanol, sodium lauryl sulfate, sodium chloride (konsentrasi tinggi),
dan beberapa pewarna (eosin, Crystal Violet, dan Methylene Blue) umumnya dipakai sebagai bahan
selektif. Bahan antimikroba juga dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri tertentu,
diantaranya adalah ampicillin, chloramphenicol, colistin, cycloheximide, gentamicin, kanamycin,
nalidixic acid, sulfadiazine, dan vancomycin.

f. Komponen diferensial

Berbeda dengan komponen selektif, komponen diferensial ini tidak menekan pertumbuhan
mikroorganisme tertentu namun sebagai bahan untuk memudahkan pembedaan mikroorganisme
target dari populasi campurannya (deteksi visual). Bahan diferensial seperti pH indikator akan
membuat koloni target berbeda warna karena memproduksi asam. Bahan lainnya berupa pewarna
kromogenik yang mampu berubah warna jika suatu reaksi enzim spesifik terjadi.

g. pH buffer / buffer salts.

pH buffer digunakan untuk menjaga pH media selama digunakan untuk tumbuh karena
beberapa mikroorganisme akan tumbuh optimal pada kisaran pH yang spesifik.

Anda mungkin juga menyukai