Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertin Cardiotography (CTG)


Cardiotocography berasal dari kata
Cardio yang berarti detak jantung janin dan
Tocograohy yang berarti kontraksi uterus sekama
kehamilan yang dilakukan perekaman.
Cardiotocography mengukur detak jantung bayi
pada saat yang sama juga memonitor kontraksi
dalam rahim (uterus). Keduanya disajikan pada
waktu yang bersamaan, denyut jantung terdapat
dibagian atas catatan dan kontraksi dibawahnya.
Cardiotocography adalah suatu metoda
elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam
persalinan.

B. Fungsi Cardiotocography
Cardiotocography berfungsi untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara
normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya pemeriksaan menggunakan
Cardiotocography dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu atau kapanpun
sesuai dengan kondisi bayi. Cardiotocography juga melakukan pemeriksaan denyut
jantung janin untuk menilai kesejahteraanya (fetal-wellbeing). Cardiotocograpy bertujuan
untuk mengukur denyut jantung janin dalam menanggapi gerakan sendiri.
Dalam Cardiotocography terdapat 3 hal yang di catat :
1. Denyut jantung janin
2. Kontraksi rahim (uterus)
3. Gerakan janin
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam
waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi
yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut
mungkin diperlukan.
Cardiotocography digunakan sebelum kelahiran (antenatal) dan selama
persalinan, untuk memantau apakah bayi berada dalam tanda-tanda tertekan 'fetal
distress', maka dari itu sering pemeriksaan Cardiotocography disebut pemeriksaan
NST (Fetal Non-Stress Test ). Tujuan utama dari tes ini adalah untuk mengukur denyut
jantung janin dalam menanggapi gerakan sendiri. bayi yang sehat akan
merespon dengan peningkatan denyut jantung selama masa gerakan, dan denyut
jantung akan berkurang saat istirahat. Konsep di balik tes non-stres adalah
bahwa oksigen yang cukup diperlukan untuk aktivitas janin dan denyut jantung berada
dalam rentang normal.

Ketika kadar oksigen rendah, janin mungkin tidak merespon secara normal. kadar
oksigen yang rendah sering dapat disebabkan oleh masalah dengan plasenta atau tali
pusat. Hasil non-stres reaktif menunjukkan bahwa aliran darah (dan
oksigen) ke janinmemadai. Hasil non-stres reaktif membutuhkan pengujian
tambahan untuk menentukan apakah hasilnya benar-
benar karena oksigenasi miskin, atau apakah ada alasan lain untuk janin non-
reaktivitas.

C. Cara Kerja Cardiotocography


a. Persiapan Pemeriksaan Cardiotocography
1. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
2. Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
3. Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu
maupun bayi.
4. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera
diberikan pertolongan yang sesuai.
5. Konsultasi langsung dengan dokter kandungan
b. Standar Prosedur Operasional (SPO)
1. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara
pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan
tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup
persetujuan lisan).
2. Kosongkan kandung kemih.
3. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau
gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
5. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan
punktum maksimum DJJ
6. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera
setelah kontraksi berakhir..
7. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di
daerah punktum maksimum.
8. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak,
pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang
dirasakan oleh ibu selama perekaman KTG.
9. Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
10. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil
yang ingin dicapai).
11. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah
sakit).
12. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan
kembali
13. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
14. Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau
paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara
lengkap kepada dokter.

D. Pemeriksaan Cardiotocography
Pemeriksaan Cardiotocography biasanya dilakukan pada kehamilan resiko
tinggi, dan indikasinya terdiri dari :
a. Ibu
1. Pre-eklampsia-eklampsia
2. Ketuban pecah
3. Diabetes mellitus
4. Kehamilan > 40 minggu
5. Vitium cordis

6. Asthma bronkhiale
7. Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
8. Infeksi TORCH
9. Bekas SC
10. Induksi atau akselerasi persalinan
11. Persalinan preterm.
12. Perdarahan antepartum.
13. Ibu perokok.
14. Ibu berusia lanjut.
b. Janin
1. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
2. Gerakan janin berkurang
3. Suspek lilitan tali pusat
4. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
5. Hidrops fetalis
6. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
7. Mekoneum dalam cairan ketuban
8. Riwayat lahir mati
9. Kehamilan ganda

E. Faktor Yang Mempengaruhi Denyut Jantung Janin Antara Lain, melalui :


1. Sistem saraf simpatis, sebagian besar berada dalam miokardium. Contoh
rangsangan ; dengan obat beta-adrenergik akan meningkatkan frekuensi denyut
jantung, menambah kekuatan kontraksi jantung, dan meningkatkan volume curahan
jantung. Dalam keadaan stres, sistem saraf ini berfungsi mempertahankan aktifitas
jantung. Hambatannya,dengan obat propanolol akan menurunkan frekuensi dan
sedikit mengurangi variabilitas DJJ.
2. Sistem saraf parasimpatis, terdiri atas serabut n. vagus yang berasal dari batang
otak. Sistem saraf ini akan mengatur nodus SA,VA,dan neuron yang terletak
diantara atrium dan ventrikel jantung. Rangsangan n.vagus,misalnya dengan
asetilkolin,akan menurunkan frekuensi DJJ, sedangkan hambatannya dengan
atropin akan meningkatkan frekuensi DJJ.
3. Baroreseptor,yang letaknya pada arkus aorta dan sinus karotid. Bila tekanan
meningkat,reseptor ini akan merangsang n. Vagus dan n.glosovaringeus,yang
akibatnya akan terjadi penekanan pada aktifitas jantung berupa penurunan frekuensi
DJJ.
4. Kemoreseptor, yang terdiri dari atas 2 bagian, yakni bagian perifer yang terletak di
daerah karodid dan korpus aorta serta bagian sentral yang terletak pada batang otak.
Reseptor ini berfungsi mengatur perubahan kadar O2 dan CO2 dalam darah serta
cairan otak. Bila kadar O2 menurun dan CO2 meningkat, akan terjadi reflek dari
reseptor sentral berupa takhikardi dan peningkatan tekanan darah untuk
memperlancar aliran darah,meningkatkan kadar O2 dan menurunkan kadar CO2.
Keadaan hipoksia/hiperkapnea akan mempengaruhi reseptor perifer dan
menimbulkan refleks bradi kardi. Hasil interaksi dari kedua macam reseptor
tersebut akan menyebabkan bradi kardi dan hipertensi.
5. Susunan saraf pusat. Variabelitas denyut jantung janin akan meningkat sesuai
dengan aktifitas otak dan gerakan janin. Pada keadaan janin tidur, aktifitas otak
menurun maka variabilitas denyut jantung janin juga akan menurun. Rangasangan
hipotalamus akan menyebabkan takhikardi.
6. Sistem hormonal juga berperan dalam pengaturan denyut jantung janin. Pada
keadaan stres,misalnya asfiksia, maka medula adrenal akan mengeluarkan epinefrin
dan norepinefrin dengan akibat takhikardi, peningkatan kekuatan kontraksi jantung
dan tekanan darah. Karakteristik Denyut Jantung Janin Denyut jantung janin dalam
pemeriksaan Cardiotocography ada 2 macam :
 Denyut jantung janin basal (basal fetal heart rate), yakni frekuensi dasar
(baseline rate) dan variabilitas (variability) denyut jantung janin saat uterus
dalam keadaan istirahat (relaksasi)
 Perubahan periodik (reactivity), merupakan perubahan denyut jantung janin
yang terjadi saat ada gerakan janin atau kontraksi uterus
F. Syarat Pemeriksaan Cardiotocogrphy
1. Usia kehamilan 28 minggu.
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.
PERSIAPAN PASIEN
1. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan
kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter
penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
2. Kosongkan kandung kencing.
3. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu
tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
5. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum maksimum
DJJ.
6. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi
berakhir.
7. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum
maksimum.
8. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang
telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman
KTG.
9. Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
10. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).
11. Lakukan pencetakkan hasil rekaman KTG.
12. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
13. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali alat pada
tempatnya.
14. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
15. Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu
membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter. PARAMEDIK
(BIDAN) DILARANG MEMBERIKAN INTERPRETASI HASIL CTG KEPADA PASIEN
 INDIKASI PEMERIKSAAN
1. kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, penyakit infeksi kronis dan lain-
lain
2. kehamilan dengan berat badan janin rendah
3. oligohidramnion
4. polihidramnion
 CARA PEMERIKSAAN
1. sebaiknya dilakukan dua jam setelah makan
2. waktu pemeriksaan selama 20 menit
3. selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi
4. bila ditemukan kelainan pada pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan
yang sesuai.
5. konsultasi langsung dengan dokter kandungan

Anda mungkin juga menyukai