Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN


KONSEP DASAR, TUJUAN, DAN PRINSIP PENGORGANISASIAN
SERTA BERBAGAI JENIS STRUKTUR ORGANISASI DALAM KEPERAWATAN

Oleh Kelompok :
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah tentang Konsep Dasar, Tujuan, Prinsip Pengorganisasian dan Jenis Struktur
Organisasi dalam Keperawatan untuk mata kuliah manajemen keperawatan dapat terselesaikan
dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami sebagai mahasiswa program studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasnuddin.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun isi dari
makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari dosen pembimbing
dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, kami
sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
Makassar, 02 Mei 2017

Kelompok
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Organisasi
B. Tujuan Pengorganisasian
C. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
D. Organisasi Sebagai Sistem Sosial
E. Struktur Organisasi
F. Tipe Struktur Organisasi
Faktor penyebab perbedaan struktur organisasi

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengorganisasian adalah hal penting untuk dipelajari, pengorganisasian mencakup hal-hal yang
diatur untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Antara pimpinan dan bawahan, atau antara ketua
dan staf memiliki saling keterkaitan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama.
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang juga mempunyai peranan penting seperti
halnya fungsi perencanaan. Dengan fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki
oleh intitusi pelayanan kesehatan (manusia dan bukan manusia) diatur penggunaannya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan institusi.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai
macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan pendelegasian wewenang
oleh pimpinan kepada staf untuk mencapai tujuan organisasi. Rumah sakit merupakan sebuah
institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter,
perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Suatu rumah sakit memerlukan pengorganisasian untuk melancarkan suatu tujuan dengan
sukses. Organisasi rumah sakit memiliki pemimpin dan staf-staf yang bergerak dibidangnya
agar organisasi di rumah sakit mampu mejalankan pelayanan yang optimal. Pengorganisasian
dalam manajemen keperawatan mempunyai banyak aktifitas penting, antara lain bagaimana
asuhan keperawatan dikelola secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah
sakit dengan jumlah staf keperawatan dan fasilitas yang ada.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar suatu pengorganisasian?
2. Apa tujuan dari suatu pengorganisasian ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dari suatu pengorganisasian ?
4. Bagaimana organisasi sebagai sistem sosial?
5. Bagaimana struktur dan jenis-jenis struktur dari sebuah organisasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar suatu pengorganisasian?
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan dari suatu pengorganisasian ?
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prinsip-prinsip dari suatu
pengorganisasian
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan organisasi sebgai sisatem sosial?
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan struktur dan jenis-jenis struktur dari
sebuah organisasi?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Organisasi
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan
yang relatif dapat diidentifikasikan untuk mencapai tujuan. Akibat terjadinya interaksi dengan
karakteristik masing-masing serta banyak kepentingan yang membentuk gaya hidup, pola
perilaku, dan etika kerja, yang semuanya akan mencirikan kondisi suatu organisasi. (Marquis &
Huston, 2010).

Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan mengalokasi dan


mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi
pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang akan dikerjakan, individu yang akan
mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan
keputusan. Manajer bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan
untuk mencapai sasaran organisasi (Robins & Coulter, 2007).

Fungsi pengorganisasian akan dapat dilaksanakan dengan baik kalau manajer pelayanan
kesehatan memahami prinsip-prinsip pengorganisasian. Pengorganisasian adalah langkah untuk
menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas
pokok dan wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf untuk mencapai
tujuan organisasi.

Berdasarkan batasan tersebut maka fungsi organisasi ialah alat untuk memadukan dan mengatur
semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personel, finansial, material dan tata cara pencapaian
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan pandangan tersebut maka organisasi
dipandang sebagai wadah kerjasama antar orang-orang (organisasi bersifat statis). Organisasi
juga dapat ditinjau dari kerjaan dan pembagian tugas para staf untuk mencapai tujuan (organisasi
bersifat dinamis). Organisasi dapat juga dilihat dari strategi pimpinan untuk mengelolah
organisasi (organisasi sebagai instrument pimpinan).

B. Tujuan Pengorganisasian
1. Tujuan dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:
2. Mempermudah pelaksanaan tugas.
3. Mempermudah pimpinan melakukan pengendalian.
4. Agar kegiatan-kegiatan para bawahan terarah ke satu tujuan yang telah ditentukan.
5. Agar dapat menentukan orang-orang yang tepat untuk tugas-tugas yang ada.

C. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
Beberapa prinsip pokok dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:
Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf
1. Membagi habis pekerjaan kedalam kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
2. Mengolompokkan kegiatan pokok ke dalam satuan kegiatan yang lebih operasional
(elemen kegiatan)
3. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan fasilitas pendukungnya.
4. Penugasan personel yang cakap.
5. Mendelegasikan wewenang
6. Dalam pembagian tugas harus diperhatikan keseimbangan antara wewenang dan
tanggung jawab. Wewenang yang terlalu besar pada staf mendorong terjadinya kasus
korupsi akibat peluang yang besar tetapi pengawasan yang kurang.

D. Organisasi Sebagai Sistem Sosial


Organisasi sebagai wadah kerja sama manusia untuk mecapai tujuan bersama harus dipahami
sebagai sebuah sistem sosial karena sumber daya utamanya adalah manusia. Di dalam sebuah
sistem sosial terdapat subsistem lain yang saling berinteraksi satu sama lain. Salah satu di
antaranya yang terpenting adalah subsistem hubungan antar manusia (social sub-system).
Subsistem yang lain adalh subsistem administrasi (structural sub-system), subsistem informasi
(decision making sub-system), subsistem ekonomi (technological sub-system) (Muninjaya,
2011). Didalam sistem inilah para manajer sebuah organisasi bekerja dengan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi

1. Subsistem administrasi
Fokus kajian terhadap subsistem administrasi dalam institusi peayanan kesehatan lebih banyak
diarahkan untuk mengkaji tipe gaya kepemimpinan, proses pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab yang diberikan kepada staf, dan mekanisme kerjasam yang dikembangkan untuk mencapai
tujuan organisasi. Di dalam pengembangan subsistem ni harus jelas: “siapa mengerjakan apa,
unutk siapa, “siapa menyuruh siapa untuk mengerjakan apa”, “kapan dan mengapa” tugas
tersebut harus dilaksanakan.

2. Subsistem informasi
Kajian terhadap subsistem informasi dan penagambilan keputusan diarahkan untuk mempelajari
proses pengambilan keputusan strategis dalam sebuah organisasi kegiatan (keputusan kunci).
Untuk pengambilan keputusan strategis, diperlukan informasi yang akurat dan menyeluruh
tentang organisasi, terutama tentang bagaimana sistem yang ada dalam organisasi berkembang
sesuai dengan misinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Subsistem ekonomi
Untuk mengkaji subsistem ekonomi institusi peayana kesehatan diperlukan kejelasan tugas
pokok staf untuk mencapai tujuan organisasi dalam batas-batas kemampuan anggaran yang
tersedia(cost effectiveness) dan disesuaikan dengan tanggung jawab masing-masing.

4. Subsistem sosial
Di dalam kajian subsistem sosial, seseorang akan mempelajari lebih jauh tentang proses
pengembangan motivasi staf dan kepemimpinan yang efektif yang dilakoni para manajer
organisasi, terutama manajer personalia. Meskipun semua subsistem nampaknya berdiri sendiri,
tetapi perubahan yang terjadi pada salah satuu subsistem akan dirasakan pengaruhnya pada
subsistem lainnya. Jika keseluruhan sistem berjalan sehat dan bekerja secara normal, setiap
subsistem akan berinteraksi secara efektif satu sama lain.
Karenanya, pengembangan organisasi jangka panjang hanya akan terjadi kalau semua subsistem
dikembangkan dantidak mengorbankan salah satu subsistem untuk kepentingan suubsistm yang
lain. Pada saat bersamaan, sistem manajemen di dalam sebuah organisasi kesehatan juga tidak
mungkin mengabaikan pengatuh dan tekanan yang tersumber dari lingkungan di luar organiasi.

E. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi (Organizational Structure) menentukan bagaimana pekerjaan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi sebagai penentuan
bagaimana pekerjaan dibagi-ibagi, dan dikelompokkan secara formal (Robbins,2007)
Menurut Robbins (2007) ada elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manager ketika
mereka hendak mendesain struktur organisasi. Keenam elemen tersebut adalah spesialisasi kerja,
departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi, desentralisai dan formalisasi.

1. Spesialisasi Kerja
Spesialisasi pekerjaan (work specialization), atau pembagian kegiatan dalam organisasi dibagi-
bagi menjadi beberapa pekerjaan tersendiri. Hakikat dari spesialisasi pekerjaan adalah bahwa
ketimbang seluruh pekerjaan dilakukan oleh seorang individu, pekerjaan itu dipecah-pecah
menjadi sejumlah tahap, dengan masing-masing tahap diselesaikan oleh seorang individu
tersendiri. Intinya, individu mengkhususkan diri dalam melakukan bagian dari suatu kegiatan
ketimbang seluruh kegiatan.

2. Departementalisasi
Setelah memecah pekerjaan melalui spelisasi, langkah selanjutnya yaitu mengelompokkannya
bersama sehingga tugas-tugas yang sama dapat dikoordinasikan dalam satu basis. Dasar
pengelompokan bersama pekerjaan ini disebut Departementalisasi (departementalizational).
Departementalisasi berdasarkan fungsi dapat digunakan di semua jenis organisasi, hanya saja
fungsi tersebut bisa berubah guna mencerminkan tujuan dan aktivitas organisasi. Contohnya
sebuah rumah sakit mungkin memiliki departemen yang dikhususkan untuk penelitian,
perawatan pasien, pembukuan, dan sebagainya.

3. Rantai Komando
Rantai komando (chain of command) adalah suatu garis wewenang tanpa putus dari puncak
organisasi ke eselom paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa. Jika
membahas rantai komando ada dua konsep lain yang harus dibahas agar saling melengkapi yaitu:

a. Wewenang (authority)
Wewenang ini mengacu pada hak-hak yang melekat dalam sebuah posisi manajerial untuk
memberikan perintah dan berharap bahwa perintah itu dapat dipatuhi. Untuk memfasilitasi
koordinasi, tiap posisi manajerial diberi sebuah tempat dalam rantai komando, dan tiap manajer
diberi tingkat wewenang untuk memenuhi tanggung jawabnya.

b. Kesatuan komando (unity of command)


Prinsip kesatuan komando yaitu membantu melanggengkan konsep garis wewenang yang tidak
terputus. Prinsip ini menyatakan bahwa seseorang hanya mempunyai satu dan satu-satunya
atasan, yang kepadanya ia bertanggung jawab secara langsung. Jika kesatuan komando putus,
seorang karyawan mungkin harus menghadapi berbagai permintaan atau prioritas yan saling
bertentangan dari beberapa atasan.

4. Rentang kendali
Rentang kendali adalah berapa banyak bawahan yang dapat diatur oleh seorang manajer secara
efektif dan efisien. Lingkup kendali sangat penting karena menentukan tingkatan struktur dan
berapa orang manajer yang dibutuhkan sebuah organisasi. Semakin luas lingkupnya, semakin
efisien organisasi tersebut. Namun, dalam keadaan tertentu, rentang yang lebih lebar bisa
mengurangi keefektifan. Itu terjadi jika rentang tersebut menjadi terlalu lebar, kinerja karyawan
memburuk karena penyelia tidak lagi memiliki waktu untuk memberikan kepemimpinan dan
dukungan yang diperlukan.
Sedangkan untuk rentang yang sempit atau kecil dengan membatasi rentang kendali pada lima
atau enam karyawan, seseorang manajer dapat mempertahankan kendalinya secara baik. Tetapi
rentang yang sempit juga memiliki tiga kelemahan diantaranya:
1. Rentang yang sempit, memiliki biaya yang mahal karena memperbanyak tingkatan
manajemen.
2. Membuat komunikasi vertical dalam organisasi lebih rumit. Tingkat hirarki tambahan
tersebut memperlambat pengambilan keputusan dan cenderung mengisolasi manajemen
atas.
3. Rentang kendali yang sempit mendorong supervise yang terlalu ketat, sehingga
menghambat otonomi karyawan

5. Sentralisasi dan Desentralisasi


Sentralisasi mengacu pada derajat mana pembuatan keputusan dikonsentrasikan pada satu titik
dalam organisasi. Sentralisasi juga berlaku tatkala manajemen puncak membuat keputusan kunci
organisasi dengan sedikit atau bahkan tanpa masukan dari tingkatan yang lebih rendah.
Sebaliknya, desentralisasi adalah jika level lebih bawah diberi kesempatan untuk memberi
masukan bagi pengambilan keputusan atau bahkan diberi kewenangan untuk membuat
keputusan. (Ivancevich, Konopaske, & Matteson, 2008)

Menurut (Huber, 2000; Marquis & Huston, 2003) dalam (Jones, 2007) Pengambilan keputusan
desentralisasi terjadi ketika keputusan dibuat di seluruh organisasi, pada tingkat terendah dalam
organisasi. Dalam pengambilan keputusan desentralisasi, wewenang, tanggung jawab, dan
akuntabilitas yang diberikan kepada orang yang paling dekat dengan masalah untuk
menyelesaikan masalah. Metode ini meningkatkan semangat kerja karyawan dan kepuasan kerja.
Karyawan diberi kewenangan tersebut cenderung lebih termotivasi dan merasa dihargai sebagai
anggota organisasi.

6. Formalisasi
Formalisasi mengacu sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan. Jika
sebuah pekerjaan sangat formal, pemangku organisasi pekerjaan akan memiliki sedikit sekali
kebebasan untuk memiliki apa yang harus dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan bagaimana
dikerjakan. Karyawan diharapkan untuk selalu menangani output yang konsisten dan seragam.

Organisasi yang tingkat formalisasinya tinggi, memiliki deskripsi tugas yang jelas, beragam
aturan organisasi dan prosedur yang didefinisikan secara tegas. Sedangkan organisasi yang
tingkat formalisasinya rendah memiliki perilaku pekerjaan yang relative tidak terprogram dan
karyawannya memiliki banyak kebebasan untuk menjalankan diskresi mereka terkait pekerjaan.
Karena kebebasan seorang individu atas pekerjaan berbanding terbalik dengan jumlah perilaku
dalam pekerjaan yang diprogram sebelumnya oleh organisasi, semakin besar standarisasi
semakin kecil input yang dimiliki karyawan mengenai bagaimana suatu pekerjaan harus
dijalankan.

F. Tipe Struktur Organisasi


Menurut (Marquis & Huston, 2010) biasanya, sebuah departemen keperawatan menggunakan
satu dari beberapa tipe struktur organisasi seperti bureaucratic, ad hoc, matrix, flat, atau
gabungan dari beberapa struktur. Tipe struktur yang digunakan dalam fasilitas pelayanan
kesehatan mempengaruhi pola komunikasi, hubungan, dan wewenang dalam sebuah organisasi.

1. Bureaucratic
Desain organisasi birokrasi biasa disebut dengan line structures atau line organization.
Pengambilan keputusan dan kekuasaan dipegang oleh beberapa orang dalam tingkat atas. Setiap
orang yang memiliki beberapa kekuatan dan otoritas yang bertanggung jawab untuk hanya
beberapa orang. Ada banyak lapisan departemen, dan komunikasi cenderung bergerak lambat
pada jenis sistem ini. Banyak orang yang telah mengenal struktur ini sehingga tidak sulit untuk
mengorientasikan seseorang ke dalam struktur ini. Dalam struktur ini, wewenang dan tanggung
jawab diatur dengan sangat jelas.
Masalah terkait struktur ini adalah kepatuhan terhadap rantai komando komunikasi, yang
membatasi komunikasi ke atas. Pemimpin yang baik mendorong komunikasi ke atas untuk
mengkompensasi kerugian. Namun, ketika garis posisinya sudah jelas terdefinisi, keluar dari
rantai komando komunisasi dengan melakukan komunikasi ke atas biasanya tidak pantas.
Menurut Robbins (2007), birokrasi (bureaucracy) dicirikan dengan tugas-tugas operasi yang
sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal, tugas-
tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat,
rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando.

2. Ad Hoc Design
Ad Hoc Design adalah modifikasi dari struktur birokrasi dan terkadang digunakan sementara
untuk memudahkan penyelesaian sebuah proyek dengan garis organisasi formal. Struktur ad hoc
adalah sarana untuk mengatasi ketidakfleksibelan dari garis struktur. Struktur ad hoc
menggunakan proyek tim atau pendekatan tugas dan biasanya dibubarkan saat proyek tersebut
selesai. Kerugian dari struktur ini adalah menurunnya kekuatan dalam rantai komando formal
dan menurunkan loyalitas karyawan terhadap organisasi induk.

3. Matrix Structure
Matrix organization structure dirancang untuk fokus terhadap produk dan fungsi. Fungsi
digambarkan sebagai semua tugas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk, dan produk
merupakan hasil akhir dari fungsi tersebut. Sebagai contoh, kriteria hasil pasien yang baik adalah
produk sedangkan staf yang memadai adalah sebuah fungsi yang diperlukan untuk menghasilkan
produk yang baik. Struktur organisasai matrik mempunyai rantai komando vertikal dan
horisontal. Meskipun begitu, terdapat aturan yang kurang formal dan tingkat hirarki yang lebih
sedikit. Dalam struktur ini, membuat keputusan bisa menjadi lebih lama karena kebutuhan untuk
bertukar informasi, dan hal itu dapat menyebabkan kebingungan bagi pekerja karena desain dari
dua wewenang. Keuntungan utama dari struktur ini adalah keahlian yang terpusat seringkali
sebanding dengan kompleksitas komunikasi yang dibutuhkan dalam perancangan.
4. Flat design
Flat organizational design adalah sebuah usaha untuk memindahkan lapisan hirarki dengan
perataan rantai komando dan desentralisasi organisasi. Pada waktu yang tepat, ketika finansial
organisasi kaya, merupakan hal yang mudah untuk menambahkan lapipsan dalam sebuah
organisasi untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Tapi ketika organisasi mulai merasa
finansialnya menurun, mereka sering melihat hirarki mereka untuk mengetahui posisi apa yang
dapat dihilangkan. Dalam desain ini, terdapat kelangsungan garis kebijakan, dan karena struktur
organisasi iini, pembuat kebijakan dan wewenang menjadi lebih banyak. Banyak manajer yang
kesulitan untuk melepaskan kontrolnya, dan walaupun struktur ini menahan banyak karakteristik
dari birokrasi

Faktor penyebab perbedaan struktur organisasi


1. Strategi.
Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan manajemen untuk mencapai
sasarannya. Karena sasaran diturunkan dari strategi organisasi maka logis kalau strategi dan
struktur harus terkait erat. Lebih tepatnya, struktur harus mengikuti strategi. Jika manajemen
melakukan perubahan signifikan dalam strategi organisasinya, struktur pun perlu dimodifikasi
untuk menampung dan mendukung perubahan ini. Sebagian besar kerangka strategi berfokus
pada tiga dimensi strategi yaitu:
Strategi inovasi
1. Strategi yang menenkankan diperkenalkannya produk dan jasa baru yang menjadi
andalan.
2. Stategi minimalisasi biaya
3. Strategi yang menekankan pengendalian biaya secara ketat menghindari pengeluaran
untuk inovasi dan pemasaran yang tidak perlu, dan pemotongan harga.
4. Strategi imitasi
5. Strategi yang meniru, memanfaatkan yang terbaik dari kedua strategi sebelumnya.
Strategi ini, menimalkan risiko dan memaksimalkan peluang untuk mendapatkan laba.

2. Ukuran organisasi
Ukuran adalah besarnya suatu organisasi yang terlihat dari jumlah orang dalam organisasi
tersebut. Terdapat banyak bukti yang mendukung ide bahwa ukuran sebuah organisasi secara
signifikan mempengaruhi strukturnya.

3. Teknologi
Teknologi mengacu pada cara sebuah organisasi mengubah input menjadi output. Setiap
organisasi memiliki paling tidak satu teknologi untuk mengubah sumber daya finansial, SDM,
dan sumber daya fisik menjadi produk atau jasa.

4. Lingkungan
Ligkungan sebuah organisasi dari lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan di luar organisasi
yang berpotensi memengaruhi kinerja organisasi. Struktur sebuah organisasi dipengaruhi oleh
lingkungannya karena lingkungan selalu berubah. Beberapa organisasi menghadapi lingkungan
yang statis tak banyak kekuatan di lingkungan mereka yang berubah. Sedangkan organisasi yang
menghadapi lingkungan yang sangat dianamis, dimana peraturan pemerintah yang cepat berubah
dan memengaruhi bisnis mereka, pesaing baru, kesulitan dalam mendapatkan bahan baku,
preferensi pelanggan yang terus berubah terhadap produk dan sebagainya. Secara signifikan,
lingkungan yang statis memberi lebih sedikit ketidakpastian bagi para menejer dibanding
lingkungan yang dinamis. Karena ketidakpastian adalah sebuah ancaman bagi keefektifan sebuah
organisasi, manajemen akan mencoba menimalkannya, dengan cara mengurangi ketidakpastian
lingkungan melalui penyesuaian struktur organisasi.
5. Keefektifan Organisasi
Tidak ada cara “terbaik” untuk membuar struktur organisasi. Seseorang harus selalu
mempertimbangkan variable, misalnya ukuran organisasi, kemampuan sumber daya manusia,
dan tingkat komitmen pekerja. Tanpa mempertimbangkan tipe struktur organisasi yang
digunakan, persyaratan minimal tertentu dapat diidentifikasi:
1. Struktur harus ditetapkan dengan jelas sehingga pegawai mengetahui tempat mereka dan
siapa yang dapat diminta bantuan
2. Tujuan seharusnya adalah membangun tingkat manajemen yang paling sedikit dan
memiliki rantai komando yang paling pendek. Hal ini menghilangkan gesekan, stress, dan
inersia
3. Staf unit juga perlu mampu melihat dimana tugas mereka yang paling cocok dengan
tugas umum organisasi
4. Struktur organisasi seharusnya meningkatkan, bukan mengambat komunikasi
5. Struktur organisasi seharusnya memfasilitasi pengambilan keputusan yang menghasilkan
performa kerja terbaik
6. Staf harus diatur dengan cara yang mampu mendorong kelompok informal untuk
mengembangkan rasa bermasyarakat
7. Layanan keperawatan harus diatur untuk memfasilitasi munculnya pemimpin masa
depan. (Marquis & Huston, 2010)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan mengalokasi dan
mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai. Suatu pengorganisasia
memiliki tujuan dan prinsip pokok tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Organisasi sebagai sistem sosial memiliki 4 subsistem yaitu subsistem administrasi, subsistem
informasi, subsistem ekonomi, dan subsistem sosial. Dalam struktur organisasi memiliki 4 jenis
atau tipe struktur yaitu Bureaucrati, Ad Hoc Design, Matrix Structure, dan Flat design.

B. Saran
Organisasi yang baik adalah organisasi yang menjalankan peran pengorganisasian secara jelas.
Selain itu pengorganisasian yang baik juga dilihat dari pemimpin dan stafnya. Hubungan yang
baik membuat tujuan organisasi lebih cepat tercapai. Begitu juga dengan hubungan yang buruk
antara pimpinan dan stafnya akan membuat tujuan organisasi lambat terwujud bahkan gagal
tercapai.

Anda mungkin juga menyukai