Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian infeksi nosokomial
2. Untuk mengetahui peranan instalasi gizi dalam pengendalian dan pencegahan
infeksi nosokomial.
3. Agar karyawan Instalasi Gizi dapat mengerti pentingnya pengendalian dan
pencegahan infeksi nosokomial.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Infeksi Nosokomial
1. Pengertian
2. Sumber
Sumber infeksi dapat berupa kuman, virus, protozoa dan parasit yang terdapat
di alam. Bahkan manusia sehat juga penuh dengan kuman yang dianggap normal.
Untuk penderita yang imunokompromi, kuman normal pun dapat menjadi patogen
karena daya tahan tubuh yang berkurang. Lingkungan kita terkenal dengan sumber
kuman patogen yang paling besar.
a. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-
tanda klinik dari infeksi tersebut.
b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa
inkubasi dari infeksi tersebut.
c. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang kurangnya setelah 3 x
24 jam sejak mulai perawatan.
d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.
e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan
terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang
sama pada waktu lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi
nosokomial
• dokter
• perawat
• pasien
• petugas bagian gizi
• petugas laboratorium
2
• petugas kebersihan
• pengunjung
• alat-alat kedokteran dan perawatan
1. Pengolahan makanan
3
d. Peracikan dan pengolahan bahan makanan
Makanan jadi yang siap saji tidak boleh diangkut bersama dengan bahan
makanan mentah.
Makanan diangkut dengan kereta dorong yang tertutup, bersih dan anti
karat(stainless steel), dan permukaan dalamnya mudah dibersihkan.
f. Penyajian makanan
Makanan jadi yang siap saji harus diwadahi dan disajikan dengan peralatan
yang bersih dan sudah melalui proses desinfeksi sesuai prosedur.
Sebaiknya dalam tata hidang, disiapkan segera dan tidak lama menunggu
disantap. Beri waktu tidak lama kepada penderita untuk menyantapnya agar
makanan tidak makin beresiko terpapar mikroorganisme.
Letak makanan sebaiknya satu bidang, bila digunakan bidang yang berbeda /
bertingkat, maka jenis makanan basah berada di bawah dari makanan kering
Bahan untuk peralatan harus terbuat dari bahan yang kuat , tidak mudah
retak,penyok, gompel , robek atau pecah.
Tidak mengandung bahan beracun atau logam berat lain seperti : Timah,
Arsen,Tembaga, Seng, atau antimon.
Kebersihan peralatan harus dijaga dengan baik, pencucian dan penyimpanan
harus sesuai prosedur.
4
b. Peralatan masak dan wadah makanan
Peralatan masak dan wadah makanan sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat
dan tidak larut dalam makanan seperti keramik
Semua peralatan harus mempunyai tutup.
Peralatan yang bukan logam harus dari bahan yang kuat dan setelah rusak
harus langsung dibuang.
Penyimpanan peralatan masak dan wadah pada rak harus teratur dan sebaiknya
mendapatkan sinar matahari.
c. Pencucian peralatan
Pisahkan segala kotoran atau sisa-sisa makanan yang terdapat pada alat/barang
seperti, gelas, mangkok dll.
Sampah dibuang bersama sampah dapur lainnya.
Piring dan alat yang telah dibersihkan sisa makanan, ditempatkan pada tempat
piring kotor.
Setiap piring/alat yang dicuci direndam pada bak pertama. Cara ini
dimaksudkan untuk memberi kesempatan peresapan air ke dalam sisa makanan
yang masih menempel, sehingga mudah untuk membersihkan. Setelah
direndam untuk selama beberapa saat, maka piring mulai dibersihkan dengan
menggunakan detergen pada bak pencuci tersebut.Penggunaan sabun
sebaiknya dihindarkan karena sabun tidak dapat menghilangkan lemak.
Cara pencucian dilakukan dengan menggosok bagian-bagian yang terkena
makanan, dengan cara menggosok berulang kali sampai tidak terasa licin lagi.
Bilamana masih licin akan menempel sisa-sisa bau yang belumbersih. Setelah
pencucian dirasa cukup, maka langsung dibilas dengan air pembersih/pembilas
yang mengalir, sambil digosok dengan tangan dan tidak lagi terasa sisa-sisa
makanan atau sisa-sisa detergen.
Piring atau gelas untuk disinfeksi dengan air panas, disyaratkan suhu 82º C
untuk selama 2 menit atau 100º C selama 1 menit. Cara memasukkan
piring/gelas ke dalam air panas, tidak boleh langsung dengan tangan, tetapi
sebelumnya dimasukkan ke dalam rak-rak khusus untuk didisinfeksi.
Piring dan alat makan yang telah selesai melalui proses disinfeksi ditempatkan
pada rak-rak anti karat ( stainless steel ) sebagai tempat penirisan/pengeringan
dengan cara terbalik atau miring sampai kering dengan bantuan sinar matahari
atau sinar buatan dan tidak boleh dilap dengan kain. Untuk itu bagian yang
menempel ke permukaan piring atau bibir gelas harus dijaga kebersihannya
dengan cara disinfeksi.
5
Piring atau gelas yang akan dipakai tidak perlu dilap atau digosok kain
lap,karena menjadi kotor kembali. Bilamana dilap gunakan kain lap ( tissue )
sekali pakai.
d. Penyimpanan peralatan
Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan
kering dan bersih.
Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya harus dibalik.
Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak aus/rusak.
Laci-laci penyimpanan peralatan terpelihara kebersihannya.
Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber
pencemaran dan binatang perusak
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh/dialami pasien selama dia
dirawat di rumah sakit dan infeksi itu tidak ditemukan/diderita pada saat pasien
masuk rumah sakit.
2. Peranan instalasi gizi dalam pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial
adalah sebagai berikut: