Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak

normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.(Yosep,

2009) Hasil survei Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2000 menyatakan

tingkat gangguan jiwa orang di Indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan

kesehatan jiwa di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan data yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan RI tahun 2000 yaitu rata-rata 40 dari 100.000 orang di

Indonesia melakukan bunuh diri, sementara rata-rata dunia menunjukkan 15,1 dari

100.000 orang, rata-rata orang bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang per-hari

atau 48.000 orang bunuh diri pertahun.(Depkes, 2009)

Studi awal yang dilakukan peneliti,penderita gangguan jiwa yang dirawat di

ruang kenari pada tanggal 1-3 desember 2018 sebanyak 55 pasien, yang terdiri

dari pasien perilaku kekerasan sebanyak 20 orang (36,4%), pasien halusinasi

sebanyak16 orang (29,1%), pasien harga diri rendah (HDR) 9 orang (16,4%),

pasien waham sebanyak 7orang (12,7%), pasien isolasi sosial sebanyak 3 Orang

(5,4%). Harga diri rendah menempati urutan ketiga dari masalah keperawatan

yang muncul (Data Rekam Medik RSJ Menur, 2018).Harga diri rendah adalah

perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat

evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering disertai

dengan kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,

1
2

tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan

nada suara lemah (Keliat, 2010).

Harga diri rendah sering di sebabkan karena adanya koping individu yang

tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik, kurangnya umpan balik yang

positif, kurangnya sistem pendukung, kemunduran perkembangan ego,

pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi sistem keluarga serta terfiksasi

pada tahap perkembangan awal, sehingga individu yang mempunyai koping

individu tidak efektif akan menunjukkan ketidakmampuan dalam menyesuaikan

diri atau tidak dapat memecahkan masalah terhadap tuntuan hidup serta peran

yang dihadapi. Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain Faktor

predisposisi ( Stuard and Sudeen, 1998 ) Penolakan orang tua, Harapan orang tua

yang tidak realistis. Kegagalan yang berulang kali. Kurang mempunyai tanggung

jawab personal. Ketergantungan pada orang lain, Ideal diri tidak realistis. Faktor

presipitasi ( Stuard and Sudeen, 1998 ) Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh

faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( eksternal or internal sources )

Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan

dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran Transisi peran

perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.

Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau

keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.

Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota

keluarga melalui kelahiran atau kematian. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat

pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan

oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi
3

tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan Trauma seperti

penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang

mengancam kehidupan.

Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga

diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang

negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,

merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika

perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada

gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah

rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak

mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang,

kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998). Banyak dari individu-individu

yang setelah mengalami suatu kejadian yang buruk dalam hidupnya, lalu akan

berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan dirinya. Dia merasa bahwa dirinya

tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah,

merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak prasangka-prasangka negative

seorang individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat

muncul kembali. Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat harus dapat

menangani pasien yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik

menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok. Harga diri rendah

merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana aktifitas merupakan

bentuk hukuman atau punishment (Stuart & Laraia, 2005). Depresi adalah emosi
4

normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu

perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan mucul bersama penyakit lain.

Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai

perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi

mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus

menerus, mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak mata

kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba

sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang

dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik

negative mengenai dirinya. Mekanisme koping jangka pendek yang biasa

dilakukan klien harga diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari

sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV

terus menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok

social, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara,

seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba

menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan. Jika

mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan individu

akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain adalah

menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi

dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi

diri sendiri. identitas negative, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan

harapan masyarakat. disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik

pada diri sendiri dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah

juga dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor biologis, psikologis,


5

social dan cultural. Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara

yang dapat mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula

berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin

yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien

depresi kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena klien lebih

dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.

Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan

merupakan fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan

penyelenggaraan pelayanan kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa

kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi

teman sekerja yang aktif dalam merencanakan perawatan ( Attree, 2001 ). Caring

merupakan suatu bentuk perilaku yang ditunjukkan oleh perawat selama melakuk

an asuhan keperawatan. Perilaku caring yang ditunjukkan oleh perawat akan

mendapat penilaian tersendiri oleh pasien, karena pasien secara langsung

merasakan perilaku dari perawat. Perilaku caring adalah tindakan yang dilakukan

dengan tulus, dimana dampaknya sangat menentukan tingkat asuhan keperawatan

yang dapat diterima dan diinginkan pasien dalam praktik keperawatan. Ada

beberapa faktor yang mampu mempengaruhi perilaku caring tersebut, misalnya

tingkat pengetahuan, sikap dan motivasi,Klien dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.Biasanya klien dan

perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring ( Mayer, 1987; Wolf,

Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan pada membangun

suatu hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang penting bagi klien.

Contoh, perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang kateter intravena,
6

perawat tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam memasukkan kateter

intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih diuntungkan jika

dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan penjelasan

prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien, dapat

membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan

kebutuhan klien. Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap

moral yang ideal, memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan

intervensi seperti perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa

perawat bekerja sesuai standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata

etika merujuk pada kebiasaan yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan

dengan klien, perawat harus mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika.

Etika keperawatan bersikap unik, sehingga perawat tidak boleh membuat

keputusan hanya berdasarkan prinsip intelektual atau analisis. Etika keperawatan

berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan sikap perawat

terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai penolong

klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan

memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.

Isu sentral yang berkembang saat ini bagi perawat Indonesia yaitu era

globalisasi/ kesejagatan dan bagaimana berkompetisi di dalamnya terutama

peningkatan peran Caring sebagai dasar peningkatan mutu pelayanan keperawatan

dan patient safety. Sebagai profesi yang masih dalam proses menuju “perwujudan

diri”, profesi keperawatan dihadapkan pada berbagai tantangan. Tantangan

pembenahan internal difokuskan pada empat dimensi domain yaitu


7

ilmu keperawatan, pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan, praktik

keperawatan serta jenjang karir perawat di pelayanan. Tantangan eksternal berupa

tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi yaitu tentang undang-undang

praktik keperawatan, tuntutankompetensi dan perubahan pola penyakit,

peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan sistem

pendidikan nasional, serta perubahan lainnyapada supra sistem dan pranata lain

yang terkait.Kinerja Caring yang kurang baik dari perawat disebabkan banyak

faktor, salah satu adalah perawat kurang mendapat penghargaan yang layak dalam

melaksanakan tugasnya. Berdasarkan hasil kajian penulis, penghargaan yang

diberikankepada para perawat memang dipandang masih kurang layak

dibandingkan standar pemberian gaji ataupun insentif para perawat dari luar

negeri. Dimasa depan perlu diperjuangkan dan ditata tentang sistem pemberian

penghargaan, khususnya berupa jasa pelayanan.Faktor pemicu lain adalah

kurangnya rasa percaya diri bagi perawat. Banyak perawat yang tidak melihat

dirinya sebagai sumber informasi dari klien. Perasaan rendah diri/kurang percaya

diri tersebut timbul karena rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang kurang memadai serta sistem pelayanan kesehatan Indonesia yang

menempatkan perawat sebagai “second class citizen”;perawat dipandang belum

cukup memiliki kemampuan yang memadai dan kewenangan dalam pengambilan

keputusan di bidang pelayanan kesehatan (Nursalam, 2011).


8

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana prilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien dengan harga diri rendah ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui prilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien dengan harga diri rendah.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengobservasi prilaku caring perawat sebelum memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah di ruang kenari RSJ

Menur Surabaya

b. Mengobservasi prilaku prilaku caring perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah di ruang kenari RSJ

Menur Surabaya

c. Mengobservasi penerapan prilaku caring perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah di ruang

kenari RSJ Menur Surabaya

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


9

Diketahuinya penerapan caring perawat kepada pasien yang mengalami

harga diri rendah sangat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien dengan harga diri rendah di ruang kenari RSJ Menur Surabaya

1.4.2 Manfaat Praktis

Mekanisme caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan harga diri rendah.

1.4.2.1 Bagi RS

Memberikan gambaran tentang Pengaruh caring perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah.

1.4.2.2 Bagi Pasien

Diharapkan menghasilkan informasi bagi pasien dan membantu

kesembuhan pasien dengan gangguan harga diri rendah..

Anda mungkin juga menyukai

  • Caring Dan Curing Dalam Keperawatan
    Caring Dan Curing Dalam Keperawatan
    Dokumen7 halaman
    Caring Dan Curing Dalam Keperawatan
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • Kep. Sebagai Profesi
    Kep. Sebagai Profesi
    Dokumen13 halaman
    Kep. Sebagai Profesi
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • Keperawatan Sebagai Profesi
    Keperawatan Sebagai Profesi
    Dokumen16 halaman
    Keperawatan Sebagai Profesi
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • Caring Dan Curing Dalam Keperawatan
    Caring Dan Curing Dalam Keperawatan
    Dokumen7 halaman
    Caring Dan Curing Dalam Keperawatan
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DM PKM
    Leaflet DM PKM
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DM PKM
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • Cover Kwu
    Cover Kwu
    Dokumen3 halaman
    Cover Kwu
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • Dokumen3 halaman
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • Sap DM PKM
    Sap DM PKM
    Dokumen9 halaman
    Sap DM PKM
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • Cover Kwu
    Cover Kwu
    Dokumen3 halaman
    Cover Kwu
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • SAP Alergi
    SAP Alergi
    Dokumen6 halaman
    SAP Alergi
    Syamsul Ma'arif
    100% (1)
  • Askep Neonatus Icterum
    Askep Neonatus Icterum
    Dokumen3 halaman
    Askep Neonatus Icterum
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • Askep Neonatus Icterum
    Askep Neonatus Icterum
    Dokumen3 halaman
    Askep Neonatus Icterum
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • Sap Tumbang 71
    Sap Tumbang 71
    Dokumen7 halaman
    Sap Tumbang 71
    Kristia Maciih Kecil
    Belum ada peringkat
  • Cover Askep Anak
    Cover Askep Anak
    Dokumen5 halaman
    Cover Askep Anak
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • Woc TB
    Woc TB
    Dokumen2 halaman
    Woc TB
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat
  • Cover k3
    Cover k3
    Dokumen2 halaman
    Cover k3
    Febriani Lucky Amelia
    Belum ada peringkat