Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berperasangka baik kepada Allah, baik dengan memahami sifat-sifat Allah yang

suci dan maha mulia, atau dengan melihat pemberian dan anugerah Allah yang luas

dan banyak, manusia akan bertambah iman dan ketaatannya kepada Allah SWT.

Tidak berperasangka buruk kepada-Nya, karena perasaan dan kebiasaan, atau

masalah-masalah yang dihadapinya tidak terpecah atau hal-hal khusus yang tak

terselesaikan oleh manusia.

Demikian juga anugerah yang diterima manusia dari Allah SWT ialah dengan

menjadikan mereka bersaudara, berkasih sayang dan hidup tolong menolong.

Rahmat dan kasih sayang Allah yang melimpah kepada manusia itu termasuk

peraturan dan hukum serta akhlak. Manusia pun dilarang berperasangka jelek

(suudzon) kepada sesama manusia dan alam sekitarnya. Karena apa yang tidak

disukai manusia tidak selamanya jelek, dan kadang-kadang mendatangkan kebaikan.

Allah SWT mengingatkan dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 216: “apa yang

tidak kamu sukai barangkali baik untuk kamu, dan apa yang kamu sukai barangkali

menjadi jelek untuk kamu….”

Segala sesuatu yang diperintahkan Allah melalui wahyu-Nya Al Quran

sesungguhnya agar hidup kita terarah dan tentram. Maka dari itu seharusnya kita

senantiasa berprasangka baik kepada Allah.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pentingnya Husnuzan kepada Allah SWT.
2. Untuk mengetahui hikmah Husnuzan kepada Allah SWT.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Husnuzan kepada Allah SWT

Sifat husnudhan kepada Allah adalah sikap yang selalu berbaik sangka atas
segala kehendak Allah terhadap hamba-Nya. Selanjutnya yang menjadi pertanyaan
besar ialah, Mengapa kita harus berbaik sangka kepada Allah ? . Banyak hal yang
terjadi pada kita seperti musibah membuat kita secara tidak langsung menganggap
Allah telah tidak adil kepada kita. Padahal ,sebagai seorang mukmin sejati
senantiasa menganggap apa yang ditakdirkan Allah kepada kita adalah yang terbaik.
Berperasangka baik atau husnudzan hukumnya adalah mubah (boleh).
Sedangkan berperasangka buruk atau su’udzan Allah dan rasul-Nya telah
melarangnya, seperti dijelaskan dalam QS. Al-hujurat, 49 : 12 yang berbunyi :

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,


sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-
cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagaian yang
lain”. (QS. Al-Hujurat, 49 : 12)
Rasulullah SAW bersabda yang artinya :“Jauhkanlah dirimu dari prasangka
buruk, karena berperasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan
dirimu dari menuduh seseorang berdasarkan sangkaan saja)”. (HR. Bukhari dan
Muslim)

B. Contoh dan Hikmah Husnuzan kepada Allah SWT


Huznudzan kepada Allah SWT mengandung arti selalu berprasangka baik
kepada Allah SWT, karena Allah SWT terhadap hambanya seperti yang hambanya
sangkakan kepadanya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah SWT

2
maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika baik prasangka hamban
kepadanya maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut.
Perbuatan-perbuatan husnudzan kepada Allah SWT yang dilakukan oleh
seseorang sebagai hamba-Nya adalah sebagai berikut :
1) Bersabar
Sabar dalam ajaran Islam memiliki pengertian yaitu tahan uji dalam
menghadapi suka dan duka hidup, dengan perasaan ridha dan ikhlas serta berserah
diri kepada Allah. Sikap sabar diperintahkan Allah SWT dalam QS Al Baqarah ; 153
yang artinya: “Hai orang-orana yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.” (QS Al Baqarah ; 153)

2) Mengendalikan Emosi
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih mengendalikan nafsu
atau emosi agar bisa bersikap sabar yaitu:

a) Melatih serta mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan membaca ayat-
ayat suci Al Qur’an, shalat, puasa, dan ibadah lainnya. Rasulullah SAW
memberikan resep bagaimana caranya meredam amarah. “Berwudu’lah!”
Demikian anjuran Rasulullah SAW.
b) Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dilarang agama.
c) Memilih lingkungan pergaulan yang baik.

3)Bersyukur
Syukur menurut Arab, yang berarti terimakasih. Syukur secara istilah yaitu
berterimakasih kepada Allah SWT dan pengakuan secara tulus hati atas nikmat dan
karunua-Nya, malalui ucapan, sikap dan perbuatan. Dan hal yang harus kita syukuri
adalah segala nikmat yang diberikan Allha SWT kepada kita.
Bersyukur harus dilakukan, dengan hati, dengan lisan, dengan perbuatan, dan dengan
harta benda.
Hikmah Berbuat Husnudzan
a. Senantiasa mensyukuri segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT
b. Bersikap Khaof (takut) dan Raja’ (berharap) kepada Allah
c. Optimis dan tidak berkeluh kesah serta berputus asa
d. Akal fikiran menjadi jernih dan terjauhkan dari akal fikiran kotor.

3
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Husnudhan secara bahasa berarti “berbaik sangka” . lawan katanya adalah


suuzan yang berarti “berburuk sangka” atau apriori ,skeptis ,dan sebagainya.
Seorang yang memiliki sikap husnudhan akan mepertimbangkan sesuatu dengan
pikiran jernih, dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya
Sebaliknya orang yang pemikiranya senantiasa dijelajahi oleh sikap suuzan akan
memandang sesuatu selalu jelek. seolah-olah tidak ada sedikitpun kebaikan
dalam pikiranya dan cenderung menganggap orang lain lebih rendah dari
dirinya.

B. SARAN

Kita harus senantiasa bersyukur dan berbaik sangka kepada Allah SWT.

4
DAFTAR PUSTAKA

http://jkpka-triyat.blogspot.com/2008/11/focus.html

http://jkpka-triyat.blogspot.com/2008/11/focus.html (diakses, 19 April 2011)

http://iwansubhan.blogspot.com/2011/01/husnuzan-dan-taubat.html (diakses, 3 Mei


2011)

http://jokosiswanto77.blogspot.com/2010/06/bab-4-husnuzan-sebagai-perilaku-
terpuji.html (diakses, 3 Mei 2011)

http://iwansubhan.blogspot.com/2011/01/husnuzan-dan-taubat.html (diakses 3 Mei


2011)

Anda mungkin juga menyukai