Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, Pasal 1). Departemen
Kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan derajat kesehatan
bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia Sehat 2010.
Jumlah penduduk gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 30% dari jumlah
penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan ekonomi yang
disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Keadaan tersebut diperparah dengan
beberapa kejadian yang menimpa Indonesia seperti bencana alam, diantaranya tsunami di Aceh
dan Pangandaran, Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di Yogyakarta. Selain itu adanya gejolak
politik lokal diberbagai daerah dan meningkatnya tingkat persaingan antar individu merupakan
salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.
Penyebab gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan ekonomi.
Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi.
Stigma penderita gangguan jiwa sat ini masih tinggi, tetapi masih sedikit yang sadar untuk
meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita gangguan jiwa yang sudah sembuh dan
dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke rumah sakit. Para pasien itu memilih untuk tinggal lagi
di rumah sakit karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di rumahnya. Keluarga
mereka merasa malu karena ada anggota keluarganya yang tidak waras. Akibatnya tidak sedikit
yang memilih kabur.
Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial,
bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan, tidak hanya terbebas dari penyakit
serta kelemahan. Gambaran menurut penelitian WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa
saat ini cukup tinggi, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25%
penduduk dunia diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu hidupnya. Usia
ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara 18-20 tahun 1% diantaranya adalah gangguan jiwa
berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta
orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Salah satu
bentuk gangguan jiwa yang paling banyak terjadi di seluruh dunia adalah gangguan jiwa
skizofrenia. Prevalensi skizofrenia didunia 0,1 per mil dengan tanpa memandang perbedaan
status sosial atau budaya.

Kebijakan Pemerintah dalam menangani pasien gangguan jiwa tercantum dalam Undang-
Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan jiwa, disebutkan dalam pasal 149 ayat (2)
mengatakan bahwa Pemerintah dan masyarakat wajib melakukan pengobatan dan perawatan di
fasilitas pelayanan kesehatan bagi penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang,
mengancam keselamatan dirinya dan mengganggu ketertiban atau keamanan umum, termasuk
pembiayaan pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa untuk masyarakat miskin.

Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan gangguan konsep diri : Harga Driri
Rendah meliputi peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Pada peran promotif,
perawat meningkatkan dan memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan dan pendidikan
untuk klien dan keluarga. Dari aspek preventif yaitu untuk meningkatkan kesehatan mental dan
pencegahan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah. Sedangkan pada peran kuratif perawat
merencanakan dan melaksanakan rencana tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga.
Kemudian peran rehabilitative berperan pada follow up perawat klien dengan gangguan konsep
diri : Harga Diri Rendah melalui pelayanan di rumah atau home visite.

Berdasarkan gambaran masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul
“Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Gangguan Harga Diri Rendah di Panti Sosial Bina Laras
Harapan Sentosa II ” sebagai judul makalah ini.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan dalam pembuatan makalah ilmiah ini terdiri dari tujuan umum
dan khusus, adapun tujuan tersebut yaitu :
1.2.1. TUJUAN UMUM

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan Asuhan


keperawatan jiwa yang komprehensif dan untuk memenuhi kebutuhan pada pasien
Tn. F dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.

1.2.2. TUJUAN KHUSUS

i. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan jiwa pada klien


dengan diagnosa ganguan konsep diri : harga diri rendah
ii. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
ganguan konsep diri : harga diri rendah
iii. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan
ganguan konsep diri : harga diri rendah
iv. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan
ganguan konsep diri : harga diri rendah
v. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien dengan ganguan konsep
diri : harga diri rendah

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan makalah ini disusun sistematis kedalam 4 Bab, yaitu sebagai
berikut :
 Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan.
 Bab II tinjaun teori terdiri dari definisi, etiologi, tanda dan gejala, perilaku,
mekanisme koping, rentang respon, pohon masalah, diagnose keperawatan, dan
asuhan keperawatan.
 Bab III studi kasus terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan dan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.
 Bab IV penutup terdiri dari simpulan dan saran yang disertai daftar pustaka dan
lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFINISI
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian
prilaku dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan
merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,1991).
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri, kemampuan diri
yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. (Townsend, Mary C, 1998)
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet, 2007)
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai
diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2007)
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.

2.2 ETIOLOGI
2.2.1 FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
1. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a. Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan
perkembangan atau penyakit)
c. Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d. Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi
2. Faktor predisposisi gangguan harga diri
a. Penolakan dari orang lain
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut
dan tidak konsisten
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang
f. Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
3. Faktor predisposisi gangguan peran
a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan
keadaan sehat sakit
b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara
terus menerus yang tidak terpenuhi
c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang
spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
d. Peran yang terlalu banyak
4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a. Ketidak percayaan orang tua pada anak
b. Tekanan dari teman sebaya
c. Perubahan dari struktur sosial
2.2.2 FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal maupun
eksternal klien, yaitu :
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi peran :
c. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri.
d. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
e. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian tubuh. Perubahan
bentuk, ukuran, panampilan, dan fungsi tubuh. Perubahan fisik berhubungan dengan
tumbuh kembang normal. Prosedur medis keperawatan.

2.3 TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan harga diri rendah meliputi
i. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar matahari.
ii. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi bila saya segera ke
rumah sakit.
iii. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa menulis, tulisan saya jelek, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa.
iv. Gangguan berhubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain dan lebih suka sendiri.
v. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
vi. Menciderai. Akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan.
vii. sumber koping
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekpresif
d. Kesehatan dan kerawatan diri
e. Pekerjaan, vokasi, atau posisi
f. Bakat tertentu
g. Kecerdasan
h. Imaginasi dan kreativitas
2.4 PERILAKU
 Mengkritik diri sendiri
 Penurunan produktivitas
 Destruktif yang diarahkan pada orang lain
 Gangguan dalam berhubungan
 Rasa penting yang berlebihan
 Perasaan tidak mampu
 Rasa bersalah
 Mudah tersinggung atau marah berlebihan
 Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
 Ketegangan peran yang dirasakan
 Pandangan hidup pesimis
 Penolakan tewrhadap kemampuan personal
 Destruktif terhadap diri sendiri
 Pengurangan diri
 Menarik diri secara social
 Penyalahgunaan zat
 Menarik diri dari realitas
 Khawatir
( Stuart, Gail Wiscarz, 2007)

2.5 MEKANISME KOPING


1. Jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas ( misal :
konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal : ikut serta
dalam aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng )
c. Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang kompetitif,
pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan poipularitas )
d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misal : penyalahgunaan obat ).
2. Jangka panjang
a. Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi diri
individu tersebut.
b. Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan
harapan masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego:
1. Penggunaan fantasi
2. Disosiasi
3. Isolasi
4. Projeksi
5. Pergeseran ( displasement )
6. Peretakan ( splitting )
7. Berbalik marah pada diri sendiri
8. Amuk

2.6 RENTANG RESPON

Keterangan:
1. 1.Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata
yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif
3. adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi.
4. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengankonsep diri maladaptif.
5. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalanganaspek psikososial dan
kepribadian dewasa yang harmonis
6. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap dirisendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidakdapat membedakan dirinya dengan
orang lain

2.7 POHON MASALAH


Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. harga diri rendah
2. resiko isolasi sosial
3. koping individu tidak efektif

2.9 ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan,
nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data
yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah
sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan
kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada
klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan
fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien
terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
d. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki
sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
e. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat, kemampuan
klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit
dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
f. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga,
pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
g. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam
berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi
peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap
pandangan / penghargaan orang lain.
h. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa
dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain.
i. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.
j. Status mental
k. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak
rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik /
berpakaian terhadap status psikologis klien.
2. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering terhenti / bloking,
apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
a. Lesu, tegang, gelisah.
b. Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
c. Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
d. Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol klien
e. Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan jari-
jari
f. Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
4. Alam perasaan
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b. Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c. Khawatir : objeknya belum jelas
5. Afek
a. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan
atau menyedihkan.
b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
c. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
6. Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
b. Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan
c. Mudah tersinggung
d. Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah
e. Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
f. Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang
lain.
g. Persepsi
B. Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
7. Proses pikir
a. Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya
d. Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya.
e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan
kembali
f. Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
g. Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali
8. Isi fikir
a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b. Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.
c. Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak
ada.
d. Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
e. Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang
bermakna yang terkait pada dirinya.
f. Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang
mustahil atau diluar kemampuannya.
g. Waham :
1. Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan keyakinan
3. Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuannya dan
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
4. Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha merugikan,
mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
5. Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal yang
dinyatakan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
6. Waham yang bizar
a. Sisip pikir : klien yakin ad aide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya,
disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
b. Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan
walaupun klien tidak pernah menceritakannya kepada orang, disampaikan secara
berulang-ulang dan tidak sesuai kenyataan
c. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan
secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
6. Tingkat kesadaran
a. Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan).
b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota
tubuh klien dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti
semua yang terjadi dilingkungannya
d. Orientasi : waktu, tempat dan orang
e. Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara
f. Memori
1. Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1
bulan.
2. Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu
terakhir.
3. Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja
terjadi.
4. Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita
yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
5. Tingkat konsentrasi
a. Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena
tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali
pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan
pada benda-benda yang nyata
d. Daya tilik diri
1. Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan / klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita
tentang penyakitnya
2. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain atau lingkungan
yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang
9. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan
klien menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b. Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil
(BAK), pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut,
gunting kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
d. Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian,
observasi penampilan dandanan klien.
e. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan sebelum
tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
g. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem
pendukung yang dimiliki.
h. Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan
rumah, mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
i. Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain
yang dilakukan di luar rumah.
j. Pola dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.
10. Aspek medis
Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat ini,
baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
11. Masalah Keperawatan
Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu :
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional
3. Gangguan citra tubuh
B. intervensi
SP 1
Tujuan: klien dan perawat dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi:
1. Sapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal
2. Perkenalkan nama perawat
3. Tanya nama lengkap dan panggilan klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
6. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
SP 2
Tujuan: klien dapat mengetahui dan melatih kemampuan yang ada pada dirinya
Intervensi:
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2. Membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat digunakan
3. Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien
4. Melatih klien sesuai kempuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
6. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
SP 3
Tujuan: klien dapat melakukan dan mengembangkan hal yang ia sukai dalam jadwal kegiatan
hariannya
Intervensi:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
C. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat 17iagnose17.
Petunjuk dalam implementasi :
a. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
b. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan
efisien dalam situasi yang tepat.
c. Dokumentasi intrvensi dan respon klien. (Keliat, Budi Anna. 1998 : 15)
Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah komunikasi terapeutik
yang terdiri dari :
 Fase Pra Interaksi
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk
melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.
 Fase Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah
17iagnos klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya
antara perawat dengan klien.
 Fase Orientasi
i. Memberi salam terapeutik
ii. Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung
17iagnose keperawatan.
iii. Membuat kontrak untuk sebuah 18iagn disertai waktu dan tempat dan serta
mengingatkan kontrak sebelumnya.
 Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan pelaksanaan
perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini
perawat mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.
 Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim terapeutik
yang sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi menjadi :
 Terminasi sementara
Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.
 Terminasi Akhir
(1) Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan.
(2) Merencanakan tindak lanjut.
(3) Mengeksplorasi perasaan klien.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil
tindakan yang telah dilakukan.
b. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP:
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O: Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A: Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah tetap atau
muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.
Rencana tindak lanjut berupa :
i. Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.
ii. Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil tidak
memuaskan.
iii. Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang
ada serta 19iagnose lama dibatalkkan.
iv. Rencana atau 19iagnose selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah memelihara
dan mempertahankan kondisi baru.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang positif.
Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement. Hasil yang diharapkan
saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah klien akan mencapai tingkat
aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya. Evaluasi keberhasilan pada
klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah. Pada akhir keperawatan diharapkan
Klien mampu :
i. Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang
dimiliki klien.
ii. Klien menilai kemampuan yang digunakan.
iii. Klien membuat rencana kegiatan
iv. Klien membuat rencana kegiatan
v. Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
vi. Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
vii. Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
viii. Meminta bantuan keluarga
ix. Melakukan follow up secara teratur
Keluarga mampu :
i. Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
ii. Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
iii. Menolong klien menggunakan obat dan follow up.
BAB III
STUDI KASUS
BAB IV

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier


Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Keliat, Budi Anna. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (BasicCourse).
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai