Anda di halaman 1dari 2

TDN Diucapkan sebagai presentase dari nilai bahan makanan masing-masing di bandingkan dengan

jagung. Perhatikan perbedaan nilai enersi relatif dari berbagai bahan makanan untuk hewan ruminansia
dibandingkan dengan unggas. Nilai ekonomis dari tiap bahan makanan hampir berbanding langsung
terhadap nilai enersinya relatif terhadap jantung. Jadi bila jagung dijual seharga Rp.5000,- per 100 kg ,
maka bekatul hanya bernilai kurang lebih RP.3400.- per 100 kg untuk makanan unggas, akan tetapi
bernilai Rp.4200.- per 100kg untuk makanan hewan ruminansia

Berikut Tabel Enersi Lemak serat kasar, Bahan Ekstrak tanpa-N dan TDN pada butiran dan hasil ikutan
Butiran

Bahan Serat BETN % LEMAK % ENERSI METABOLIS TDN % RUMINANSIA


Makanan Kasar kcal/% % dari nilai % dari nilai
jagung jagung
Jagung 2 72 4 3430 100 80.0 100
Jagung 11 64 3 2820 82 73.2 92
dan
Bonggol
Gandum 2,5 70 2 3300 96 80.0 100
Dedak 10 55 4 1140 33 66.9 84
gandum
Beras 9 65 2 2660 78 81.0 101
Bekatul 13 41 14 2330 68 67.4 84
Melase 65 0 2000 58 53,7 67

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna bahan makanan adalah penting, karena hal
tersebut dapat berguna dalam mempertinggi efisiensi dari konversi makanan. Dari faktor-faktor tersebut
yang perlu mendapat perhatian adalah :

1. Suhu

Suhu sekeliling dapat mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap nafsu makanan dari hewan
dan jumlah makanan yang di konsumsi. Hal ini dapat mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap
derajat daya cerna dari suatu bahan makanan. Penelitian dengan sapi perah menunjukan bahwa
kenaikan suhu sampai 90F diiringi dengan kenaikan yang sesuai dalam daya cerna bahkan makanan

2. Laju Perjalanan melalui alat pencernaan

Bila oleh beberapa hal makanan yang dikonsumsi harus melalui alat pencernaan terlalu cepat maka
tidak akan ada waktu cukup untuk
Cerna cellulosa dalam jerami berkwalitas baik adalah lebih tinggi daripada dalam hijauan berkwalitas
rendah. Penambahan zat-zat mineral dan ekstrak manure disertai dengan penambahan zat nitrogen
akan mempertinggi pencernaan cellulosa dalam hijauan dalam berkwalitas rendah. Akan tetapi hal
tersebut tidak akan berpengaruh terhadap pencernaan cellulosa dalam hijauan yang berkwalitas
baik dan dalam jerami alfafa.

Mengenai kebutuhan microorganisme dalam rumen untuk mencerna bahan makanan telah banyak
perhatian dicurahkan. Zat urea yang ditambahkan dalam ransum hewan ruminansia dengan kadar
yang berbeda beda ternyata telah di rombak menjadi protein oleh mikroorganisme rumen. Sejumlah
protein dan urea dalam ransum nampaknya mempertinggi daya cerna cellulosa dalam hijau-hijauan.
Sejumlah kecil zat mineral sepertinya phospor,ferum,natrium kalium,calsium magnesium, belerang
dan chloor adalah essensial untuk pertumbuhan mikroorganisme rumen dan secara tidak langsung
dibutuhkan untuk pencernaan cellulosa dalam jumlah yang lebih banyak. Penambahan vitamin
B(terutama bioten)mempertinggi laju pencernaan cellulosa dalam rumen buatan akan tetapi hal
tersebut tidak memperlihatkan pengaruh yang berguna pada penelitian penelitian dalam vivo.

Sejumlah kecil enersi tersedia seperti yang terdapat dalam glukosa dan pati ternayta di butuhkan
untuk pertumbuhan yang normal dari mikroorganisme rumen jadi membantu dalam pencernaan
celluosa dari hijau-hijauan. Sejumlah besar glukosa dan pati dapat menurunkan pencernaan
cellulosa.

Penambahan minyak jagung atau lemak dalam ransum hewan ruminansia yang mengandung
sejumlah besar hijauan kasar ternyata akan menurunkan daya cerna hijau-hijauan. Lemak dalam
jumlah tertentu dapat di masukan dalam ransum babi atau unggas dengan tidak mempengaruhi
daya cerna dari zat-zat makanan lainnya

Pemberian atibiotika pada babi dan unggas dapat mempertinggi laju dan efisiensi dari penambahan
berat badan. Penambahan berat badan tersebut disebab kan karena berkurangnya pengaruh dari
infeksi subklinis, dari pada penambahan daya cerna dari bahan makanan. Pemberian antibiotik
kepada anak sapi sebelum rumennya tumbuh sempurna dapat pula mempertinggi laju dan efisiensi
berat badan. Hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan yang baik dari zat-zat makanan dari pada
mempertinggi daya cerna dari zat – zat makanan dalam ransum. Pemberian berbagai antibiotika
kepada hewan ruminansia dewasa ternyata merusak pertumbuhan mikroorganisme biotika yang
diberikan adalah penting.

Anda mungkin juga menyukai