Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini banyak terjadi gangguan kesehatan salah satunya pada

sistem reproduksi yang sering dialami oleh wanita. Penanganan gangguan

pada sistem reproduksi wanita salah satunya dengan histerektomi.

Histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan pengangkatan uterus yang

dilakukan ahli kandungan (Rasjidi dalam Khabibi, 2015). Tindakan

histerektomi dilakukan karena beberapa indikasi seperti fibroid dan mioma

uteri yang merupakan salah satu penyebab tersering. Penyebab lainnya adalah

endometriosis, prolapses uteri, kanker dan perdarahan pervagina yang

menetap (Pilliteri, dalam Afiyah, 2010). Histerektomi menyebabkan beberapa

dampak bagi perempuan, salah satunya dampak bagi psikologis. Gejala

gangguan psikologi yang sering terjadi setelah histerektomi adalah depresi

dan stres, penyebab terjadinya depresi adalah kehilangan fungsi kesuburan

yang berdampak pada terjadinya kehilangan identitas seksual, perubahan

gambaran tubuh dan masalah psikologis dapat meningkat selama masa

adaptasi dalam kehidupan yang baru (Bayran & Beji, 2009)

Seorang wanita yang mengalami histerektomi sering kali mengalami

masalah yang berkaitan dengan harga diri rendah, banyak perubahan yang

mempengaruhi aktivitas sehari hari antara lain tidak menerima keadaan yang

dialaminya, tidak percaya diri, merasa tidak berguna sebagai istri, perasaan

bersalah, dan menarik diri. Kehilangan salah satu anggota tubuh sering kali

1
2

membuat klien merasa psimis dan kehilangan harapan akan kehidupan

seksualnya.

Data diperoleh dari rekam medis RS Islam Jemursari Surabaya mulai

tahun 2015 – 2018 144 pasien histerektomi dengan berbagai indikasi yang

terbanyak adalah kasus tumor jinak. Di Indonesia khususnya di Rumah Sakit

Umum (RSU) Haji Surabaya menunjukkan bahwa angka kejadian

histerektomi pada tahun 2015 sebanyak 34 pasien dan tahun 2016 dan

sebanyak 23 pasien (Medical Record RSU Haji Surabaya, 2017). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Afiyah (2019) data yang diperoleh dari tiga

puskesmas di Surabaya yaitu puskesmas Jagir, puskesmas Wonokromo dan

puskesmas Kebonsari Surabaya 30 responden post histerektomi dengan usia

35 – 60 tahun dan waktu setelah operasi 6 – 24 bulan didapatkan hasil bahwa

hampir seluruhnya (80%) responden mengatakan sakit dan menginginkan

terapi hormon untuk mengurangi rasa sakit saat berhubungan seksual.

Tindakan histerektomi yang memiliki tujuan untuk mengatasi keluhan

utama pasien tetapi disisi lain juga dapat mempengaruhi anatomi dan fungsi

organ reproduksi pasien. Setelah menjalani tindakan histerektomi sebagian

perempuan mengatakan mengalami keluhan yang biasa dirasakan adalah

keringnya vagina yang disebabkan karena kekurangan hormon esterogen dan

menipisnya bantalan lemak yang merupakan faktor penting dalam

perangsangan seksual (Greimer et al, 2009). Perubahan fungsi seksual

membuat pasien pasca histerektomi seringkali menolak melakukan hubungan

seksual, hal ini disebabkan karena kecemasan dan depresi yang dirasakan

akibat kesulitan akan melakukan hubungan seksul seperti sebelum operasi


3

histerektomi. Ketakutan tersebut dikarenakan tidak dapat memenuhi

kebutuhan seksual pasangan (Ussher, 2012).

Kehidupan yang ideal menuju kearah yang lebih baik menjadi harapan

bagi setiap wanita yang mengalami histerektomi, hal tersebut bukan

merupakan sesuatu yang mudah untuk didapatkan namun harus ada sesuatu

usaha dari dalam diri masing-masing pasien post histerektomi. Bersikap

optimis membantu individu untuk menjalani kehidupan dan menganggap

disfungsi seksual sebagai anugerah sehingga dapat introspeksi diri (Erfina

dkk, 2010). Beberapa partisipan yang menilai disfungsi seksual sebagai ujian

lebih pasrah pada kehidupan yang akan dijalani kedepannya.

Menurut Thakar (2015) upaya yang dapat dilakukan untuk membantu

meningkatkan kepuasan seksual pada wanita pasca histerektomi dengan cara

pra konseling operasi pasien dan pasangannya, pendidikan profesional

tentang permasalahan kesehatannya, diskusi tentang potensi beberapa

perubahan seksual setelah histerektomi. Menurut penelitian yang dilakukan

Erfina (2010) beberapa partisipan mengungkapkan upaya yang dapat

dilakukan untuk mengurangi keluhan pada organ seksual diantaranya

mengubah pola seksual dengan menggunakan pelumas saat melakukan

hubungan seksual dan ada yang mengatakan mencoba untuk rileks sebelum

melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri saat berhubungan

dengan suami. Untuk menangani dampak post histerektomi yang dialami

perempuan, sebagai perawat harus mengenal, dan menangani dampak

psikologis (termasuk emosi, psikosomatik dan tingkah laku lainnya).


4

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui gambaran

tentang psychological capital (ditinjau dari dimensi optimism) terhadap

disfungsi seksual pasca histerektomi

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang disfungsi seksual yang disebabkan oleh

histerektomi. Psychological Capital memiliki 4 karakteristik yaitu pertama

memiliki kepercayaan diri (self efficay) untuk menghadapi tugas-tugas yang

menantang dan memberikan usaha yang cukup untuk sukses dalam tugas-

tugas tersebut, kedua membuat atribusi yang positif (optimism) tentang

kesuksesan di masa kini dan masa depan, ketiga tidak mudah menyerah

dalam mencapai tujuan dan bila perlu mengalihkan jalan untuk mencapai

tujuan (hope), keempat ketika dihadapkan pada permasalahan dan halangan

dapat bertahan dan kembali (resiliency). Peneliti membatasi masalah pada

Psychological Capital ditinjau dari dimensi membuat atribusi yang positif

(optimism) seorang perempuan post histerektomi di wilayah Puskesmas

Surabaya (Wonokromo, Jagir, dan Kebonsari)

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran Psychological Capital (ditinjau dari dimensi

optimism) terhadap disfungsi seksual pasca histerektomi di Puskesmas

wilayah Surabaya?
5

1.4 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran Psychological Capital (ditinjau dari dimensi

optimism) terhadap disfungsi seksual pasca histerektomi di Puskesmas

Surabaya.

b. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi aspek permanence pada perempuan disfungsi seksual

post histerektomi di wilayah Puskesmas Wonokromo Surabaya.

2. Mengidentifikasi aspek pervasiveness pada perempuan disfungsi

seksual post histerektomi di wilayah Puskesmas Wonokromo

Surabaya.

3. Mengidentifikasi aspek personalization pada perempuan disfungsi

seksual post histerektomi di wilayah Puskesmas Wonokromo

Surabaya.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan informasi akan efek samping setelah dilakukan

histerektomi dan data awal bagi penelitian selanjutnya, sehingga dapat

mengembangkan faktor lain yang berhubungan dengan disfungsi seksual

pasca histerektomi.

b. Manfaat Penelitian

1. Bagi wanita yang mengalami post histerektomi

Diharapkan penelitian ini dapat memberi gambaran agar dapat

bersikap optimis terhadap kehidupannya.


6

2. Bagi Profesi Keperawatan

Dapat memberikan masukan mengenai penatalaksanaan terhadap

pasien pasca histerektomi agar psikologisnya menjadi lebih baik dan

dapat membantu menghindari disfungsi seksual sehingga kehidupan

seksualitasnya sehat dan memuaskan.

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar atau referensi untuk

melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan disfungsi

seksual pasca histerektomi.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan maupun

wawasan bagi peneliti lain mengenai disfungsi seksual pasca

histerektomi.

Anda mungkin juga menyukai