Okti Purwaningsih1)
1) Fakultas Pertanian, Universitas PGRI Yogyakarta
Email: okti_purwaningsih@yahoo.com
Abstract
The availability of nitrogen in the soil is one of the limiting factors to support growth and soybeans
productivity. Soybeans are legumes that can symbiosis with Rhizobium japonicum to fixation nitrogen.
Nitrogen needs for the soybean crop can be obtained through the fixation of N2, NH4+ and NO3- absorption.
This study aims to determine the ability of various soybean cultivars in nitrogen fixation after inoculated
with Rhizobium japonicum.
The experimental design used was completely randomized design with three replications of two factors. The
first factor consisted of 16 cultivars of soybean cultivars that Anjasmara, Ijen, Malabar, Sibayak, Seulawah,
Sinabung, Wilis, Tanggamus, Surya, Gepak Kuning, Galunggung, Argomulyo, Grobogan, Garut, Baluran,
Petek. The second factor consists of two levels, namely without inoculation and soybean legin inoculated.
Inoculation of Rhizobium japonicum on Anjasmara, Seulawah, Gepak Kuning, Grobogan, and Garut can not
increase the activity of nitrogenase enzyme. At cultivars Anjasmara, Sibayak, seulawah, Sinabung, and
Gepak Kuning inoculation of Rhizobium japonicum can not increase the weight of the N canopy.
Penelitian ini dilandasi oleh pemikiran nitrogenase diukur dari kurva standar dan
perlunya mengoptimalkan peran bakteri penambat dinyatakan dalam μmol jam-1 g-1 bobot kering
nitrogen (Rhizobium japonicum) untuk bintil dan μmol jam-1 tanaman-1.
meningkatkan ketersediaan N bagi tanaman
kedelai, mengubah N2 menjadi bentuk tersedia bagi Bobot N tajuk diukur pada saat tanaman
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk kedelai memasuki fase vegetatif
mengetahui kemampuan berbagai kultivar kedelai maksimum.Pengukuran menggunakan metode
dalam memfiksasi nitrogen setelah diinokulasi Kjeldahl-mikro.
Rhizobium japonicum.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. METODE PENELITIAN
Simbiosis antara rhizobia dengan akar tanaman
Rancangan percobaan yang digunakan adalah tanaman legum akan menghasilkan organ
Rancangan Acak Lengkap dua faktor dengan tiga penambat nitogen yaitu bintil akar. Tingkat
ulangan. Faktor pertama kultivar kedelai terdiri efektivitas rhizobia bervariasi dilihat dari warna
atas 16 kultivar yaitu Anjasmara, Ijen, Malabar, bintil akar, bintil akar berwarna merah muda lebih
Sibayak, Seulawah, Sinabung, Wilis, Tanggamus, efektif memfiksasi nitrogen dibandingkan yang
Surya, Gepak Kuning, Galunggung, Argomulyo, berwarna putih. Hal tersebut akan berpengaruh
Grobogan, Garut, Baluran, Petek. Faktor kedua terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman inang
terdiri atas dua aras yaitu tanpa inokulasi legin (Karaca dan Uyanoz, 2012). Kemampuan tanaman
kedelai dan diinokulasi legin kedelai. kedelai dalam memfikasi nitogen antara lain
ditentukan oleh bintil akar yang terbentuk. Hasil
Tanah yang digunakan dalam penelitian
pengamatan terhadap bintil akar 16 kultivar kedelai
merupakan tanah regosal yang lebih dari lima
dapat dilihat pada Tabel 1.
tahun tidak ditanami kedelai,
tanahdiayakkemudiandimasukkandalampolibagber Hasil penelitian menunjukkan inokulasi
ukuran 30 x 20 cm .Bobot tanah yang dimasukkan Rhizobium japonicum dapat meningkatkan jumlah
kedalam polibag adalah delapan kilogram. Pupuk bintil akar tanaman kedelai dari enam belas
urea diberikan dengan takaran 25 kg/ha (0,07 g per kultivar yang diamati. Jumlah bintil akar terbanyak
polibag), KCl 75 kg/ha (0,20 g per polibag) dan ditemukan pada kultivar Galunggung dan
SP36 100 kg/ha (0,27 g per polibag). Benih Anjasmara yang diinokulasi Rhizobium
diinokulasi dengan legin 15 g/kg benih. japonicum. Peningkatan jumlah bintil akar setelah
diinokulasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Aktivitas enzim nitrogenase diamati untuk
mengetahuiaktivitas fiksasi nitrogen oleh bintil Tabel 1. Jumlah bintil akar pada berbagai kultivar
akar.Pengamatannya berdasarkan reduksi asetilen kedelai dan inokulasi Rhizobium
menjadi etilen oleh enzim nitrogenase. Pengukuran japonicum.
dilakukan seperti pada Drevon (1983) dalam
Indradewa (2001). Pengukuran dilakukan pada saat Kultivar TanpaInokulasi Inokulasi
tanaman mencapai vegetatif maksimum Anjasmara 14,0 fghi 58,3 a
menggunakan gas kromatografi (GC). Etilen Ijen 2,8 i 13,8fghi
standar 10 ppm dibuat di dalam botol 1 galon dari Malabar 2,9 i 27,9 def
gas etilen murni. Gas etilen diambil masing- Sibayak 12,4 ghi 50,7 ab
masing sebanyak 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,9 ml;
1,0 ml dan 1,2 ml, dimasukkan ke dalam venoject. Seulawah 4,8 hi 21,3 fg
Dari masing-masing venoject diambil gas Sinabung 2,2 i 19,5 fgh
sebanyak 1 ml untuk diukur pada alat GC dan Wilis 2,1 i 19,3 fgh
dibaca luas area pada kertas rekaman kemudian Tanggamus 9,7 ghi 37,3 bcde
dibuat kurva standar dengan sumbu X konsentrasi Surya 4,8 hi 40,9 bcd
gas etilen dan sumbu Y luas area. Bintil akar
Gepakkuning 3,2 i 39,7 bcd
seberat 2-4 g dimasukkan ke dalam venoject
volume 10 ml. Setelah ditutup udara disedot dan Galunggung 9,6 ghi 56,9 a
diganti dengan gas asetilen 1 ml. Setelah satu jam Argomulyo 6,1 hi 49,7 abc
diambil 0,2 ml gas dalam venoject dan disuntikkan Grobogan 3,9 i 21,9fg
ke dalam alat GC kemudian dibaca luas area etilen Garut 3,3 i 14,5 fghi
pada kertas rekaman. Bintil dilepaskan dari
Baluran 2,8 i 36,2 cde
akarnya dan dikeringkan dalam oven pada suhu
65oC sampai bobot tetap setelah 48 jam. Aktivitas Petek 4,9 hi 24,3 efg
Rerata 5,6 33,3
80 Keterangan:
60 Nilai-nilai yang diikuti oleh huruf yang
40 sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji
No
20
inokulasi
Jarak Berganda Duncan padatarafnyata 5%.
0 Jika dilihat peningkatan bobot kering bintil
Inokulasi
Wilis
Galunggung
Baluran
Grobogan
Petek
Sibayak
Anjasmara
Grobogan
hasil analisis uji jarak berganda Duncan diketahui
inokulasi Rhizobium japonicum tidak selalu
memberikan hasil yang berbeda nyata dengan
kultivar yang tidak diinokulasi. Beberapa kultivar Gambar 2. Perbandingan bobot kering bintil akar
(Anjasmara, Ijen, Sinabung, Wilis, Grobogan, kultivar kedelai yang tidak diinokulasi dengan
Garut, Baluran, Petek) mempunyai bobot kering diinokulasi.
bintil akar yang tidak berbeda nyata antara yang
tidak diinokulasi dengan yang diinokulasi
Rhizobium japonicum. Bobot kering bintil akar Kemampuan bintil akar dalam memfiksasi
keenam belas kultivar kedelai yang diamati dapat nitrogen ditentukan oleh kualitas bintil akar. Bintil
dilihat pada Tabel 2. akar yang efektif memfiksasi N2 berwarna merah
karena mengandung leghemoglobin. Bintil akar
Tabel 2.Bobot kering bintil (mg/tanaman) pada tetap aktif selama 50 – 60 hari, setelah itu akan
berbagai kultivar kedelai dan inokulas mengalami senescen. Pada saat senescen bakteroid
Rhizobium japonicum. dan leghemoglobin akan mengalami degradasi
Kultivar Tanpainokulasi Inokulasi sehingga bintil akar berwarna hijau atau coklat.
Anjasmara 56 fghij 78 cdefghij Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan letak bintil akar
Ijen 33 hij 66 efghij pada tanaman ditentukan oleh tanaman inang
(Dierolf, et al., 2001).
Malabar 15 j 137 cde
Sibayak 93,3 cdefghij 378 a
Seulawah 32 hij 120 cdefg
Sinabung 15 j 44 ghij
Wilis 26 ij 60 fghij
Tanggamus 99 cdefghi 305 b
Surya 27 ij 152 c
Gepakkuning 23 ij 110 cdefgh
Tabel 4. Bobot N tajuk (g/tanaman) pada berbagai Dilihat dari persentase kenaikan aktivitas enzim
kultivar kedelai dan inokulasi Rhizobium nitrogenase tanaman kultivar Malabar, Garut,
japonicum. Galunggung, dan Baluran mempunyai persentase
% kenaikan bobot N tajuk lebih tinggi dibandingkan
Tanpainokul Inokulas
Kultivar peningkat ke-12 kultivar lainnya. Pada Seulawah inokulasi
asi i
an Rhizobium menurunkan aktivitas bobot N tajuk.
1,00 Hasil sidik ragam jumlah dan bobot kering
Anjasmara 1,04 defgh -3,27 bintil akar serta bobot N tajuk menunjukkan
defgh
1,38 adanya interaksi antara kultivar kedelai dengan
Ijen 1,16 cdef 18,94 inokulasi Rhizobium japonicum. Hal ini
bcde
Malabar 0,57 h 1,08 def 90,33 menunjukkan bahwa inokulan Rhizobium
Sibayak 1,59 bc 1,47 bcd -7,49 japoniucum spesifik pada kultivar tertentu, pada
beberapa kultivar inokulasi tersebut dapat
Seulawah 2,05 a 1,42 bcd -30,76
meningkatkan fiksasi nitrogen tetapi beberapa
1,05 kultivar inokulasi tersebut tidak dapat
Sinabung 1,07 defg -1,50
defgh meningkatkan fiksasi nitrogen. Hal ini sesuai
1,05 pendapat MacDicken (1994) bahwa interaksi
Wilis 0,78 fgh 35,18
defgh antara Rhizobium dengan tanaman inang sangat
Tanggamu spesifik, hanya kombinasi genetik spesifik yang
1,61 bc 1,81 ab 12,08
s menyebabkan terbentuknya simbiosis yang
Surya 0,89 efgh 1,08 def 21,52 menghasilkan bintil akar efektif.
Gepakkuni
0,81 fgh 0,79 fgh -2,60
ng 4. KESIMPULAN
Galunggun Kultivar kedelai memberikan tanggapan yang
0,83 fgh 1,47 bcd 77,29
g berbeda-beda terhadap inokulasi Rhizobium
Argomuly 1,07 japonicum. Inokulasi Rhizobium japonicum pada
1,03 defgh 3,19
o defg kultivar Anjasmara, Seulawah, Gepak Kuning,
1,17 Grobogan, dan Garut tidak dapat meningkatkan
Grobogan 1,01 defgh 16,07
cdef aktivitas enzim nitrogenase. Pada kultivar
1,16 Anjasmara, Sibayak, Seulawah, Sinabung, dan
Garut 0,59 gh 97,95
cdef Gepak Kuning inokulasi Rhizobium japonicum
Baluran 0,87 fgh 1,50 bcd 71,74 tidak dapat meningkatkan bobot N tajuk.
1,16
Petek 0,80 fgh 45,18
cdef 5. REFERENSI
1,04 1,23 Dierolf, T., T. Fairhurst dan E. Mutert. 2001. Soil
Fertility Kit. Potash & Phosphate Institute of
Keterangan: Nilai-nilai yang diikuti oleh huruf Canada.
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Eckert, B., O.B. Weber, G. Kirehhof, A. Halbritter,
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%. M. Stoffels, A. Hartmann. 2001.
Azospirillum doebereinerae sp.nov., A
Kedelai yang diinokulasi Rhizobium nitrogen-fixing bacterium associated with
diharapkan mempunyai bobot N tajuk tinggi the C4-grass Miscanthus. International J. of
karena mempunyai kemampuan untuk memfiksasi Systematic and Evolutionary Microbiology
nitrogen. Pada Tabel 4 terlihat bahwa inokulasi 51: 17-26.
Rhizobium pada kultivar Malabar, Galunggung, Gerendas, J. dan Sattelmachner. 1990. Influence of
Garut dan Baluran dapat meningkatkan Bobot N nitrogen form and concentration on growth
tajuk secara nyata. Inokulasi Rhizobium pada and ionic balance of tomato (Lycopersicon
kultivar Anjasmara, Ijen, Sibayak, Sinabung, esculentum) and potato (Solanum
Wilis, Tanggamus, Surya, Gepak Kuning, tuberosum). Proceedings of the eleventh
Argomulyo, Grobogan, dan Petek secara nyata International Plant Nutrition Colloqium, 30
tidak dapat meningkatkan bobot N tajuk. July – 4 August 1989. Wageningen.
Netherlands.
Indradewa, D. 2002. Gatra agronomis dan MacDicken, K.G. 1994. Selection and
fisiologis pengaruh genangan dalam parit management of nitrogen-fixing trees.
pada tanaman kedelai. Disertasi. Universitas FAO/Winrock International Institute for
Gadjah Mada. Yogyakarta. Agricultural Development.
Karaca, U. And R. Uyanoz. 2012. Effectiveness of Widiyawati, I., Sugiyanta, A. Junaedi, dan R.
native Rhizobium on nodulation and growth Widyastuti. 2014. Peran Bakteri Penambat
properties of dry bean (Phaseolus vulgaris Nitrogen untuk Mengurangi Dosis Pupuk
L.). African Journal of Biotechnology Vol. Nitrogen Anorganik pada Padi Sawah. J.
11(37). p. 8986-8991. Agron. Indonesia 42(2): 96-102.