Anda di halaman 1dari 5

Analisis Karakteristik Starter Fermentasi Sari Kedelai dengan Variasi Waktu

Fermentasi Menggunakan Lactobacillus casei

Clara*1, M. Arifuddin1, Laode Rijai1


1)
Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “FARMAKA TROPIS”
Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia
*Email : claraclaire651@gmail.com

Abstract

This research aims to analyze the characteristics of soybean starter starter with variation of
fermentation time using Lactobacillus casei bacteria which includes color analysis, texture, pH,
and total lactic acid bacteria (BAL). The research method used for calculating the amount of
lactic acid bacteria (BAL) is method of total plate number (ALT). The result obtained is the
longer time of fermentation, the texture of the fermentation results more clot and the pH value
decreases. Analysis of total lactic acid bacteria (BAL) at 0, 12, 24, and 36 hours showed that
the number of bacteria increased, but at 48 hours the number of bacteria decreased.

Keywords: Glycine max, Starter, Fermentation, Lactobacillus casei

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis karakteristik starter sari kedelai dengan
variasi waktu fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus casei yang meliputi analisis
warna, tekstur, pH, dan total bakteri asam laktat (BAL). Metode penelitian yang digunakan
untuk perhitungan jumlah bakteri asam laktat (BAL) adalah metode angka lempeng total
(ALT). Hasil yang diperoleh yaitu semakin lama waktu fermentasi, tekstur dari hasil fermentasi
semakin menggumpal dan nilai pH semakin turun. Analisis total bakteri asam laktat (BAL)
pada waktu ke- 0, 12, 24, dan 36 jam menunjukkan jumlah bakteri meningkat, namun pada
waktu ke- 48 jam jumlah bakteri menurun.

Keywords: Glycine max, Starter, Fermentasi, Lactobacillus casei

PENDAHULUAN
Kedelai adalah tanaman pangan besar sebagai obat. Salah satu senyawa
berupa semak dari famili leguminoceae yang bioaktif yang terdapat dalam kedelai adalah
tumbuh tegak dan merupakan salah satu jenis isoflavon (Saija, 1995). Menurut
tanaman semusim. Diantara jenis kacang- Pawiroharsono (2002) isoflavon dalam
kacangan, kedelai merupakan sumber bentuk glikosida memiliki aktivitas fisiologis
protein, lemak, vitamin, mineral dan serat yang kecil. Dalam usus halus bentuk
yang paling baik. Kedelai mengandung glikosida isoflavon didegradasi oleh enzim
protein 75-80% dan lemak mencapai 16-20% glikosidase menjadi senyawa aglikon melalui
(Suhardi, 2002). Sari kedelai, umumnya pelepasan molekul gula . Isoflavon dalam
dikonsumsi sebagai pengganti susu bentuk aglikon lebih mudah diserap oleh usus
khususnya bagi yang intoleran terhadap halus sebagai bagian dari misel yang
laktosa susu sapi (Muchtadi dan Sugiyono, dibentuk oleh empedu (Schmidl dan Labuza,
1992). Kandungan metabolit sekunder yang 2000). Senyawa isoflavon dapat mengalami
terkandung dalam kedelai memiliki potensi transformasi melalui proses fermentasi
Analisis Karakteristik Starter Fermentasi Sari Kedelai dengan Variasi Waktu Fermentasi Menggunakan
Lactobacillus casei

dengan menghidrolisis ikatan glikosidik fermentasi dengan variasi waktu 12, 24, 36,
sehingga dibebaskan senyawa gula dan dan 48 jam pada suhu 37°C (Fawwaz,
diperoleh senyawa isoflavon bentuk aglikon 2013).
yang lebih tinggi aktivitasnya. Pengukuran pH dilakukan dengan
Fermentasi adalah suatu proses menggunakan pH meter. Alat pH meter
biokimiawi kompleks yang terjadi akibat dikalibrasi terlebih dahulu dengan buffer
aktivitas dari enzim yang dihasilkan oleh untuk pH 4 dan pH 7 sesuai kisaran pH
mikroorganisme. Dalam proses fermentasi, yogurt. Pengukuran dilakukan dengan
mikroba merupakan faktor utama yang mencelupkan elektroda pH meter kedalam
penting. Pertumbuhan mikroba dibagi dalam 10 ml sampel (AOAC, 1995).
beberapa fase yaitu fase lag, fase Pengukuran total bakteri asam laktat
eksponensial, fase stasioner, dan fase dilakukan dengan menggunakan metode
kematian. Pertumbuhan mikroba harus dalam hitungan cawan (Total Plate Count).
kondisi optimum yakni fase eksponensial Metode yang digunakan yaitu dari
untuk mendapatkan hasil fermentasi yang pengenceran yang dikehendaki, sampel
maksimal. Salah satu upaya untuk diambil sebanyak 1 ml ke dalam cawan
mengoptimalkan proses fermentasi adalah petri. Kemudian medium nutrient agar steril
dengan pembuatan starter. Tujuan yang telah didinginkan dimasukkan ke
pembuatan starter adalah untuk dalam cawan tersebut. Segera setelah
mengadaptasikan mikroba pada lingkungan penuangan, cawan petri digerakkan di atas
pertumbuhannya sehingga saat proses meja secara hati-hati untuk menyebarkan
fermentasi, mikroba telah berada pada fase sel-sel bakteri asam laktat secara merata,
eksponensial (Fardiaz, 1992). yaitu digerakkan melingkar atau gerakan
seperti angka 8. Setelah agar memadat,
METODE PENELITIAN cawan-cawan tersebut diinkubasi di dalam
Bahan yang digunakan adalah biji inkubator pada suhu 37°C selama 48 jam.
kedelai yang diambil di Kota Samarinda, Kemudian dilakukan penghitungan jumlah
medium Nutrient Agar (NA), medium mikroba (CFU/ml) dengan colony counter
Nutrient Broth (NB), glukosa, aquades (Fardiaz, 1992).
steril, etanol 70% dan kapas. Sedangkan alat
yang digunakan adalah autoklaf, Laminar HASIL DAN PEMBAHASAN
Air Flow, inkubator, pH meter, hot plate
(stirrer), cawan petri, lampu spiritus, labu Analisis Warna dan Tekstur
Erlenmeyer, spatula, spoid, timbangan Keberhasilan suatu fermentasi dapat
analitik, gelas kimia, ose bulat, toples kaca, diamati melalui tampilan fisik yang meliputi
tabung reaksi, alumunium foil, dan warna dan tekstur. Data pada tabel 1
wrapping. menunjukkan bahwa semakin lama waktu
Sampel tanaman kedelai fermentasi maka tekstur dari hasil fermentasi
dikumpulkan dan dicuci dengan air semakin menggumpal dan berwarna putih.
mengalir. Biji kedelai direndam selama 8 Saat proses fermentasi terjadi perubahan-
jam, kemudian direbus selama 15 menit. perubahan biokimia dan fisik yang
Setelah itu dibersihkan kulit arinya. mengubah penampilan bahan pangan,
Sebanyak 250 g kedelai diblender 2000 mL bentuk, dan flavor yang disebabkan oleh
air panas (perbandingan 1:8), setelah itu aktivitas metabolisme mikroorganisme
disaring. Lalu, filtrat diambil dan ampas melalui pelepasan enzim-enzim.
dibuang. Sari kedelai sebanyak 50 mL Lactobacillus casei memiliki enzim
ditambah glukosa 2% dan dipasteurisasi glukosidase yang dapat memutuskan ikatan
selama 30 menit suhu ≤85°C. Sari kedelai glikosida dan juga memiliki enzim protease
diinokulasikan dengan Lactobacillus casei yang dapat memutus ikatan peptida.
dalam wadah. Kemudian dilakukan
Analisis Karakteristik Starter Fermentasi Sari Kedelai dengan Variasi Waktu Fermentasi Menggunakan
Lactobacillus casei

Berdasarkan hal tersebut dapat banyak ikatan glikosida terputus dan protein
diketahui bahwa semakin lama proses terdenaturasi yang menyebabkan tekstur
fermentasi, maka semakin meningkat pula semakin menggumpal.
aktivitas bakteri Lactobacillus casei sehingga
No Sampel Warna Tekstur
1. Starter 12 jam Putih Cair
2. Starter 24 jam Putih Menggumpal
3. Starter 36 jam Putih Sangat menggumpal
4. Starter 48 jam Putih Sangat menggumpal

Tabel 1. Hasil Warna dan Tekstur Starter Terhadap Variasi Waktu Fermentasi
Analisis pH dan Jumlah Sel Bakteri
Salah satu parameter keberhasilan Diketahui bahwa ph optimum bakteri
fermentasi lainnya adalah nilai pH dan Lactobacillus casei adalah 4-5 (Fawwaz,
jumlah sel bakteri. Nilai pH starter sari 2013).
kedelai dapat dilihat pada tabel 2. Hasil Analisis jumlah sel bakteri
menunjukkan bahwa semakin lama waktu dilakukan dengan metode angka lempeng
fermentasi, nilai pH semakin menurun. total (ALT). Standar minimal SNI untuk
Penurunan nilai pH merupakan salah satu kandungan bakteri dalam sediaan yoghurt
akibat dari proses fermentasi yang terjadi dan soygurt adalah 10 -7 .Hasil jumlah sel
karena diproduksinya asam laktat yang bakteri dapat dilihat pada tabel 2.
berasal dari bakteri asam laktat. Semakin Perubahan jumlah total BAL terjadi selama
lama waktu fermentasi, maka asam yang fermentasi. Pertumbuhan bakteri asam
dihasilkan semakin banyak. Asam-asam laktat juga dapat mengalami peningkatan
tersebut dapat berupa asam asetat, asam dengan meningkatnya waktu inkubasi,
piruvat dan asam laktat (Magala et al., suhu, kelembaban, cahaya, pH dan nutrisi
2013). Lactobacillus casei juga merupakan yang akan menyebabkan pertumbuhan
bakteri penghasil asam laktat diperoleh bakteri asam laktat lebih optimum
dengan fermentasi glukosa dan (Mallesha et al., 2010). Suhu optimum
pembentukan laktat bersifat untuk pertumbuhan L. casei adalah 30-37⁰C
homofermentatif membentuk laktat murni (Najgebauer et al., 2011). Bertambahnya
hampir 85%, bakteri ini juga mampu waktu inkubasi fermentasi maka akan
memfermentasi ribose menjadi asam asetat meningkatkan kerja dari mikroba dan pada
dan laktat (Farinde et al., 2010). Aktivitas suhu optimum aktivitas metabolisme
bakteri Lactobacillus casei yang semakin mikroba meningkat, sehingga
meningkat menyebabkan tingginya pertumbuhannya menjadi lebih cepat dan
kandungan asam yang dihasilkan sehingga populasinya meningkat (Casarotti et al.,
mengakibatkan nilai pH semakin menurun. 2014).
Nilai pH Jumlah Sel Bakteri
No Sampel
Awal Akhir cfu/mL
1. 0 jam 7,03 7,03 2,0 × 106
2. 12 jam 7,03 4,64 1,0 × 107
3. 24 jam 7,03 4,12 5,0 × 108
4. 36 jam 7,03 4,07 1,9 × 109
5. 48 jam 7,03 3,90 2,0 × 108

Tabel 2. Hasil pH dan Jumlah Bakteri Asam Laktat (BAL) Terhadap Variasi Waktu Fermentasi
Analisis Karakteristik Starter Fermentasi Sari Kedelai dengan Variasi Waktu Fermentasi Menggunakan
Lactobacillus casei

Data pada tabel 2 menunjukkan fase adaptasi. Jumlah bakteri memuncak


bahwa jumlah sel bakteri yang paling pada waktu ke-36 jam dan diduga telah
sedikit berada pada waktu ke-0. Hal memasuki fase log atau eksponensial. Pada
tersebut disebabkan karena bakteri belum waktu ke- 48 jam jumlah bakteri menurun.
mengalami pertumbuhan. Pada waktu ke- Bakteri mengalami kematian karena nutrisi
12 dan 24 jam jumlah bakteri semakin yang diperlukan semakin berkurang pada
meningkat yang diduga telah memasuki medium.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat Isoflavon Hasil Fermentasi Kedelai
disimpulkan bahwa semakin lama waktu Terhadap Proliferasi Sel Osteoblast
fermentasi, tekstur dari hasil fermentasi Secara In Vitro. JST Kesehatan 3 (4)
semakin menggumpal dan nilai pH semakin : 395-402.
turun. Analisis total bakteri asam laktat Magala, M., Kohajdová, Z., Karovicová, J.,
(BAL) pada waktu ke- 0, 12, 24, dan 36 jam 2013, Preparation Of Lactic Acid
menunjukkan jumlah bakteri meningkat, Bacteria Fermented Wheat-Yoghurt
namun pada waktu ke- 48 jam jumlah Mixtures, Acta. Sci. Pol., Technol.
bakteri menurun. Aliment. 12(3):295-302.
Mallesha., Shylaja, R., Selvakumar, D.J.H.,
DAFTAR PUSTAKA 2010, Isolation and Identification of
AOAC., 1990, Official Methods of Analysis. Lactic Acid Bacteria from Raw and
Washington: Association of Official Fermented Products and Their
Analytical Chemist. Antibacterial Activity. Rec. Res. Sci.
Astuti, M., 1995, Tempe dan Antioksidan Technol. 2(6):42-46.
Prospek Pencegahan Penyakit Muchtadi TR, Sugiyono., 1992, Ilmu
Degeneratif. Yayasan Tempe Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor:
Indonesia. PAU IPB.
Casarotti, S.N., Monteiro, D.A., Moretti, Najgebauer-Lejko, DE., Sade, M., Grega, T.,
M.M.S., Penna, A.L.B., 2014, Walczycka, M., 2011, The impact of
Influence of the combination of tea supplementation on microflora,
probiotic cultures during pH and antioxidant capacity of
fermentation and storage of yoghurt. Intern. Dairy. J. 21:568-574.
fermented milk. Food Res Intern, Pawiroharsono, S., 2002, Tempe
59:67-75. Fermentation : Products,
Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan I. Technologies, and Improvement of
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Bioactive Contents. In The
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Proceedings of China and
Bogor. International Soybean Conference.
Farinde, E.O., Oba Tom, V.A., Oyarekhua, Beijing.
M.A., Adeniran, H.A., Ejoh, S.I., Saija, A., 1995, Flavonoids as Antioxidant
Olanipekun, O.T., 2010. Physical and Agents: Importance of Their
Microbial Properties of Fruit Interaction with Biomembranes,
Flavored Fermented Cow Milk and Free Radic. Biol. & Med. 19(4):
Soymilk (Yogurt-Like) Under 481-486
Different Temperature of storage. Schmidl, K.M., dan Labuza, P.P., 2000,
African. J. Food Sci. And Technology. Essential of Functional Foods.
I (5): 120-127. Aspen Publisher, Inc.
Fawwaz, M., Wahyudin, W. dan Djide, M.., Gaithersburk. Maryland.
2013, Identifikasi Genistein dan Efek
Analisis Karakteristik Starter Fermentasi Sari Kedelai dengan Variasi Waktu Fermentasi Menggunakan
Lactobacillus casei

Suhardi., 2002, Hutan dan Kebun Sebagai


Sumber Pangan Nasional,
Penerbit Kanisus: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai