Oleh
Yuhasriati1)
M. Ridhwan2)
1)
FKIP Universitas Syiah Kuala
2)
FKIP Universitas Serambi Mekkah
1)
yuhasriati@yahoo.com
2)
ridhwan4000@gmail.com
Abstrak
Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada disetiap jenjang
pendidikan, baik di jenjang pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tinggi.
Bagi siswa penguasaan matematika akan menjadi sarana yang ampuh untuk
menpelajari mata pelajaran lain, karena matematika mengajarkan cara berfikir yang
logis (rasional), kritis dan objektif. Matematika merupakan suatu ilmu yang
didasarkan atas akal (rasio) yang berhubungan dengan benda-benda dalam pikiran
yang abstrak. Menurut Soejadi (2000:13), karakteristik dari matematika adalah 1)
memiliki objek kajian yang abstrak, 2) Bertumpu pada kesepakatan, 3) berpola pikir
deduktif, 4) memiliki simbul yang kosong dari arti, 5) memperhatikan semesta
pembicaraan, dan 6) konsisten dalam sistemnya. Salah satu karakteristik dari
matematika adalah memiliki objek yang abstrak, hal ini menuntut keseriusan dari
guru dalam membelajarkan objek yang abstrak pada siswa. Guru harus menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, seperti amanah Undang-undang No.
20 tahun 2003 pasal 40 ayat 2 yaitu “guru dan tenaga kependidikan berkewajiban
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis,
dan dialogis”.
Banyak masalah yang dihadapi siswa dalam belajar matematika, yang paling
menonjol adalah kurangnya motivasi siswa dalam belajar yang diakibatkan oleh
kesulitan yang dialaminya. Dalam pembelajaran seringkali dijumpai adanya
kecenderungan siswa tidak termotivasi dalam belajar, walaupun belum dimengerti
tentang materi yang disampaikan, siswa tidak mau bertanya kepada guru.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soedjadi (2007:1) “Banyak pendapat yang
dikemukakan berbagai pihak bahwa banyak siswa yang berkesulitan belajar
matematika”. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar
matematika di Indonesia diakui masih sangat rendah, sebagaimana skor PISA
menempatkan Indonesia di peringkat 64 dari 65 negara. Peran guru sebagai peran
sentral menjadi agen perubahan (agent of change) dalam dunia pendidikan khususnya
pada bagian pelaksanaan pembelajaran. Sebagimana yang disimpulkan oleh Sutjipto
(2005:33) bahwa “Bukan matematika yang salah (sulit) tetapi kita semua yang salah
karena belum bisa menempatkan pembelajaran matematika sebagai kegiatan yang
mengasyikkan dan menyenangkan bagi siswa baik di sekolah maupun di rumah”.
Guru sebagai orang yang pertama dan yang utama bertindak sebagai
pengembang kegiatan pembelajaran yang mengenal karakteristik siswa dengan baik
yang dapat mengupayakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan matematika di setiap sekolah tempat guru
melaksanakan tugas profesionalitasnya. Pembelajaran yang menyenangkan menurut
Rusman (2011:326) menyatakan bahwa, “pembelajaran yang menyenangkan adalah
adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran”. Terjadinya kesulitan siswa dalam belajar matematika salah satu
penyebabnya adalah belum adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan
siswa dalam proses pembelajaran.
Banyak faktor yang menyebabkan belum adanya pola hubungan yang baik
antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satunya adalah
kecakapan komunikasi yang dimiliki guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses membelajarkan siswa melalui komunikasi guru dan
siswa. Pembelajaran matematika yang dapat mengatasi kesulitan siswa dapat
dilakukan dengan penerapan komunikasi yang efektif. Efektivitas komunikasi
diperoleh jika guru memiliki keterampilan berkomunikasi (communication skill) yang
memadai. Ucapan dari seorang guru sangat mempengaruhi siswa karena secara
biologis siswa (manusia) terdiri 80% air, hasil penelitian Emoto, (1999) Ucapan
positif menghasilkan kristal air yang bagus. Demikian juga dengan siswa yang
sebagian besar terdiri dari air, jika sering diucapkan perkataan positif akan berakibat
pada pribadi siswa juga baik. Communication skill dalam pembelajaran memiliki
peranan penting untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, karena dapat
membawa siswa ke dalam suasana nyaman dan rilaks.
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah untuk artikel ini adalah
Bagaimana langkah-langkah yang dapat dilakukan sehingga memiliki communication
skill yang sesuai dalam pembelajaran matematika?
Tujuan dari artikel ini adalah untuk memaparkan langkah-langkah yang dapat
dilakukan sehingga memiliki communication skill yang sesuai dalam pembelajaran
matematika secara teoritis.
Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan. Objek
dari matematika bersifat abstrak sebagaimana Soejadi (2000:13), menyatakan bahwa
“karakteristik dari matematika adalah memiliki objek kajian yang abstrak”.
Pembelajaran matematika mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan fungsinya
sebagaimana dicantumkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (2013:6), tujuan dari
pembelajaran matematika agar siswa memiliki Kompetensi Inti (KI) sebagai berikut.
KI 1 : Menghayatidan mengamalkan ajaranagamayangdianutnya.
KI.2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai),santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian darisolusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentangilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan,dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyajidalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yangdipelajarinyadi
sekolah secaramandiri, bertindak secara efektif dankreatif,serta
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Daftar Pustaka
Annonim, 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Annonim, 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:
Mendikbud.
Annonim. 2014. Permendikbud No 58 tahun 2014 dalam lampiran III. Jakarta:
Mendikbud.
Arni Muhammad (2000). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
Emoto, Masaru. 1999 The Message from Water, Children’s Version. Japan: Higashi
Nihonbashi.
Eric Siregar, 2014. Dhsyatnya Kata-kata: Menghipnosis itu Mudah. Jakarta:
Salaris Publisher.
Karti Soeharto (1995). Teknologi Pembelajaran Pendekatan Sistem, Konsepsi dan
Model, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar dan Media; Surabaya: SIC.
Navis, A.A. (2013). Hypnoteaching. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Rini Darmastuti (2006: 3). Literasi Media dan Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Suka Buku.
Rusman 2011. Model-model Pembelajaran (mengembangkan profesional Guru).
Jakarta: Rajawali Pres
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Soedjadi, R. 2007. Masalah Kontekstual sebagai Batu Sendi Matematika
Sekolah. Surabaya: Pusat Sain dan Matematika Sekolah Unesa.
Sutjipto, 2005. Apa yang Salah dengan Matematika. Buletin PUSPENDIK.
Vol.2/No. 1/ Juli 2005. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Penelitian Pendidikan DEPDIKNAS.
Uchjana Effendy, O., (2003). Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti: