Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Kini matematika
telah digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting dalam berbagai bidang termasuk
ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan
adalah cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke
bidang-bidang lain dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin
ilmu yang sepenuhnya baru seperti statistika dan teori permainan.

Di dunia pendidikan, matematika diajarkan sejak dini yaitu sejak masa kanak-kanak,
karena ilmu matematika begitu penting didalam kehidupan. Namun tidak sedikit pula
anak-anak terutama anak Sekolah Dasar yang tidak menyukai matematika. Banyak anak-
anak menganggap bahwa matematika itu rumit dan sulit. Hal itu dikarenakan siswa tidak
telaten dalam menghitung, menghafal dan berlogika.

Oleh sebab itu, apabila telah didasari rasa ketidaksukaan siswa terhadap matematika,
tidak dipungkiri bahwa nilai pelajaran yang akan diterapkan dalam kehidupan tidak akan
memuaskan.

Kebanyakan guru Sekolah Dasar kelas 2 memaksakan siswa untuk menghafal


perkalian angka 1 sampai sepuluh. Hal ini membuat siswa yang masih kanak-kanak
menjadi tidak gemar akan matematika. Dikarenakan 100 perkalian tersebut terkadang
dianggap rumit oleh banyak siswa.

Dalam karya tulis ilmiah ini penulis akan membatasi pokok permasalahan yaitu akan
membahas tentang cara hitung perkalian angka 9 dengan cepat, mudah dan tidak perlu
menghafal. Sehingga siswa menjadi gemar matematika.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan operasi hitung?


2. Apa keistimewaan dari angka 9?
3. Bagaimana penggunaan perkalian angka 9?

1.3 Tujuan

1. Agar siswa mengetahui apa itu operasi hitung.


2. Agar siswa mengetahui apa saja keistimewaan dari angka 9.
3. Agar siswa mampu mengetahui jawaban perkalian angka 9 dengan cepat.
4. Agar siswa menjadi gemar akan matematika.
5. Agar mempermudah siswa untuk berhitung tanpa menghafal.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Operasi Hitung

Penanaman konsep matematika pada anak yang paling mendasar adalah pemahaman
tentang operasi hitung. Untuk mengajarkan konsep operasi hitung pada anak harus
senantiasa memperhatikan tahap perkembangan berpikir anak. Pada tahap awal konsep
operasi hitung yang diajarkan adalah konsep penjumlahan untuk bilangan natural (asli).
Mengingat konsep matematika sesungguhnya bersifat abstrak, maka guru atau orang tua
harus berupaya untuk mengkonkretkan konsep yang abstrak tersebut agar anak tidak
merasa kesulitan.

Konsep-konsep Operasi Hitung Dasar adalah konsep yang mendasari operasi hitung
dasar yang meliputi penjumlahan (penambahan), pengurangan, perkalian dan pembagian
(Ruseffendi dan Romi, 2010:17). Belajar konsep merupakan unsur penting dalam belajar
di sekolah, khususnya dalam matematika. Penguasaan terhadap banyak konsep,
memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah dengan lebih baik sebab untuk
memecah masalah perlu aturan-aturan, dan aturan-aturan tersebut didasarkan pada
konsep-konsep yang dimiliki.

2.1.1 Jenis-Jenis Operasi Hitung

a. Operasi Penjumlahan

1) Bilangan bulat positif + bilangan bulat positif maka hasilnya bilangan bulat positif.

Contoh : 9 + 4 = 13

2) Bilangan bulat negatif + bilangan bulat negatif maka hasilnya bilangan bulat
negatif.

Contoh : -12 + (-6) = -18


3) Bilangan bulat negatif + bilangan positif maka hasilnya bilangan bulat positif jika
bilangan bulat positif lebih besar bilangannya dari pada bilangan bulat negatif, dan
bilangan bulat negatif jika bilangan bulat nrgatif lebih besar bilangannya dari pada
bilangan buat positif.

Contoh : -3 + 7 = 4 dan -7 + 2 = -5

b. Operasi Pengurangan

Pengurangan bilangan bulat didefinisikan sebagai berikut:

Misalkan a dan b bilangan bulat, a – b = c yang berarti b + c = a.

Kesimpulannya adalah bahwa a – b = c jika dan hanya jika a = b + c.

Contoh : (-2) – 3 = -5 sebab 3 + (-5) = 2.

c. Operasi Perkalian

1) Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif maka hasilnya
bilangan bulat positif.

Contoh:

a) 4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20

b) 7 x 8 = 56

2) Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif maka hasilnya
bilangan bulat negatif.

Contoh:

a) 4 x (-5) = (-5) + (-5) +(-5) +(-5) = -20

b) 7 x (-8) = -56
3) Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif maka hasilnya
bilangan bulat negatif.

Contoh:

a) -4 x 5 = -(5 + 5 + 5 + 5) = -20.

b) -7 x 8 = -56

4) Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif maka hasilnya
bilangan bulat positif.

Contoh:

a) -4 x (-5) = -[-5 + (-5) + (-5) + (-5)] = -[-20] = 20

b) -7 x (-8) = 56

d. Operasi Pembagian

1) Pembagian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif maka hasilnya
bilangan bulat positif.

Contoh:

a) 63 : 7 = 9

b) 143 : 11 = 13

2) Pembagian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif maka hasilnya
bilangan bulat negatif.

Contoh:

a) 63 : (-9) = -7

b) 72 : (-6) = -12
3) Pembagian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif maka hasilnya
bilangan bulat negatif.

Contoh:

a) -63 : 7 = -9

b) -120 : 10 = -12

4) Pembagian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif maka hasilnya
bilangan bulat positif.

Contoh:

a) -72 : (-8) = 9

b) -120 : (-12) = 10

2.1.2 Sifat-Sifat Operasi Hitung

a. Sifat Komutatif
Seperti yang kamu ketahui sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran, untuk lebih
jelas perhatikan penjumlahan berikut:
2 + 4 = 6 dan 4 + 2 = 6
Jadi, 2 + 4 = 4 + 2
Sifat seperti ini disebut sifat komutatif pada penjumlahan.
Contoh pada perkalian adalah sebagai berikut:
2 x 4 = 8 dan 4 x 2 = 8
Jadi, 2 x 4 = 4 x 2
Sifat seperti ini dinamakan sifat komutatif pada perkalian.
Apakah sifat komutatif berlaku pada pengurangan dan pembagian? Perhatikan contoh
berikut:
2 – 4 = -2 dan 4 – 2 = 2
Jadi, 2 - 4 tidak sama dengan 4 - 2
2 : 4 = 0,5 dan 4 : 2 = 2
Jadi, 2 : 4 tidak sama dengan 4 : 2
Ternyata sifat komutatif tidak berlaku pada pengurangan dan pembagian.

b. Sifat Asosiatif
Pada penjumlahan dan perkalian tiga buah bilangan bulat atau lebih kita juga
mengenal sifat asosiatif atau yang disebut juga dengan sifat pengelompokkan, untuk
lebih jelas perhatikan contoh berikut:
(3 + 4) + 5 = 7 + 5 = 12 dan 3 + ( 4 + 5) = 3 + 9 = 12
Jadi, (3 + 4) + 5 = 3 + ( 4 + 5)
Secara umum dapat ditulis:
(a + b) + c = a + (b + c)
Sifat seperti ini disebut sifat asosiatif pada penjumlahan.
Contoh pada perkalian adalah sebagai berikut:
(3 x 4) x 5 = 12 x 5 = 60 dan 3 x (4 x 5) = 3 x 20 = 60
Jadi, (3 x 4) x 5 = 3 x (4 x 5)
Secara umum dapat ditulis:
(a x b) x c = a x (b x c)
Sifat seperti ini disebut sifat asosiatif pada perkalian.

c. Sifat Distributif
Selain kedua sifat di atas, masih terdapat satu lagi sifat operasi hitung yaitu sifat
distributif atau yang biasa disebut juga dengan sifat penyebaran, untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh berikut:
3 x (4 + 5) = 3 x 9 = 27 dan (3 x 4) + (3 x 5) = 12 + 15 = 27
Ternyata, 3 x (4 + 5) = (3 x 4) + (3 x 5)
3 x (4 - 5) = 3 x (-1) = -3 dan (3 x 4) - (3 x 5) = 12 – 15 = -3
Ternyata, 3 x (4 - 5) = (3 x 4) - (3 x 5)
Secara umum dapat ditulis:
a x (b + c) = (a x b) + (a x c) dan a x (b - c) = (a x b) – (a x c)
Sifat diatas disebut sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dan pengurangan.

2.2 Keistimewaan Angka 9

Kita pastinya sering melihat angka 9, baik itu dalam soal ujian, hitungan, atau hal-
hal lainnya. Tapi tahukan kamu angka 9 itu memiliki keunikan tersendiri dibandingkan
dengan angka-angka lainnya?

Dalam perhitungan matematika, angka sembilan bisa dibilang spesial karena


memiliki keunggulan dibandingkan dengan angka lainnya. Tapi sayang banyak orang
yang tidak menyadarinya, dan menganggap angka sembilan itu hanyalah angka biasa.

2.2.1 Bilangan Istimewa 9

a. Sisa Bilangan yang Tidak Habis Dibagi dengan Angka 9

1) 39 : 9, sisanya berapa? Tinggal jumlahkan saja 3 + 9 = 12, karena masih 2 digit


angka, jumlahkan lagi 1 + 2 = 3, maka hasilnya 39 : 9 bersisa 3.

Buktinya 9 x 4 = 36, 39 - 36 = 3.

2) 52 : 9, sisanya adalah 5 + 2 = 7.

3) 80 : 9, sisanya adalah 8 + 0 = 8.

4) 142536 : 9, sisanya adalah 1 + 4 + 2 + 5 + 3 + 6 = 21, lalu jumlahkan lagi 2 + 1 =


3. Jadi, sisanya adalah 3.

b. Tanggal 9 September

Bulan September adalah bulan ke 9, tanggal 9 September adalah hari ke 252 dalam
kalender masehi. Jika angka tersebut dijumlahkan hasilnya ternyata 2+5+2 = 9.
c. Angka 9, 99, 999 dan Seterusnya dikuadratkan

Coba perhatikan fakta menarik berikut ini:

9 x 9 = 81

99 x 99 = 9801

999 x 999 = 998001

9999 x 9999 = 99980001

d. Angka Desimal yang Kembar dan Tak Terhingga

Angka berapapun yang bersisa jika dibagi 9, maka akan ada angka desimal di hasil
pembagian dengan angka desimal tersebut berupa angka hasil sisa pembagian
tersebut dan tak terhingga.

10 : 9, hasilnya 1 dan sisa 1, maka ditulisnya 1,111111111111.......

30 : 9, hasilnya 3 dan sisa 3, maka ditulisnya 3,33333333333.......

98 : 9, hasilnya 10 sisa 8, maka ditulisnya 10,88888888888........

e. Angka 1 Digit Dijumlahkan dengan Angka 9

Setiap angka 1 digit yang dijumlahkan dengan angka 9, dan hasilnya pasti berupa 2
digit angka, 2 digit angka ini kalau dijumlahkan hasilnya adalah angka yang awal
tadi.

1 + 9 = 10, 1 + 0 = 1

2 + 9 = 11, 1 + 1 = 2

3 + 9 = 12, 1+ 2 = 3

dan seterusnya.
2.2.2 Rumusan Perkalian Angka 9

a. Perkalian Bilangan Kembar Dua dengan Angka 9

22 x 9 = 198

55 x 9 = 495

88 x 9 = 792

99 x 9 = 891

Coba perhatikan hasil perkalian di atas, angka 9 selalu muncul di tengah.

Rumus menghitung cepat perkalian kembar dua dengan 9.

Contoh: 33 x 9 → 3 (didapat dari perkalian kembar dua “33”) → 3 x 9 = 27, lalu


sisipkan angka 9 ditengahnya jadi 297, hasil dari perkalian 33 x 9 = 297.

b. Perkalian Bilangan Kembar Tiga dengan 9

Untuk mengetahui hasil perkalian bilangan kembar tiga dengan 9, sama halnya
seperti perkalian bilangan kembar dua dengan 9. Bedanya kita tinggal menyisipkan 2
angka di tengah-tengahnya.

Rumus sama seperti bagian sebelumnya.

Contoh: 333 x 9 → 3 x 9 = 27, sisipkan angka 9 ditengah (2 angka karena perkalian


kembar 3), hasilnya = 2997.

c. Perkalian Bilangan Kembar Empat – Bilangan Kembar Tak Hingga dengan 9

Untuk mengetahui hasil perkalian bilangan kembar empat sampai bilangan kembar
tak hingga dengan 9 adalah dengan cara yang sama seperti perkalian bilangan kembar
sebelumnya. Yaitu mengalikan salah satu bilangan, kemudian menyisipkan angka 9
sebanyak bilangan kembar tersebut dikurangi 1.
Contoh :

7777 x 9 → 7 x 9 = 63, karena yang kembar empat berarti dikurangi 1 = 3, jadi


sisipkan 3 angka 9 di tengah. Hasilnya 69993.

444444 x 9 → 4 x 9 = 36, angka kembar enam berarti dikurangi 1 = 5, jadi sisipkan 5


angka 9 ditengah. Hasilnya 3999996.

d. Perkalian “99” dengan Satuan

Rumus: misalnya 1 < A < 10 dan A x 9 = MN, maka A x 99 = M9N.

Setelah mengalikan bilangan satuan dengan 9, untuk menentukan hasil perkalian


bilangan tersebut dengan 99 cukup dengan menyisipkan satu angka sembilan di
tengah angka-angka hasil perkalian A dengan 9.

Contoh: 8 x 99 = 72, maka 8 x 99 = 792

e. Perkalian “99” dengan Puluhan

Contoh: 42 x 99 = ...

Dengan menggunakan alat bantu atau perhitungan manual diperoleh hasilnya adalah
4158. Pola perkalian istimewa “99”.

Langkah 1 : Jumlahkan (-1) dengan bilangan yang akan dikalikan dengan 99.

Langkah 2 : Kurangi 99 dengan bilangan hasil yang diperoleh pada langkah pertama.

Untuk mendapatkan jawaban yang lengkap kita tinggal menyejajarkan langkah-


langkah yang didapat pada langkah 1 dan 2.

(-1) + 42 = 41 → 99 – 41 = 58

Sehingga jawaban yang kita peroleh adalah 4158.


f. Keindahan Angka “9”

12345679 x 9 x 1 = 111.111.111

12345679 x 9 x 2 = 222.222.222

12345679 x 9 x 3 = 333.333.333

12345679 x 9 x 4 = 444.444.444

12345679 x 9 x 5 = 555.555.555

12345679 x 9 x 6 = 666.666.666

12345679 x 9 x 7 = 777.777.777

12345679 x 9 x 8 = 888.888.888

12345679 x 9 x 9 = 999.999.999

987654321 x 9 x 1 = 8.888.888.889

987654321 x 9 x 2 = 17.777.777.778

987654321 x 9 x 3 = 26.666.666.667

987654321 x 9 x 4 = 35.555.555.556

987654321 x 9 x 5 = 44.444.444.445

987654321 x 9 x 6 = 53.333.333.334

987654321 x 9 x 7 = 62.222.222.223

987654321 x 9 x 8 = 71.111.111.112

987654321 x 9 x 9 = 80.000.000.001
1 x 9 + 1 = 10

12 x 9 + 2 = 110

123 x 9 + 3 = 1110

1234 x 9 + 4 = 11110

12345 x 9 + 5 = 111110

123456 x 9 + 6 = 1111110

1234567 x 9 + 7 = 11111110

12345678 x 9 + 8 = 111111110

123456789 x 9 + 9 = 1111111110

9 x 9 + 7 = 88

98 x 9 + 6 = 888

987 x 9 + 5 = 8888

9876 x 9 + 4 = 88888

98765 x 9 + 3 = 888888

987654 x 9 + 2 = 8888888

9876543 x 9 + 1 = 88888888

98765432 x 9 + 0 = 888888888
2.3 Penggunaan Perkalian Dasar Angka 9

Perkalian mulai diajarkan kepada siswa Sekolah Dasar yang duduk di kelas 2. Guru
meminta agar siswanya dapat mengetahui perkalian, khususnya perkalian angka 1
dengan angka 1 sampai 10. Siswa diminta untuk menghafal perkalian tersebut yang
jumlahnya ada 100 perkalian, yaitu perkalian angka 1 dari 1 sampai 10, angka 2 dari 1
sampai 10, angka 3 dari 1 sampai 10, dan seterusnya sampai perkalian angka 10 dari 1
sampai 10. Tujuannya agar siswa mudah untuk menghadapi dan mempelajari materi
selanjutnya.

2.3.1 Target Penerapan Perkalian Dasar Angka 9

Perkalian angka 9, mulai dari 9 x 1, 9 x 2, 9 x 3, 9 x 4, 9 x 5, 9 x 6, 9 x 7, 9 x 8, 9 x


9, dan 9 x 10. Dari 5 orang siswa Sekolah Dasar kelas 2, ditanyai perkalian 9 sampai 10
dan diminta untuk menjawabnya dalam waktu 90 detik tanpa menggunakan alat bantu
maupun kertas untuk mencoret-coret, ternyata tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan
tersebut. Jawaban yang benar hanya dari perkalian 9x1 dan lainnya nihil. Lalu diajarkan
perkalian 9 sampai 10 dengan metode lain, yaitu dengan cara :

a. Angka yang dikalikan dikurangi 1.

Misal : 9 x 7, angka yang dikalikan yaitu 7 dikurangi 1. Maka, 7 – 1 = 6

Angka tersebut yang akan menjadi kepala dari hasil yang akan di dapat.

b. Hasil dari angka yang dikalikan lalu ditambah angka yang menghasilkan angka 9.

Misal : Melanjutkan yang diatas, hasil yang pertama yaitu 6 maka, 6 +... = 9

Selanjutnya, ditambah angka 3 karena 6 + 3 = 9.

Angka penjumlahan diatas yang menjadi anakan hasil perkalian tersebut.


c. Cara nomor dua bisa digantikan dengan cara mengurangkan angka 9 dengan hasil
cara nomor 1.

Misal : 9 – 6 = 3, angka 3 ini yang akan menjadi angka di belakang kepala angka itu.

d. Disusun

Hasil yang pertama 6 dan hasil yang kedua 3, berarti 63.

Terbukti bahwa 9 x 7 = 63.

Cara tersebut berlaku untuk semua perkalian angka 9 dari 1 sampai 10. Dapat
dibuktikan bahwa dengan cara pengurangan perkalian angka 9 pun dapat mudah
teratasi dalam waktu singkat.

2.3.2 Keuntungan Penerapan Perkalian Dasar Angka 9

Dari percobaan dengan 5 siswa Sekolah Dasar kelas 2, dengan metode seperti ini
siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dalam waktu 90 detik tanpa alat
bantu, karena pada dasarnya mereka telah menguasai penjumlahan dan pengurangan.
Maka, perkalian yang dilakukan dengan cara pengurangan menjadi mudah bagi siswa-
siswa tersebut.

Cara tersebut akan membuat siswa menjadi lebih mudah berhitung dan menjadikan
siswa gemar belajar matematika. Terbukti pula bahwa metode yang sederhana akan
membuat siswa senang dan dapat menjawab pertanyaan secara cepat dan tepat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat


penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan
yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin.

Melalui metode pembelajaran ini aspek-aspek kemampuan matematika seperti


operasi hitung perkalian dapat dikembangkan secara lebih baik, sehingga siswa menjadi
lebih mudah berhitung dan dapat menyelesaikan soal operasi hitung perkalian dengan
cepat dan tepat.

3.2 Saran

Mengingat pentingnya pelajaran matematika, disarankan bagi mereka yang ingin


mendapat nilai di atas rata-rata kelulusan untuk rajin berlatih berhitung, berlatih
mengerjakan soal, dan selalu aktif dalam pembelajaran matematika. Tidak ada ruginya
belajar matematika, karena jika kita mau berlatih dan berusaha semua kata sulit itu bisa
di atasi.

Anda mungkin juga menyukai