PENDAHULUAN
Matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Kini matematika
telah digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting dalam berbagai bidang termasuk
ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan
adalah cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke
bidang-bidang lain dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin
ilmu yang sepenuhnya baru seperti statistika dan teori permainan.
Di dunia pendidikan, matematika diajarkan sejak dini yaitu sejak masa kanak-kanak,
karena ilmu matematika begitu penting didalam kehidupan. Namun tidak sedikit pula
anak-anak terutama anak Sekolah Dasar yang tidak menyukai matematika. Banyak anak-
anak menganggap bahwa matematika itu rumit dan sulit. Hal itu dikarenakan siswa tidak
telaten dalam menghitung, menghafal dan berlogika.
Oleh sebab itu, apabila telah didasari rasa ketidaksukaan siswa terhadap matematika,
tidak dipungkiri bahwa nilai pelajaran yang akan diterapkan dalam kehidupan tidak akan
memuaskan.
Dalam karya tulis ilmiah ini penulis akan membatasi pokok permasalahan yaitu akan
membahas tentang cara hitung perkalian angka 9 dengan cepat, mudah dan tidak perlu
menghafal. Sehingga siswa menjadi gemar matematika.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Penanaman konsep matematika pada anak yang paling mendasar adalah pemahaman
tentang operasi hitung. Untuk mengajarkan konsep operasi hitung pada anak harus
senantiasa memperhatikan tahap perkembangan berpikir anak. Pada tahap awal konsep
operasi hitung yang diajarkan adalah konsep penjumlahan untuk bilangan natural (asli).
Mengingat konsep matematika sesungguhnya bersifat abstrak, maka guru atau orang tua
harus berupaya untuk mengkonkretkan konsep yang abstrak tersebut agar anak tidak
merasa kesulitan.
Konsep-konsep Operasi Hitung Dasar adalah konsep yang mendasari operasi hitung
dasar yang meliputi penjumlahan (penambahan), pengurangan, perkalian dan pembagian
(Ruseffendi dan Romi, 2010:17). Belajar konsep merupakan unsur penting dalam belajar
di sekolah, khususnya dalam matematika. Penguasaan terhadap banyak konsep,
memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah dengan lebih baik sebab untuk
memecah masalah perlu aturan-aturan, dan aturan-aturan tersebut didasarkan pada
konsep-konsep yang dimiliki.
a. Operasi Penjumlahan
1) Bilangan bulat positif + bilangan bulat positif maka hasilnya bilangan bulat positif.
Contoh : 9 + 4 = 13
2) Bilangan bulat negatif + bilangan bulat negatif maka hasilnya bilangan bulat
negatif.
Contoh : -3 + 7 = 4 dan -7 + 2 = -5
b. Operasi Pengurangan
c. Operasi Perkalian
1) Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif maka hasilnya
bilangan bulat positif.
Contoh:
a) 4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20
b) 7 x 8 = 56
2) Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif maka hasilnya
bilangan bulat negatif.
Contoh:
b) 7 x (-8) = -56
3) Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif maka hasilnya
bilangan bulat negatif.
Contoh:
a) -4 x 5 = -(5 + 5 + 5 + 5) = -20.
b) -7 x 8 = -56
4) Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif maka hasilnya
bilangan bulat positif.
Contoh:
b) -7 x (-8) = 56
d. Operasi Pembagian
1) Pembagian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif maka hasilnya
bilangan bulat positif.
Contoh:
a) 63 : 7 = 9
b) 143 : 11 = 13
2) Pembagian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif maka hasilnya
bilangan bulat negatif.
Contoh:
a) 63 : (-9) = -7
b) 72 : (-6) = -12
3) Pembagian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif maka hasilnya
bilangan bulat negatif.
Contoh:
a) -63 : 7 = -9
b) -120 : 10 = -12
4) Pembagian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif maka hasilnya
bilangan bulat positif.
Contoh:
a) -72 : (-8) = 9
b) -120 : (-12) = 10
a. Sifat Komutatif
Seperti yang kamu ketahui sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran, untuk lebih
jelas perhatikan penjumlahan berikut:
2 + 4 = 6 dan 4 + 2 = 6
Jadi, 2 + 4 = 4 + 2
Sifat seperti ini disebut sifat komutatif pada penjumlahan.
Contoh pada perkalian adalah sebagai berikut:
2 x 4 = 8 dan 4 x 2 = 8
Jadi, 2 x 4 = 4 x 2
Sifat seperti ini dinamakan sifat komutatif pada perkalian.
Apakah sifat komutatif berlaku pada pengurangan dan pembagian? Perhatikan contoh
berikut:
2 – 4 = -2 dan 4 – 2 = 2
Jadi, 2 - 4 tidak sama dengan 4 - 2
2 : 4 = 0,5 dan 4 : 2 = 2
Jadi, 2 : 4 tidak sama dengan 4 : 2
Ternyata sifat komutatif tidak berlaku pada pengurangan dan pembagian.
b. Sifat Asosiatif
Pada penjumlahan dan perkalian tiga buah bilangan bulat atau lebih kita juga
mengenal sifat asosiatif atau yang disebut juga dengan sifat pengelompokkan, untuk
lebih jelas perhatikan contoh berikut:
(3 + 4) + 5 = 7 + 5 = 12 dan 3 + ( 4 + 5) = 3 + 9 = 12
Jadi, (3 + 4) + 5 = 3 + ( 4 + 5)
Secara umum dapat ditulis:
(a + b) + c = a + (b + c)
Sifat seperti ini disebut sifat asosiatif pada penjumlahan.
Contoh pada perkalian adalah sebagai berikut:
(3 x 4) x 5 = 12 x 5 = 60 dan 3 x (4 x 5) = 3 x 20 = 60
Jadi, (3 x 4) x 5 = 3 x (4 x 5)
Secara umum dapat ditulis:
(a x b) x c = a x (b x c)
Sifat seperti ini disebut sifat asosiatif pada perkalian.
c. Sifat Distributif
Selain kedua sifat di atas, masih terdapat satu lagi sifat operasi hitung yaitu sifat
distributif atau yang biasa disebut juga dengan sifat penyebaran, untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh berikut:
3 x (4 + 5) = 3 x 9 = 27 dan (3 x 4) + (3 x 5) = 12 + 15 = 27
Ternyata, 3 x (4 + 5) = (3 x 4) + (3 x 5)
3 x (4 - 5) = 3 x (-1) = -3 dan (3 x 4) - (3 x 5) = 12 – 15 = -3
Ternyata, 3 x (4 - 5) = (3 x 4) - (3 x 5)
Secara umum dapat ditulis:
a x (b + c) = (a x b) + (a x c) dan a x (b - c) = (a x b) – (a x c)
Sifat diatas disebut sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dan pengurangan.
Kita pastinya sering melihat angka 9, baik itu dalam soal ujian, hitungan, atau hal-
hal lainnya. Tapi tahukan kamu angka 9 itu memiliki keunikan tersendiri dibandingkan
dengan angka-angka lainnya?
Buktinya 9 x 4 = 36, 39 - 36 = 3.
2) 52 : 9, sisanya adalah 5 + 2 = 7.
3) 80 : 9, sisanya adalah 8 + 0 = 8.
b. Tanggal 9 September
Bulan September adalah bulan ke 9, tanggal 9 September adalah hari ke 252 dalam
kalender masehi. Jika angka tersebut dijumlahkan hasilnya ternyata 2+5+2 = 9.
c. Angka 9, 99, 999 dan Seterusnya dikuadratkan
9 x 9 = 81
99 x 99 = 9801
Angka berapapun yang bersisa jika dibagi 9, maka akan ada angka desimal di hasil
pembagian dengan angka desimal tersebut berupa angka hasil sisa pembagian
tersebut dan tak terhingga.
Setiap angka 1 digit yang dijumlahkan dengan angka 9, dan hasilnya pasti berupa 2
digit angka, 2 digit angka ini kalau dijumlahkan hasilnya adalah angka yang awal
tadi.
1 + 9 = 10, 1 + 0 = 1
2 + 9 = 11, 1 + 1 = 2
3 + 9 = 12, 1+ 2 = 3
dan seterusnya.
2.2.2 Rumusan Perkalian Angka 9
22 x 9 = 198
55 x 9 = 495
88 x 9 = 792
99 x 9 = 891
Untuk mengetahui hasil perkalian bilangan kembar tiga dengan 9, sama halnya
seperti perkalian bilangan kembar dua dengan 9. Bedanya kita tinggal menyisipkan 2
angka di tengah-tengahnya.
Untuk mengetahui hasil perkalian bilangan kembar empat sampai bilangan kembar
tak hingga dengan 9 adalah dengan cara yang sama seperti perkalian bilangan kembar
sebelumnya. Yaitu mengalikan salah satu bilangan, kemudian menyisipkan angka 9
sebanyak bilangan kembar tersebut dikurangi 1.
Contoh :
Contoh: 42 x 99 = ...
Dengan menggunakan alat bantu atau perhitungan manual diperoleh hasilnya adalah
4158. Pola perkalian istimewa “99”.
Langkah 1 : Jumlahkan (-1) dengan bilangan yang akan dikalikan dengan 99.
Langkah 2 : Kurangi 99 dengan bilangan hasil yang diperoleh pada langkah pertama.
(-1) + 42 = 41 → 99 – 41 = 58
12345679 x 9 x 1 = 111.111.111
12345679 x 9 x 2 = 222.222.222
12345679 x 9 x 3 = 333.333.333
12345679 x 9 x 4 = 444.444.444
12345679 x 9 x 5 = 555.555.555
12345679 x 9 x 6 = 666.666.666
12345679 x 9 x 7 = 777.777.777
12345679 x 9 x 8 = 888.888.888
12345679 x 9 x 9 = 999.999.999
987654321 x 9 x 1 = 8.888.888.889
987654321 x 9 x 2 = 17.777.777.778
987654321 x 9 x 3 = 26.666.666.667
987654321 x 9 x 4 = 35.555.555.556
987654321 x 9 x 5 = 44.444.444.445
987654321 x 9 x 6 = 53.333.333.334
987654321 x 9 x 7 = 62.222.222.223
987654321 x 9 x 8 = 71.111.111.112
987654321 x 9 x 9 = 80.000.000.001
1 x 9 + 1 = 10
12 x 9 + 2 = 110
123 x 9 + 3 = 1110
1234 x 9 + 4 = 11110
12345 x 9 + 5 = 111110
123456 x 9 + 6 = 1111110
1234567 x 9 + 7 = 11111110
12345678 x 9 + 8 = 111111110
123456789 x 9 + 9 = 1111111110
9 x 9 + 7 = 88
98 x 9 + 6 = 888
987 x 9 + 5 = 8888
9876 x 9 + 4 = 88888
98765 x 9 + 3 = 888888
987654 x 9 + 2 = 8888888
9876543 x 9 + 1 = 88888888
98765432 x 9 + 0 = 888888888
2.3 Penggunaan Perkalian Dasar Angka 9
Perkalian mulai diajarkan kepada siswa Sekolah Dasar yang duduk di kelas 2. Guru
meminta agar siswanya dapat mengetahui perkalian, khususnya perkalian angka 1
dengan angka 1 sampai 10. Siswa diminta untuk menghafal perkalian tersebut yang
jumlahnya ada 100 perkalian, yaitu perkalian angka 1 dari 1 sampai 10, angka 2 dari 1
sampai 10, angka 3 dari 1 sampai 10, dan seterusnya sampai perkalian angka 10 dari 1
sampai 10. Tujuannya agar siswa mudah untuk menghadapi dan mempelajari materi
selanjutnya.
Angka tersebut yang akan menjadi kepala dari hasil yang akan di dapat.
b. Hasil dari angka yang dikalikan lalu ditambah angka yang menghasilkan angka 9.
Misal : Melanjutkan yang diatas, hasil yang pertama yaitu 6 maka, 6 +... = 9
Misal : 9 – 6 = 3, angka 3 ini yang akan menjadi angka di belakang kepala angka itu.
d. Disusun
Cara tersebut berlaku untuk semua perkalian angka 9 dari 1 sampai 10. Dapat
dibuktikan bahwa dengan cara pengurangan perkalian angka 9 pun dapat mudah
teratasi dalam waktu singkat.
Dari percobaan dengan 5 siswa Sekolah Dasar kelas 2, dengan metode seperti ini
siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dalam waktu 90 detik tanpa alat
bantu, karena pada dasarnya mereka telah menguasai penjumlahan dan pengurangan.
Maka, perkalian yang dilakukan dengan cara pengurangan menjadi mudah bagi siswa-
siswa tersebut.
Cara tersebut akan membuat siswa menjadi lebih mudah berhitung dan menjadikan
siswa gemar belajar matematika. Terbukti pula bahwa metode yang sederhana akan
membuat siswa senang dan dapat menjawab pertanyaan secara cepat dan tepat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran