Referat Neuro Alisha
Referat Neuro Alisha
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada tahun
2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk dan diprediksi akan terus
meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini
kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi dan meningkatnya
8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia
meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar
5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah
Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan
tiga domain utama, yaitu fungsi biologis, psikologis (kognitif dan afektif)
1
psikologis dalam diri individu yaitu fungsi kognitif yang meliputi perhatian,
waktu, yaitu terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh (Bandiyah, 2009).
Salah satunya penurunan fungsi otak. Penurunan fungsi otak dapat menyebabkan
satu masalah yang dihadapi lansia demensia adalah adanya gangguan daya ingat
diketahui bahwa 35,6 juta jiwa di dunia menderita demensia dan pada tahun 2050
demensia di Indonesia sendiri hampir satu juta orang pada tahun 2011 (Gitahafas,
2011).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DEMENSIA
II.1.1. Definisi
sebelumnya yang cukup berat sehingga mengganggu aktivitas sosial dan profesional
perubahan perilaku dan tidak disebabkan oleh delirium maupun gangguan psikiatri
II.1.2. Epidemiologi
Pada umumnya 40% penderita demensia berada di atas usia 65 tahun dengan
pria dan wanita sedangkan untuk demensia Alzheimer lebih banyak wanita dengan
rasio 1,6. Insiden demensia Alzheimer sangat berkaitan dengan umur, 5% dari
Alzheimer, dan ini sesuai dengan makin banyak populasi orang tua di Amerika
Serikat dan
3
Eropa, maka makin tua populasinya makin banyak kasus AD, dimana pada populasi
Diperkirakan terdapat 35,6 juta orang dengan demensia pada tahun 2010 dengan
peningkatan dua kali lipat setiap 20 tahun, menjadi 65,7 juta di tahun 2030 dan 115,4
juta di tahun 2050. Di Asia Tenggara jumlah orang dengan demensia diperkirakan
meningkat dari 2,48% di tahun 2010 menjadi 5,3% pada tahun 2030 (Ferri dkk,
2005).
dan perempuan) naik dari 70,1 tahun pada periode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun
pada periode 2030-2035. Hasil proyeksi juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Indonesia selama 25 tahun ke depan akan mengalami peningkatan dari 238,5 juta
pada tahun 2010 menjadi 305,8 juta pada tahun 2035. Jumlah penduduk berusia 65
tahun keatas akan meningkat dari 5,0% menjadi 10,8% pada tahun 2035.
a. Demensia kortikal
4
b. Demensia subkortikal
anatomisnya:
1. Penyakit Alzheimer
5
terutama lansia (>65 tahun) walaupun dapat ditemukan pada usia
yang lebih muda. Diagnosis klinis dapat dibuat dengan akurat pada
2. Demensia Vaskuler
memuat defisit kognisi yang luas mulai dari gangguan kognisi ringan
6
vaskuler ini juga memacu terjadinya stroke akut yang merupakan
(CADASIL), adalah bentuk small vessel disease usia dini dengan lesi
iskemik luas pada white matter dan stroke lakuner yang bersifat
visual yang nyata (vivid) dan terjadi pada awal perjalanan penyakit
7
Demensia Penyakit Parkinson/Parkinson Disease Dementia (PDD)
4. Demensia Frontotemporal
8
Pada pemeriksaan Computed Tomography (CT) atau MRI
dan kejadian PNFA sebanyak 20% dari total FTLD (Ong dkk, 2015).
pada 20% orang dengan penyakit Alzheimer dan 50% orang dengan
dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktivitas spontan menurun. Fungsi
9
atau lupa hal baru yang dialami, dan tidak menggangu aktivitas rutin dalam keluarga
(Stanley, 2007).
mudah bingung, penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tidak
dapat melakukan kegiatan sampai selesai, gangguan kemampuan merawat diri yang
sangat besar, gangguan siklus tidur, mulai terjadi inkontinensia, tidak mengenal
dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan, kaku otot, gangguan siklus tidur-
bangun, dengan peningkatan waktu tidur, tidak bisa mengendalikan buang air besar
atau kecil. Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain dan kematian
II.1.5.1. Skrining
10
suatu demensia serta pasien yang walaupun belum memiliki keluhan subjektif,
tetapi pengasuh atau dokter mencurigainya sebagai suatu gangguan kognitif (Ong
dkk, 2015).
Saat ini sudah ada bukti yang cukup untuk skrining orang dengan demensia
pada usia lanjut. Atas dasar itu US Preventive Services Task Force (USPSTF) dan
2003).
11
II.5.1.3. Diagnosis
Pada orang yang diduga memiliki gangguan kognitif, diagnosa harus dibuat
(DSM-IV) untuk demensia dengan anamnesis yang didapatkan dari sumber yang
terpercaya. Hal ini harus didukung dengan penilaian objektif melalui bedside
klinis demensia. Kriteria ini termasuk adanya gangguan kognitif memori dan tidak
adanya salah satu dari gangguan kognitif seperti afasia, apraksia, agnosia dan
gangguan neurokognisi ringan untuk gangguan kognisi tidak demensia (Ong dkk,
perilaku dan fungsi diperlukan pada mereka yang dicurigai demensia, dengan tujuan
12
Tabel 1. Kriteria Klinis Diagnosis Demensia Berdasarkan DSM-IV
Dikutip dari: Ong, P.A., Muis, A., Widjojo, F.S., Rambe, A., Laksmidewi, A.A.A.,
Pramono, A., et al. 2015. Diagnosis dan Penatalaksanaan Demensia. Panduan
Nasional Praktik Klinik. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta.
awitan demensia selama lima tahun dapat menurunkan setengah dari insiden
demensia. Oleh sebab itu perlu pengetahuan tentang faktor risiko dan bukti yang
13
II.1.6.1. Faktor yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Usia, jenis kelamin, genetik, dan riwayat penyakit keluarga, disabilitas intelektual
dan sindroma Down adalah faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (Ong dkk,
2015).
1) Usia
meningkatnya usia, meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun pada individu diatas
65 tahun dan 50% individu diatas 85 tahun mengalami demensia. Dalam studi
pupolasi, usia diatas 65 tahun risiko untuk semua demensia adalah OR=1,1 dan
2) Jenis Kelamin
pada wanita dibanding pria. Angka harapan hidup yang lebih tinggi dan
tingginya prevalensi AD pada wanita yang tua dan sangat tua dibanding pria.
Risiko untuk semua jenis demensia dan penyakit Alzheimer untuk wanita adalah
OR=1,7 dan OR=2,0. Kejadian demensia vaskular lebih tingggi pada pria secara
umum walaupun menjadi seimbang pada wanita yang lebih tua (Ong dkk, 2015).
terjadi sebelum usia 60 tahun, kelompok ini menyumbang 6-7% dari kasus
20
EOAD ini memperlihatkan transmisi autosomal dominan. Tiga mutasi gen yang
ditemukan pada kurang dari 5% kasus. Sampai saat ini tidak ada mutasi genetik
populasi antara 55-56 tahun, pengaruh ini berkurang pada usia yang lebih tua
Sampai saat ini tidak ada studi yang menyebutkan perlunya tes genetik untuk
tes ini dapat dilakukan hanya setelah dengan informed consent yang jelas atau
21
mellitus (R.R 1,39-1,47) dan stroke semuanya telah terbukti berhubungan dengan
1) Hipertensi
dkk, 2015).
3) Statin
II.5.1.4. Penatalaksanaan
22
Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis pada penderita dementia reersibel
bertujuan untuk pengobatan kausal, misalnya pada hiper/ hipotiroidi,
defisiensi vitamin B12, intoksikasi, gangguan nutrisi, infeksi dan
ensefalopati metabolic. Progresifitas demensia vaskuler dapat dihentikan
dengan pengobatan terhadap faktor resiko dan pengobatan simptomatis
untuik substitusi defisit neurotransmitter. Namun hal ini tidak dapat
menyembuhkan penderita.
Pada demensia Alzheimer pengobatan bertujuan untuk menghentikan
progresivitas penyakit dan mempertahankan kualitas hidup. Beberapa
golongan obat yang direkomendasikan, antara lain:
Pengobatan simptomatis:
Pengobatan dengan golongan penghambat asetilkoloinesterase (seperti donepezil
hidroklorida, rivastigmin dan galantamin) bertujuan untuk
mempertahankan jumlah asetilkolin yang produksinya menurun. Obat
golongan NMDA seperti memantindipasarkan di Indonesia saat ini.
Pengobatan dengan disease modifiying agents:
Obat golongan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)
Pada proses pembentukan senile plaque dan neurofibrillary tangle dapat
diidentifikasi adanya elements of cell mediated immune response,
sehingga pemakaian OAINS dapat menguranga proses ini.
Antioksidan
Antioksidan berfungsi menghambat oksidasi oleh radikal bebas yang berlebihan
sehingga merusak sel neuron. Antioksidan ini terdapat pada sayuran dan
buah-buahan, vitamin E, A, dan C.
Neurotropik
Obat golongan ini merupakan derivate neurotransmitter GABA yang mempunyai
efek fasilitasi neurotransmisi kolinergik dengan stimulasi sintesis dan
pelepasan asetilkolin.
Obat yang bekerja pada beta amiloid protein tau, dan presenilin
Vaksin untuk demensia Alzheimer, masih dalam penelitian.
23
Penatalaksanaan Non Farmakologis
Penatalaksanaan ditujukan untuk keluarga, lingkungan, dan penderita
dengan tujuan:
Menetapkan program aktivitas harian penderita
Orientasi realist
Modifikasi perilaku
Membrikan informasi dan pelatihan yang benar pada keluarga, pengasuh
dan penderita.
Orientasi realitas:
Penderita diingatkan akan waktu dan tempat
Beri tanda khusus untuk tempat tertentu, misalnya kamar mandi
Pemberian stimulasi melalui latihan/ permainan, misalnya permainan
monopoli, kartu, scrabble, mengisi teka-teki silang, sudoku, dll. Hal ini
member manfaat yang baik pada predemensia (Mild Cognitive
Impairment)
24
Menciptakan lingkungan yang familiar , aman, dan tenang. Hindari
keadaan yang membingungkan dan menimbulkan stress. Berikan
keleluasaan bergerak.
Modifikasi Periaku:
Gangguan perilaku berupa agitasi, agresivitas, wandering, dan disinhibisi
seksual
Observasi perilaku penderita dan mencari faktor pencetusnya
Memberikan informasi yang benar mengenai penyakit pada keluarga dan
pengasuh
Member rencana pola asuh/ perawatan dengan melibatkan seluruh
anggota keluarga maupun pengasuh.
Terapi Operatif:
Demensia yang menyertai Normal Pressure Hydrocephalus dapat
disembuhkan dengan melakukan tindakan operatif dengan pemasangan
ventriculo-peritoneal shunt.
25