Anda di halaman 1dari 40

p INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian Infeksi Saluran Pernapsan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang bersifat akut
yang melibatkan organ saluran pernapasan mulai dari hidung, sinus, laring hingga
alveoli, disebut juga URI, singkatan dari Under Respiratory Infection.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan ISPA di Klinik
Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ A. Alat
Langkah-langkah 1. Stetoskop
2. Pen light atau senter
3. Respirate Rate Time
4. Tensimeter
5. Handscoon dan masker
B. Langkah Kerja
1. Petugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
6. Petugas menegakkan diagnose
7. Petugas memberikan terapi pengobatan
Obat yang dapat dipakai adalah paracetamol 3-4 x 500 mg, antibiotic 3x 500
mg, ambroxol 3 x 500 mg
8. Penderita yang harus dirujuk, dirujuk ke RS.
9. Pasien mengambil obat ke Apotek
10. Petugas mencuci tangan
11. Petugas mendokumentasikan tindakan
6. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Apotik

7. Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
GASTRITIS
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1.Pengertian Gastritis adalah kondisi ketika lapisan lambung mengalami iritasi, peradangan atau
pengikisan.
Tanda dan gejala : nyeri epigastrium yang hilang timbul/ menetap dapat disertai
dengan mual/muntah.
2.Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan gastritis di
Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ Langkah Kerja
Langkah-langkah 1. Petugas mempersilahkan pasien masuk ruang pemeriksaan
2. Petugas mencuci tangan
3. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
4. Dokter melakukan anamnesa pada pasien
a. Riwayat penggunaan obat analgetika
b. Riwayat makan makanan/minuman yang merangsang lambung
c. Nyeri epigastrium, kembung
d. Mual atau muntah
5. Dokter melakukan pemeriksaan fisik
6. Dokter menegakkan diagnose
7. Dokter membuatkan resep untuk pasien
Obat-obatan yang digunakan menyesuaikan dengan keadaan antara lain :
a. Anti spasmodic : paperin, sulfas atropine. Obat lain : buscopan, baralgin,
systabon, dll.
b. Antasida, obat lain yang sejenis
c. Preparat H2 Reseptor Antagonis : simetidin 200 mg 2x sehari, ranitidine
150 mg 2x sehari, famotidine.
d. Anti emetic misal primperan, piralen
8. Penderita dengan tanda pendarahan seperti hematemesis atau melena perlu
segera dirujuk ke rumah sakit karena kemungkinan terjadi pendarahan pada
tukak lambung yang dapat menjadi perforasi.
9. Pasien mengambil obat ke apotek
10. Petugas mencuci tangan
11. Petugas mendokumentasikan tindakan
6.Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
HIPERTENSI
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1.Pengertian Hipertensi/Tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah lebih dari normal.
Hipertensi adalah tekanan darah persisten di mana tekanan sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolic 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001 : 896)
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan hipertensi di
Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ A. Alat
Langkah-langkah 1. Stetoskop
2. Pen light atau senter
3. Respirate Rate Time
4. Tensimeter
5. Handscoon dan masker
B. Langkah Kerja
1. Prtugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien
a. Onset menderita hipertensi
b. Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga
c. Factor resiko dan komplikasi : DM, Dislipidemia, penyakit ginjal,
penyakit serebrovaskular, penyakit arteri perifer, PJK, gagal jantung,
endokrin.
d. Kebiasaan merokok, kebiasaan makan, pekerjaan, pola tidur, stressor,
jenis kepribadian, aktivitas fisik.
e. Adakah rasa sakit kepala, mimisan, pusing, rasa berat ditengkuk,
visus/defek penglihatan, kesemutan di wajah, tangan atau kaki, cadel,
sulit menelan, nyeri dada, sesak, berdebar, nyeri pinggang, tremor,
keringatan, perubahan mendadak berat badan, mual, muntah.
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien
a. Melakukan pemeriksaan kesadaran, kognitif, kecemasan, IMT
b. Melakukan pemeriksaan struma, trakea, bising karotis, denyut jugular
atau karotis
c. Melakukan pemeriksaan thorak, pulmonal
d. Melakukan pemeriksaan abdomen, hepar, lien, renal, acites, bising, vena
kolateral
e. Melakukan pemeriksaan punggung, pinggang dan ekstremitas (tonus,
motoric, sensorik, reflex, pulsasi arteri perifer, edema, sianosis)
6. Petugas memberikan pengobatan pada pasien
Penatalaksanaan :
1. Hipertensi tanpa compelling indication
a. Hipertensi stage 1 dapat diberikan diuretic (HCT 12,5-50 mg/hari,
atau pemberian penghambat ACE (captopril 3x12,5 -50 mg/hari), atau
nifedipin long acting 30-60 mg/hari) atau kombinasi.
b. Hipertensi stage 2
Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu,
dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretic, tiazid
dan penghambat ACE atau penyekat reseptor beta atau penghambat
kalsium.
c. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari
masing-masing antihipertensi diatas.
Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum sekali sehari atau
maksimum 2 kali sehari.
Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau
ditambahkan obat lain sampai target tekanan darah tercapai.
7. Petugas melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien.
8. Petugas melakukan dokumentasi
9. Petugas mencuci tangan setelah tindakan.

6.Unit Terkait 1. Poli Umum


2. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
ARTRITIS RHEUMATOID
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1.Pengertian Penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosive simetrik yang
walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ
tubuh lainnya.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan arthritis
rheumatoid di Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ 1. Petugas menerima pasien dengan ramah
Langkah-langkah 2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien
Anamnesis :
Gejala pada awal onset
a. Gejala prodromal : lelah, anoreksia, seluruh tubuh terasa lemah yang
berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
b. Gejala spesifik pada banyak sendi secara simetris, dapat mengenai seluruh
sendi terutama sendi PIP, sendi MCP, atau MTP , pergelangan tangan, bahu,
lutut,, dan kaki
c. Gejala sinovitis pada sendi yang terkena : bengkak, nyeri yang diperburuk
dengan gerakan sehingga gerakan menjadi terbatas, kekakuan pada pagi hari
> 1 jam.
d. Gejala ekstraartikular : mata, kardiovaskular, hematologi.
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda0tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
6. Petugas menegakkan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan
7. Petugas melakukan rujukan internal jika diperlukan
Kriteria rujukan
a. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan steroid dosis
rendah
b. RA dengan komplikasi
c. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas
8. Petugas memberikan terapi pengobatan
Penatalaksanaan
a. Pasien diberikan informasi untuk memproteksi sendi, terutama pada stadium
akut dengan menggunakan decker
b. Pemberian obat anti inflamasi non-steroid, seperti diklofenak 50-100 mg
2xsehari, meloxicam 7,5-15 mg/hari, celecoxib 200-400 mg/hari.
c. Pemberian golongan steroid, seperti prednisone atau metil prednisolone dosis
rendah
d. Fisioterapi, tata laksana okupasi, bila perlu dapat diberikan ortosis.
9. Petugas membuatkan resep untuk pasien
10. Petugas melakukan dokumentasi
11. Petugas mencuci tangan setelah tindakan.
6.Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Apotik
3. Laboratorium

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
DIARE AKUT
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian - Diare adalah buang air besar (BAB) dengan jumlah tinja lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair , dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.
- Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3
kali sehari.
- Secara klinis diare karena infeksi akut terdiri dari dua golongan :
1) Koleriform, yaitu diare yang hanya terdiri dari cairan saja
2) Disentriform, pada diare didapatkan lender kental dan kadang-kadang darah.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan diare di Klinik
Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ Langkah Kerja
Langkah- 1. Petugas menerima pasien dengan ramah
langkah 2. Petugas melakukan anamnesa
Menanyakan keluhan utama pasien, sejak kapan BAB cair, berapa kali BAB
dalam sehari, apakah terdapat lender, darah atau ampas dalam tinja, adakah
orang lain yang terkena diare dan makanan atau minuman yang dikonsumsi
sebelum diare.
Menanyakan keluhan penyerta diare, apakah pasien mengeluhkan demam,
mual, muntah, nyeri perut sampai kejang perut.
Menanyakan adanya gejala dehidrasi seperti lemas, merasa haus, lidah dan
kerongkongan kering, suara serak, pada bayi ubun-ubun cekung, air mata
tidak keluar dan turgor kulit menurun.
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik apakah bising usus meningkat, nyeri
tekan padabagian perut, turgor kulit menurun, selaput lender mulut dan bibir
kering.
6. Petugas membuat pengantar rujukan internal untuk pemeriksaan
laboratorium (bila diperlukan)
7. Petugas menerima hasil pemeriksaan laboratorium
8. Petugas menegakkan diagnose
9. Petugas mmeberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya
10. Petugas memberikan terapi pengobatan
- adsorben : kaolin pectin, attapulgit, norit
- anti muntah : antacid, B6, domperidone
- penyebab diare :
a. Kolera : kotrimoksazol 2x3 tab (awal) dilanjutkan 2x2 tab/hari atau
tetrasiklin 4x500 mg
b. E. Coli : tidak memerlukan terapi
c. Salmonella : Ampicilin 4x1 g atau kotrimoksazol 4x500 mg atau
ciprofloksasin 2x500 mg
d. Shigella : ampicillin 4x1 g atau chloramphenicol 4x500 mg
e. Amebiasis : metronidazole 4x500 mg atau tetrasiklin 4x500 mg
f. Giardiasis : chloroquin 3x100 mg atau metronidazole 3x250 mg
g. Virus : simtomatik dan suportif
11. Apabila ditemukan tanda-tanda dehidrasi, dokter merujuk pasien ke RS
12. Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose, dan terapi pada rekam medic.
6. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. KIA
3. Apotik
7.Rekaman Historis Perubahan
No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
DERMATITIS ALERGIKA
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian Dermatitis alergika adalah iritasi pada kulit disebabkan oleh bahan kontak (detergen,
asam alkali, minyak pelumas, serbuk kayu)
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan dermatitis
alergika di Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ Langkah Kerja
Langkah- 1. Petugas menerima pasien dengan ramah
langkah 2. Petugas melakukan anamnesa
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
6. Petugas menegakkan diagnose
7. Petugas menyarankan pasien menghentikan kontak dengan bahan
penyebab atau allergen
8. Pada kasus ringan, dokter memberikan anti histamine, topical
kortikosteroid
- CTM 4mg 3x1/4-1/2 tab sehari untuk BB > 10 KG
- CTM 4 mg 3x1 tab untuk pasien dewasa
- Hidrokortison krim 1 %
9. Pada kasus akut dan berat, dokter memberikan anti histamine, topical
kortikosteroid, dan kortikosteroid
- CTM 4mg 3x1/4-1/2 tab sehari untuk BB > 10 KG
- CTM 4 mg 3x1 tab untuk pasien dewasa
- Prednisone 3x1 tab untuk pasien dewasa
- Prednisone 3x1/2 tab untuk pasien anak
10. Bila terjadi infeksi sekunder (bengkak,merah,nanah), dokter memberikan
tambahan antibiotic
- Amoksilin 3x500 mg/hari untuk pasien dewasa
- Amoksilin 3x250 mg/hari untuk pasien anak
11. Petugas membuatkan resep untuk pasien
12. Petugas melakukan dokumentasi
6. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. KIA
3. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
DEMAM TYPHOID
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian Adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi kuman salmonella typhii.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan demam typoid
di Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ A. Alat
Langkah-langkah 1. Stetoskop
2. Pen light atau senter
3. Respirate Rate Time
4. Tensimeter
5. Handscoon dan masker

B. Langkah Kerja
1. Petugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien
Gejala demam lebih dari 7 hari
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik (lidah kotor, hepatosplenomegali)
6. Petugas melakukan rujukan internal ke laboratorium
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan Hb, leukosit, diff, trombosit, ht,
urine lengkap, widal
7. Petugas menegakkan diagnose
8. Petugas memberikan pengobatan
9. Petugas melakukan dokumentasi
10. Petugas mencuci tangan
C. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
ASMA BRONCHIAL
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel
inflamasi sehingga mengakibatkan hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat,
penyempitan jalan nafas, dan gejala pernapasan (mengi dan sesak).
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan asma
bronchial di Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ A. Alat
Langkah-langkah 1. Stetoskop
2. Pen light atau senter
3. Respirate Rate Time
4. Tensimeter
5. Handscoon dan masker

B. Langkah Kerja
1. Petugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien
Menanyakan keluhan utama pasien, apakah terdapat bising mengi
(wheezing), bunyi “ngik-ngik” , batuk produktif/berdahak terutama malam
hari dan sesak nafas atau dada seperti tertekan.
3. Petugas menanyakan perjalanan penyakit, factor-faktor yang mencetuskan
keluhan, riwayat penyakit keluarga, dan riwayat alergi.
4. Petugas mencuci tangan
5. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, apakah terdapat bunyi wheezing
dengan atau tanpa menggunakan stetoskop.
7. Petugas menegakkan diagnose
8. Petugas menginstruksikan pasien untuk istirahat dan factor-faktor pencetus
asma seperti kelelahan, udara dingin, stress, serta menghindari allergen-
alergen seperti debu, asap rokok, makan sea food, dll.
9. Petugas menulis resep untuk pengobatan asma ringan
- Bronkodilator (melebarkan penyempitan jalan napas) , salbutamol dosis
dewasa 3-4x 4 mg/hari, anak 3-4x1-2 mg/hari
- Kortikosteroid : dexamethasone 3x0,5 mg/hari
10. Pada asma sedang dan berat, petugas merujuk pasien ke RS
11. Petugas melakukan dokumentasi
12. Petugas mencuci tangan
6. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
DIABETES MELLITUS
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, saraf, ginjal dan pembuluh darah.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan diabetes
mellitus di Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ A. Alat
Langkah-langkah 1. Stetoskop
2. Pen light atau senter
3. Termometer
4. Stopwatch
5. Pen light
6. Timbangan BB
7. Tensimeter
8. Handscoon dan masker

C. Langkah Kerja
1. Petugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien meliputi riwayat penyakit
sekarang, apakah pasien mengeluhkan gejala klasik DM yang berupa polyuria
(sering kencing), polidipsi (sering haus), dan polifagi (sering lapar), serta
penurunan BB yang tidak jelas penyebabnya, atau juga bisa disertai keluhan
tidak khas meliputi lemah, kesemutan, , gatal, mata kabur, luka yang sulit
sembuh, pruritus vulva pada wanita, dan disfungsi ereksi pada pria.
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
6. Petugas melakukan pemeriksaan gula darah ke laboratorium
7. Petugas menegakkan diagnose diabetes mellitus
a. Gejala klasik DM (polyuria, polidipsi, polifagi) + glukosa darah
sewaktu > 200 mg/dl
b. Gejala klasik DM + glukosa darah puasa > 126 mg/dl
c. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa terganggu
(TTGO) > 200 mg/dl
d. Tanpa gejala klasik DM + GDS > 200 mg/dl atau GDP ulang > 126
mg/dl
e. HbAIC > 6,5 %, pemeriksaan HbAIC dilakukan hanya apabila pasien
menyetujui
8. Petugas melakukan evaluasi gizi, evaluasi penyulit DM, evaluasi
perencanaan makan sesuai kebutuhan
9. Petugas memberikan pengobatan DM
a. Golongan biguanid : metformin, dosis awal 500 mg, dosis maksimal
2500 mg diberikan 1-3 kali sehari
b. Golongan sulfonylurea : glibenclamid dosis awal 2,5 mg, dosis
maksimal 15 mg/hr diberikan 15-30 menit sebelum makan, 1-2
kali/hari
c. Golongan inhibitor a glukosidase : acarbose dosis awal 50 mg, dosis
maksimal 300 mg diberikan 1-3 kali/hari
d. Insulin : short acting atau long acting
10. Petugas memberikan edukasi sesuai dengan terapi non farmakologi dan
efek samping obat
11. Petugas mencuci tangan
12. Petugas melakukan dokumentasi

7. Unit Terkait 1. Poli Umum


2. laboratorium
3. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
FARINGITIS
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian Faringitis adalah peradangan dinding faring yang disebabkan pleh virus (40-60%),
bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan faringitis di
Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ 1. Petugas menerima pasien dengan ramah
Langkah-langkah 2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien meliputi keluhan nyeri
tenggorokan, sakit jika menelan, dan batuk disertai lemas, anoreksia, demam,
suara serak, kaku, dan sakit pada otot leher
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
6. Petugas melakukan pemeriksaan gula darah ke laboratorium
7. Petugas menegakkan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan :
8. Petugas memberikan terapi pada pasien
a. Oral : amoksilin 50 mg/kg BB dosis dibagi 3 kali/sehari selama 10 hari.
Dewasa 3x500 selama 6-10 hari. Dexametasoe 3x0,5 mg
b. Konseling dan edukasi : istirahat yang cukup, banyak minum air putih,
menjaga daya tahan tubuh, makan makanan bergizi
9. Petugas mendokumentasikan hasil pengkajian dan tindakan
10. Petugas mencuci tangan
6. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
KONJUNGTIVITIS
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
6. Pengertian Knjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva mata yang disebabkan oleh bakteri
sehingga mudah menular.
7. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan konjungtivitis
di Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
8. Kebijakan
9. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
10. Prosedur/ 1. Petugas menerima pasien dengan ramah
Langkah-langkah 2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien apakah mata merah, berair, dan
banyak kotoran mata, mata bengkak, terasa ada yang mengganjal dan panas,
pandangan mata pasien kabur.
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, melihat adanya tanda-tanda infeksi pada
mata yang sakit.
6. Petugas menegakkan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan.
7. Petugas menginstruksikan
8. Petugas melakukan evaluasi gizi, evaluasi penyulit DM, evaluasi perencanaan
makan sesuai kebutuhan
9. Petugas memberikan pengobatan DM
10. Golongan biguanid : metformin, dosis awal 500 mg, dosis maksimal 2500 mg
diberikan 1-3 kali sehari
11. Golongan sulfonylurea : glibenclamid dosis awal 2,5 mg, dosis maksimal 15
mg/hr diberikan 15-30 menit sebelum makan, 1-2 kali/hari
12. Golongan inhibitor a glukosidase : acarbose dosis awal 50 mg, dosis maksimal
300 mg diberikan 1-3 kali/hari
13. Insulin : short acting atau long acting
14. Petugas memberikan edukasi sesuai dengan terapi non farmakologi dan efek
samping obat
15. Petugas mencuci tangan
16. Petugas melakukan dokumentasi

8. Unit Terkait 4. Poli Umum


5. laboratorium
6. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegepty dan aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh
virus dengue dari penderita DBD. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit yang
dapat menimbulkan wabah.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan DBD di
Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ A. Alat
Langkah-langkah 1. Stetoskop
2. Tensimeter
3. Thermometer
4. Handscoon dan masker

B. Langkah-langkah
1. Petugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien
- Menanyakan apakah ada demam, berapa lama, dan bagaimana pola panas
tubuh.
- Menanyakan apakah keluhan nyeri kepala, nyeri retroorbital,
myalgia/atralgia
- Menanyakan apakah ada ruam, gusi berdarah, mimisan, nyeri perut,
mual/muntah, hematemesis, dan dapat juga melena.
- Menanyakan apakah ada riwayat kontak dengan pasien DBD
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan klinis
- Suhu tubuh > 37,5 derajat celcius
- Ptekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa
- Rumple leed (+)
- Hepatomegaly
- Splenomegaly
- Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa tanda0tanda efusi
pleura dan asites.
- Hematemesis atau melena
Pemeriksaan penunjang
- Melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin
dengan hasil leukopenia, peningkatan hematocrit diatas 20%
dibandingkan standar sesuai usia dan jenis kelamin dan atau menurun
dibandingkan nilai hematocrit sebelumnya > 20% setelah pemberian
terapi cairan, trombositopenia (trombosit < 100.000/ml)
6. Petugas menegakkan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan.
Diagnose : Demam Berdarah Dengue
Diagnose banding : demam karena infeksi virus (influenza, cikungunya, dll),
demam tifoid
7. Petugas memberikan terapi
- Terapii simptomatik dengan analgetik antipiretik ( paracetamol 3x500-
1000mg)
- Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
- Memberikan edukasi mengenai penularan , perjalanan penyakit dan tat
laksana nya, serta melakukan kegiatan 3M (Menguras, Mengubur,
Menutup)
- Memberikan rujukan dengan kriteria adanya perdarahan massif
(hematemesis melena)
8. Petugas mencuci tangan
9. Petugas melakukan dokumentasi

6. Unit Terkait 1. Poli Umum


2. Laboratorium
3. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
TB PARU
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian TB Paru adalah suatu penyakit yang menyerang organ paru-paru yang disebabkan
oleh bakteri yang bernama Mycobacterium tuberculosa.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan TB Paru di
Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ 1. Petugas menerima pasien dengan ramah
Langkah-langkah 2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
6. Apabila pada anamnesa pelanggan mengatakan sudah menderita batuk lebih dari
2 minggu , maka segera sarankan pasien untuk melakukanpemeriksaan
Laboratorium tes BTA.
7. Petugas memberikan rujukan internal ke laboratorium
8. Petugas menegakkan diagnose
9. Petugas memberikan pengobatan pada pasien
a. Apabila hasil tes BTA menunjukkan hasil positif, positif 2, atau
positif 3 , maka berikan pengobatan sesuai Kategori I
b. Apabila hasil BTA positif pada pelanggan kambuh atau gagal atau
putus berobat, diobati kategori II
c. Apabila hasil tes BTA menunjukkan negative, namun ada curiga TB
beri antibiotic spectrum luas. Bila ada perbaikan bukan TB. Bila
tidak ada perbaikan foto thorax.
10. Petugas memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya.
11. Petugas mencuci tangan
12. Petugas melakukan dokumentasi

6. Unit Terkait 1. Poli Umum


2. laboratorium
3. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
MALARIA
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian Merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik, yang disebabkan oleh parasite
Plamodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual dalam darah, dengan gejalan demam, menggigil, anemia, dan pembesaran
limpa.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan malaria di
Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ A. Alat
Langkah- 1. Stetoskop
langkah 2. Tensimeter
3. Penlight atau senter
4. Jam tangan/stopwatch
5. Handscoon
6. Thermometer

B. Langkah Kerja
1. Petugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien : riwayat pernah menderita
malaria sebelumnya, tinggal di daerah yang endemis malaria, pernah
berkunjung 1-4 minggu di daerah endemic malaria, riwayat mendapat
transfuse darah. Keluhan pada pasien biasanya demam hilang timbul, pada saat
demam hilang disertai dengan menggigil, berkeringat, dapat disertai dengan
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nafsu makan menurun, sakit perut,
mual muntah, dan diare.
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana (Objective)
a. Tanda patognomonis
Pada periode demam :
- Kulit terlihat memerah , teraba panas, suhu ntubuh meningkat dapat
sampai di atas 40 derajat celcius dan kulit kering
- Pasien dapat juga terlihat pucat
- Nadi teraba cepat
- Pernapasan cepat
Pada periode dingin dan berkeringat :
- Kulit teraba dingin dan berkeringat
- Nadi teraba cepat dan lemah
- Pada kondisi tertentu bisa dimukan penurunan kesadaran.
Konjungtiva anemis, sclera ikterik, bibir sianosis, dan pada malaria
serebral dapat ditemukan kaku kuduk.
Toraks : terlihat pernapasan cepat
Abdomen : teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat juga ditemukan
asites.
Ginjal : bisa ditemukan urine berwarna coklat kehitaman, oligouri atau
anuria.
Ektremitas : akral teraba dingin merupakan tanda tanda menuju syok.

6. Petugas membuat rujukan internal ke laboratorium : pemeriksaan penunjang


(pemeriksaan hapusan darah tebal dan tipis ditemukan parasite plasmodium
dan Rapid Diagnostic Test (RDT))
7. Petugas menegakkan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan dan memberikan
pengobatan
a. Pengobatan Malaria Falciparum
- Lini pertama dengan Fixed Dose Combination (FDC) yang terdiri dari
Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP) tiap tablet
mengandung 40 mg Dihydroartemisinin dan 320 mg Piperakuin.
Untuk dewasa dengan BB sampai dengan 59 kg diberikan DHP per
oral 3 tablet satu kali per hari selama 3 hari dan Primakuin 2 tablet
sekali sehari satu kali pemberian, sedangkan untuk BB > 60 kg
diberikan 4 tablet DHP satu kali sehari selama 3 hari dan Primakuin 3
tablet sekali sehari satu kali pemberian. Dosis DHA = 2-4 mg/kg BB
(dosis tunggal) , Piperakuin = 16=32 mg/kg BB (dosis tunggal),
Primakuin 0,75 mg/kg BB (dosis tunggal).
- Lini kedua (pengobatan malaria falciparum yangtidak respon terhadap
pengobatan DHP) : Kina + Doksisiklin/Tetrasiklin + Primakuin. Dosis
Kina = 10 mg/kg BB/kali (3x sehari selama 7 hari), Doksisiklin = 3,5
mg/kg BB per hari (dewasa 2 x/hari selama 7 hari), 2,2 mg/kgBB/hari
(8-14 tahun 2x/hari selama 7 hari), Tetrasiklin = 4-5 mg/kg BB/kali
(4x/hari selama 7 hari).
b. Pengobatan Malaria Vivax dan Malaria Ovale
- Lini pertama : Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP)
diberikan per oral satu kali sehari selam 3 hari, Primakuin = 0,25
mg/kg BB /hari (selama 14 hari)
- Lini kedua (pengobatan malaria vivax yang tidak respon terhadap
pengobatan DHP) : Kina + Primakuin. Dosis Kina = 10 mg/kg BB/kali
(3x/hari selama 7 hari), Primakuin = 0,25 mg/kg BB (selama 14 hari).
c. Pengobatan Malaria Vivax yang relaps (kambuh)
- Diberikan lagi regimen DHP yang sama tetapi dosis primakuin
ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kg BB/hari.
- Dugaan relap pada malaria vivax adalah apabila pemberian Primakuin
dosis 0,25 mg/kg BB /hari sudah diminum selama 14 hari dan
penderita sakit kembali dengan parasite positif dalam kurun waktu 3
minggu sampai 3 bulan setelah pengobatan.
d. Pengobatan Malaria malariae
Cukup diberikan DHP 1 kali per hari selama 3 hari dengan dosis yang
sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan Primakuin.
e. Pengobatan infeksi campuran antara Malaria Falciparum dengan Malaria
Vivax/Malaria Ovale dengan DHP
Pada penderita dengan infeksi campuran diberikan DHP 1 kali perhari
selama 3 hari, serta DHP 1 kali per hari selama 3 hari serta Primakuin
dosis 0,25 mg/kg BB selama 14 hari.
f. Pengobatan Malaria pada Ibu Hamil
- TM1 : Kina tablet 3x10 mg/kg BB + Klindamycin 10 mg/kg BB
selama 7 hari
- TM 2 dan 3 : diberikan DHP tablet selama 3 hari
8. Petugas melakukan edukasi kepada pasien\
9. Petugas merujuk pasien jika Malaria berat, namun pasien harus terlebih dahulu
diberikan dosis awal Artemisinin, per IM atau IV dengan dosis awal 3,2 mg/kg
BB
10. Petugas mencuci tangan
11. Petugas melakukan dokumentasi

6. Unit Terkait 1. Poli Umum


2. Laboratorium
3. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian Mual dan muntah yg berlebihan yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 16 minggu.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan HEG di
Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ 1. Petugas menerima pasien dengan ramah
Langkah-langkah 2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien : menanyakan adakah keluhan
muntah yang hebat, mual dan sakit kepala terutama pada pagi hari, nafsu makan
turun, berat badan turun, nyeri ulu hati, lemas, rasa haus yang hebat sampai
gangguan kesadaran.
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik : memeriksa apakah ada tanda-tanda
dehidrasi seperti mata cekung, bibir kering, turgor berkurang. Pemeriksaan
generalis : kulit pucat, sianosis, berat badan trun > 5 % dari berat badan sebelum
hamil, uterus besar sesuai kehamilan, pada pemeriksan inspekulo tampak serviks
yang berwana biru.
6. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang laboratorium
- Darah : kenaikan relative Hb dan Hematokrit
- Urn : warna pekat, BJ meningkat, keton/proteinuria
7. Petugas menegakkan diagnose
8. Petugas memberikan pengobatan pada pasien
- Non Medikamentosa : mengusahakan kecukupan nutrisi, makan sedikit tapi
sering, menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, istirahat
yang cukup dan jangan kelelahan, efekasi yang teratur.
- Medikamentosa :
a. Dimenhidrinat 50=100 mg per oral, 4-6 kali sehari
b. Bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu
obat berikut :
 Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam
 Ondansetron 8 mg per oral tiap 12 jam
Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang kanula intavena dan
berikan cairan sesuai dengan derajat dehidrasi ibu dan kebutuhan cairanya,
lalu :
 Berikan suplemen multivitamin IV
 Bila perlu, tambahkan salah satu obat : klorpromazin 25-50 mg
IV tiap 4-6 jam atau metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral.
 Bila perlu tambahkan ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap
12 jam atau 1 mg / jam terus menerus selama 24 jam.

9. Petugas memberikan edukasi dan konseling


10. Petugas mencuci tangan
11. Petugas melakukan dokumentasi

6. Unit Terkait 1. Poli KIA


2. Laboratorium
3. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
EPILEPSI
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsy
berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi. Sedangkan yang
dimaksud dengan bangkitan epilepsy adalah manifestasi klinis yang disebabkan oleh
aktivitas listrik yang abnormal dan berlebihan dari sekelompok neuron di otak.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan epilepsi di
Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ 1. Petugas menerima pasien dengan ramah
Langkah-langkah 2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien
Langkah pertama : memastikan apakah kejadian yang bersifat paroksimal
merupakan bangkitan epilepsy.
- Gejala sebelum, selama, dan pasca bangkitan
- Penyakit lain yang mungkin diderita sekarang maupun riwayat penyakit
neurologic dan riwayat penyakit psikiatrik maupun penyakit sistemik yang
mungkin menjadi penyebab
- Usia awitan, durasi, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antar bangkitan
- Riwayat terapi epilepsy sebelumnya dan respon terhadap terapi (dosis, kadar
OAE, kombinasi terapi)
- Riwayat penyakit epilepsy dalam keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit neurologic lainnya, penyakit psikiatrik,
atau sistemik.
- Riwayat pada saat dalam kandungan, kelahiran dan perkembangan
bayi/anak.
- Riwayat bangkitan neonatal/kejang demam
- Riwayat trauma kepala, infeksi SSP
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
6. Petugas menegakkan diagnose sebagai dokter pelayanan primer, bila psien
terdiagnosis sebagai epilepsy untuk penanganan awal pasien harus dirujuk ke
dokter spesialis saraf. Jika terjadi kejang tangani kejang dengan obat-obatan anti
konvulsi yang tersedia di klinik.
7. Petugas memberikan edukasi dan konseling
8. Petugas mencuci tangan
9. Petugas melakukan dokumentasi

6. Unit Terkait 1. Poli Umum

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
OTITIS MEDIA AKUT (OMA)
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi dalam
waktu kurang dari 3 hari.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan OMA di
Klinik Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ 1. Petugas menerima pasien dengan ramah
Langkah-langkah 2. Petugas melakukan anamnesa terhadap
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
6. Petugas menegakkan diagnose
7. Petugas memberikan pengobatan pada pasien
a. Medikamentosa
- Pada stadium oklusi tuba, terapi bertujuan membuka kembali tuba
eustachius. Obat yang diberikan adalah :
 Berikan tetes telinga Tetrakain HCL 2 % sebanyak 1-2 tetes pada
telinga
 Gunakan kaca pembesar dalam pengangkatan benda asing
 Angkat benda asing dengan menggunakan lidi kapas atau jarum
suntik uk 23G
 Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi.
 Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan betadine pada tempat bekas
benda asing
b. Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga :
 H2O2 3 % 3 kali sehari 4 tetes di telinga yang sakit, didiamkan
selama 2-5 menit.
 Asam asetat 2 % , 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit
 Ofloxacin 2 kali sehari, 5-10 tetes di telinga yang sakit selama
maksimal 2 minggu
c. Oral sistemik : antibiotic, antihistamin (bila terdapat tanda-tanda alergi),
dekongestan, analgetik/antipiretik

8. Petugas memberikan edukasi dan konseling


9. Petugas merujuk pasien jika terdapat indikasi miringotomi dan biula terjadi
komplikasi dari otitis media akut.
10. Petugas mencuci tangan
11. Petugas melakukan dokumentasi

6. Unit Terkait 1. Poli Umum


2. Apotik

7.Rekaman Historis Perubahan


No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai