Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Halaman
KLINIK
BHAYANGKARA
MEDIKA 02
POLDA
BENGKULU
1. Pengertian Infeksi Saluran Pernapsan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang bersifat akut
yang melibatkan organ saluran pernapasan mulai dari hidung, sinus, laring hingga
alveoli, disebut juga URI, singkatan dari Under Respiratory Infection.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam penatalaksanaan pasien dengan ISPA di Klinik
Bhayangkara Medika 02 Polda Bengkulu.
3. Kebijakan
4. Referensi - KMK No, 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
- Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ A. Alat
Langkah-langkah 1. Stetoskop
2. Pen light atau senter
3. Respirate Rate Time
4. Tensimeter
5. Handscoon dan masker
B. Langkah Kerja
1. Petugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
6. Petugas menegakkan diagnose
7. Petugas memberikan terapi pengobatan
Obat yang dapat dipakai adalah paracetamol 3-4 x 500 mg, antibiotic 3x 500
mg, ambroxol 3 x 500 mg
8. Penderita yang harus dirujuk, dirujuk ke RS.
9. Pasien mengambil obat ke Apotek
10. Petugas mencuci tangan
11. Petugas mendokumentasikan tindakan
6. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Apotik
B. Langkah Kerja
1. Petugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien
Gejala demam lebih dari 7 hari
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik (lidah kotor, hepatosplenomegali)
6. Petugas melakukan rujukan internal ke laboratorium
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan Hb, leukosit, diff, trombosit, ht,
urine lengkap, widal
7. Petugas menegakkan diagnose
8. Petugas memberikan pengobatan
9. Petugas melakukan dokumentasi
10. Petugas mencuci tangan
C. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Apotik
B. Langkah Kerja
1. Petugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien
Menanyakan keluhan utama pasien, apakah terdapat bising mengi
(wheezing), bunyi “ngik-ngik” , batuk produktif/berdahak terutama malam
hari dan sesak nafas atau dada seperti tertekan.
3. Petugas menanyakan perjalanan penyakit, factor-faktor yang mencetuskan
keluhan, riwayat penyakit keluarga, dan riwayat alergi.
4. Petugas mencuci tangan
5. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, apakah terdapat bunyi wheezing
dengan atau tanpa menggunakan stetoskop.
7. Petugas menegakkan diagnose
8. Petugas menginstruksikan pasien untuk istirahat dan factor-faktor pencetus
asma seperti kelelahan, udara dingin, stress, serta menghindari allergen-
alergen seperti debu, asap rokok, makan sea food, dll.
9. Petugas menulis resep untuk pengobatan asma ringan
- Bronkodilator (melebarkan penyempitan jalan napas) , salbutamol dosis
dewasa 3-4x 4 mg/hari, anak 3-4x1-2 mg/hari
- Kortikosteroid : dexamethasone 3x0,5 mg/hari
10. Pada asma sedang dan berat, petugas merujuk pasien ke RS
11. Petugas melakukan dokumentasi
12. Petugas mencuci tangan
6. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Apotik
C. Langkah Kerja
1. Petugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien meliputi riwayat penyakit
sekarang, apakah pasien mengeluhkan gejala klasik DM yang berupa polyuria
(sering kencing), polidipsi (sering haus), dan polifagi (sering lapar), serta
penurunan BB yang tidak jelas penyebabnya, atau juga bisa disertai keluhan
tidak khas meliputi lemah, kesemutan, , gatal, mata kabur, luka yang sulit
sembuh, pruritus vulva pada wanita, dan disfungsi ereksi pada pria.
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
6. Petugas melakukan pemeriksaan gula darah ke laboratorium
7. Petugas menegakkan diagnose diabetes mellitus
a. Gejala klasik DM (polyuria, polidipsi, polifagi) + glukosa darah
sewaktu > 200 mg/dl
b. Gejala klasik DM + glukosa darah puasa > 126 mg/dl
c. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa terganggu
(TTGO) > 200 mg/dl
d. Tanpa gejala klasik DM + GDS > 200 mg/dl atau GDP ulang > 126
mg/dl
e. HbAIC > 6,5 %, pemeriksaan HbAIC dilakukan hanya apabila pasien
menyetujui
8. Petugas melakukan evaluasi gizi, evaluasi penyulit DM, evaluasi
perencanaan makan sesuai kebutuhan
9. Petugas memberikan pengobatan DM
a. Golongan biguanid : metformin, dosis awal 500 mg, dosis maksimal
2500 mg diberikan 1-3 kali sehari
b. Golongan sulfonylurea : glibenclamid dosis awal 2,5 mg, dosis
maksimal 15 mg/hr diberikan 15-30 menit sebelum makan, 1-2
kali/hari
c. Golongan inhibitor a glukosidase : acarbose dosis awal 50 mg, dosis
maksimal 300 mg diberikan 1-3 kali/hari
d. Insulin : short acting atau long acting
10. Petugas memberikan edukasi sesuai dengan terapi non farmakologi dan
efek samping obat
11. Petugas mencuci tangan
12. Petugas melakukan dokumentasi
B. Langkah-langkah
1. Petugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien
- Menanyakan apakah ada demam, berapa lama, dan bagaimana pola panas
tubuh.
- Menanyakan apakah keluhan nyeri kepala, nyeri retroorbital,
myalgia/atralgia
- Menanyakan apakah ada ruam, gusi berdarah, mimisan, nyeri perut,
mual/muntah, hematemesis, dan dapat juga melena.
- Menanyakan apakah ada riwayat kontak dengan pasien DBD
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan klinis
- Suhu tubuh > 37,5 derajat celcius
- Ptekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa
- Rumple leed (+)
- Hepatomegaly
- Splenomegaly
- Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa tanda0tanda efusi
pleura dan asites.
- Hematemesis atau melena
Pemeriksaan penunjang
- Melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin
dengan hasil leukopenia, peningkatan hematocrit diatas 20%
dibandingkan standar sesuai usia dan jenis kelamin dan atau menurun
dibandingkan nilai hematocrit sebelumnya > 20% setelah pemberian
terapi cairan, trombositopenia (trombosit < 100.000/ml)
6. Petugas menegakkan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan.
Diagnose : Demam Berdarah Dengue
Diagnose banding : demam karena infeksi virus (influenza, cikungunya, dll),
demam tifoid
7. Petugas memberikan terapi
- Terapii simptomatik dengan analgetik antipiretik ( paracetamol 3x500-
1000mg)
- Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
- Memberikan edukasi mengenai penularan , perjalanan penyakit dan tat
laksana nya, serta melakukan kegiatan 3M (Menguras, Mengubur,
Menutup)
- Memberikan rujukan dengan kriteria adanya perdarahan massif
(hematemesis melena)
8. Petugas mencuci tangan
9. Petugas melakukan dokumentasi
B. Langkah Kerja
1. Petugas menerima pasien dengan ramah
2. Petugas melakukan anamnesa terhadap pasien : riwayat pernah menderita
malaria sebelumnya, tinggal di daerah yang endemis malaria, pernah
berkunjung 1-4 minggu di daerah endemic malaria, riwayat mendapat
transfuse darah. Keluhan pada pasien biasanya demam hilang timbul, pada saat
demam hilang disertai dengan menggigil, berkeringat, dapat disertai dengan
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nafsu makan menurun, sakit perut,
mual muntah, dan diare.
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana (Objective)
a. Tanda patognomonis
Pada periode demam :
- Kulit terlihat memerah , teraba panas, suhu ntubuh meningkat dapat
sampai di atas 40 derajat celcius dan kulit kering
- Pasien dapat juga terlihat pucat
- Nadi teraba cepat
- Pernapasan cepat
Pada periode dingin dan berkeringat :
- Kulit teraba dingin dan berkeringat
- Nadi teraba cepat dan lemah
- Pada kondisi tertentu bisa dimukan penurunan kesadaran.
Konjungtiva anemis, sclera ikterik, bibir sianosis, dan pada malaria
serebral dapat ditemukan kaku kuduk.
Toraks : terlihat pernapasan cepat
Abdomen : teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat juga ditemukan
asites.
Ginjal : bisa ditemukan urine berwarna coklat kehitaman, oligouri atau
anuria.
Ektremitas : akral teraba dingin merupakan tanda tanda menuju syok.