Anda di halaman 1dari 9

PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK

1. Pengertian Penyesuaian Diri


Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal
adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk
konfornitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada
mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation) , padahal adaptasi ini pada
umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi
dengan iklim yang terjadi di daerah dingin tersebut.
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah prilaku
individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas
dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk
membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
2. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
1) Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai
hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya
siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai
dengan kondisi dirinya tersebut.
2) Penyesuaian Sosial
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi
dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di
sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal
ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu
menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas
(masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
3. Proses Penyesuaian Diri Remaja
Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (life long), dan manusia terus-
menerus berupaya menemukan dan mengatsi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai
pribadi yang sehat.
Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu
upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-
kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Penyesuaian adalah sebagai suatu proses ke arah
hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses
penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, membebaskan diri dari
ketegangan.
Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi
kebutuhannyadengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa
merugikan atau mengganggu lingkungannya.
4. Karakteristik Penyesuaian Diri
Dalam kenyataan, tidak selamanya individu akan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri.
Hal itu disebabkan adanya rintangan atau hambatan tertentu yang menyebabkan ia tidak
mampu melakukan penyesuaian diri secara optimal. Rintangan-rintangan tersebut, ada
individu-individu yang mampu melakukan penyesuian diri secara positif, tetapi ada pula yang
melakukan penyesuaian diri secara tidak tepat. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan
karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah
(Rina PujiLesari,2013:64).
 Penyesuaian Diri yang Positif
Diantaranya ditandai hal-hal sebagai berikut:
a. Tidak menunjukan adanya ketegangan emosional yang berlebihan.
b. Tidak menunjukan adanya mekanisme pertahankan yang salah.
c. Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi.
d. Memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri.
e. Mampu belajar dari pengalaman
f. Bersikap realisktik dan objektif
Menurut Rina Puji Lesari(2013:65) dalam penyesuaian diri secara positif, individu akan
melakukan berbagai bentuk berikut ini:
1) Penyesuian diri dalam menghadapi masalah secara langsung
Dalam situasi ini, individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibat. Ia akan
melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Misalnya seorang remaja
yang hamil sebelum menikah akan menghadapinya secara langsung dan berusaha
mengemukakan segala alasan kepada orangtuanya.
2) Penyesuian diri dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
Dalam situasi ini, individu mencari berbagai pengalaman untuk menghadapi dan
memecahkan masalah-masalahnya. Misalnya, seorang siswa yang merasa kurang mampu
dalam mengerjakan tugas membuat makalah akan mencari bahan dalam upaya menyelesaikan
tugas tersebut, dengan membaca buku, konsultasi, diskusi, dan sebagainya.
3) Penyesuaian diri dengan trial and error
Dalam cara ini, individu melakukan tindakan coba-coba, dalam arti kalau menguntungkan
diteruskan dan kalau gagal tidak diteruskan. Misalnya, seorang pengusaha mengadakan
spekulasi untuk meningkatkan usahanya.
4) Penyesuaian diri dengan subsitusi (mencari pengganti)
Apabila individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, ia dapat memperoleh
penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya, gagal berpacaran secara fisik, ia
akan mencari pacar penggati yang sesuai dengan yang ia inginkan.
5) Penyesuaian diri dengan belajar
Dengan belajar, individu dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk membantu penyesuaian dirinya. Misalnya, seorang guru akan berusaha
belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan
profesionalismenya.
6) Penyesuaian diri dengan pengendalian diri
Penyesuaian diri akan lebih efektif jika disertai oleh pengetahuan memilih tindakan yang
tepat serta pengendalian diri yang tepat pula. Dalam situasi ini, individu akan berusaha
memilih tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang tidak perlu
dilakukan.Cara inilah yang disebut inhibisi.
7) Penyesuian diri dengan perencanaan yang cermat
Dalam hal ini, sikap dan tindakan yang dilakukan merupakan keputusan yang diambil
berdasarkan perencanaan yang cermat dan matang. Keputusan diambil setelah
dipertimbangakan dari berbagai segi, seperti untung dan ruginya.
 Penyesuaian diri yang salah
Menurut Rina Puji Lesari (2013:67) kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara
positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri
yang salah ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional,
sikap yang tidak realistik, membabi buta, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam
penyesuaian yang salah, yaitu rekasi bertahan, reaksi menyerang, dan reaksi melarikan diri.
a. Reaksi bertahan (defence reaction)
Individu berusaha mempertahankan dirinya dengan seolah-olah iatidak menghadapi
kegagalan, ia akan menunjukkan dirinya tidak mengalami kesulitan. Adapun bentuk khusus
dari reaksi ini yaitu:
1) Resionalisasi, yaitu mencari cari alasan yang masuk akal untuk membenarkan tindakanya
yang salah.
2) Represi, yaitu menekan perasaannya yang dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar. Ia
akan berusaha melupakan perasaan atau pengalamannya yang kurang menyenangkan atau
menyakitkan.
3) Proyeksi, yaitu menyalahkan kegagalan dirinya pada pihak lain atau pihak ketiga untuk
mencari alasan yang bisa diterima. Misalnya, seorang siswa yang tidak lulus hal itu disebabkan
guru-gurunya membenci dirinya.
4) “Saur Grapes” (anggur kecut) yaitu memutar balikkan fakta atau kenyataan. Misalnya,
seorang remaja yang gagal menulis sms mengatakan bahwa handphonenya rusak, padahal dia
sendiri tidak bisa menggunakan HP.
b. Reaksi menyerang (Aggrresive Action)
Individu yang salah akan menunjukkan sikap dan perilaku yang bermanfaat menyerang
atau konfrontasi untuk menutupi kekurangan atau kegagalannya. Ia tidak mau menyadari
kegagalannya atau tidak mau menerima kenyataan. Reaksi-reaksinya, antara lain:
1) Selalu membenarkan diri sendiri,
2) Selalu ingin berkuasa dalam setiap situasi,
3) Merasa senang bila mengganggu orang lain,
4) Suka menggertak, baik dengan ucapan maupun perbuatan,
5) Menunjukan sikap permusuhan secara terbuka,
6) Bersikap menyerang dan merusak,
7) Keras kepala dalam sikap dan perbuatannya,
8) Suka bersikap balas dendam,
9) Memperkosa hak orang lain,
10) Tindakannya suka serampangan, dan sebagainya.
11) Marah secara sadis
c. Reaksi melarikan diri (escape reaction)
Dalam reaksi ini, individu akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan konflik atau
kegagalannya. Reaksinya tampak sebagai berikut:
1) Suka berfantasi untuk memuaskan keinginan yang tidak tercapai dengan bentuk angan-
angan (seolah-olah sudah tercapai)
2) Banyak tidur, suka minuman keras, bunuh diri, atau menjadi pecandu narkoba,
3) Regresi, yaitu kembali pada tingkah laku kekanak-kanakan. Misalnya, orang dewasa yang
bersikap dan berperilaku seperti anak kecil.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Remaja

1. Kondisi Jasmaniah
Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer yang penting bagi proses penyesuaian diri
(sistem saraf, kelenjar otot). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan
dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, perilaku
dan kepribadian. Kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses
penyesuaian diri yang baik. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan
dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.
2. Perkembangan Kematangan dan Penyesuaian Diri
Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda - beda
antara individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola - pola penyesuaian
diri pun berbeda pula secara individual. Pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Kondisi - kondisi
perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional, sosial, moral,
keagamaan dan intelektual.
3. Lingkungan Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
a. Rumah dan Keluarga
Keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama
diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan
dikembangkan di masyarakat.
b. Hubungan Orang Tua dan Anak
Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan berpengaruh terhadap proses penyesuaian
diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat dipengaruhi adaptor diri antara lain:
1) Menerima ( acceptance ),
2) Menghukum dan disiplin yang berlebihan,
3) Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan.
4) Penolakan.
5) Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasihsayang,
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik,
sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat
menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
c. Masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi
yaang menentukan proses dan pola-pola penguasaan diri. Kondisi studi menunjukan bahwa
banyak gejala perilaku yang meyimpang bersumber dari kondisi masyarakat. Pergaulan yang salah
dikalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya. Faktor kondisi
lingkungan sosial yang tidak sehat atau "rawan", dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak
/ remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu
pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas).
d. Sekolah
Sekolah memiliki peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual,sosial,
dan moral para siswa. Suasana disekolah baik sosial maupunpsikologi menentukan proses dan
pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak disekolah merupakan
bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.
3 Kultur dan Agama Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan
pola penyesuaian diri. Misalnya tata cara kehidupan di sekolah, di masjid dan semacamnya akan
mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat
sekitarnya. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi
dan ketegangan lainnya. Agama memberi tuntunan, konsep dan filosofi hidup yang meyakinkan
dan benar. Oleh kepemilikan semua ini orang akan memperoleh arti hidup, kemana tujuan hidup,
apa yang dicari dalam hidup ini dan bagaimana ia harus berperan dalam hidup sehingga hidupnya
di dunia tidak sia-sia.
6 . Permasalahan-Permasalahan dalam Penyesuain Diri Remaja
Diantara persoalan yang terpenting yang dihadapai remaja dalam penyesuaian diri yaitu:
1) Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.
Disini sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam
keluarga (kondisi lingkunan keluarga).
Orang tua yang otoriter akan menghambat perkembangan penyesuaian diri remaja,
begitu juga perlindungan orang tua yang berlebihan juga berakibat tidak baik. Perpindahan
tempat juga memiliki pengaruh yang kuat.
2) Sekolah juga memiliki peran / pengaruh yang kuat dalam dalam perkembangan jiwa remaja

 Kutub Keluarga (Rumah Tangga)


Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak / remaja
yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik / disharmoni keluarga,
maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial
berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak / remaja yang dibesarkan
dalam keluarga sehat / harmonis (sakinah).
Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:
a. Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)
b. Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah
c. Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk)
d. Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi dari kejiwaan
(psikologis).
 Kutub Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak
didik yang pada gilirannya dapat memberikan "peluang" pada anak didik untuk menyimpang.
Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain;
a. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
b. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
c. Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
d. Kesejahteraan guru yang tidak memadai
e. Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama / budi pekerti yang
kurang
f. Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.
 Kutub Masyarakat (Kondisi Lingkungan Sosial)
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau "rawan", dapat merupakan
faktor yang kondusif bagi anak / remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub
masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan
kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas ).
7. Implikasi Penyesuaian Diri Peserta Didik Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Masa remaja adalah masa dimana seorang remaja mencari jati dirinya. Masa remaja
juga disebut masa emas (golden age). Namun, para remaja pada masa perkembangan
dihadapkan dengan berbagai masalah, baik eksternal maupun internal. Masalah-masalah
yang timbul pada masa remaja harus bisa di pahami oleh seorang pendidik, agar remaja tidak
mengalami keterbelakangan mental. Karena remaja yang tidak mendapatkan bimbingan pada
masa remaja, mereka akan cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar
norma-norma kehidupan. Pemecahan masalah tersebut bisa di selesaikan dengan mengaitkan
masalah-masalah tersebut dengan pena -didikan, baik pendidikan formal atau non-formal.
Masa perkembangan remaja juga ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan
segala ide pikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan. Mereka bersemangat
untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang
lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk
mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan keberhasilan itu, ia
akan meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka di mata orang lain. Laju proses
perkembangan perilaku dan pribadi remaja dipengaruhi oleh tiga faktor dominan adalah
faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan ling-kungan (environment):
termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor dominan utama itu
senantiasa bervariasiyang mungkin dapat menguntungkan, menghambat atau membatasi
lajunya proses perkembangan tesebut.
Lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa
remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi
norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peran sekolah pada hakikatnya tidak jauh
dari peran keluarga, yaitu sebagai referensi dan tempat perlindungan jika anak didik
mengalami masalah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proeses penyesuaian diri
remaja khususnya di sekolah adalah:
a) Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa "betah" (at home) bagi
anak-anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
b) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
c) Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun
seluruh aspek pribadinya.
d) Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
e) Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
f) Ruang kelas yang memenuhi persyaratan kesehatan.
g) Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
h) Teladan dari para guru dalam hal pendidikan.
i) Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan di sekolah.
j) Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sbaik-baiknya.
k) Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggung jawab baik pada
murid maupun pada guru.

Anda mungkin juga menyukai