PENDAHULUAN
1
BAB II
LATAR BELAKANG
2
BAB III
TUJUAN
3
BAB IV
KEGIATAN
IV.4. Penyuluhan
a. Penyuluhan ke masyarakat terkait TB berkoordinasi dengan
Marketing.
b. Membuat brosur tentang TB – koordinasi dengan Tim PPI
RS dan Marketing.
4
IV.5. Penyusunan Program Kerja tahun 2018
1. Perhitungan dan pengumpulan data evaluasi kegiatan TB
triwulan.
2. Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran TB tahun 2019.
3. Pelaporan hasil Program Kerja 2019 ke Pimpinan RS.
IV.5. Peningkatan Mutu Pelayanan TB
a. Analisa Indikator Mutu.
b. Penyusunan Pedoman, Kebijakan dan SPO TB.
5
BAB V
PELAKSANAAN KEGIATAN
2. Diagnosis
A. Diagnosis TB Paru Dewasa
Diagnosis TB Paru dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak
selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru,
sehingga sering terjadi overdiagnosis. Selain untuk diagnosis,
pemeriksaan dahak digunakan juga untuk menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.
6
Pemeriksaan dahak untuk diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 (tiga) spesimen dahak yang dikumpulkan
dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB
datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang,
suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua
P (Pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari
kedua, segera setelah bangun tidur pagi. Pot dibawa dan
diserahkan sendiri kepada petugas laboratorium.
S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan di laboratorium pada
hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
B. Diagnosis TB Anak
Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan
pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan skor lebih
atau sama dengan 6 (enam) harus ditatalaksana sebagai
pasien TB dan mendapat OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Bila
skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan ke arah TB
kuat, maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lain
sesuai indikasi untuk memperkuat diagnosis TB seperti bilas
lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto
tulang dan sendi, funduskopi, CT scan, dan lain-lain.
Sistem Skoring TB Anak
Parameter 0 1 2 3 Jumla
h
7
a, BTA
negatif
atau
tidak
tahu,
BTA
tdk
jelas
BB/U
< 80%
Demam ≥2
tanpa sebab mingg
jelas u
Batuk* ≥3
mingg
8
u
Pembesaran ≥
kelenjar 1cm,
limfe koli,
jumla
aksila,
h >1,
inguinal
tidak
nyeri
Pembengkak ada
an pemb
tulang/send engka
i panggul, kan
lutut,falang
Jumlah
Interpretasi:
9
pembesaran kelenjar limfe superfisial pada lymphadenitis TB,
dan lain-lain. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan
sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan
gejala klinis TB yang kuat dengan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung
pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan
ketersediaan alat-alat diagnostik, misal uji mikrobiologi,
patologi anatomi, dan lain-lain.
Seorang pasien TB ekstra paru sangat mungkin juga
menderita TB Paru. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemeriksaan dahak. Jika hasil pemeriksaan dahak negatif,
dapat dilakukan foto toraks.
10
TB ekstra paru ringan, misalnya : TB kelenjar limfe,
pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
TB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier,
perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif bilateral,
TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan
alat kelamin.
11
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di
atas. Dalan kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu
pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.
12
khusus (bekerja di wilayah Sukoharjo atau karyawan Rumah
Sakit Indriati atau perjanjian kerja sama perusahaan hanya
dengan RS Indriati). Jelaskan kepada pasien dan keluarga
bahwa alasan merujuk adalah untuk memperkecil
kemungkinan DO.
Apa itu penyakit TB, bagaimana cara penularannya,
pencegahan penularan, dan bagaimana gejala TB.
Rencana pengobatan : berapa lama, cara pengobatan (oral
saja atau oral + injeksi), frekuensi kontrol, biaya-biaya yang
mungkin akan dikeluarkan selama pengobatan. Jika pasien
dan atau keluarga merasa berat dengan biaya-biaya yang
akan dikeluarkan selama masa pengobatan, rujuk ke
puskesmas untuk pengobatannya.
Pengaturan nutrisi.
Efek samping obat yang mungkin timbul.
Pengobatan tidak boleh terputus walau pasien sudah tidak
ada keluhan atau merasa sehat, perlu dijelaskan pula risiko
jika putus berobat.
13
berasal dari kader, guru, anggota PKK, tokoh
masyarakat atau keluarga.
b. Tugas PMO
Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara
teratur sampai selesai pengobatan.
Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat
teratur.
Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada
waktu yang telah ditentukan.
Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga
pasien TB yang mempunyai gejala mencurigakan TB
untuk segera memeriksakan diri.
14
Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara
lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau
gagal.
3. Meninggal
Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena
sebab apapun.
4. Pindah
Pasien yang pindah berobat ke UPK lain dengan register
TB03 yang lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.
5. Default (Putus berobat)
Pasien yang tidak berobat 2 (dua) bulan berturut-turut
atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
6. Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
15
5. Pasien kategori 1(satu) dengan hasil pemeriksaan
dahak tetap positif setelah pemberian sisipan.
6. Kasus TB kambuh (kategori 1 atau kategori 2).
7. Pasien TB kategori 1 (satu) atau kategori 2 (dua) yang
sudah berobat > 1 (satu) bulan kemudian lalai atau
default datang kembali untuk menjalani pengobatan.
8. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan
pasien TB MDR yang sudah terkonfirmasi.
9. Pasien TB – HIV.
Pasien yang memenuhi salah satu kriteria di atas
harus dirujuk ke rumah sakit rujukan TB MDR (RSDM)
dengan menggunakan form rujukan TB MDR.
b. Kolaborasi TB-HIV
Epidemi HIV sangat berpengaruh terhadap
meningkatnya kasus TB, dan begitu pula sebaliknya
pengendalian TB tidak akan berhasil baik tanpa
keberhasilan pengendalian HIV. Diperkirakan dalam 3-5
tahun mendatang, 20-25% kasus TB pada beberapa negara
di Asia Selatan dan Tenggara berhubungan langsung dengan
HIV.
16
IV.4. Penyuluhan
1. Penyuluhan ke masyarakat terkait TB berkoordinasi dengan
Marketing.
2. Membuat brosur/banner tentang TB – koordinasi dengan
Tim PPI RS dan Marketing.
E. SASARAN
Pasien TB di Rumah Sakit (rawat jalan / rawat inap)
Petugas RS
Masyarakat di luar lingkungan RS
F. JADWAL KEGIATAN
Terlampir
G. ANGGARAN KEGIATAN TB
17
Pelatihan internal terkait pelaksanaan TB : Rp.3.000.000,-
Pelatihan eksternal DOTS TB : Rp.5.000.000,-
Brosur dan Banner Etika batuk,dll : Rp.2.000.000,-
Melengkapi kebutuhan POJOK DOTS :
Rp.1.000.000,-
Sukoharjo,
Desember 2017
Ketua Tim TB RS
Indriati
18
dr. Chrisrianto ,
Sp.P
Ketua TIM TB
DOTS
19
Lampiran
No Jenis Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pelayanan pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
TB Paru
3. Pojok DOTS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
JADWAL KEGIATAN
20
4. Pelatihan internal √
(inhouse training)
terkait pelayanan
TB Paru
5. Pelatihan eksternal √
dengan DKK
Sukoharjo terkait
pelayanan TB Paru
6. Penyuluhan ke √
masyarakat terkait
TB Paru
21