Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberculosis merupakan penyakit menular langsung yang


disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang
organ tubuh lainnya.
Penularan penyakit TB melalui droplet (udara) sehingga
penularan TB dari satu pasien ke pasien lain sangatlah mudah,
terlebih didukung dengan status imunitas yang rendah.
Dengan bertambahnya kasus TB, WHO mengembangkan
strategi penanggulanganan TB yang dikenal dengan Strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-Course) dan telah terbukti
sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling
efektif. Penerapan strategi DOTS, disamping secara cepat menekan
penularan, juga mencegah berkembangnya MDR TB.
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3
terbanyak di dunia setelah India dan Cina.
Diperk1irakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberculosis. Sekitar 75% pasien TB
adalah kelompok usia produktif. Situasi TB didunia semakin
memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak
berhasil disembuhkan. Menyikapi hal tersebut, WHO
mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (Global Emergency).

1
BAB II
LATAR BELAKANG

Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan


pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi
ini akan memutuskan rantai penularan TB dan dengan demikian
menurunkan insiden TB di masyarakat.
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci :
1. Komitmen politis.
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.
3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus
TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk
pengawasan langsung pengobatan.
4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu.
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan
penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja
program secara keseluruhan.
Dalam hal penanggulangan TB, Rumah Sakit Indriati juga
berperan aktif mengikuti Strategi DOTS ini.

2
BAB III
TUJUAN

3.1 Tujuan Umum


Menurunkan angka keskitan dan kematian akibat TB dalam
rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3.2 Tujuan Khusus


1. Meningkatkan dan memperluas pemanfaatan
strategi/menghentikan akses terhadap diknosis yang
akurat dan pengobatan yang efektif dengan akselerasi
pelaksanaan DOT mencapai target global dalam pengalian
TB dan meningkatkan ketersedian, keterjangkanan dan
kualitas obat anti TB.
2. Menyusun strategi menghadapi berbagai tantangan
dengan cara mengadaptasi dots mencegah/menangani TB
dengan risestensi OAT (MDR-TB) dan menurunkan
dampak TB/HIV
3. Mempercepat upaya eleminasi TB dengan cara ,
meningkatkan penelitian dan pengembangan berbagai alat
diagonostik. Obat dan vaksin baru serta meningkatkan
penerapan metode baru dalam menjamin pemanfaatan
dan keterjangkauanya.
4. Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB.
5. Memutuskan rantai penularan, serta mencegah terjadinya
MDR TB di Rumah Sakit Umum Daerah Munyang Kute
Redelong.
6. Melindungi petugas kesehatan dan masyarakat dari
penularan penyakit menular.

3
BAB IV
KEGIATAN

IV.1 Pelayanan Pasien TB


A. Tatalaksana Pasien TB.
 Penjaringan Suspek
 Diagnosis
 Klasifikasi Penyakit dan Tipe pasien
B. Tatalaksana Pengobatan TB.
C. Tatalaksana Pengawasan Minum Obat.
D. Tata Laksana Pemantauan dan Hasil pengobatan TB.
E. Tata Laksana Penjaringan Suspek TB MDR Dan Kolaborasi
TB-HIV.

IV.2. Kegiatan Rutin


1. Rapat Tim TB setiap 3 bulan.
2. Membuat POJOK DOTS sebagai tempat edukasi pasien TB,
pencatatan dan pelaporan pasien TB.

IV.3. Pengembangan SDM (Pendidikan dan Pelatihan Staff)


a. Pelatihan pencegahan penularan TB in-house training
untuk semua petugas RS.
b. Pelatihan Penanggulangan TB untuk Tim TB sesuai jadwal
DKK.

IV.4. Penyuluhan
a. Penyuluhan ke masyarakat terkait TB berkoordinasi dengan
Marketing.
b. Membuat brosur tentang TB – koordinasi dengan Tim PPI
RS dan Marketing.

4
IV.5. Penyusunan Program Kerja tahun 2018
1. Perhitungan dan pengumpulan data evaluasi kegiatan TB
triwulan.
2. Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran TB tahun 2019.
3. Pelaporan hasil Program Kerja 2019 ke Pimpinan RS.
IV.5. Peningkatan Mutu Pelayanan TB
a. Analisa Indikator Mutu.
b. Penyusunan Pedoman, Kebijakan dan SPO TB.

5
BAB V
PELAKSANAAN KEGIATAN

5.1 Pelayanan Pasien TB


A. Tatalaksana pasien TB
1. Penjaringan suspek
Dilakukan pada pasien rawat jalan maupun rawat inap yang
berada dalam lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Munyang
Kute Redelong dan memenuhi standar diagnosis yang
ditetapkan oleh standar internasional penanganan TB.
Yang termasuk suspek TB antara lain :
a. Semua orang yang datang ke rumah sakit dengan keluhan
batuk berdahak 2 (dua) minggu atau lebih dianggap sebagai
seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
b. Semua kontak dengan pasien TB Paru BTA positif yang
menunjukkan gejala yang sama harus dianggap sebagai
seorang suspek TB dan dilakukan pemeriksaan dahak.
c. Semua keluarga pada penderita TB Anak yang menunjukkan
gejala yang sama harus dianggap sebagai seorang suspek TB
dan dilakukan pemeriksaan dahak.

2. Diagnosis
A. Diagnosis TB Paru Dewasa
Diagnosis TB Paru dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak
selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru,
sehingga sering terjadi overdiagnosis. Selain untuk diagnosis,
pemeriksaan dahak digunakan juga untuk menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.

6
Pemeriksaan dahak untuk diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 (tiga) spesimen dahak yang dikumpulkan
dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
 S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB
datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang,
suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua
 P (Pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari
kedua, segera setelah bangun tidur pagi. Pot dibawa dan
diserahkan sendiri kepada petugas laboratorium.
 S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan di laboratorium pada
hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

B. Diagnosis TB Anak
Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan
pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan skor lebih
atau sama dengan 6 (enam) harus ditatalaksana sebagai
pasien TB dan mendapat OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Bila
skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan ke arah TB
kuat, maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lain
sesuai indikasi untuk memperkuat diagnosis TB seperti bilas
lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto
tulang dan sendi, funduskopi, CT scan, dan lain-lain.
Sistem Skoring TB Anak

Parameter 0 1 2 3 Jumla
h

Kontak TB Tidak laporan BTA


jelas keluarg positif

7
a, BTA
negatif
atau
tidak
tahu,
BTA
tdk
jelas

Uji negatif positif


Tuberculin (≥10mm
atau
≥5mm
pada
keadaan
imunosu
presi)

Berat bawa klinis


badan/kead h gizi
aan gizi garis buruk
merah BB/U
(KMS) < 60%
atau

BB/U
< 80%

Demam ≥2
tanpa sebab mingg
jelas u

Batuk* ≥3
mingg

8
u

Pembesaran ≥
kelenjar 1cm,
limfe koli,
jumla
aksila,
h >1,
inguinal
tidak
nyeri

Pembengkak ada
an pemb
tulang/send engka
i panggul, kan
lutut,falang

Foto toraks normal/ kesan


TB
tidak
jelas

Jumlah

*batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan


penyebab batuk kronis lainnya seperti asma, sinusitis dan
lain-lain

Interpretasi:

≥ 6 (enam) : dapat ditatalaksana sebagai pasien TB

<6 (enam) : tetapi klinis sangat mencurigakan TB maka perlu


dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi

C. Diagnosis TB Ekstra Paru


Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena misalnya
kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri dada pada TB Pleura,

9
pembesaran kelenjar limfe superfisial pada lymphadenitis TB,
dan lain-lain. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan
sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan
gejala klinis TB yang kuat dengan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung
pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan
ketersediaan alat-alat diagnostik, misal uji mikrobiologi,
patologi anatomi, dan lain-lain.
Seorang pasien TB ekstra paru sangat mungkin juga
menderita TB Paru. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemeriksaan dahak. Jika hasil pemeriksaan dahak negatif,
dapat dilakukan foto toraks.

3. Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien


a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
1. Tuberkulosis Paru
2. Tuberkulosis Ekstra Paru

b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak


mikroskopis (pada TB Paru)
1. Tuberkulosis BTA Positf
2. Tuberkulosis BTA negatif
c. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
1. TB paru BTA negatif foto thoraks positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk
berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
(misal proses ‘far advanced’), dan atau keadaan umum
pasien buruk.
2. TB ekstra-paru dibagi berdasar pada tingkat keparahan
penyakit, yaitu

10
 TB ekstra paru ringan, misalnya : TB kelenjar limfe,
pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
 TB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier,
perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif bilateral,
TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan
alat kelamin.

d. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya


Klasifikasi berdasar riwayat pengobatan sebelumnya dibagi
menjadi beberapa tipe pasien yaitu :
1. Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan
(4 minggu).
2. Kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan Tuberculosis dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali
dengan BTA positif (apusan atau kultur).
3. Pengobatan setelah putus berobat (Default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2
(dua) bulan atau lebih dengan BTA positif.
4. Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali positif pada bulan kelima atau lebih
selama pengobatan.
5. Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki
register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6. Lain-lain

11
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di
atas. Dalan kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu
pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.

A. Tata Laksana Pengobatan TB


a. Prosedur dan Tata Cara Pengobatan TB
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa
jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai
dengan kategori pengobatan. Tidak diperkenankan
menggunakan OAT tunggal (monoterapi). Penggunaan
OAT Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat,
dilakukan pengawasan langsung (DOT= Directly Observed
Treatment) oleh pengawas menelan obat (PMO).
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap
awal (intemsif) dan tahap lanjutan.

Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia adalah :
1. Kategori 1 : 2HRZE atau 4 (HR)3
2. Kategori 2 : 2HRZES atau (HRZES) atau 5(HR)3E3
3. OAT sisipan : HRZE
4. OAT Anak : 2HRZ atau 4HR

Sebelum memulai pengobatan TB, pasien dan PMO harus


mendapatkan edukasi mengenai hal-hal di bawah ini:
 Cek domisili pasien. Jika domisili pasien TB di luar wilayah
Sukoharjo, rujuk ke UPK terdekat, kecuali ada pertimbangan

12
khusus (bekerja di wilayah Sukoharjo atau karyawan Rumah
Sakit Indriati atau perjanjian kerja sama perusahaan hanya
dengan RS Indriati). Jelaskan kepada pasien dan keluarga
bahwa alasan merujuk adalah untuk memperkecil
kemungkinan DO.
 Apa itu penyakit TB, bagaimana cara penularannya,
pencegahan penularan, dan bagaimana gejala TB.
 Rencana pengobatan : berapa lama, cara pengobatan (oral
saja atau oral + injeksi), frekuensi kontrol, biaya-biaya yang
mungkin akan dikeluarkan selama pengobatan. Jika pasien
dan atau keluarga merasa berat dengan biaya-biaya yang
akan dikeluarkan selama masa pengobatan, rujuk ke
puskesmas untuk pengobatannya.
 Pengaturan nutrisi.
 Efek samping obat yang mungkin timbul.
 Pengobatan tidak boleh terputus walau pasien sudah tidak
ada keluhan atau merasa sehat, perlu dijelaskan pula risiko
jika putus berobat.

B. Tata Laksana Pengawasan Menelan Obat


Persyaratan PMO (Pengawas Minum Obat)
 Seseorang yang dikenal, dipercaya, dan disetujui baik
oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu
harus disegani dan dihormati oleh pasien.
 Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
 Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
 Bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama-
sama dengan pasien.
a. Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan. Bila tidak
ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat

13
berasal dari kader, guru, anggota PKK, tokoh
masyarakat atau keluarga.
b. Tugas PMO
 Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara
teratur sampai selesai pengobatan.
 Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat
teratur.
 Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada
waktu yang telah ditentukan.
 Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga
pasien TB yang mempunyai gejala mencurigakan TB
untuk segera memeriksakan diri.

C. Tata Laksana Pemantauan dan Hasil pengobatan TB


a. Pemantauan Kemajuan Pengobatan TB
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan TB Paru dewasa
dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak
mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan
memeriksa spesimen dahak sebanyak dua kali (Sewaktu
dan Pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2
(dua) spesimen tersebut negatif. Bila salah satu spesimen
positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang
dahak tersebut dinyatakan positif.

b. Hasil Pengobatan TB (BTA Positif)


1. Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap
dan pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif pada Akhir
Pengobatan (AP) dan minimal satu pemeriksaan follow up
sebelumnya negatif.
2. Pengobatan Lengkap

14
Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara
lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau
gagal.
3. Meninggal
Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena
sebab apapun.
4. Pindah
Pasien yang pindah berobat ke UPK lain dengan register
TB03 yang lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.
5. Default (Putus berobat)
Pasien yang tidak berobat 2 (dua) bulan berturut-turut
atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
6. Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.

D. Tata Laksana Penjaringan Suspek TB MDR Dan Kolaborasi


TB-HIV
a. Penjaringan Suspek TB MDR
Kegiatan penemuan pasien TB MDR diawali dengan
penemuan suspek TB MDR. Suspek TB MDR adalah semua
orang yang mempunyai gejala TB dan memenuhi salah satu
kriteria di bawah ini :
1. Kasus kronik atau gagal pengobatan kategori 2 (dua).
2. Paien TB dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif
setelah bulan ketiga pengobatan kategori 2 (dua).
3. Pasien TB yang pernah diobati > 1 (satu) bulan di
sarana non DOTS termasuk dengan OAT TB MDR
misalnya fluorokuinolon dan kanamisin.
4. Pasien gagal pengobatan kategori 1 (satu).

15
5. Pasien kategori 1(satu) dengan hasil pemeriksaan
dahak tetap positif setelah pemberian sisipan.
6. Kasus TB kambuh (kategori 1 atau kategori 2).
7. Pasien TB kategori 1 (satu) atau kategori 2 (dua) yang
sudah berobat > 1 (satu) bulan kemudian lalai atau
default datang kembali untuk menjalani pengobatan.
8. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan
pasien TB MDR yang sudah terkonfirmasi.
9. Pasien TB – HIV.
Pasien yang memenuhi salah satu kriteria di atas
harus dirujuk ke rumah sakit rujukan TB MDR (RSDM)
dengan menggunakan form rujukan TB MDR.
b. Kolaborasi TB-HIV
Epidemi HIV sangat berpengaruh terhadap
meningkatnya kasus TB, dan begitu pula sebaliknya
pengendalian TB tidak akan berhasil baik tanpa
keberhasilan pengendalian HIV. Diperkirakan dalam 3-5
tahun mendatang, 20-25% kasus TB pada beberapa negara
di Asia Selatan dan Tenggara berhubungan langsung dengan
HIV.

IV.2. Kegiatan Rutin


1. Rapat Tim TB setiap 3 bulan.
2. Membuat POJOK DOTS sebagai tempat edukasi pasien TB,
pencatatan dan pelaporan pasien TB.

IV.3. Pengembangan SDM (Pendidikan dan Pelatihan Staff)


1. Pelatihan pencegahan penularan TB in-house training
untuk semua petugas RS.
2. Pelatihan Penanggulangan TB untuk Tim TB sesuai jadwal
DKK.

16
IV.4. Penyuluhan
1. Penyuluhan ke masyarakat terkait TB berkoordinasi dengan
Marketing.
2. Membuat brosur/banner tentang TB – koordinasi dengan
Tim PPI RS dan Marketing.

IV.5. Penyusunan Program Kerja tahun 2018


1. Perhitungan dan pengumpulan data evaluasi kegiatan TB
triwulan.
2. Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran TB tahun
2015.
3. Pelaporan hasil Program Kerja 2015 ke Pimpinan RS.

IV.6. Peningkatan Mutu Pelayanan TB


1. Analisa Indikator Mutu
- Proporsi pasien TB paru BTA Positif diantara suspek
yang diperiksa dahaknya.
- Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara seluruh
pasien TB Paru.
- Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB.
2. Penyusunan Pedoman, Kebijakan dan SPO TB.

E. SASARAN
 Pasien TB di Rumah Sakit (rawat jalan / rawat inap)
 Petugas RS
 Masyarakat di luar lingkungan RS

F. JADWAL KEGIATAN
Terlampir

G. ANGGARAN KEGIATAN TB

17
 Pelatihan internal terkait pelaksanaan TB : Rp.3.000.000,-
 Pelatihan eksternal DOTS TB : Rp.5.000.000,-
 Brosur dan Banner Etika batuk,dll : Rp.2.000.000,-
 Melengkapi kebutuhan POJOK DOTS :
Rp.1.000.000,-

H. PENCATATAN DAN PELAPORAN


 Pencatatan dilakukan setiap selesai kegiatan dan dibuat
rekapitulasi setiap akhir bulan (ditandatangani oleh Kepala
Bagian unit yang bersangkutan).
 Pelaporan kegiatan TB kepada ketua TIM TB dan Direktur
Utama RS setiap 3 bulan.

I. MONITORING DAN EVALUASI


 Melakukan monitoring dan evaluasi hasil kegiatan TB
terangkum dalam laporan Evaluasi triwulan yang di buat
oleh tim TB, diketahui oleh Ketua Tim dan di laporkan ke
Direktur Utama setiap triwulan.
 Apabila dalam hasil monitoring masih terdapat kegiatan
yang tidak dapat terlaksana, maka akan di rapatkan dengan
Tim TB untuk mendapatkan solusi dan tindaklanjutnya.

Sukoharjo,
Desember 2017
Ketua Tim TB RS
Indriati

18
dr. Chrisrianto ,
Sp.P
Ketua TIM TB
DOTS

19
Lampiran

No Jenis Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pelayanan pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
TB Paru

2. Rapat rutin Tim TB √ √ √ √


DOTS

3. Pojok DOTS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

JADWAL KEGIATAN

20
4. Pelatihan internal √
(inhouse training)
terkait pelayanan
TB Paru

5. Pelatihan eksternal √
dengan DKK
Sukoharjo terkait
pelayanan TB Paru

6. Penyuluhan ke √
masyarakat terkait
TB Paru

21

Anda mungkin juga menyukai

  • SLPI
    SLPI
    Dokumen12 halaman
    SLPI
    Evi Syahrinawati
    Belum ada peringkat
  • Medical Staff by Law
    Medical Staff by Law
    Dokumen14 halaman
    Medical Staff by Law
    Evi Syahrinawati
    100% (1)
  • Surat Tugas
    Surat Tugas
    Dokumen2 halaman
    Surat Tugas
    Evi Syahrinawati
    Belum ada peringkat
  • DR - Lia Diana
    DR - Lia Diana
    Dokumen3 halaman
    DR - Lia Diana
    Evi Syahrinawati
    Belum ada peringkat
  • DR Luthfi, SP PD
    DR Luthfi, SP PD
    Dokumen3 halaman
    DR Luthfi, SP PD
    Evi Syahrinawati
    Belum ada peringkat
  • DR Yuliawati
    DR Yuliawati
    Dokumen2 halaman
    DR Yuliawati
    Evi Syahrinawati
    Belum ada peringkat
  • DR Razak, SP PD
    DR Razak, SP PD
    Dokumen3 halaman
    DR Razak, SP PD
    Evi Syahrinawati
    Belum ada peringkat
  • DRG Zarliah
    DRG Zarliah
    Dokumen2 halaman
    DRG Zarliah
    Evi Syahrinawati
    Belum ada peringkat
  • DRG Munita
    DRG Munita
    Dokumen2 halaman
    DRG Munita
    Evi Syahrinawati
    Belum ada peringkat
  • DR Zulfan
    DR Zulfan
    Dokumen2 halaman
    DR Zulfan
    Evi Syahrinawati
    Belum ada peringkat
  • DR - Hardi Yanis
    DR - Hardi Yanis
    Dokumen3 halaman
    DR - Hardi Yanis
    Evi Syahrinawati
    Belum ada peringkat
  • DR Andri
    DR Andri
    Dokumen2 halaman
    DR Andri
    Evi Syahrinawati
    Belum ada peringkat