Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi adalah suatu rangkasian proses yang harus digunakan manusia untuk
berinteraksi, mengawali sesuatu antara satu sama lain dan memperoleh kepahaman, hal
ini bisa terjadi melalui komunikasi lisan ataupun tertulis.
Peningkatan komunikasi yang efektif adalah suatu pendekatan antar pemberi
pelayanan baik itu perintah secara elektronik, lisan, tertulis yang efektif, yang tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang mudah dipahami antar pemberi pelayanan, dan
kepada pasien/keluarga.
Dalam ilmu kesehatan contohnya farmasi juga tidak luput dari komunikasi, yang
dimana seorang ahli farmasis juga hendaknya harus menguasai bagaimana cara
berkomunikasi dengan pasien, pelanggan maupun teman, baik dalam pelayanan, konsling,
product oriented, patient oriented, kepatuhan pasien, keberhasilan terapi dan segala
macam hal lainnya yang bersangkutan dengan obat-obatan kuhusnya untuk memberikan
informasi yang jelas, akurat, singkat, padat dan jelas dengan tujuan pasien memahami
bagaimana cara mengatasi masalah yang ia hadapi sebelumnya tentang kesehatan dan
obat-obatan.
Tantangan utama dalam komunikasi kesehatan adalah dalam promosi kesehatan
adalah bagaimana cara merangkul pelayanan primer dalam mensukseskan promosi
kesehatan yang diberikan. Dalam profesi kefarmasian komunikasi antara farmasi dan
pasien merupakan komponen paling penting. Permasalahan komunikasi dalam bidang
kefarmasian yang paling sering muncul ke permukaan disebabkan karena kurang
dipahaminya komunikasi baik dokter, farmasi maupun pasien. (JKS 2015; 2: 120-124)
Hingga saat ini tenaga kesehatan khusunya farmasi sudah melakukan komunikasi
yang baik dengan pasien, guna meningkatan kepahaman pasien tentang penggunaan obat
dan tindakan tindakan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat, serta
meningkatkan kepatuhan pasien. Tapi masih banyak dari pasien yang belum begitu
memahami atau bahkan sudah memahami tapi belum mau patuh terhadap penggunaan
obat.
Oleh karena itu dalam maakalah ini kelompok kami akan membahas bagaimana
peningkatan komunikasih yang efektif dalam meningkatan kepahaman pasien terhadap
penggunaan obat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Peningkatan Komunikasi Yang Efektif?
2. Apa Tujuan Umum dan Khusus peningkatan Komunikasi Efektif?

1
3. Apasaja yang menjadi Ruang Lingkup Peningkatan Komunikasi Efektif?
4. Apa yang dimaksud metode TBAK dan bagaimana contohnya?
5. Apa yang dimaksud dengan metode SBAR dan bagaimana contohnya?
6. Bagaimana cara peningkatan Komunikasi Efektif Kepada Pasien / Keluarga pasien ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan peningkatan komunikasi efektif
2. Untuk mengetahui tujuan umum dan khusus dalam peningkatan komunikasi efektif
3. Untuk mengetahui Ruang Lingkup dalam peningkatan komunikasi efektif
4. Untuk mengetahui penerapan metode TBAK dalam peningkatan komunikasi efektif
5. Untuk mengetahui penerapan metode SBAR dalam peningkatan komunikasi efektif
6. Untuk mengetahui cara peningkatan Komunikasi Efektif Kepada Pasien / Keluarga
pasien.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peningkatan Komunikasi Efektif

2
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis.
Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara
lisan dan yang diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan
adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan klinis, seperti laboratorium klinis
menelpon unit pelayanan untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.
2.2 Ruang Lingkup
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan Rumah Sakit.
b. Meningkatkan Keselamatan Pasien.
c. Mengurangi kesalahan penyampaian informasi.
3. Ruang Lingkup
a. Pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara
konsisten antara pemberi perintah dan penerima perintah harus meliputi :
1) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2) Perintah lengkap lisan dan yang melalui telepon hasil pemeriksaan
dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah
2.3 Langkah-langkah Verifikasi Keakuratan Komunikasi
Dapat dipermudah dengan menerapkan metode yang disebut Tbak dan SBAR, yaitu :
2.3.1 Metode TBAK (Tulis, Bacakan, dan Konfirmasi)
Pengertian
Tulis instruksi ataupun terapi dan jam diterimanya informasi di catatan terintegrasi
berkas rekam medis oleh penerima informasi
Bacakan kembali nama dan tanggal lahir pasien oleh petugas kesehatan penerima
informasi untuk verifikasi
Konfirmasi ulang kebenaran nama dan tangga lahir serta instruksi ataupun terapi
pasien yang dibacakan kembali oleh petugas kesehatan penerima pesan.
 Pemberi instruksi harus segera melengkapi dokumentasi verifikasi secara
tertulis di catatan terintegrasi dalam kolom cap verifikasi komunikasi efektif
dalam 1 x 24 jam
 Untuk kata-kata yang sulit didengar, pemberi/penerima informasi/instruksi
dapat mengeja alfabet agar tidak salah penafsiran sesuai International Phonetic
Aphabet sebagai berikut:

Untuk itu setiap petugas wajib :

3
1. Lakukan komunikasi, baik lisan maupun tertulis dengan sejelas-jelasnya.
a. Jika pesan lisan meragukan, segera Klarifikasi dengan phonetic
alfabeth kepada pemberi pesan, sbb :

A Alfa N November
B Bravo O Oscar
C Charlie P Papa
D Delta Q Quebec
E Echo R Romeo
F Foxtrot S Sierra
G Golf T Tango
H Hotel U Uniform
I India V Victor
J Juliet W Whiskey
K Kilo X X ray
L Lima Y Yankee
M Mike Z Zulu
b. Komunikasi tertulis wajib menggunakan tulisan yang mudah dibaca minimal
oleh 3 orang.
2. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
3. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara
lengkapdibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.
4. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang
memberiperintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
2.3.2 Metode SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation)
Adalah Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit yang terdiri
dari Situation, Background, Assessment, Recommendation. Metoda komunikasi
ini digunakan pada saat perawat melakukan timbang terima (handover) ke
pasien.
Keuntungan dari penggunaan metoda SBAR
a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham
akan kondisi pasien.
c. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
Tujuan Komunikasi SBAR:
a. Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara anggota
tim perawatan kesehatan dengan dokter.

4
b. Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini dan setiap
perubahan terbaru yang terjadi atau untuk mengantisipasi apabila terjadi
perubahan.
c. Membantu staf menajdi advokat pasien.

2.4 Komunikasi Efektif Kepada Pasien/Keluarga


1. Informasi tentang pelayanan yang diharapkan
a. Informasi mengenai prognosa penyakit dan perkiraan hari rawat pasien sesuai
dengan jenis penyakitnya.
b. Cara pemberian informasi : dilakukan oleh dokter saat konsultasi dengan pasien
2. Informasi tentang perkiraan biaya
a. Informasi tentang berapa perkiraan biaya yang dikeluarkan pasien selama pasien
itu dirawat (total biaya) maupun rincian biaya perharinya pada saat pasien
dirawat.
b. Cara pemberian informasi : dilakukan oleh petugas admisi saat pendaftaran
pasien rawat inap kepada pasien atau keluarga pasien

3. Informasi tentang hasil assessment dan setiap diagnosis yang ditetapkan.


a. Informasi hasil dari assessment sesuai dengan kondisi pasien.
b. Cara pemberian informasi : dilakukan oleh dokter saat konsultasi dengan
pasien.
4. Informasi tentang persetujuan pelayanan yang akan diberikan
a. Infornasi yang berhubungan dengan persetujuan tindakan medis dalam hal
mana pasien / wali wajib mencantumkan pernyataan bahwa kepadanya telah
dijelaskan suatu informasi terhadap apa yang akan dilakukan oleh tim medis,
resiko dan akibat yang akan terjadi bilamana suatu tindakan diambil. Selain
informasi tersebut, ada pula informasi yang berhubungan dengan persetujuan
dalam pelaksanaan prosedur dan tata tertib rawat inap, diagnostik, pelayanan
rutin rumah sakit dan pengobatan / tindakan medis yang bersifat umum.
Informed consent tersebut berupa informed consent khusus dan general /
umum.
b. Cara pemberian informasi :
 Dilakukan oleh dokter sebelum dilakukannya suatu tindakan medis.
 Dilakukan oleh petugas admisi saat pendaftaran pasien rawat inap.
5. Informasi tentang cara mengakses pelayanan
a. Pasien datang Langsung
 Pasien datang ke pendaftaran rawat jalan dan menanyakan tentang
jadwal dokter yang dimaksud, Petugas pendaftaran melakukan
wawancara sederhana terkait pelayanan yang dibutuhkan Cara
Pemberian Informasi

5
 Di informasikan tentang jadwal dokter secara lisan, leaflet jadwal
dokter, media televisi tentang jadwal dokter yang dipasang di
belakang counter pendaftaran oleh petugas pendaftaran
b. Perjanjian/Apointment
Untuk pasien rujukan dari rumah sakit lain yang akan menjalani rawat inap
maka disambungkan dengan nomor IGD sedangkan untuk pasien yang akan
melakukan pemeriksaan penunjang disambungkan ke unit pemeriksaan yang
dimaksud.
6. Informasi tentang sumber alternatif bagi asuhan dan pelayanan yang diberikan bila
rumah sakit tidak bisa menyediakan asuhan dan pelayanan.
a. Informasi sumber alternatif Apabila rumah sakit tidak bisa menyediakan
asuhan dan pelayanan bisa dengan cara rujuk pasien ataupun rujuk
pemeriksaan.
b. Cara pemberian informasi Dilakukan oleh dokter yang memeriksa baik dokter
umum, dokter spesialis maupun dokter gigi. Pemberian informasi dengan cara
lisan langsung kepada pasien / keluarga apabila rumah sakit tidak bisa
menyediakan asuhan dan pelayanan yang diharapkan. Sesuai dengan kondisi
pasien dan penatalaksanaannya.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Metode TBAK


Komunikasi Verbal Dengan Metode TBAK dapat diterapkan saat Menerima
Intruksi Verbal per telpon/lisan, saat menerima pelaporan hasil tes kritis/pemeriksaan
cito. Komunikasi verbal tersebut dapat dilakukan oleh penerima laporan/ Tenaga
Kesehatan yang bertanggung jawab/ Penanggung jawab. Saat Menerima Laporan
dengan TBAK tulis pesan yang disampaikan pada formulir terintegrasi, yang meliputi :
1. Tanggal dan jam pesan diterima
2. Nama lengkap, tanggal lahir dan diagnosa
3. Gunakan simbol/singkatan sesuai standar
4. Dosis/nilai harus spesifik untuk menghindari salah penafsiran
5. Nama petugas pelapor/memberi pesan
6. Nama dan tanda tangan petugas penerima pesan.
7. Bila pesan melalui telepon, pengirim pesan/dokter menandatangani pada saat visit
hari berikutnya.

Baca, yaitu bacakan kembali isi pesan utuk konfirmasi kebenaran pesan yang
ditulis dan bubuhkan stampel TBAK pada formulir catatan penerima pesan.

Contoh Skenario TBAK

3.2. Metode SBAR


Tehnik pelaksanaan SBAR
S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
1. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter
yang merawat.
2. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/ keluhan.
Contoh Penerapan Rumah Sakit:
a. Pemindahan pasien : isi dengan tanggal, waktu, dari ruang asal ke ruang
tujuan pemindahan.

7
b. Diagnosa medis : isi dengan diagnosa medis yang terakhir diputuskan oleh
dokter yang merawat.
c. Masalah utama keperawatan saat ini, isi dengan masalah keperawatan
pasien yang secara aktual pada pasien yang wajib dilanjutkan diruang
kepindahan yang baru.

B : Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini)

1. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap
diagnosis keperawatan.
2. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan
obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan.
3. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap
diagnosis keperawatan.
4. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan
obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan.
5. Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.
Contoh Penerapan Rumah Sakit:
a. Riwayat alergi/reaksi obat : isi dengan apa jenis alergi yang di derita
atau jenis reaksi obat tertentu pada pasien dulu hingga sekarang.
b. Hasil investigasi abnormal : isi keadaan abnormal/keluhan saat pasien
datang ke RS sehingga mengharuskan pasien tersebut dirawat (riwayat
keluhan saat masuk rumah sakit)
A : Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
1. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor
nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score,
status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain.
2. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a. Observasi terakhir, GCS: Eye, Verbal, Motorik (EVM) : isi dengan vital sign
dan tingkat kesadaran pasien secara numerik. contoh : E 4, V 5 M 6.
b. BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, isi / di ceklist sesuai
keadaan pasien.
c. Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya ada pus, jaringan
nekrotik, dll,) lokasi dan ukurannya juga dilengkapi.
d. Peralatan khusus yang diperlukan: isi misalnya WSD, colar brace, infuse pump
dll.
R : Recommendation

8
Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan
(referto nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan
keluarga.
Contoh Penerapan Rumah Sakit:
a. Konsultasi, fisiotherapi dll, isi dengan rencana konsultasi, rencana fisiotherafi
dll
b. Obat, barang dan berkas-berkas yang lain : isi jumlah barang / berkas.
3.2.1 Alasan penggunaan komunikasi dengan SBAR
Komunikasi yang terjadi antara perawat dan dokter di pelayanan ternyata tidak
memadai, hal ini telah menjadi akar penyebab paling umum dari kesalahan yang
serius baik secara klinis maupun secara keorganisasian. Beberapa hambatan yang
mendasar telah terjadi dalam komunikasi di seluruh disiplin ilmu yang berbeda
pada staf di pelayanan. Hambatan ini dapat terjadi termasuk hirarki, jenis kelamin,
latar belakang etnis dan perbedaan dalam gaya komunikasi antara kedissiplinan
dan individu itu sendiri. Komunikasi lebih efektif di dalam tim jika ada standa
komunikasi yang terstruktur di tempat tersebut.
Komunikasi dengan SBAR mengurangi insiden komunikasi yang tidak
terjawab dan telah terjadi melalui penggunaan asumsi, bantuan atau ketidakjelasan
sikap diam mereka. Komunikasi dengan tool SBAR dapat membantu untuk
mencegah kerusakan dalam komunikasi verbal dan tertulis, dengan cara
menciptakan model mental bersama di semua handover pasien dan situasi yang
membutuhkan eskalasi atau pertukaran informasi secara kritis. ToolSBAR
digunakan selama serah terima dan dapat mengurangi waktu yang dihabiskan
untuk kegiatan ini sehingga mengurangi waktu untuk perawatan klinis.
Cahyono (2008) menambahkan metode SBAR yang digunakan dalam timbang
terima antar tenaga kesehatan atau yang dilakukan antara perawat dapat
memberikan informasi pada perawat hal apa saja yang harus disampaikan ketika
berkomunikasi sehingga akan mengurangi kebingungan setiap perawat dalam
berkomunikasi serta memungkinkan semua informasi tentang pasien akan
tersampaikan karena metode SBAR sudah terstandarisasi, SBAR ini dapat
digunakan untuk membentuk komunikasi pada setiap tahap perjalanan pasien, dari
isi surat rujukan dokter umum, konsultan untuk rujukan, konsultan untuk
berkomunikasi. Perawat menggunakan alat ini dalam pengaturan klinis disertai
dengan membuat rekomendasi yang menjamin komunikasi menjadi jelas.

9
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :
1. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
2. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan
kondisi pasien yang akan dilaporkan.
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan
yang harus dilanjutkan.
4. Perawat membaca dan memahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.
2.3.2 Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
1. Situation (S) :
 Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013
sudah 3 hari perawatan,
 DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Background (B) :
 Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24
jam.
 Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
 Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
 Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
 Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
 Diet : rendah protein 1 gram

3. Assessment (A) :
 Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit,
suhu 37 0C, RR 20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak
sesak napas, urine sedikit, eliminasi faeses baik.
 Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237
mg/dl
 Pasien masil mengeluh mual.
4. Recommendation (R) :
 Awasi balance cairan
 Batasi asupan cairan
 Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
 Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1
amp
 Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
 Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur

10
2.3.3 Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter
lewat telepon :
Situation (S) :
 Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Nusa Indah 2
 Melaporkan pasien nama Tn A mengalami penurunan pengeluaran
urine 40 cc/24 jam, mengalami sesak napas.
Background (B) :
 Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013,
program HD hari Senin-Kamis.
 Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang
dower kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
 Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
 TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema
ekstremitas bawah dan asites
 Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
 Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.
Assessment (A) :
 Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
 Pasien tampak tidak stabil
Recommendation (R) :
 Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM ?
 Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump ?

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Komunikasi efektif merupakan metode komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas, dan mudah utnuk dipahami oleh resipien/penerima yang dimaksudkan untuk
mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi
efektif dapat dilakukan melalui sarana elektronik, lisan, ataupun tertulis.
Komunikasi yang efektif memiliki tujuan guna meningkatkan kepuasan pelanggan
terhadap pelayanan Rumah Sakit, meningkatkan keselamatan pasien, dan mengurangi
kesalahan penyampaian informasi Dimana hal tersebut akan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit.
Komunikasi efektif mempunyai ruang lingkup berupa pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten antara pemberi perintah dan penerima
perintah yang meliputi :
1) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2) Perintah lengkap lisan dan yang melalui telepon hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah.
Ada 2 (dua) macam metode yang digunakan pada Komunikasi yang Efektif yaitu TBAK
(Tulis, Bacakan, Konfirmasi) dan SBAR (Situation, Background, Assessment, dan
Recommendation). Metode TBAK memiliki langkah langkah dalam penerapannya yang
pertama : Tulis instruksi ataupun terapi dan jam diterimanya informasi di catatan terintegrasi
berkas rekam medis oleh penerima informasi, Bacakan kembali nama dan tanggal lahir
pasien oleh petugas kesehatan penerima informasi untuk verifikasi, dan Konfirmasi ulang
kebenaran nama dan tangga lahir serta instruksi ataupun terapi pasien yang dibacakan
kembali oleh petugas kesehatan penerima pesan. Sedangkan metode SBAR sendiri memiliki
beberapa langkah- langkah dalam penerapaannya yaitu : Penting bagi tenaga kefarmasian
untuk mengetahui kondisi pasien saat ini, info penting yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini, menjelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti (tanda vital,
skor nyeri, tingkat kesadaran, dll), Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan
perlu dilanjutkan (referto nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien
dan keluarga.

12
Peningkatan komunikasi efektif kepada pasien / keluarga pasien dengan cara
memberikan informasi tentang pelayanan yang diharapkan, memberikan informasi tentang
perkiraan biaya, memberikan informasi tentang hasil assessment dan setiap diagnosis yang
ditetapkan, memberikan informasi tentang persetujuan pelayanan yang akan diberikan,
memberikan informasi tentang cara mengakses pelayanan, dan memberikan informasi tentang
sumber alternatif bagi asuhan dan pelayanan yang diberikan bila rumah sakit tidak bisa
menyediakan asuhan dan pelayanan.

DAFTAR PUSTAKA

Endang Lestari G, SH, MM & Drs. MA. Mailid, M.Ed., Komunikasi Yang efektif, Lembaga
Administrasi Negara, Republik Indonesia, 2006.
Imaningtyas Ridar1 , Agus Santoso., Peningkatkan Komunikasi dalam Pelaksanaan
Interprofessional Collaboration melalui Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi,
Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, 2018

13
Zen, Pribadi.2013.Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan
Profesional.Yogyakarta:D-Medika
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

14

Anda mungkin juga menyukai